Anda di halaman 1dari 31

TUGAS INDIVIDU

CMHN

PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP KLIEN DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DISUSUN OLEH:

SRI YOLANDA S. DAUD

NIM: CO1414158

KELAS D-KEPERAWATAN

PROGRAN STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

2017
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Menurut UU No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, kesehatan
merupakan kondisi seseorang yang sehat secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut UU No. 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa yang ditujukan
untuk menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup
yang bai, serta, membaerikan pelayanan kesehatan secara
terintegrasi komprehensif,dan berkesinambungan melalui upaya promotif ,
preventif, kurarif, dan rehabilitatif.
Kesehatan jiwa merupakan berbagai karakteristik positif yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya yang digambarkan
dengan keselarasan dan kesinambungan (Kusumawati & Hartono,
2010). Gangguan jiwa adalah keadaan yang mengganggu dalam proses hidup
di masyarakat akibat adanya gangguan mental yang meliputi emosi,
pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan, daya tilik diri,
dan persepsi (Nasir & Muhith, 2011).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2009, sekitar


450 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, 25%
penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu.
Prevalensi gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan
dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030.
Gangguan jiwa juga berhubungan dengan bunuh diri, lebih dari 90% dari
satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya disebabkan karena gangguan
jiwa. Gangguan jiwa dapat terjadi di semua negara, tidak memandang jenis
kelamin, usia, materi, maupun tempat tinggal.
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat penting dan harus medapatkan perhatian sungguh-
sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat
maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Berdasarkan
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa
prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-
gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 5 tahun ke atas
atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizfrenia adalah 1,7 per 100 penduduk atau sekitar 400 ribu orang.
Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14% diantaranya atau sekitar
57.000norang pernah atau sedangdipasung. Angka pemasungan dipedesaan
adalah sebesar 18,2%. Angka ini lebih tinggi di perkotan yaitu sebesar
10,7% (Kemenkes, 2013).

Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan


untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri-sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan)
(Damaiyanti M & Iskandar, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh proses asuhan keperawatan dengan tekhnik terapi
dzikir pada klien yang mengalami gangguan resiko perilaku kekerasan.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh proses asuhan keperawatan dengan tekhnik
terapi dzikir pada klien yang mengalami gangguan resiko perilaku kekerasan.
1.4 Manfaat Penenlitian
1. Manfaat untuk masyarakat: agar masyarakat dapat mengetahui dan
memahami konsep dasar dari gangguan resiko pk serta cara menghadapi
seseorang yang mengalami gangguan resiko perilaku kekerasan.
2. Manfaat bagi perkembangan ilmu dan tekhnologi: dapat dijadikan
informasi tambahan dalam bidang ilmu yang terkait dan dapat dijadikan
informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Manfaat penulis: memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi
baru bagi penulis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Data Fokus
a. Masalah Keperawatan
a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b) Perilaku kekerasan / amuk
c) Gangguan Harga Diri : Harga Diri Rendah
b. Data yang perlu dikaji dalam masalah keperawatan

a) Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak,
menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan
tajam.
- Merusak dan melempar barang-barang.
b) Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif ;
- Mata merah, wajah agak merah.
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
- Merusak dan melempar barang barang.
c) Gangguan harga diri rendah
Data subyektif:
- Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin
mengakhiri hidup.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar adalah sebagai berikut (Diagnosa NANDA NIC NOC 2016):
1) Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
3. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko perilaku kekerasan NOC: NIC:
terhadap orang lain - Abuse protektion Behavior Management
Definisi: Beresiko melakukan - Impulse self control - Tahan/mengontrol pasien bertanggung jawab
perilaku, yakni individu Kriteria hasil: atasnya/perilakunya
menunjukkan bahwa ia dapat - Dapat mengidentifikasi - Komunikasikan tentang harapan bahwa pasien
membahayakan orang lain secara faktor yang menyebabkan akan mempertahankan kontrol/kondisinya
fisik, emosional, dan/atau perilaku kekerasan - Konsultasikan dengan keluarga untuk
seksual. - Dapat mengidentifikasi cara menetapkan data dasar kognitif pasien
Faktor risiko alternatif untuk mengatasi - Tetapkan batas dengan pasien
- Ketersediaan senjata masalah - Menahan diri dari berdebat atau tawar menawar
- Bahasa tubuh (mis., sikap - Dapat mengidentifikasi mengenai batas yang ditetapkan dengan pasien
tubuh kaku, mengepalkan jari sistem pendukung - Menetapkan pergeseran-pergesaran
dan rahang terkunci, dikomunitas kekonsistensi dalam lingkungan dan rutinitas
hiperaktivitas, denyut jantung - Tidak menganiaya orang perawatan
cepat, nafas terengah-engah, lain secara fisik, emosi atau - Menggunakan pengulangan secara konsisten
cara berdiri mengancam) seksual dapat dari rutinitas kesehatan sebagai cara
- Kerusakan kognitif ( mis., - Dapat menahan diri dari menetapkan mereka
ketunadayaan belajar, menghancurkan barang- - Menghindari gangguan peningkatan aktivitas
gangguan defisit perhatian, barang milik orang lain fisik, yang sesuai
oenurunan fungsi intelektual) - Dapat mengidentifikasi - Membatasi jumlah perawat memanfaatkan
- Kejam pada hewan kapan marah, frustasi atau suara, berbicara lembut, dan dengan suara
- Menyalakan api merasa agresif rendah
- Riwayat melakukan - Menghindari kesendirian pasien, mengarahkan
kekerasan tak langsung perhatian dari sumber agitasi
(mis.,merobek pakaian, - Menghindari memproyesikan gambar yang
membuang obyek tergantung mengancam
didinding, mencorat-coret - Mencegah perilaku pasif
dinding, berkemih dilantai, - Pujian upaya pengendalian diri
defekasi dilantai, mengetuk- - Mengobati seperlunya
ngetuk kaki, berteria, - Menerapkan pergelangan tangan/kaki/hambatan
melempar obyek, memecah dada, yang diperlukan
jendela, banting pintu,
agresif(seksual)
- Riwayat penyalagunaan zat
- Riwayat ancaman kekerasan
- Riwayat menyaksikan
perilaku kekerasan dalam
keluarga
- Riwayat perilaku kekerasan
terhadap orang lain
- Riwayat perilaku kekerasan
antisosial(mis.,mencuri,
memaksa meminjam,
memaksa meminta hak
istimewa, memaksa
mengganggu pertemuan,
menolak untuk makan,
menolak minum obat,
menolak instruksi)
- Impulsive
- Pelanggaran kendaraan
bermotor(mis.,sering
melanggar lampu lalu lintas,
menggunakan kendaraan
bermotor untuk mepaskan
kemarahan)
- Gangguan neurologis (mis.,
EEG positif, CT, MRI,
temuan neurologis, trauma
kepala, gangguan kejang)
- Intoksikasi patologis
- Komplikasi perinatal
- Komplikasi prenatal
- Simtomalogi psikosis
(mis.,perintah halusinasi,
pendengaran, penglihatan;
delusi paranoid; proses pikir
tidak logis, tidak teratur, atau
tidak koheren)
- Perilaku bunuh diri
4. Implementasi
Tindakan keperawatan merupakan standar asuhan yang berhubungan
dengan aktivitas keperawatan professional yang dilakukan oleh perawat,
dimana implementasi dilakukan pada pasien, keluarga, dan komunitas
berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Dalam mengimplementasikan
intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi yang luas
dirancang untuk mencegah penyakit, meningkatkan, memperahankan, dan
memulihkan kesehatan fisik dan mental. Kebutuhan klien terhadap pelayanan
keperawatan dan dirancang pemenuhan kebutuhannya melalui standar
pelayanan dan asuhan keperawatan (Keliat & Akemat, 2009).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
yang berkelanjut
an dan dilakukan secara terus-menerus. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu
evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan pada
saat selesai melakukan tindakan sedangkan evaluasi hasil (sumatiif) dengan
membandingkan respon klien dengan tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi
dilakukan dengan pendekatan SOAP yaitu S: respon subyektif, O: respon
obyektif, A: analisa terhadap data subyektif dan obyektif, P: perencanaan
tindak lanjut berdasarkan hasil analisis respon klien (Kusumawati F &
Hartono Y, 2010).
2.2 Tekhnik Berdzikir Untuk Mengendalikan Amarah
2.2.1 Pengertian Berdzikir
Kata "dzikir" menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir
menurut pengertian syariat adalah mengingat Allah SWT dengan maksud
untuk mendekatkan diri kepadaNya. Kita diperintahkan untuk berdzikir
kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan kebesaranNya
sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur. Orang
yang senantiasa berdzikir maka akan merasa tentram dan tenang dalam
hidupnya sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Ra'd/13:28 yang
berbunyi:
28(

