Anda di halaman 1dari 5

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5 1

Sintesis dan Sifat Magnetik Kompleks Ion


Logam Cu(II) dengan Ligan 2-Feniletilamin
Lexy Nindia Swastika dan Fahimah Martak
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: fahimahm@chem.its.ac.id

AbstrakKompleks tembaga(II) dengan 2-feniletilamin nilai Temperatur Curie Weiss (TCW) senyawa. Temperatur
telah disintesis melalui reaksi antara CuCl2.2H2O dan 2- Curie Weiss pada bahan merupakan indikasi bahwa senyawa
feniletilamin dengan perbandingan mol logam dan mol memiliki interaksi feromagnetik. Interaksi feromagnetik dapat
ligan 1:2 dalam metanol. Senyawa kompleks yang diidentifikasi melalui pengukuran nilai suseptibilitas magnetik
dihasilkan berupa kristal berwarna oranye dengan rumus dengan variasi temperatur. Nilai suseptibilitas magnetik
molekul [Cu(II)-(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O. Rumus senyawa feromagnet meningkat tajam dibawah Temperatur
ini diperoleh dari hasil penentuan kadar Cu = 14,04%, C = Curie Weiss
41,36%, H = 6,60% dan N = 6,06%. Spektra IR Penelitian sebelumnya yaitu senyawa kompleks
menunjukkan serapan khas ikatan logam dengan ligan menggunakan ligan pikolinat (2-piridin karboksilat), memiliki
yaitu vibrasi Cu-N muncul pada serapan 347,19 cm-1 dan rumus molekul [Cu(pic)2].2H2O . Kompleks tersebut bersifat
vibrasi Cu-O pada serapan 300,90 cm-1. Analisis paramagnetik dan terjadi ikatan hidrogen[4]. Oleh karena itu,
DTA/TGA menunjukkan bahwa kompleks mengandung pada penelitian ini dikembangkan senyawa kompleks dengan
dua molekul air hidrat. Senyawa kompleks bersifat menggunakan ligan 2-feniletilamin (C6H5CH2CH2NH2) dan
paramagnetik dengan nilai eff sebesar 1,97 BM. ion logam tembaga(II). Ion tembaga(II) memiliki satu elektron
Suseptibilitas magnetik senyawa kompleks memiliki yang tidak berpasangan pada orbital d dan diharapkan dapat
interaksi feromagnetik, dengan konstanta Weiss, membentuk kompleks spin tinggi. Ligan 2-feniletilamin pada
sebesar +9,72 dan terjadi pada suhu Curie, Tc, 15 K. Gambar 1, memiliki gugus amina dimana terdapat atom
nitrogen dengan pasangan elektron bebas sehingga dapat
Kata Kunci ion logam tembaga(II), ligan 2-feniletilamin, mengisi orbital kosong ion logam dan terjadi ikatan kovalen
feromagnetik, senyawa kompleks. koordinasi. Gugus amina dapat berikatan hidrogen dengan
molekul air pada senyawa [5]. Ikatan kovalen koordinasi dan
ikatan hidrogen pada senyawa kompleks dapat membentuk
interaksi antar lapisan. Interaksi antar lapisan yang terjadi
I. PENDAHULUAN yaitu antara senyawa kompleks mononuklir dengan senyawa

