JENIS-JENIS PENELITIAN
1) Penelitian berdasarkan Pendekatan
Berdasarkan pendekatannya penelitian dikelompokkan menjadi :
a. Penelitian Kuantitatif
Menurut Ari Kunto penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data
serta terhadap hasilnya (Ari Kunto, 1992). Sedangkan menurut Sugiyono
(2009:14), penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
a) Masalah yang merupakan titik tolak dari penelitian sudah jelas data-
datanya
b) Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi, tetapi
tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi
b. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah prosedur penilaian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang dapat
diamati (Sudarto :1997).
Metode penelitian kualitatif dapat digunakan jika:
a) Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin
malah masih gelap. Sebab dengan metode kualitatif, peneliti langsung
masuk ke objek penelitian dan dapat melakukan eksplorasi secara
mendalam
b) Ingin memahami makna dibalik data yang tampak. Karena gejala sosial
sering tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan
orang
c) Ingin memahami interaksi sosial. Karena interaksi sosial yang kompleks
hanya dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode
kualitatif dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap
interaksi sosial
d) Ingin memahami perasaan orang. Karena perasaan orang sulit dimengerti
kalau tidak ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang tersebut
e) Ingin mengembangkan teori. Pengembangan teori yang dimaksud
dibangun berdasarkan situasi, kondisi dan teori yang diperoleh di
lapangan
f) Ingin memastikan kebenaran data. Karena data sosial sulit dipastikan
kebenarannya jika belum menemukan apa yang dimaksud. Ibarat mau
mencari siapa yang menjadi provokator, maka sebelum provokator yang
dimaksud ditemukan, penelitian belum dinyatakan selesai
g) Ingin meneliti sejarah perkembangan. Misalnya ingin melacak kehidupan
seseorang tokoh, sejarah lembaga atau masyarakat, dan lain-lain.
Karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :
a) Penelitian kualitatif memiliki setting yang alamiah sebagaimana sumber
datanya yang langsung dan peneliti adalah sebagai instrumen kuncinya.
b) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif.
c) Para peneliti kualitaif lebih berkenaan dengan proses daripada dengan
hasil.
d) Para peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif.
e) Makna sebagai sesuatu yang esensial dalam pendekatan kualitatif.
Keunggulan penelitian kualitatif :
a) Lebih dimungkinkan lahirnya teori sosial baru. Dengan cara kerja yang
lebih mementingkan konseptualisasi yang muncul dari data (induktif) yang
diperoleh, dan melalui abstraksi konseptual dengan bantuan teori yang
sudah ada, akan lebih besar kemungkinannya teori baru yang dilahirkan.
b) Dengan penelitian kualitatif masalah realitas subyektif seperti masalah-
masalah yang berkaitan dengan sistem nilai, agama atau masalah
kebudayaan pada umumnya akan dapat diungkapkan. Dalam
kenyataannya tidak semua fakta sosial dapat dikuantifikasir secara begitu
saja. Dalam realitas sosial tertentu, penyeragaman analisa melalui
statistik misalnya, justru hanya akan membawa pada pendangkalan.
Kelemahan penelitian kualitatif :
a) Dengan tiadanya prinsip keterwakilan (representativeness) dalam
pengambilan sampel, jelas secara metodologis tidak memiliki hak untuk
menggeneralisasikan hasil temuannya. Di samping itu dengan tanpa
menggunakan teori sebagai landasan verifikasi, maka secara metodologis
juga sulit dilakukan prediksi. Meskipun secara substantif kemungkinan
generalisasi temuan dan ramalan-ramalan itu masih dimungkinkan
dengan syarat yang sangat ketat. Di samping dibutuhkan tingkat
kedalaman dalam mengkaji keajegan yang terjadi, juga dibutuhkan
ketajaman analisa dalam menafsirkan data yang ditemukan.Bahkan
penelitian kualitatif cenderung menolak adanya generalisasi, karena
memiliki prinsip bahwa dalam setiap konteks pasti memiliki perbedaan
khusus.
b) Unsur subyektifitas dari peneliti bagaimanapun sangat sulit untuk
dihindari. Meskipun sudah disediakan teknis untuk mengeliminasi
subyektifitas peneliti dengan melalui pembedaan yang ketat antara emik
(pendapat yang diteliti) dan etik (pendapat peneliti) bagaimanapun unsur
subyektifitas tetap sangat sulit dihindari.
c. Penelitian Perkembangan
Penelitian perkembangan ini adalah suatu kajian tentang pola dan urutan
pertumbuhan dan / atau perubahan sebagai fungsi waktu. Objek
penelitiannya adalah perubahan atau kemajuan yang dicapai oleh individu,
seperti peserta didik, guru, kepala sekolah, dan unit-unit pendidikan lainnya.