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka


menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.[2]) (Q.S. Al-Rad:28)
2.2.2 Macam-macam Dzikir
a. Dzikir Dengan Lidah
Dzikir dengan lidah dilakukan dengan mengucapkan kalimat-
kalimat dzikir, baik dengan suara jelas (jahar) atau samar (sir).
b. Dzikir Dengan Fikiran
Merenungkan ciptaan Allah merupakan dzikir yang sangat tinggi
nilainya, disamping dapat memantapkan iman, juga dapat memberikan
manfaat bagi kehidupan.
c. Dzikir Dengan Perasaan
Dizkir dengan pesaaan dilakukan dengan berbaik sangka kepada
Allah, dan merasakan indahnya rahmat yang telah dikucurkan-Nya
buat kita, sehingga dapat merubah perasaan negatif menjadi positif
d. Dzikir Dengan Keyakinan
Dzikir dengan keyakinan adalah mantapnya aqidah tauhid dalam
perjalanan hidup.
e. Dzikir Dengan Perbuatan
Dzikir dengan perbuatan dilakukan dengan sikap taat dan patuh
terhadap aturan Allah, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun
muamalah.
2.2.3 Fungsi Dzikir
Dzikir dengan lidah, fikir, perasaan, keyakinan maupun dengan
perbuatan lisan, dapat memberikan manfaat dalam kehidupan manusia,
antara lain :
a. Meneguhkan iman
b. Sumber energy akhlak
c. Terhindar dari bahaya
d. Mendatangkan nikmat dan rahmat\
e. Penentram jiwa
f. Dosanya akan diampuni.
2.2.4 Bacaan Berdzikir
Dari sulaiman bin Shard, ia berkata, suatu ketika saya duduk
bersama Nabi, tiba-tiba ada dua orang yang saling memaki bahkan
yang satu raut wajahnya terlihat memerah dan urat lehernya terlihat
meonjol. Melihat peristiwa yang demikian itu, lantas Nabi bersabda :
Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkan
niscaya kedongkolan yang ada di hati orang yang sedang marah
itu pasti sirna. Seandainya ia mau mengucapkan taawudz
niscaya kejengkelan yang ada di hatinya akan lenyap darinya(H.R.
Bukhori dan Muslim




Nabi bersabda, apabila seseorang marah, lalu membaca
taawud niscaya marahnya hilang (H.R. Ibnu Adi, dan Al Albani dalam
As Silsilah Ash Shahihah).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Studi Kasus


Desain penelitian ini adalah penelitian observasional komparatif cross
dilapangan, dilakukan secara cross sectional study (sebab akibat diteliti
dalam satu waktu) yang digunakan untuk penelitian Pengaruh Terapi
Dzikir terhadap Resiko Perilaku Kekerasan)

3.2 Subjek Studi Kasus

3.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Danang Sunyoto, 13: 2013).
Peneliti menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang
sehat dan yang resiko mengalami gangguan jiwa di Kelurahan Wongkaditi
Timur.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel dianggap
sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili keseluruhan gejala
yang diamati (Danang Sunyoto, 13: 2013). Tekhnik pengambilan sampel
dengan metode purposive sampling dengan kriteria sampel non random
sampling. Porposive sampling adalah pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. (Notoatmojo, 2012). Sample penelitian berjumlah 6 orang.
Sample yang digunakan adalah ibu, ayah dan anak di keluarga Tn.M.
Kriteria pada penelitian adalah keluarga yang sehat jiwa, resiko kambuh,
atau yang mengalami gangguan jiwa.
3.2 Definisi Operasional