M aterial magnetik banyak dipelajari dalam beberapa tahun


ini karena bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari,
terutama dalam dunia elektronik seperti display, saklar
organik 2-feniletilamin. Dengan demikian, pembentukan
senyawa kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin] diharapkan dapat
meningkatkan interaksi sehingga diperoleh sifat feromagnetik.
molekular dan bahan penyimpan data. Pentingnya material
magnetik ini menyebabkan banyak penelitian untuk
merancang material baru dengan sifat yang lebih unggul [1].
Sifat magnetik suatu material dapat dirancang melalui
pembentukan senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat
bersifat diamagnetik atau paramagnetik. Senyawa kompleks
mononuklir umumnya bersifat paramagnetik dan memiliki
momen magnetik yang rendah yaitu 1,7 - 5,9 Bohr Magneton Gambar 1. Struktur ligan 2-feniletilamin
(BM). Sifat paramagnetik suatu senyawa dapat berupa
feromagnetik dan antiferomagnetik [2]. Senyawa yang bersifat
feromagnetik atau antiferomagnetik disebabkan adanya II. METODE PENELITIAN
interaksi antar elektron tidak berpasangan yang terdapat pada A. Sintesis Senyawa Kompleks[Cu(II)-2-feniletilamin]
orbital d dari ion logam penyusun senyawa kompleks. Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi
Interaksi feromagnetik senyawa kompleks umumnya CuCl2.2H2O, 2-feniletilamin, metanol, asam klorida, kalium
ditunjukkan pada temperatur rendah. klorida, magnesium klorida, besi (III) klorida, dan aqua DM.
Saat ini senyawa kompleks terus dikembangkan untuk Sebelum melakukan sintesis senyawa kompleks [Cu(II)-2-
mendapatkan material bersifat feromagnetik [3]. Salah satu feniletilamin], maka dilakukan penentuan panjang gelombang
upaya yang dilakukan adalah merancang suatu senyawa maksimum dan penentuan rumus senyawa kompleks dengan
kompleks agar terjadi interaksi hidrogen sehingga menaikkan metode variasi kontinu. Hasil tersebut, kemudian disintesis
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 2

senyawa kompleks dengan melarutkan 5 mmol CuCl2.2H2O Gambar 3. Pada gambar tersebut garis melewati titik potong
dan 10 mmol ligan 2-feniletilamin masing-masing ke dalam garis singgung kurva dengan sumbu X pada fraksi mol ligan
20 mL metanol. Kedua larutan direaksikan dalam satu wadah. sebesar 0,7, sehingga diperoleh perbandingan fraksi mol
Larutan ini diaduk beberapa menit dan selanjutnya dipanaskan antara Cu2+ dan 2-feniletilamin sebesar 1:2. Hasil
sambil diaduk dengan magnetic stirrer selama 2 jam pada perbandingan ini terlihat bahwa satu mol satu mol tembaga(II)
suhu 40 C [6]. Larutan yang diperoleh ditutup dengan dapat berikatan dengan dua mol ligan 2-feniletilamin sesuai
aluminium foil dan disimpan dalam desikator selama beberapa dengan perbandingan mol tembaga(II) : 2-feniletilamin yaitu
hari hingga terbentuk kristal. 1 : 2 membentuk senyawa koordinasi [Cu(II)-(2-
feniletilamin)2].
B. Karakterisasi
Formula senyawa kompleks ditentukan dari hasil analisis
kadar unsur C, H, N dan ion logam, FTIR, daya hantar larutan,
UV-VIS, termogravimetri dan momen magnet. Kadar ion
logam ditentukan dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom (Atomic Absorption Spectroscopy) HITACHI
Z-2000. Kadar unsur C, H, N dengan menggunakan Fison EA
1108. Gugus yang terkandung dalam senyawa kompleks
diukur dengan Spektrofotometer FTIR SHIMADZU. Daya
hantar larutan senyawa kompleks dalam metanol dengan
konsentrasi 0,01 M diukur menggunakan alat Konduktometer
Mettler Toledo. Kadar air ditentukan secara analisis Gambar 2. Panjang gelombang maksimum
termogravimetri menggunakan alat DTA/TGA Mettler Larutan [Cu(II)-2-feniletilamin]
Toledo. Penentuan panjang gelombang maksimum dengan
spektrofotometer UV-Vis tipe UV-1100 ECHCOMP
HITACHI. Sifat magnet senyawa kompleks dengan
menggunakan alat neraca kerentanan magnet Magway
Magnetic Susceptibility Balance (MSB) Sherwood Scientific
dan alat magnetometer Quantum Design SQUID
(Superconductor Quantum Interface Device) MPMS-7
(Magnetic Properties Measurement System).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Senyawa Gambar 3. Kurva metode variasi kontinu
Kompleks
Penelitian ini telah dilakukan penentuan panjang gelombang C. Sintesis Kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin]
maksimum dengan mencampurkan larutan Cu(II) dan larutan
Sintesis kompleks ion logam Cu(II) dengan ligan 2-
2-feniletilamin dengan perbandingan mol logam : ligan yaitu
feniletilamin dilakukan pada perbandingan mol logam dan
1:1, 1:2 dan 1:3. Kemudian, diukur panjang gelombangnya
ligan 1:2. Penelitian ini digunakan prekursor CuCl22H2O dan
menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang pelarut yang sesuai adalah alkohol [8]. Pada penelitian ini,
gelombang 400-700 nm [7]. Hasil analisis diperoleh bahwa pelarut yang dipilih adalah metanol karena metanol dapat
panjang gelombang maksimum larutan [Cu(II)-2- melarutkan logam dan ligan dengan baik. Masing-masing
feniletilamin] adalah 595 nm pada perbandingan logam : ligan logam dan ligan dilarutkan dalam metanol, lalu diaduk dan
sebesar 1:2, seperti pada Gambar 2. Hal ini sesuai teori warna dipanaskan hingga homogen membentuk larutan berwarna
yang menyebutkan bahwa suatu senyawa yang berwarna akan hijau. Senyawa yang dihasilkan berbentuk kristal berwarna
menyerap energi pada panjang gelombang warna oranye dengan rendemen sebesar 57,76%, seperti terlihat pada
komplementer senyawanya. Larutan [Cu(II)-2-feniletilamin] Gambar 4.
memiliki warna hijau, sehingga senyawa tersebut menyerap
panjang gelombang warna komplementer hijau yaitu warna
oranye (595610 nm).
B. Penentuan Rumus Senyawa Kompleks dengan Metode
Variasi Kontinu
Stokiometri senyawa kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin]
ditentukan melalui metode variasi kontinu. Dari penentuan
stoikiometri ini, akan didapatkan perbandingan mol antara
tembaga(II) dan ligan 2-feniletilamin yang digunakan untuk
melakukan sintesis senyawa koordinasi [Cu(II)-2-
feniletilamin]. Hasil penentuan stoikiometri terlihat pada Gambar 4. Kristal kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin]
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3

