Anda di halaman 1dari 32

1.

JENIS-JENIS PENELITIAN
1) Penelitian berdasarkan Pendekatan
Berdasarkan pendekatannya penelitian dikelompokkan menjadi :
a. Penelitian Kuantitatif
Menurut Ari Kunto penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
serta terhadap hasilnya (Ari Kunto, 1992). Sedangkan menurut Sugiyono
(2009:14), penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa penelitian kuantitatif adalah


penelitian yang data-datanya berupa angka dan data-data yang diangkakan
kemudian data dikumpulkan dalam bentuk angka dan ditafsirkan kedalam
bentuk angka juga. Penelitian kuantitatif dipandang sebagai sesuatu yang
bersifat konfirmasi dan deduktif. Bersifat konfirmasi disebabkan karena
metode penelitian kuantitatif ini bersifat menguji hipotesis dari suatu teori
yang telah ada. Penelitian bersifat mengkonfirmasi antara teori dengan
kenyataan yang ada dengan mendasarkan pada data ilmiah dalam bentuk
angka atau numerik, sehingga penelitian kuantitatif diidentikkan dengan
penelitian numerik. Penarikan kesimpulan pada penelitian kuantitatif bersifat
deduktif yaitu menarik kesimpulan dari sesuatu yang bersifat umum ke
sesuatu yang bersifat khusus. Hal ini berangkat dari teori-teori yang
membangunnya.

Penelitian kuantitatif banyak digunakan untuk menguji suatu teori, untuk


menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan
hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat mengembangkan
konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal,
baik itu dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial. Metode penelitian
kuantitatif dapat digunakan ketika:

a) Masalah yang merupakan titik tolak dari penelitian sudah jelas data-
datanya

b) Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, tetapi
tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi

c) Ingin diketahui pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang


lain. Hal ini cocok jika menggunakan metode eksperimen yang merupakan
bagian dari metode kualitatif. Misalnya; ingin meneliti pengaruh jamu
tertentu terhadap derajad kesehatan

d) Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat


berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif

e) Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang


empiris dan dapat diukur

f) Ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas


pengetahuan, teori dan produk tertentu.

Karakteristik penelitian kuantitatif, yaitu :


a) Dipengaruhi metode penelitian alam
b) Bersifat behavioristik - mekanistik - empirik
c) Memberikan perhatian pada hasil ( produk )
d) Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan aturan, hukum dan prinsip
yang bersifat umum
e) Konversi kualitas menjadi kuantitas
f) Konfirmasi teori
g) Menjunjung tinggi objektivitas
Penelitian kuantitatif memiliki beberapa keunggulan, seperti yang
dikemukanakan oleh Suryabrata, yaitu :
a) Memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara eksak.
b) Mengikuti tata pikir dan tata kerja yang pasti dan konsisten.
c) Data dapat diringkas dengan cara dan bentuk yang lebih bermakna dan
lebih mudah dianalisis.
d) Memungkinkan penggunaan teknik analisis statistic dan matematis yang
dapat diandalkan dalam penelitian ilmiah.
e) Hasil penelitian yang diperoleh memiliki komunikabilitas yang tinggi.
Namun, penelitian kuantitatif juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:
a) Observasi tergantung pada kemampuan pengamatan dan mengingat
b) Kelemahan-kelemahan observer dalam pencatatan
c) Banyak kejadian dan keadaan objek yang sulit diobservasi, terutama yang
menyangkut kehidupan pribadi yang sangat rahasia
d) Observasi sering menemukan observer yang bertingkah laku baik dan
menyenangkan karena tahu dia sedang di observasi
e) Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam keadaan tertentu
sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan observasi tidak
dapat dilakukan.

b. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah prosedur penilaian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat
diamati (Sudarto :1997).
Metode penelitian kualitatif dapat digunakan jika:
a) Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin
malah masih gelap. Sebab dengan metode kualitatif, peneliti langsung
masuk ke objek penelitian dan dapat melakukan eksplorasi secara
mendalam
b) Ingin memahami makna dibalik data yang tampak. Karena gejala sosial
sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan
orang
c) Ingin memahami interaksi sosial. Karena interaksi sosial yang kompleks
hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode
kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap
interaksi sosial
d) Ingin memahami perasaan orang. Karena perasaan orang sulit dimengerti
kalau tidak ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang tersebut
e) Ingin mengembangkan teori. Pengembangan teori yang dimaksud
dibangun berdasarkan situasi, kondisi dan teori yang diperoleh di
lapangan
f) Ingin memastikan kebenaran data. Karena data sosial sulit dipastikan
kebenarannya jika belum menemukan apa yang dimaksud. Ibarat mau
mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum provokator yang
dimaksud ditemukan, penelitian belum dinyatakan selesai
g) Ingin meneliti sejarah perkembangan. Misalnya ingin melacak kehidupan
seseorang tokoh, sejarah lembaga atau masyarakat, dan lain-lain.
Karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a) Penelitian kualitatif memiliki setting yang alamiah sebagaimana sumber
datanya yang langsung dan peneliti adalah sebagai instrumen kuncinya.
b) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
c) Para peneliti kualitaif lebih berkenaan dengan proses daripada dengan
hasil.
d) Para peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif.
e) Makna sebagai sesuatu yang esensial dalam pendekatan kualitatif.
Keunggulan penelitian kualitatif :
a) Lebih dimungkinkan lahirnya teori sosial baru. Dengan cara kerja yang
lebih mementingkan konseptualisasi yang muncul dari data (induktif) yang
diperoleh, dan melalui abstraksi konseptual dengan bantuan teori yang
sudah ada, akan lebih besar kemungkinannya teori baru yang dilahirkan.
b) Dengan penelitian kualitatif masalah realitas subyektif seperti masalah-
masalah yang berkaitan dengan sistem nilai, agama atau masalah
kebudayaan pada umumnya akan dapat diungkapkan. Dalam
kenyataannya tidak semua fakta sosial dapat dikuantifikasir secara begitu
saja. Dalam realitas sosial tertentu, penyeragaman analisa melalui
statistik misalnya, justru hanya akan membawa pada pendangkalan.
Kelemahan penelitian kualitatif :
a) Dengan tiadanya prinsip keterwakilan (representativeness) dalam
pengambilan sampel, jelas secara metodologis tidak memiliki hak untuk
menggeneralisasikan hasil temuannya. Di samping itu dengan tanpa
menggunakan teori sebagai landasan verifikasi, maka secara metodologis
juga sulit dilakukan prediksi. Meskipun secara substantif kemungkinan
generalisasi temuan dan ramalan-ramalan itu masih dimungkinkan
dengan syarat yang sangat ketat. Di samping dibutuhkan tingkat
kedalaman dalam mengkaji keajegan yang terjadi, juga dibutuhkan
ketajaman analisa dalam menafsirkan data yang ditemukan.Bahkan
penelitian kualitatif cenderung menolak adanya generalisasi, karena
memiliki prinsip bahwa dalam setiap konteks pasti memiliki perbedaan
khusus.
b) Unsur subyektifitas dari peneliti bagaimanapun sangat sulit untuk
dihindari. Meskipun sudah disediakan teknis untuk mengeliminasi
subyektifitas peneliti dengan melalui pembedaan yang ketat antara emik
(pendapat yang diteliti) dan etik (pendapat peneliti) bagaimanapun unsur
subyektifitas tetap sangat sulit dihindari.
c. Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan
pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek
penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu,
seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya.
Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam
kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
a) Studi alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan
individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang
cukup lama (jangka panjang)
b) Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan
perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia
tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak
perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti dengan subjek
baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan,
peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti
tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas
satu saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c) Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa
lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang.
Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.