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan


tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika
Sari, 2015:137).
Menurut buku karya E.W.Lane, yang dikutip A.J. Arberry, dan juga
Alfred Guillaume. Dalam nada yang hampir sama, Spencer Trimingham
memberikan pengertian berdzikir sebagai, Recollection, a spiritual exercise
designed to render gods presence throughout ones being. The method
employed (rhytmical repetitive invocation of Gods name) to attain this
spiritual concentration.Maksudnya ialah ingatan atau suatu latihan
spiritual yang bertujuan untuk menyatakan kehadiran Tuhan seraya
membayangkan wujud-Nya. Atau suatu metode yang dipergunakan
untuk mencapai konsentrasi spiritual (dengan menyebut nama Tuhan
secara ritmis dan berulang-ulang).
Dalam The Encyclopaedia Of Islam,mengartikan berdzikir dengan the
act of reminding, the oral mention of memory, especially the tireless
repetition of an ejaculatory litany, finally the very technique of this
mentions, maksudnya perilaku mengingat, kemudian mulut menyebut
nama yang diingat tadi, secara khusus mengulang-ulang suatu sebutan
(nama Tuhan) dengan bersahutan dan tidak mengenal lelah, akhirnya ini
menjadi sangat teknis sekali.(Anshori, 2003:17)

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Wongkaditi Timur Kecamatan Kota
Utara Kota Gorontalo, pemilihan tempat ini dipilih karena lokasi yang
strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti, sedangkan waktu pelaksanaan
penelitian pada tanggal 17 Juli 2017.

3.5 Pengumpulan Data

Dalam penelitian klinik pengumpulan data sangatlah penting demi


mendapatkan hasil data yang valid, oleh sebab itu peneliti harus mampu dan
terampil dalam proses pengumpulan data. Pengumpulan data adalah suatu
proses sistematis dan standar untuk memperoleh data yang di butuhkan.
Tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah interview
(wawancara), observasi, dan komentasi.
3.5.1 Wawancara
Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari subjek yang diteliti secara langsung dan bersifat
individualis dengan tanya jawab. Karena dalam metode wawancara
ini subjek dapat langsung mengekspresikan apa yang dia rasakan
atau tanggapan yang lebih bebas. Tujuan peneliti menggunakan
metode ini adalah memperoleh data secara jelas tentang apa
tanggapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan di puskesmas.
3.5.2 Observasi

Observasi atau pengalaman merupakan metode pengumpulan data


dengan mencatat setiap informasi yang didapatkan dilapangan sesuai
dengan kenyataan dengan yang dialami oleh responden. Dalam
penelitian ini yang paling penting adalah pengumpulan informasi
atau data. Peneliti mengamati, memahami dan mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan informan yang
meliputi berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi serta keadaan
lingkungan masyarakat.

3.5.3 Dokumentasi
Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan cara
melihat kembali berbagai literatur, foto dokumentasi yang relevan
dengan penelitian ini. Peneliti menggunakan teknik pengambilan
data dengan dokumentasi yang berupa data-data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.
3.6 Etika Studi Kasus
1. Informed consent
Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
serta memberikan hak untuk menolak dijadikan responden penelitian.
2. Anonimity
Untuk tetap menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden, tapi peneliti menggunakan kode tertentu
untuk masing-masing responden
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin
oleh peneliti. Data tersebut hanya akan disajikan/dilaporkan pada pihak
yang terkait dengan penelitian.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.2 Hasil Studi Kasus

Nama Kepala Keluarga : Tn.M

Umur : 42 th

Suku / Ras : Gorontalo

Agama : Islam

Menikah/tidak menikah/janda/duda : Menikah

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Karyawan Toko

Alamat : Jl. KH. Adam Zakaria

Jumlah Anak : 4 orang

Jumlah Anak yang ada dirumah : 4 orang

Jumlah Anak yang tidak ada dirumah : tidak ada

Jumlah Anak yang sudah menikah : Belum ada

Jumlah Anggota keluarga dalam rumah : 6 orang

A. PENGKAJIAN BIOLOGIS

1. Perumahan

Rumah Tn.M adalah rumah miliknya sendiri dan permanen.

2. Kepemilikan rumah
Rumah yang di tempati Tn. M adalah rumahnya sendiri yang dibangun 20
tahun lalu

3. Kebersihan rumah

Rumah milik keluarga Tn. M terlihat bersih dan tertata rapi.

4. Jarak rumah keluarga dengan tetangga terdekat

Jarak rumah Tn. M dan tetangganya hanya sekitar 10 meter.