Maka dari hasil perhitungan, diketahui 8,65% merupakan dua


molekul air hidrat yang hilang pada temperatur tersebut.
D. Analisis Kadar Unsur dalam Senyawa Kompleks Hilangnya molekul air hidrat tersebut menunjukkan puncak
Kadar tembaga yang dihasilkan dalam senyawa kompleks eksotermis dimana panas akan dilepaskan oleh cuplikan [10].
[Cu(II)-2-feniletilamin] sebesar 14,04%. Hasil pengukuran ini Tahap kedua, pada temperatur yang lebih tinggi yaitu pada
mendekati kadar ion logam tembaga(II) secara teoritis yaitu 230,35 C terjadi dekomposisi yang lebih besar yaitu 38,61%.
sebesar 14,16%. Dekomposisi yang terjadi adalah molekul ligan 2-
feniletilamin, molekul air yang terikat sebagai ligan, dan
E. Spektra Inframerah Kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin] molekul klorin. Penurunan berat tersebut menunjukkan
terjadinya proses endotermis dimana panas yang diserap oleh
Ada beberapa puncak khas yang muncul pada senyawa cuplikan diperlukan untuk memutus ikatan koordinasi ligan.
kompleks ini, pada Gambar 5. Puncak pada daerah 3441,01 Tahap ketiga, cuplikan yang tersisa ialah ion logam Cu(II)
cm-1 yang merupakan puncak serapan vibrasi N-H dari 2- dan molekul ligan 2-feniletilamin yang terikat pada logam.
feniletilamin sebagai ligan yang terikat pada ion logam Cu. Berat cuplikan yang berkurang pada temperatur ini mencapai
Serapan di daerah 3124, 68 cm-1 adalah karakteristik dari 24,51%.
gugus CH. Karakteristik puncak serapan pembentukan
kompleks [Cu(II)-2-feniletilamin] dapat terlihat dengan
adanya puncak serapan baru yang tajam pada serapan 400
300 cm-1 [9]. Adanya puncak serapan khas pada daerah 347,19
cm-1 terdapat vibrasi Cu-N. Sedangkan vibrasi Cu-O muncul
pada serapan 300,90 cm-1.