2) Penelitian berdasarkan Fungsi


Berdasarkan fungsinya, penelitian dibagi menjadi :
a. Penelitian Dasar
Penelitian dasar (basic research) disebut juga penelitian murni (pure
research) adalah penelitian yang diperuntukan bagi pengembangan suatu
ilmu pengetahuan serta diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada
atau menemukan teori baru. Peneliti yang melakukan penelitian dasar
memiliki tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa memikirkan
pemanfaatan secara langsung dari hasil penelitian tersebut. Penelitian dasar
justru memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan serta
pengujian teori-teori yang akan mendasari penelitian terapan.
Penelitian dasar lebih diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan, dan
memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar
mungkin belum dapat dimanfaatkan secara langsung akan tetapi sangat
berguna untuk kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah
untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip dasar, hukum-hukum
ilmiah, serta untuk meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah
(Sukmadinata, 2005).
Tingkat generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum
serta berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk
memecahkan masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang
dihasilkannya dapat mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata
lain, hasil penelitian dasar dapat mempengaruhi kehidupan praktis. Contoh
penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan adalah
penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian tersebut
sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk
merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
b. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) dapat diartikan sebagai studi
sistematik dengan tujuan menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat
dipraktekan bagi pemecahan masalah tertentu. Penelitian terapan dilakukan
berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan
pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar
dalam kehidupan nyata. Penelitian terapan berfungsi untuk mencari solusi
tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan utama penelitian terapan adalah
pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok maupun untuk
keperluan industri atau politik dan bukan untuk wawasan keilmuan semata
(Sukardi, 2003). Dengan kata lain penelitian terapan adalah satu jenis
penelitian yang hasilnya dapat secara langsung diterapkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini menguji manfaat
dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam
bidang-bidang tertentu. Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam
rumusan bersifat umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung.
Setelah sejumlah studi dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu
tertentu, pengetahuan tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan
persepsi para praktisi. Penelitian terapan lebih difokuskan pada pengetahuan
teoritis dan praktis dalam bidang-bidang tertentu bukan pengetahuan yang
bersifat universal misalnya bidang kedokteran, pendidikan, atau teknologi.
Penelitian terapan mendorong penelitian lebih lanjut, menyarankan teori dan
praktek baru serta pengembangan metodologi untuk kepentingan praktis.
Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru tetapi
meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985).
c. Penelitian Evaluatif
Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja yang menjelaskan sifat
suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi. Penelitian evaluatif
menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya mengevaluasi
terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian
yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi,
yang merupakan kondisi nyata mengenai keterlaksanaan rencana yang
memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti menunjukkan kehati-hatian
karena ingin mengetahui apakah implementasi program yang telah
direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil
sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta
apa yang menjadi penyebabnya. Penelitian evaluatif pada dasarnya
merupakan bagian dari penelitian terapan namun tujuannya dapat dibedakan
dari penelitian terapan.
Penelitian evaluatif harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Arikunto, 2006):
a) Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang
berlaku bagi penelitian ilmiah pada umumnya.
b) Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir sistemik yaitu memandang
program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dan beberapa
komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain dalam
menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
c) Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi,
perlu adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai factor
penentu bagi keberhasilan program.
d) Menggunakan standar, kriteria, dan tolok ukur yang jelas untuk setiap
indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui dengan cermat keunggulan
dan kelemahan program.
e) Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata
secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum
terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan
identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan program yang
dievaluasi.
f) Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci
dan akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
g) Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan/
rekomendasi bagi kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti
harus berkiblat pada tujuan program kegiatan sebagai standar, kriteria,
atau tolak ukur.
d. Penelitian Tindakan (action research)
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri melalui tindakan
nyata dalam situasi yang sebenarnya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki
proses dan peahaman tentang praktik-praktik pendikan secara utuh,
mengembangkan profesional, dan meningkatkan hasil kegiatan. Tujuan
penelitian ini menunjukkan implikasi yang harus diperhatikan. Pertama,
penelitian tindakan harus dilakukan secara ilmiah sesuai konsep penelitian
ilmiah. Kedua, harus meliatkan kelompok partsipan sehingga dapat dilakukan
kolaborasi. Ketiga, harus dilakukan untuk memperbaiki praktik pendidikan
seperti ketrampilan mengajar. Keempat, harus dilakukan untuk acuan
melakukan refleksi diri.
Aspek pokok penelitian tindakan ini ada tiga, yaitu:
a) Untuk memperbaiki praktik
b) Untuk mengembangkan kemampuan profesional dalam arti
mengembangkan pemahaman dan ketrampilan baru para praktisi dalam
praktik yang dilaksanakan
c) Untuk memperbaiki keadaan atau situasi tersebut dilaksanakan.
Inti dari penelitian tindakan ini adalah menekankan pada tindakan dalam
praktik atau situasi nyata yang terbatas, sehingga diharapkan dari
tindakan tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu
pembelajaran.
d) Penelitian Penilaian (assessment research)
Penelitian penilaian adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan
perubahan atau perbaikan perilaku individu setelah menjalani suatu
perlakuan dengan waktu dan program tertentu.
e. Penelitian Komparatif
Studi komparatif (comparative study) atau studi kausal komparatif (causal
comparative studi) merupakan jenis penelitian yang digunakan untuk
membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variable tertentu.
Tujuan penelitian komparatif adalah untuk melihat perbedaan dua atau lebih
situasi, peristiwa, kegiatan, atau program yang sejenis atau hampir sama
yang melibatkan semua unsur atau komponennya. Analisis penelitian
dilakukan terhadap persamaan dan perbedaan dalam perencanaan,
pelaksanaan, factor-faktor pendukung hasil. Hasil analisis perbandingan
dapat menemukan unsure-unsur atau factor-faktor penting yang
melatarbelakangi persamaan dan perbedaan.
Jika suatu yang dibandingkan itu tentang situasi atau kejadian, maka
unsure-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda, seperti
deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau
intensitas kejadian, factor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari
analisis tersebut juga akan dapat ditemukan factor-faktor dominan yang
melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.
Penelitian komparatif dapat digunakan jika: (a) metode eksperimental
yang dianggap lebih kuat tidak memungkinkan untuk dilakukan, (b) penelitian
tidak mungkin memilih, mengontrol, dan memanipulasi factor-faktor yang