Tujuan peelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan individu dalam
kurun waktu tertentu.
Penelitian perkembangan terdiri dari tiga jenis.
a) Studi alur panjang (longitudinal)
Studi ini mempelajari pertumbuhan, perkembangan, dan perubahan
individu yang sama, perkembangan yang berbeda dalam waktu yang
cukup lama (jangka panjang)
b) Studi silang-sekat (cross-selectional)
Studi ini mengkaji tentang pertumbuhan, perkembangan, dan
perubahan yang terjadi pada individu pada tingkat atau kelompok usia
tertetu dengan waktu yang cukup singkat (jangka pendek). Peneliti tidak
perlu mengamati individu teralu lama karena dapat diganti dengan subjek
baru dari berbagai kelompok/tingkat usia. Untuk menarik simpulan,
peneliti tidak perlu menunggu waktu yang cukup lama. Misalnya, meneliti
tentang kemampuan berbahasa Indonesia pada peserta didik di kelas
satu saja atau di kelas dua saja, dan seterusnya.
c) Studi kecenderungan (ternd)
Studi ini bertujuan untuk menentukan bentuk perubahan di masa
lampau agar dapat memprediksi bentuk perubahan di masa datang.
Fungsi studi ini adalah memprediksi kecenderungan yang akan terjadi
pada masa yang akan datang.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Pernyataan hubungan
antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya
merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada
hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk
menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan
hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah
yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti
menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang
diturunkan dari teori.
1) Penentuan masalah.
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut,
penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2) Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari
semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa
preliminer, pengamatan tidak akan terarah. Fakta yang terkumpul mungkin
tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena
tidak relevan dengan masalah yang dihadapi.Karena tidak dirumuskan
secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan
hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang
hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya
dilaksanakan.
3) Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa preliminer yang
perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
4) Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat
terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah
anekdot yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa,
diceritakan bahwa sebuah apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di
bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika
itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
5) Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa
terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai
dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak
terbantah oleh fakta yang dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa
yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
6) Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam
istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu harus terbukti cocok dengan
fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
b. Asal dan Fungsi Hipotesis
Hipotesis dapat diturunkan dari teori yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti. Misalkan seorang peneliti akan melakukan penelitian mengenai jam
kerja. Adar dapat menurunkan hipotesis yang baik maka sebaiknya dia membaca
teori mengenai penentuan manajemen sumber daya manusia.
Kasus:
Pegawai mempunyai tingkat kepuasan kerja dikarenakan adanya kompensasi
yang memadai yang berupa gaji, insentif dan bonus. Jika ketiga komponen
tersebut selalui diberikan kepada para pegawai maka motivasi dan semangat
kerja pegawai akan meningkat.
Hipotesis:
Kepuasan kerja pegawai mempunyai hubungan dengan sistem kompensasi
finansial yang diberikan oleh perusahaan.
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau
tujuan penelitian. Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian, yaitu:
a) Untuk menguji teori,
b) Mendorong munculnya teori,
c) Menerangkan fenomena sosial,
d) Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian,
e) Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Agar fungsi tersebut dapat berjalan secara efektif, maka ada faktor-faktor yang
harus diperhatikan pada penyusunan hipotesis, yaitu;
Hipotesis penelitian : Ada hubungan antara motivasi berprestasi dan disiplin kerja
pegawai.
Hipotesis statistik :
Jenis
Sakit jantung
kelamin
Hipotesis Nol (H0) = Tidak ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki
dan perempuan
Jenis
Sakit jantung
kelamin
Hipotesis Alternatif (H1) = Ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki
dan perempuan
Disebut juga hipotesis sejajar (satu ekor), yaitu hipotesis yang memprediksi
bahwa tidak ada variabel yang lebih tinggi daripada variabel yang lain.
Contoh; Ada perbedaan resiko sakit jantung antara laki laki dan perempuan.
Disebut juga hipotesis lebih tinggi, yaitu hipotesis yang memprediksi bahwa salah
satu variabel lebih tinggi daripada variabel yang lain.
Contoh: Laki laki mempunyai resiko lebih tinggi terkena sakit jantung daripada
perempuan.
Kesalahan Tipe 1
Yaitu suatu tindakan menolak H0, padahal H0 benar. Kesalahan tipe ini yaitu
menolak hal yang sebenarnya benar
Contoh; Menolak bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung, padahal memang tidak ada hubungan.
Kesalahan Tipe 2
Suatu tindakan menerima H0, padahal H0 salah. Kesalahan tipe ini yaitu
menerima hal yang sebenarnya salah.