Gambar 6. Kurva DTA-TGA kompleks


Gambar 5. Spektra IR senyawa kompleks
H. Analisis Unsur C, H, N
F. Daya Hantar Larutan Senyawa Kompleks Jika dibandingkan dengan prediksi rumus molekul [Cu(II)-
(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2, hasil pengukuran analisis unsur
Data daya hantaran larutan standar dan kompleks dalam pada Tabel 2, secara eksperimen menunjukkan nilai yang lebih
metanol dapat dilihat pada Tabel 1. Senyawa kompleks kecil. Hal tersebut dimungkinkan adanya atom atau molekul
dibandingkan dengan daya hantaran standar yang paling lain yang terikat pada senyawa koordinasi. Kemungkinan
mendekati yaitu pada larutan MgCl2. Perbandingan muatan pertama adalah adanya inti tembaga(II) lebih dari satu dan
kation dan anion yang dihasilkan adalah 2 : 1. klorin dari CuCl2.2H2O. Namun kemungkinan ini sangat kecil
Perbandingan kation dan anion ini menunjukkan bahwa logam dikarenakan tembaga dan klorin mempunyai massa atom
Cu sebagai atom pusat menunjukkan muatan +2, sedangkan relatif cukup besar dari massa molekul relatif [Cu(II)-(2-
Cl- tidak terkoordinasi pada atom pusat. feniletilamin)2(H2O)2]Cl2 yaitu masing-masing 15,40% dan
17,21%.
Tabel 1. Daya hantar larutan dan senyawa kompleks dan Kemungkinan yang kedua adalah adanya pelarut metanol
senyawa pembanding atau air hidrat. Air hidrat ini berasal dari senyawa tembaga
Rumus Senyawa m (S.cm2.mol-1) Tipe elektrolit (CuCl2.2H2O). Namun kemungkinan terbesar yang
Metanol 2,45 -
mempengaruhi adalah adanya air hidrat, bukan karena adanya
KCl dalam metanol 85,45 1:1
pelarut metanol karena dengan penambahan metanol justru
MgCl2 dalam metanol 135,75 2:1
FeCl3 dalam metanol 58,85 3:1 dapat meningkatkan prosentase karbon. Jumlah molekul air
Kompleks dalam metanol 141,05 2 : 1` hidrat yang sesuai adalah sebanyak dua molekul. Sehingga,
kesesuaian nilai kandungan unsur dan ion logam secara
eksperimen terhadap teori menunjukkan bahwa rumus
G. Analisis Termal Senyawa Kompleks dengan DTA-TGA molekul kompleks yang diprediksikan adalah [Cu(II)-(2-
Kurva TGA pada Gambar 6 terlihat bahwa penurunan feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O.
berat cuplikan berlangsung melalui tiga tahap. Tahap pertama
terjadi pengurangan berat cuplikan sebanyak 8,65% pada Tabel 2. Kadar unsur dalam senyawa kompleks
Rumus Molekul % Cu %C %H %N
temperatur 160-220 C. Rentang temperatur 100-200 C Eksperimen 14,04 41,36 6,60 6,06
biasanya menunjukkan dekomposisi air sebagai air hidrat. [Cu(II)-(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O 14,16 42,80 6,69 6,24
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 4