penting untuk mempelajari hubungan sebab-akibat secara langsung, (c)
pengontrolan terhadap seluruh variable (kecuali variable bebas) sangat tidak
realistis dan terlalu dibuat-buat, serta mencegah interaksi secara normal
dengan variabel-variabel lain yang berpengaruh, dan (d) pengontrolan di
laboratorium untuk beberapa tujuan penelitian dianggap tidak praktis, mahal,
atau secara etika dipertanyakan.
f. Penelitian Korelasional
Penelitian ini mempelajari hubungan dua variable atau lebih, yakni
hubungan variasi dalam satu variabel dengan variasi dalam variabel lain.
Derajat hubungan variabel-variabel dinyatakan dalam satu indeks yang
dinamai koefisien korelasi. Penelitian korelasional dapat digunakan untuk
menguji hipotesis tentang hubungan antarvariabel atau untuk menyatakan
besar-kecilnya hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian korelasional bertujuan untuk menguji hipotesis yang dilakukan
dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien kolerasi
(r) antara variabel-variabel tersebut, agar dapat ditentukan variabel-variabel
mana yang berkolerasi. Misalnya, peneliti ingin mengetahui variabel-variabel
yang berhubungan dengan kompetensi professional guru. Semua variabel
yang ada kaitannya, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman
mengajar, mata pelajaran yang diampu, dan lain-lain diukur, lalu dihitung
koefisien korelasinya untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat
hubungannya dengan kompetensi professional guru.
Karakteristik penelitian korelasional yaitu:
a) Adanya hubungan dua variabel atau lebih
b) Adanya koefisien korelasi, yang menunjukkan tinggi rendahnya hubungan
c) Tidak ada perlakuan (treatmean) khusus
d) Dan data yang diperoleh bersifat kuantitatif.
Penelitian korelasional memiliki beberapa kelemahan, antara lain
a) Hanya mengidentifikasi hubungan antar variabel, bukan mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat
b) Kurang tertib dan ketat jika dibandingkan dengan metode eksperimental
karena kurang melakukan control terhadap variabel-variabel bebasnya
c) Cenderung mengidentifikasi pola hubungan semu yang kurang reliable
dan valid
d) Pola hubungan sering tidak menentu dan kabur
e) Sering memberikan rangsangan penggunaannya semacam pendekatan
shot gun, yaitu memasukkan data tanpa pandang bulu dari sumber yang
beragam dan memberikan interprestasi yang bermakna atau yang
berguna.
g. Penelitian Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seorang individu,
kelompok atau lembaga yang dianggap memiliki atau mengalami kasus
tertentu. Tujuan penelitian studi kasus adalah untuk mempelajari secara
mendalam dan sistematis dalam kurun waktu cukup lama tentang sesuatu
kasus sehingga dapat dicari alternatif pemecahannya.
Karakteristik penelitian studi kasus
a) Menyelidiki suatu kasus atau masalah secara mendalam dan sistematis
b) Menghasilkan suatu gambaran yang lengkap yang terorganisasi dengan
baik
c) Lingkup masalah dapat mencakup keseluruhan aspek kehidupan atau
hanya bagian-bagian tertentu dan factor-faktor yang spesifik saja,
tergantung tujuan studi
d) Sekalipun studi ini hanya menganalisis unit-unit kecil dan spesifik tetapi
dapat melibatkan variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar
e) Adanya suatu target, yaitu untuk memecahkan masalah
f) Pada umumnya menggunakan pendekatan longitudinal.
3) Penelitian berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuannya, penelitian dikelompokkan menjadi :
a. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya
untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting social atau hubungan
antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki
definisi jelas tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan
who dalam menggali informasi yang dibutuhka. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok,
menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan
gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal, menyajikan
informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori
dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan
atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai
subjek penelitian.
b. Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif adalah suatu penelitian guna meramalkan gejala
yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang, berdasarkan prediksi
dari hasil penelaahan terhadap gejala yang diamati melalui evaluasi atau
penyelidikan saat ini.
Penelitian prediktif (predictive research) ditujukan untuk memprediksi
atau memperkirakan apa yang akan terjadi atau berlangsung pada saat yang
akan datang berdasarkan hasil analisis keadaan saat ini. Dapat dilakukan
melalui studi kecenderungan dengan melihat perkembangan melalui jangka
waktu tertentu, pada saat ini atau pada saat yang lalu dapat dilihat
kecenderungannya pada masa yang akan datang.
c. Penelitian Improftif
Penelitian inproftif ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau
menyempurnakan suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu
program.
d. Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang
hubungan antar suatu fenomena untuk variabel. Penelitian eksplanatif
mencoba untuk mencarai hubungan antar hal tersebut. Hubungan tersebut
bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling hubungan, sumbangan
atau kontribusi suatu variabel terhadap variabel lainnya.
4) Jenis-jenis penelitian berdasarkan metode
a. Penelitian sejarah
Pada dasarnya, penelitian sejarah merupaka expost facto research di
bawah payung qualitative research. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
tidak dapat dilakukan manipulasi atau kontrol terhadap variabel,
sebagaimana jenis-jenis penelitian di bawah payung quantative research.
Penelitian sejarah memfokuskan kajiannya terhadap fenomena, peristiwa
atau perkembangan yang terjadi pada masa lampau.
2) Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan tentang
fenomena dan peristiwa yang terjadi saat ini. Pola-pola penelitian deskriptif
ini antara lain : survey, studi kasus, causal-comparative, korelasional, dan
pengembangan. Tujuannya adalah:
a) Menjelaskan suatu fenomena
b) Mengumpulkan informasi yang bersifat aktual dan fuktual berdasarkan
fenomena yang ada
c) Mengidentifikasi masalah-masalah atau melakukan justifikasi kondisi-
kondisi dan praktik-praktik yang sedang berlangsung
d) Membuat perbandingan dan evaluasi
e) Mendeterminasi apa yang dikerjakan orang lain apabila memiliki masalah
atau situasi yang sama dan memperoleh keuntungan dari pengalaman
mereka untuk membuat rencana dan keputusan di masa yang akan
datang.
3) Penelitian eksperimen
Penelitian ekperimen adalah penelitian yang berusaha mencari
pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat. Bentuk penelitian eksperimen menurut Tuckman
(1982) ada 4 jenis, yaitu pre experimental, true experimental, factorial,
dan quasi experimental. Berbeda dengan Tuckman, Sukmadinata (2009)
dalam bukunya menyatakan bahwa penelitian eksperimen berdasarkan
variasinya terdiri dari penelitian ekperimen murni (true experimental),
eksperimen kuasi (quasi experimental), eksperimen lemah (weak
experimental) dan eksperimen subjek tunggal (single subject
experimental).
4) Penelitian survey
Penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari
satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
yang pokok (Singarimbun, 1998). Survei merupakan studi yang bersifat
kuantitatif yang digunakan untuk meneliti gejala suatu kelompok atau
perilaku individu. Survey adalah suatu desain yang digunaan untuk
penyelidikan informasi yang berhubungan dengan prevalensi, distribusi
dan hubungan antar variabel dalam suatu popilasi. Pada survey tidak
ada intervensi, survey mengumpulkan informasi dari tindakan
seseorang,pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku, dan nilai.
5) Penelitian ekspos fakta
Penelitian ekspos fakto (after the fact) merupakan penelitian yang
dilakukan terhadap suatu kejadian yang telah berlangsung. Jenis
penelitian ini disebut juga sebagai restropective study karena meneusuri
kembali terhadap suatu peristiwa dan kemudian menelusuri ke belakang
untuk menyelidiki faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian
tersebut. Penelitian ini dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam
variabel bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara
alami. Penelitian ini merupakan penelitian yang variabel-variabel
bebasnya telah terjadi perlakuan atau tidak dlakukan pada saat
penelitian berlangsung.
2. HIPOTESIS PENELITIAN
a. Definisi Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani: hypo = di bawah; thesis =


pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian. Artinya, hipotesa merupakan
sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam rangka kegiatan ilmiah yang
mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar, teliti, dan terarah. Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna di dalamnya.

Hipotesis disebut juga sebagai sebuah anggapan, perkiraan, dugaan, dan


sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan atau proposisi yang
mengatakan bahwa di antara sejumlah fakta ada hubungan tertentu. Proposisi
inilah yang akan membentuk proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam
penelitian.

Hipotesis merupakan jawaban atas masalah secara teoritis atau jawaban


sementara yang masih perlu diuji kebenarannya melalui fakta fakta. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan suatu analisa statistik

Hipotesis merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai


jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai
suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau
lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah
diformulasikan dalam kerangka teoritis.

Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan
antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya
merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada
hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk
menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan
hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah
yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti
menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang
diturunkan dari teori.

Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat


diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan
ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum
digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat
keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk
fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat
diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang
menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut
sebagai hipotesis.

Jika teori merupakan pernyataan yang menunjukkan hubungan antar-


konsep (pada tingkat abstrak atau teoritis), hipotesis merupakan pernyataan
yang menunjukkan hubungan antar-variabel (dalam tingkat yang konkret atau
empiris). Hipotesis menghubungkan teori dengan realitas sehingga melalui
hipotesis dimungkinkan dilakukan pengujian atas teori dan bahkan membantu
pelaksanaan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan
penelitian. Oleh sebab itu, hipotesis sering disebut sebagai pernyataan tentang
teori dalam bentuk yang dapat diuji (statement of theory in testable form), atau
kadang-kadanag hipotesis didefinisikan sebagai pernyataan tentatif tentang
realitas (tentative statements about reality).

Oleh karena teori berhubungan dengan hipotesis, merumuskan hipotesis


akan sulit jika tidak memiliki kerangka teori yang menjelaskan fenomena yang
diteliti, tidak mengembangkan proposisi yang tegas tentang masalah penelitian,
atau tidak memiliki kemampuan untuk menggunakan teori yang ada. Kemudian,
karena dasar penyusunan hipotesis yang reliabel dan dapat diuji adalah teori,
tingkat ketepatan hipotesis dalam menduga, menjelaskan, memprediksi suatu
fenomena atau peristiwa atau hubungan antara fenomena yang ditentukan oleh
tingkat ketepatan atau kebenaran teori yang digunakan dan yang disusun dalam
kerangka teoritis.
Jadi, sumber hipotesis adalah teori sebagaimana disusun dalam kerangka
teoritis. Karena itu, baik-buruknya suatu hipotesis bergantung pada keadaan
relatif dari teori penelitian mengenai suatu fenomena sosial disebut hipotesis
penelitian atau hipotesis kerja. Dengan kata lain, meskipun lebih sering terjadi
bahwa penelitian berlangsung dari teori ke hipotesis (penelitian deduktif),
kadang-kadang sebaliknya yang terjadi.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :

1) Hipotesis harus menduga Hubungan diantara beberapa variabel


Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih,
disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi
gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan
dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
2) Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal
ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
3) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan.
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Dalam beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan
penelitian, ini harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang
sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai
dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa
literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan
bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
4) Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk
kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam
menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis
tersebut.
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:

1) Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2) Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin
tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena
tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan
hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang
hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
3) Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4) Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah
anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika
itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5) Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa
terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai
dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6) Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam
istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan
fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
b. Asal dan Fungsi Hipotesis
Hipotesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti. Misalkan seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai jam
kerja. Adar dapat menurunkan hipotesis yang baik maka sebaiknya dia membaca
teori mengenai penentuan manajemen sumber daya manusia.
Kasus:
Pegawai mempunyai tingkat kepuasan kerja dikarenakan adanya kompensasi
yang memadai yang berupa gaji, insentif dan bonus. Jika ketiga komponen
tersebut selalui diberikan kepada para pegawai maka motivasi dan semangat
kerja pegawai akan meningkat.
Hipotesis:
Kepuasan kerja pegawai mempunyai hubungan dengan sistem kompensasi
finansial yang diberikan oleh perusahaan.
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau
tujuan penelitian. Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
a) Untuk menguji teori,
b) Mendorong munculnya teori,
c) Menerangkan fenomena sosial,
d) Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
e) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.

Agar fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada faktor-faktor yang
harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;

a) Hipotesis disusun dalam kalimay deklaratif, yaitu kalimat tersebut bersifat


positif dan tidak normatif
b) Variabel yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel yang operasional,
dalam arti dapat diamati dan diukur
c) Hipotesis menunjukan hubungan antara variabel-variabel.
c. Pertimbangan dalam Merumuskan Hipotesis
Dalam merumuskan hipotesis, peneliti perlu pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut:

a) Hipotesis harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih.