5. Kebiasaan perilaku keluarga yang positif (menguntungkan)

Perilaku keluarga positif adalah sang ayah dan ibu selalu memperhatikan
kebutuhan anaknya, dan terkadang memberikan nasehat kepada anak
anaknya. Ketika terjadi pertengkaran antara anak-anak Tn.M, sang kakak
tertua mampu mengendalikan emosinya dan tidak meneruskan perdebatan.
Dia berusaha menjadi orang yang bijaksana dan mampu memaklumi
keadaan adik-adiknya dikarenakan dia anak yang tertua dia menganggap
dia harus bisa menjadi panutan untuk adik-adiknya dan menjadlin hungan
yang baik diantara keluarga.

6. Kebiasaan perilaku keluarga yang negatif (merugikan)

Kebiasaan perilaku yang negatif adalah anak anak Tn. M selalu saja
bertengkar hanya karena persoalan yang kecil.

7. Pelayanan Kesehatan yang tersedia

Rumah keluarga Tn. M sangat dekat dengan rumah sakit dan beberapa
puskesmas

8. Mutu Pelayanan Kesehatan yang tersedia

Mutu pelayanan kesehatan yang tersedia cukup memuaskan

9. Jarak Pelayanan Kesehatan yang tersedia dengan rumah keluarga


Jarak rumah sakit dan rumah keluarga Tn. M sekitar kurang lebih 500
meter

10. Jenis obat yang sering dikonsumsi keluarga

Anak-anak dikeluarga Tn.M sangat jarang mengonsumsi obat apabila


sakit, adapun obat yang pernah dikonsumsi adalah moxagrib dan sanmol.

11. Karakteristik lingkungan tempat tinggal keluarga

Lingkungan sekitar rumah Tn.M cukup bersih dan nyaman

12. Tradisi yang sering dilakukan keluarga

Setiap 1 tahun sekali keluarga Tn.M akan berkunjung ke rumah keluarga


sang istri yang jaraknya sangat jauh

13. Sikap keluarga terhadap tradisi tersebut

Keluarga merasa sangat senang melakukan hal tersebut karena mereka


dapat bersilaturahmi dengan keluarganya yang jauh

14. Apakah keluarga mau menerima perubahan

Sang istri dan anak-anak Tn.M sangat mudah menerima perubahan,


berbeda dengan sang ayah dan anak ke 3 Tn.M yang sulit untuk menerima
beberapa perubahan(untuk beberapa kasus)

15. Siapa yang diuntungkan dengan perubahan itu

Yang sangat diuntungkan adalah mereka sendiri, terlebih anak-nakanya


yang bisa menjadi orang yang lebih baik.

B. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

16. Siapa pengambil keputusan dalam keluarga

Pengambilan keputusan dilakukan oleh Tn.M sebagai kepala rumah tangga


17. Anggota keluarga yang sakit dan sebutkan jenis penyakitnya

Alhamdulillah, saat ini tidak ada anggota keluarga yang sakit

18. Anggota keluarga (anak) usia < 5 tahun

Tidak ada anggota keluarga yang berusia kurang dari 5 tahun

19. Anggota keluarga (usila) > 65 tahun

Tidak ada anggota keluarga yang berusia diatas 65 tahun

20. Kasus perceraian dalam keluarga inti

Alhamdulillah, tidak ada kasus perceraian dalam kelurga inti

21. Anggota keluarga yang abnormal

Tidak ada anggota yang abnormal, hanya saja anak yang ke 3 Tn.M sangat
mudah terpancing emosi

22. Anggota keluarga yang lari dari rumah

Tidak ada anggota keluarga yang lari dari rumah

23. Kejadian yang dapat menimbulkan masalah

Masalah ekonomi dan perbedaan pendapat antara keluarga. Terkadang


sang suami memberikan uang yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga, dan juga keluarga Tn.M yang sering
berkomentar berbeda pendapat.

24. Masalah yang pernah terjadi sampai 2 tahun kebelakang

Percekcokan yang umum terjadi, tidak sampai terjadi kekerasan yang


parah. Anak pertamanya pernah meninggalkan rumahnya dan tinggal
bersama neneknya dikarenakan tidak tahan menghadapi adiknya yang
sangat sulit diatur dan sering melawan
25. Masalah yang mungkin terjadi pada 2 tahun kedepan

Jika masalah bisa teratasi, masing-masing anak bisa berintropeksi dirinya


maka mereka akan bisa menjadi kakak-beradik yang saling tolong
menolong dan saling mengasihi. Teapi jika tak ada satupun yang bisa
berubah maka hanya akan perpecahan antara mereka

26. Hubungan antar anggota keluarga

Hubungan antara keluarga cukup baik

27. Kemampuan dan jenis koping keluarga

Sang ayah dan ibu terkadang belum mampu menjadi penengah jika terjadi
masalah diantara anak-anaknya, sang ayah yang lebih banyak diam dan
waktunya yang kurang untuk bersama dengan anak-anaknya, dan sang ibu
yang kurang paham bagaimana cara menyelesaikan masalah dikeluarganya
apabila suaminya tidak berada dirumah.