Contoh; Menerima bahwa tidak ada hubungan antara merokok dan resiko sakit
jantung, padahal sebenarnya ada hubungan.
H0 BenarH0 Salah
Menolak H0
Keputusan
Menerima H0
Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga:
Hipoteisi penelitian :
1) Hipotesis disusun dalam kalimat deklaratif. Kalimat itu bersifat positif dan tidak
normatif. Istilah-istilah seharusnya atau sebaliknya tidak terdapat dalam
kalimat hipotesis. Contoh: Anak-anak harus hormat kepada orang tua. Kalimat
ini bukan hipotesis. Lain halnya jika dikatakan demikian: Kepatuhan anak-anak
kepada orang tua mereka makin menurun.
2) Variabel (variabel-variabel) yang dinyatakan dalam hipotesis adalah variabel
yang opersional, dalam arti dapat diamati dan diukur.
3) Hipotesis menunjukkan hubungan tertentu di antara variabel-variabel.
3. Mengapa Kita Harus Melakukan Riset
Sekurang-kurangnya ada empat sebab yang melatarbelakangi mengapa
penelitian itu perlu dilakukan, yaitu:
1) Kesadaran keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
2) Pemenuhan rasa ingin tahu
3) Pemecahan masalah; dan (4) Pemenuhan pengembangan diri.
Pertama, penelitian didasarkan atas kesadaran keterbatasan pengetahuan,
pemahaman, dan kemampuan. Manusia tinggal di lingkungan masyarakat yang
sangat luas. Dalam kehidupan yang sangat luas tersebut banyak hal yang kita tidak
ketahui, tidak jelas, tidak paham sehingga menimbulkan kebingungan, karena
pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia yang sangat terbatas,
dibandingkan dengan lingkungannya yang begitu luas. Bahkan ketidaktahuan,
ketidakpahaman, dan ketidakjelasan terhadap sesuatu dalam kehidupannya,
seringkali menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan rasa terancam. Kesadaran
atas keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan atau kemampuan manusia
dalam kehidupannya perlu diatasi agar manusia dapat menyesuaikan diri di
lingkungan masyarakat.
Kedua, penelitian dilakukan karena didorong oleh pemenuhan kebutuhan rasa
ingin tahu. Manusia memiliki dorongan atau naluri ingin mengetahui tentang
sesuatu di luar dirinya. Pengetahuan dan pemahaman tentang sesuatu,
menimbulkan rasa ingin tahu baru yang lebih luas, lebih tinggi, lebih menyeluruh.
Dorongan ingin tahu disalurkan untuk menambah dan meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman. Contohnya, manusia selalu bertanya, apa itu, bagaimana itu,
mengapa begitu, dan sebagainya. Bagi kebanyakan orang, jawaban-jawaban
sepintas dan sederhana mungkin sudah memberikan kepuasan, tetapi bagi orang-
orang tertentu, para ilmuwan, peneliti, dan mungkin juga para pemimpin,
dibutuhkan jawaban yang lebih mendalam, lebih rinci dan lebih komprehensif.
Ketiga, penelitian dilakukan untuk pemecahan masalah. Manusia di dalam
kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, dan
bahkan kesulitan, baik di dalam dirinya, keluarganya, masyarakat sekitarnya serta
di lingkungan kerjanya. Banyak cara yang dilakukan manusia untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya, antara lain:
a) Pemecahan masalah dilakukan secara tradisional atau mengikuti kebiasaan.
Cara dan alat kerja tradisional yang merupakan kebiasaan, misalnya, cara
masyarakat petani memotong padi menggunakan anai-anai yang secara turun
temurun dijadikan sebagai alat potong padi.
b) Pemecahan masalah secara dogmatis, baik menggunakan dogma agama,
masyarakat, hukum, dan lain lain. Seperti pencuri dipotong tangannya, dll.
c) Pemecahan masalah secara intuitif yaitu berdasarkan bisikan hati, misalnya
seorang ibu kebingungan anaknya terlambat pulang sekolah. Bisikan hatinya,
mengecek anaknya dengan menelepon teman dekat anaknya.
d) Pemecahan masalah secara emosional, umpamanya pintu terkunci dibuka
dengan didobrak.
e) Pemecahan masalah secara spekulatif atau trial and error, suara radio berhenti,
lalu radionya dipukul-pukul dan ternyata bersuara lagi.
f) Pemecahan masalah melalui penelitian. Pemecahan masalah dalam penelitian
dilakukan secara objektif, sistematis, menggunakan metode dan mengikuti
prosedur, serta berpegang pada prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah
pengumpulan, pengolahan data, dan pembuktian secara ilmiah.