Maksudnya, dalam merumuskan hipotesis, seorang peneliti harus setidak-
tidaknya mempunyai dua variabel yang dikaji. Kedua variabel tersebut adalah
variabel bebas dan variabel tergantung. Contoh jam kerja dan stress kerja.
b) Hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda. Artinya,
rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna.
Tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu. Contoh: Ada hubungan
antara jumlah jam kerja pegawai dengan stress kerja.
c) Hipotesis harus dapat diuji secara empiris. Maksudnya adalah memungkinkan
untuk diungkapkan dalam bentuk opersional dan dapat dievaluasi
berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.
d. Jenis Hipotesis
Penetapan hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta
mempertimbangkan sifat dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun
bermacam-macam, ada yang didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan
tingkat kesenjangan yang mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.
Dalam penelitian, hipotesis dibedakan menjadi dua bagian, yaitu hipotesis
penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang
disusun dalam bentuk pernyataan atau proposisi. Hipotesis ini muncul sebagai
produk dari kerangka pemikiran yang telah disusun oleh peneliti. Oleh karena itu,
hipotesis penelitian ini biasanya dimunculkan setelah peneliti menguraikan
kerangka pemikiran.
Hipotesis statistik adalah hipotesis yang dibuat dalam bentuk hipotesis nol
(H0) dan hipotesis alternatif (H1), serta biasanya diikuti dengan simbol-simbol
statistik. Misalnya, peneliti ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua
variabel, simbol statistik yang sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak
mengkaji hubungan antarvariabel adalah rho (). Berdasarkan uraian tersebut,
dapat dipahami bahwa hipotesis statistik merupakan terjemahan operasional dari
hipotesis penelitian, agar hipotesis penelitian ini bisa diuji kebenarannya.
Contoh:
Rumusan masalah : Apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dan
disiplin kerja pegawai?

Hipotesis penelitian : Ada hubungan antara motivasi berprestasi dan disiplin kerja
pegawai.

Hipotesis statistik :

H0 : = 0, artinya tidak ada hubungan antara motivasi berprestasi dan disiplin


kerja pegawai.

H0 : 0, artinya tidak ada hubungan antara motivasi berprestasi dan disiplin


kerja pegawai.

Setiap masalah yang akan diselesaikan selalu mengandung 2 jawaban, yaitu


Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1)

Hipotesis Nol (H0)

Yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel independen (variabel bebas)


tidak mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (variabel terikat);
memprediksi bahwa tidak ada hubungan/perbedaan antara satu variabel
dengan variabel lainnya.

Contoh hubungan antara 2 variabel:

Merokok Sakit jantung


Hipotesis Nol (H0) = Tidak ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung

Contoh hubungan antara 2 variabel

Jenis
Sakit jantung
kelamin
Hipotesis Nol (H0) = Tidak ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki
dan perempuan

Hipotesis Alternatif (H1)

Yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa variabel independen (variabel bebas)


mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (variabel terikat);
memprediksi bahwa ada hubungan/perbedaan antara satu variabel dengan
variabel lainnya.

Merokok Sakit jantung


Hipotesis Alternatif (H1) = Ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung

Jenis
Sakit jantung
kelamin
Hipotesis Alternatif (H1) = Ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki
dan perempuan

Hipotesis Two Way

Disebut juga hipotesis sejajar (satu ekor), yaitu hipotesis yang memprediksi
bahwa tidak ada variabel yang lebih tinggi daripada variabel yang lain.

Contoh; Ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki dan perempuan.

Hipotesis One Way

Disebut juga hipotesis lebih tinggi, yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa salah
satu variabel lebih tinggi daripada variabel yang lain.

Contoh: Laki laki mempunyai resiko lebih tinggi terkena sakit jantung daripada
perempuan.

Kekeliruan dalam Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis hanya memberikan dua kemungkinan keputusan, yaitu


menolak atau menerima hipotesis nol. Dua tipe kesalahan dalam pengujian
hipotesis yaitu;

Kesalahan Tipe 1 (Type One Error)

Kesalahan Tipe 2 (Type Two Error)

Kesalahan Tipe 1

Yaitu suatu tindakan menolak H0, padahal H0 benar. Kesalahan tipe ini yaitu
menolak hal yang sebenarnya benar

Contoh; Menolak bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung, padahal memang tidak ada hubungan.

Kesalahan Tipe 2
Suatu tindakan menerima H0, padahal H0 salah. Kesalahan tipe ini yaitu
menerima hal yang sebenarnya salah.

Contoh; Menerima bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung, padahal sebenarnya ada hubungan.