28. Pola hubungan/interaksi dengan tetangga

Pola hubungan keluarga Tn.M dengan tetangga sangat baik, mereka sangat
ramah dengan tetangga dan sering berinteraksi dengan tetangga-
tetangganya.

29. Keterlibatan keluarga didalam kegiatan kemasyarakatan

Anak ke 2 Tn.M sangat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, sedangkan


anggota keluarga lainnya akan membantu program program yang
dilakukan di tempat tinggalnya dengan memberikan sumbangan berupa
uang ataupun makanan.

30. Apakah ada orang lain yang sering membantu memecahkan masalah
dalam keluarga
Ada, orang tua dari pihak Tn.M yang akan membantu menyelesaikan
masalah dalam keluarga jika bersangkutan dengan masalah ekonomi
selebihnya diselesaikan oleh keluarga Tn.M

31. Pemahaman keluarga tentang sehat sakit jiwa

Pemahaman keluarga tentang sehat jiwa adalah seseorang yang melakukan


sesuatu hal yang normal, dan tidak aneh. Sedangkan sakit jiwa adalah
orang yang hilang akal/gila.

32. Adakah anggota keluarga yang pernah dirawat / berobat karena mengalami
gangguan /sakit jiwa, sudah sembuh atau belum, dan sekarang dirawat /
tinggal dimana:

Tidak ada keluarga yang mengalami hal tersebut

33. Penerimaan lingkungan terhadap anggota keluarga yang pernah


dirawat/berobat karena gangguan jiwa:

Tidak ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa, sekalipun ada mereka
tidak akan menghindari/mencela anggota keluarga yang sakit jiwa tersebut
karena mereka menganggap bahwa orang yang sakit jiwa itu justru sangat
memerlukan dukungan dari keluarganya

34. Bentuk penerimaan atau penolakan yang tampak:

Keluarga tetap akan merawat anggota keluarganya yang mengalami


gangguan jiwa tersebut.

35. Pengalaman kejadian krisis yang merupakan stressor bagi keluarga:

Tidak pernah ada kejadian krisis yang terjadi dikeluarga Tn.M

36. Harapan keluarga terhadap masa yang akan datang:

Harapan keluarga terhadap masa yang akan datang, keluarga diberikan


kesehatan, menjadi keluarga yang jarmonis, hidup dengan berkecukupan
dan selalu menjadi orang yang selalu bersyukur atas apa yang Allah
Subhanahuwataalaa berikan kepada keluarga mereka, anak-anaknya bisa
saling menyayangi dan saling peduli satu sama lain, dan semuanya
berjalan dengan lancar-dan baik-baik saja

B. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KELUARGA

Ketidakefektifan koping individu

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA KELUARGA


Resiko perilaku kekerasan

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


KELUARGA

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Resiko perilaku NOC: NIC:
kekerasan terhadap - Abuse protektion - Lakukan BHSP dengan
orang lain - Impulse self control pasien
Definisi: Beresiko Kriteria hasil: - Identifikasi tanda dan gejala
melakukan perilaku, - Dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
yakni individu faktor yang menyebabkan - Identifikasi akibat perilaku
menunjukkan bahwa ia perilaku kekerasan kekerasan
dapat membahayakan - Dapat mengidentifikasi - Komunikasikan tentang
orang lain secara fisik, cara alternatif untuk harapan bahwa pasien akan
emosional, dan/atau mengatasi masalah mempertahankan
seksual. - Dapat mengidentifikasi kontrol/kondisinya
Faktor risiko sistem pendukung - Menahan diri dari berdebat
- Bahasa tubuh (mis., dikomunitas dengan pasien
sikap tubuh kaku, - Tidak menganiaya orang - Berbicara dengan suara
mengepalkan jari lain secara fisik, emosi lemah lembut
dan rahang terkunci, atau seksual - Menghindari kesendirian
hiperaktivitas, - Dapat menahan diri dari pasien, mengarahkan
denyut jantung menghancurkan barang- perhatian dari sumber agitasi
cepat, nafas barang milik orang lain - Latih pasien untuk
terengah-engah, cara - Dapat mengidentifikasi mempraktekkan terapi dzikir
berdiri mengancam) kapan marah, frustasi atau untuk mengendalikan emosi
- Riwayat melakukan merasa agresif klien
kekerasan tak - Pujian upaya pengendalian
langsung diri
(mis.,merobek
pakaian, membuang
obyek tergantung
didinding, berteriak,
banting pintu)
- Riwayat ancaman
kekerasan
- Riwayat
menyaksikan
perilaku kekerasan
dalam keluarga(om
dan tante)
- Riwayat perilaku
kekerasan terhadap
orang lain
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