Kurva 1/M terhadap suhu pada Gambar 9, menghasilkan


cekungan ke atas yang menunjukkan interaksi feromagnet
I. Prediksi Struktur Senyawa Kompleks pada senyawa kompleks. Persamaan garis lurus yang dibuat
Berdasarkan seluruh analisis yang telah dilakukan melalui kurva 1/M terhadap suhu dihasilkan garis dengan
sebelumnya, senyawa kompleks yang dihasilkan diprediksi persamaan y = 25,71x 242,9. Dari persamaan ini dapat
memiliki struktur [Cu(II)-(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O diperoleh nilai tetapan Weiss, , sebesar +9,72. Nilai yang
seperti pada Gambar 7. senyawa kompleks polimer dapat positif menunjukkan interaksi magnet yang terjadi pada inti
disintesis dengan ligan 2-feniletilamin karena ligan 2- ion Cu2+ dengan ligan 2-feniletilamin adalah feromagnetik.
feniletilamin merupakan ligan monodentat yang dapat
menyumbangkan satu pasang elektron bebas kepada ion
logam sebagai atom pusat. Jika ion Cu2+ dengan konfigurasi
elektron valensi 3d94s0 berinteraksi dengan ligan 2-
feniletilamin, maka akan menghasilkan hibridisasi d2sp. Oleh
karena itu, tembaga(II) sebagai atom pusat akan mengikat dua
gugus amino dan dua gugus hidroksil melalui ikatan
koordinasi terhadap atom pusat sehingga membentuk struktur
senyawa kompleks square planar.
2+

Gambar 9. Kurva 1/m terhadap suhu


H

O NH2
H

Cu
IV. KESIMPULAN
H Cl2.2H2O
NH2 O
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa senyawa
H
kompleks [Cu(II)-(2-feniletilamin)] telah berhasil disintesis
dengan perbandingan mol logam dan mol ligan = 1:2.
Senyawa ini diprediksi membentuk senyawa koordinasi
square planar dengan rumus molekul [Cu(II)-(2-
Gambar 7. Prediksi struktur senyawa kompleks feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O. Senyawa kompleks ini
bersifat paramagnetik dengan nilai eff 1,97 BM dan memiliki
J. Sifat Magnetik Senyawa Kompleks interaksi feromagnetik, dengan kostanta Weiss, , +9,72 dan
suhu Curie, Tc, 15 K.
Kompleks [Cu(II)-(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O
memiliki nilai momen magnet efektif (eff) sebesar 1,97 BM
pada temperatur kamar. Hal ini menunjukkan bahwa kompleks UCAPAN TERIMA KASIH
yang terbentuk bersifat paramagnetik. Nilai momen magnetik Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dr.
senyawa kompleks [Cu(II)-(2 feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O Fahimah Martak, M.Si selaku dosen pembimbing atas segala
lebih besar daripada nilai momen magnetik secara teoritis bimbingannya, waktu dan segala diskusi serta semua ilmu
yaitu 1,73 BM. Nilai momen magnetik hasil eksperimen lebih yang bermanfaat selama penyusunan penelitian ini. Seluruh
besar daripada perhitungan momen magnetik secara Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Kimia FMIPA ITS Surabaya
teoritisnya. Hal ini dikarenakan adanya sumbangan orbital yang telah membagi ilmu dan pengalamannya. Temanteman
pada ion logam. kimia angkatan 2008 dan mahasiswa kimia FMIPA ITS
Hasil pengukuran suseptibilitas dengan variasi suhu Surabaya yang telah mendukung dan memberikan motivasi
menunjukkan suseptibilitas menurun sejalan dengan serta berbagai pihak yang telah membantu dalam
meningkatnya suhu. Kurva suseptibilitas terhadap suhu menyelesaikan penelitian ini.
senyawa kompleks Cu(II)-(2-feniletilamin)2(H2O)2]Cl2.2H2O
dapat dilihat pada Gambar 8. Pada suhu sekitar 15 K,
penurunan suhu menyebabkan terjadinya kenaikan DAFTAR PUSTAKA
suseptibilitas molar secara drastis. Ini menunjukkan senyawa [1] Verdaguer, Rational synthesis of molecular magnetic
kompleks memiliki suhu Curie, Tc, yaitu 15 K. materials: a tribute to Olivier Kahn, Polyhedron, (2001)
20. 11151128.
[2] Lee, J. D., Concise Inorganic Chemistry, Fourth
Edition, Chapmann and Hall, London (1994).
[3] Han, X.Y., Ren, Y.T. and Zheng, Y.Q., Synthesis,
Crystal Structures and Magnetic Properties of Two
Adamantine-1,3-dicarboxylato Bridged Cobalt(II)
Phenanthroline Complexes, Inorganica Chimica Acta
(2010) 363, 353-359.
[4] Martak, F., Study Cooperativity of Polymetallic
Complexes Related Magnetic Properties, Department of
Gambar 8. Kurva suseptibilitas magnet terhadap suhu Chemistry, Institut Teknologi Bandung (2008).
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5