Kekeliruan dalam Uji Hipotesis


Kenyataan

H0 BenarH0 Salah

Menolak H0
Keputusan
Menerima H0
Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga:

1) Hipotesis penelitian/kerja : merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu


masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar
hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian
hipotesis dengan mempergunakan data yang diperolehnya selama melakukan
penelitian. Misalnya : Ada hubungan antara jumlah bonus dengan tingkat
kepuasan kerja.
2) Hipotesis Operasional : merupakan hipotesis yang bersifat objektif. Artinya
peneliti merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan
dasarnya, tetapi juga berdasarkan objektivitasnya, bahwa hipotesis penelitian
yang dibuat belum tentu benar setelah diuji menggunakan data yang ada.
Untuk itu peneliti memerlukan hipotesis pembanding yang bersifat objektif dan
netral, atau yang secara teknis disebut hipotesis nol (H0). H0 digunakan untuk
memberikan keseimangan pada hipotesis penelitian karena peneliti meyakini
dalam pengujian nanti benar atau salahnya hipotesis penelitian tergantung
pada bukti-bukti yang diperolehnya selama melakukan penelitian. Contoh: H0:
Tidak ada hubungan antara jumlah bonus dengan tingkat kepuasan kerja.
3) Hipotesis statistik : merupakan jenis hipotesis yang dirumuskan dalam bentuk
notasi statistik. Hipotesis ini dirumuskan berdasarkan pengamatan peneliti
terhadapa populasi dalam bentuk angka (kuantitif). Misalnya H0: p = 0; untuk
H0 dengan bunyi persentase kenaikan jam kerja tidak berhubungan dengan
stress kerja.

Macam-Macam Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tiga macam masalah penelitian (deskriptif, komparatif dan


asosiatif), maka ada tiga macam hipotesis penelitian (Ha), yaitu:

1) Hipotesis Deskriptif yaitu hipotesis yang tidak membandingkan dan


menghubungkan dengan variabel lain atau hipotesis yang dirumuskan untuk
menentukan titik peluang, hipotesis yang dirumuskan untuk menjawab
permasalahan taksiran (estimatif).
Contoh:
Panen udang windu di Tambak Udang Kalinyar-Bangil mencapai 3 ton/ha.
Motivasi belajar siswa SDN Melayu 5 mencapai 80% dari kriteria rata-rata
nilai ideal yang ditetapkan.
Gaya mengajar dosen statistik mencapai 70% dari kriteria rata-rata nilai
ideal.
2) Hipotesis Komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada
permasalahan yang bersifat membedakan.
a) Ada perbedaan besarnya motivasi belajar antara mahasiswa prodi
Administrasi pendidikan dengan mahasiswa PGSD.
b) Ada perbedaan kesenangan bagi anak-anak SD antara menonton TV
dengan membaca buku, bahwa menonton TV lebih disukai daripada
membaca buku.
c) Ada perbedaan kemampuan berbahasa asing antara lulusan pondok
pesantren Yapi Bangil dengan lulusan SMU Darul Ulum Jombang, yaitu
lulusan pondok pesantren Yapi Bangil lebih baik daripada lulusan SMU
Darul Ulum Jombang.
3) Hipotesis Asosiatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada
permasalahan yang bersifat hubungan. Pada hakikatnya ada dua jenis
hipotesis statistika. Jenis pertama adalah apabila data kita berupa populasi
yang kita peroleh melalui sensus. Dengan data populasi, hipotesis statistika
cukup berbentuk H. Tidak diperlukan hipotesis H0. Misalnya dalam hal
rerata, hipotesis statistika itu berbentuk H: X > 6. Jika data populasi
memiliki rerata di atas 6 maka hipotesis diterima dan jika tidak maka
hipotesis ditolak. Karena seluruh populasi sudah dilihat maka keputusan ini
menjadi kepastian.
Jenis kedua adalah apabila data kita berupa sampel yang kita peroleh
melalui penarikan sampel. Biasanya sampel itu berupa sampel acak, baik
dengan cara pengembalian maupun dengan cara tanpa pengembalian.
Dengan data sampel, hipotesis statistika menjadi H0 dan H1. Misalnya dalam
rerata, hipotesis statistika itu berbentuk H0: X = 6 dan H1: X > 6.
Syaratnya adalah tiadanya pilihan ketiga. Sedangkan menurut sifat
hubungannya hipotesis penelitian (Ha) ada tiga jenis, yaitu:
a) Hipotesis hubungan simetris ialah hipotesis yang menyatakan hubungan
yang bersifat kebersamaan antara kedua variabel atau lebih, tetapi tidak
menunjukan sebab akibat.
Contoh:
- Ada hubungan antara berpakaian mahal dengan penampilan.
- Ada hubungan yang positif antara banyaknya penonton sepak bola
dengan tingkat kerusuhan.
b) Hipotesis hubungan sebab akibat (kausal) ialah hipotesis yang
menyatakan hubungan yang bersifat mempengaruhi antara dua variabel
atau lebih.
Contoh:
- Motivasi belajar berpengaruh positif terhadap prestasi belajar.
- Disiplin guru yang tinggi berpengaruh positif terhadap produktivitas
kerja.
c) Hipotesis hubungan interaktif ialah hipotesis hubungan antara dua
variabel atau lebih yang bersifat saling mempengaruhi.
Contoh:
- Terdapat pengaruh timbal balik antara kreativitas siswa dengan hasil
belajar.
- Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara status sosial
ekonomi dengan terpenuhi gizi keluarga.

Cara merumuskan Hipotesis

Cara merumuskan hipotesis ialah dengan tahapan merumuskan hipotesis


penelitian, hipotesis operasional dan hipotesis statsitik. Tahapan merumuskan
penelitian dilakukan dengan merumuskan hipotesis yang kita buat dan
menyatakan dalam bentuk kalimat.

Contoh 1 : Hipotesis asosiatif

Rumusan masalah: Adakah hubungan antara gaya kepemimpinan dengan


kinerja pegawai?