HARI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


TANGGAL KESEHATAN JIWA KEL / MASY

18 Juli 2017 1. Melakukan bina hubungan saling percaya S=


2. Membantu klien mengidentifikasi tanda dan
- Klien mengatakan mau bicara dengan
gejala resiko perilaku kekerasan
saya.
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
- Klien mengatakan penyebab marahnya
4. Berbicara dengan lemah lembut dengan klien
karena banyak pikiran yang
5. Menahan diri dari berdebat dengan klien
mengganggu, An.J juga mengatakan
6. Membantu klien untuk menentukan cara
cepat sekali tersinggung dengan kata-
pengendalian diri dari emosi dengan cara
kata lawan bicaranya, dan dia termasuk
berdzikir
orang yang sangat sensitif.
7. Memberikan pujian kepada klien dalam
- Klien mengatakan ketika marah dia ingin
melakukan usaha pengendalian diri
sekali memukul lawan bicaranya.
- Klien mengatakan dia hanya akan
bersuara keras untuk mengeluarkan
emosinya
- Klien mengatakan mau diajari terapi
berdzikir untuk mengendalikan emosinya
- Klien mengatakan mau mempraktekkan
terapi berdzikir setiap hari
- Klien mengatakan mau menambahkan
latihan sholat 5 waktu sebagai terapi
pengendalian diri saat Nn.S
menyarankan untuk menambahkan
jadwal sholat didalam latihan hariannya

O=

- Klien terlihat mau berbicara dengan Nn.S


- Klien terlihat gelisah, dan agak berbicara
keras
- Klien menulis dijadwal harian latihan
terapi berdzikir disetiap pagi jam 06.00,
sore 03.30, dan malam 07.30.
- Klien terlihat mengucapkan kalimat
dzikir Audzhubillahiminasy-
syaithoonirrojiim dan Astagfirullah
sebanyak 100 kali
- Klien tampak lebih tenang setelah
mengucapkan kalimat dzikir
- Klien menulis jadwal sholat lima waktu
dalam latihan hariannya

A= Masalah teratasi sebagian

P= lanjutkan intervensi dengan menggunakan


terapi dzikir

4.3 Keterbatasan

Dalam melakukan penelitian ini penulis tidak menemukan kesulitan apapun, hanya membutuhkan sedikit pendekatan dalam
membina hubungan saling percaya dengan klien.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari kasus ini adalah hasil pengkajian pada keluarga Tn.M
didapatkan data bahwa klien marah marah, berteriak-teriak dan terkadang
merusak barang dirumahnya karena banyak pikiran dan klien adalah
termasuk orang yang sangat cepat tersinggung dan cepat marah.
Berdasarkan data tersebut penulis mengambil diagosa Resiko Perilaku
Kekerasan terhadap orang lain.

Rencana tindakannya adalah dengan tekhnik terapi dzikir untuk


mengendalikan diri klien atau menurunkan tingkat emosi klien. Dan
hasilnya klien mau mempraktekkan tekhnik tersebut sehingga di tahap
evaluasi didapatkan data bahwa klien mampu mengontrol resiko perilaku
kekerasan dengan terapi dzikir: membaca taawudz Auudzhubillahi
minasy-syaitoonirrojiim dan kalimat istigfar.

5.2 Saran
Semoga mini skripsi yang dibuat oleh peneliti ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Khususnya dalam meningkatkan pengetahuan pembaca dalam
menghadapi seseorang dengan resiko perilaku kekerasan
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam Klender
Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info MEdia.

Anda mungkin juga menyukai