[5] Arkenbout, A.H., Meetsma, A., Palstra, T.T.M., Bis(2-


phenylethylammonium) tetraaqua-dichloridonickel(II)
dichloride dehydrate, Acta Crystallographica (2007)
1-14.
[6] Martak, F., Kompleks Besi(II) dengan Ligan 2-
Feniletilamin, Seminar Nasional Kimia, Jurusan Kimia
FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
(2010).
[7] Underwood, A.L. and Day, R.A, Analisis Kimia
Kuantitatif, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta
(2002).
[8] Samath, S.A., Raman, N dan Jeyasubramanian, K., New
-diketon-(2-phenylethl)amine schiff base chelates of
copper(II), nickel(II) and cobalt(III) and their
electrophilic substitution products, Polyhedron (1991)
10, 1687-1693.
[9] Nakamoto, K., Infrared and Raman Spectra of Inorganic
and Coordination Compounds, Third Edition, John
Wiley & Sons, USA (1986).
[10] Susnandar, D, Sintesis dan Karakterisasi Senyawa
Koordinasi Besi(II) dengan Ligan Basa Schiff N,N-bis-
(2-asetilpiridin)etilendiimino dan Tiosianat, Skripsi,
ITB, Bandung (2008).

Anda mungkin juga menyukai

  • Viskositas
    Viskositas
    Dokumen9 halaman
    Viskositas
    Syarifah Humaira Al'mudhir
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Santi Kimia Fisika
    Jurnal Santi Kimia Fisika
    Dokumen11 halaman
    Jurnal Santi Kimia Fisika
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kimia Organik I
    Kimia Organik I
    Dokumen222 halaman
    Kimia Organik I
    Aprilianti Dwi Fitria Faisal
    67% (3)
  • Piaget Indo
    Piaget Indo
    Dokumen8 halaman
    Piaget Indo
    slametriyadi96
    Belum ada peringkat
  • 2126 1443071274 PDF
    2126 1443071274 PDF
    Dokumen7 halaman
    2126 1443071274 PDF
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Glikolisis Baru
    Glikolisis Baru
    Dokumen39 halaman
    Glikolisis Baru
    almaini
    Belum ada peringkat
  • Alk Ilha Lida
    Alk Ilha Lida
    Dokumen0 halaman
    Alk Ilha Lida
    Frisxa Aprilliia
    Belum ada peringkat
  • Aldehid Keton
    Aldehid Keton
    Dokumen29 halaman
    Aldehid Keton
    Siti Syabriyantini
    Belum ada peringkat
  • Diktat Praktikum Kimia Anorganik-2012
    Diktat Praktikum Kimia Anorganik-2012
    Dokumen31 halaman
    Diktat Praktikum Kimia Anorganik-2012
    Akil Ladzinrank
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Lipid
    Metabolisme Lipid
    Dokumen33 halaman
    Metabolisme Lipid
    Yuniar
    33% (3)
  • BIOKIMIA
    BIOKIMIA
    Dokumen11 halaman
    BIOKIMIA
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen26 halaman
    Kel. 5
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 3
    Kel. 3
    Dokumen17 halaman
    Kel. 3
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Lipid1
    Metabolisme Lipid1
    Dokumen43 halaman
    Metabolisme Lipid1
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen26 halaman
    Kel. 5
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen26 halaman
    Kel. 5
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 4
    Kel. 4
    Dokumen16 halaman
    Kel. 4
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen26 halaman
    Kel. 5
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 5
    Kel. 5
    Dokumen26 halaman
    Kel. 5
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 1
    Kel. 1
    Dokumen12 halaman
    Kel. 1
    mabes
    Belum ada peringkat
  • Kel. 2
    Kel. 2
    Dokumen22 halaman
    Kel. 2
    mabes
    Belum ada peringkat