Hipoteisi penelitian :

Ada hubungan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja pegawai.

Tahap merumuskan hipotesis operasional dilakukan dengan


mendefinisikan hipotesisi secara operasional variabel-variabel yang ada di
dalamnya agar dapat dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi
terhadap bawaan. Kinerja pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi-
rendahnya pemasukan perusahaan. Hipotesis operasional dijadikan dua, yaitu
hipotesis 0 yang bersifat netral dan hipotesis 1 yang bersifat tidak netral atau
didasarkan pada asumsi.

Jadi rumusan hipotesi operasionalnya:

H0 : Tidak ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawaan


dengan tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan.

H1 : Ada hubungan antara cara memberikan instruksi terhadap bawahan dengan


tinggi-rendahnya pemasukan perusahaan.
Hipotesis statistik ialah operasional yang diterjemahkan ke dalam bentuk
angka-angka statsitik sesuai dengan alat ukur yang dipilih oleh peneliti. Dalam
contoh ini asumsi kenaikan pemasukan adalah sebesar 30%.

Ciri Hipotesis Yang Baik

Perumusan hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri


sebagai berikut:

a) Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif,


bukan kalimat pertanyaan.
b) Hipotesis berisi penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua
variabel penelitian.
c) Hipotesis harus sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
d) Hipotesis harus dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik
menunjukkan bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan
bagaimana prediksi hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
e) Hipotesis harus sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi
kesalahpahaman pengertian.

Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi kriteria yang tersebut di


atas:

1) Olahraga teratur dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan


kadar gula darah secara signifikan pada pasien IDDM.
2) Pemberian tambahan susu sebanyak 3 gelas per hari pada bayi umur 3
bulan meningkatkan berat badan secara signifikan.

Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mengefektifkan fungsi-fungsi


hipotesis adalah:

1) Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak
normatif. Istilah-istilah seharusnya atau sebaliknya tidak terdapat dalam
kalimat hipotesis. Contoh: Anak-anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat
ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian: Kepatuhan anak-anak
kepada orang tua mereka makin menurun.
2) Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel
yang opersional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3) Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
3. Mengapa Kita Harus Melakukan Riset
Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa
penelitian itu perlu dilakukan, yaitu:
1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
2) Pemenuhan rasa ingin tahu
3) Pemecahan masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat yang
sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak
ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas,
dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan,
ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya,
seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran
atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia
dalam kehidupannya perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di
lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa
ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang
sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu,
menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh.
Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu,
mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban
sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-
orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,
dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam
kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan
bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta
di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, antara lain:
a) Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan.
Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara
masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun
temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
b) Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama,
masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya, dll.
c) Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya
seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya,
mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya.
d) Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka
dengan didobrak.
e) Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio berhenti,
lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
f) Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian
dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti
prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.

Keempat, pemenuhan pengembangan diri. Manusia merasa tidak puas dengan


apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya. Manusia selalu ingin yang lebih
baik, lebih sempurna, lebih memberikan kemudahan, selalu ingin menambah dan
meningkatkan kekayaan dan fasilitas hidupnya. Keinginan manusia yang selalu
ingin lebih baik itu, ada yang dicapai dalam waktu relatif singkat dengan ruang
lingkup yang lebih sempit maupun membutuhkan waktu yang cukup lama dengan
ruang lingkup yang lebih luas dan komplek melalui penelitian.

Tujuan melakukan riset


1) Tujuan pertama melakukan penelitian adalah untuk memaparkan fenomena
yang benar-benar terjadi. Kata 'memaparkan' di terjemahkan dari kata inggris 'to
describe'. Menurut Google, kata bahasa Inggris 'to describe' yang berarti:
- Menerangkan dengan menggunakan kata-kata mengenai sesuatu, meliputi
semua semua karakteristik sesuatu tersebut.
- Memberikan tanda mengenai keberadaan atau menggambarkan sesuatu
2) ujuan kedua melakukan penelitian adalah untukmenjelaskan fenomena yang
benar-benar terjadi. Kata 'menjelaskan' di terjemahkan dari kata Inggris 'to
explain'. Menurut Google, 'to explain' berarti "membuat agar (suatu ide,
keadaan, atau masalah) menjadi dapat dimengerti dengan menunjukkan fakta
yang relevan".
3) Tujuan ketiga melakukan penelitian adalah untuk memprediksi suatu fenomena
berdasarkan apa yang telah benar-benar terjadi. Kata 'memprediksi'
diterjemahkan dari kata Inggris 'to predict'. Menurut Google, 'to predict' berarti
menyatakan atau menduga bahwa sesuatu akan terjadi pada waktu yang akan
datang atau akan menjadi akibat dari sesuatu yang ada pada saat ini.
4) Tujuan melakukan penelitian yang terakhir adalah untuk mengendalikan suatu
fenomena yang benar-benar terjadi. Kata 'mengendalikan' diterjemahkan dari
bahasa Inggris 'to control'. Menurut Google, 'to control' berarti:
- Menentukan perilaku atau mengawasi berlangsungnya sesuatu
- Memperhitungkan faktor luar yang dapat mempengaruhi hasil

Mengapa perlu melakukan penelitian, yaitu untuk memaparkan, menjelaskan,


memprediksi dan mengendalikan suatu penomena yang benar-benar terjadi.

Anda mungkin juga menyukai