Anda di halaman 1dari 14

PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI PEMBIBITAN MAIN

NURSERY
(Laporan Mata Kuliah Pupuk dan Pemupukan)

Oleh :
Nama: Puji Rahayu
NPM : 157215032
Kelas : Budidaya Tanaman Perkebunan (A)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERKEBUNAN


PDD POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI BANYUASIN
2016
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi pertanian terpenting bagi
Indonesia, baik dilihat dari devisa yang dihasilkan maupun bagi pemenuhan
akan kebutuhan minyak nabati di dalam negeri. Sasaran utama yang harus
dicapai dalam mengusahakan perkebunan kelapa sawit adalah memperoleh
produksi maksimal dan kualitas minyak yang baik dengan biaya yang efisien.
Untuk mencapai sasaran tersebut diperlukan standart kegiatan teknis
budidaya yang baik, salah satunya adalah pembibitan kelapa sawit.
Produksi yang maksimal dapat tercapai apabila tanaman berasal dari bibit
yang baik dan sehat serta penerapan teknis budidaya yang benar sesuai
dengan standart. Pembibitan kelapa sawit memerlukan kecermatan dan
ketelitian dalam pekerjaan. Keberhasilan pembibitan tidak ditentukan oleh
banyaknya jumlah bibit yang dapat ditanam di lapangan, tetapi dari kualitas
yang dihasilkan. Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus
dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan dan merupakan faktor
utama yang paling menentukan produksi per hektar tanaman. Pengelolaan
bibit yang dapat menciptakan kualitas bibit yang baik akan menghasilkan
pertumbuhan tanaman dan buah yang baik pula.
Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan
bahan tanaman yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi
pada masa yang akan datang. Perawatan bibit yang baik di pembibitan awal
dan pembibitan utama melalui dosis pemupukan yang tepat merupakan salah
satu uapaya untuk meencapai hasi yang optimal dalam pengembangan
budidaya kelapa sawit. Oleh karena itu, dalam penuliasan makalah ini akan
dibahas tentang pemupukan sebagai salah satu perawatan yang dilakukan
pada pembibitan main nursery.
Pemupukan merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
produktivitas dan kualitas produksi yang dihasilkan. Salah satu efek
pemupukan yang sangat bermanfaat yaitu meningkatkan kesuburan tanah
yang menyebabkan tingkat produktivitas tanaman menjadi relatif stabil serta
meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan penyakit dan pengaruh
iklim yang tidak menguntungkan. Selain itu, pemupukan bermanfaat
melengkapi penyediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan

2
tanaman terpenuhi dan pada akhirnya tercapai daya hasil (produktivitas) yang
maksimal (Saputra, 2011)
Biaya pemupukan tanaman kelapa sawit berkisar antara 40-60 % dari
biaya pemeliharaan tanaman secara keseluruhan atau 15-20 % dari biaya
produksi dan merupakan eksploitasi yang besar bagi perusahaan. Agar
sasaran pemupukan dapat tercapai dan efisiensi pemupukan dapat
ditingkatkan maka manajemen pemupukan kelapa sawit perlu dibina dan
dimantapkan serta terus-menerus disempurnakan sehingga biaya pemupukan
yang sudah begitu besar tidak menjadi sia-sia (Wawan, 2011). Oleh karena
itu, pengelolaan manajemen pemupukan di perkebunan kelapa sawit sangat
diperlukan mengingat biaya pemupukan yang begitu besar dan menjadi dasar
bagi penulis untuk lebih mengetahui tentang pemupukan pada kelapa sawit
yang efektif dan efisien.

I.2 Tujuan
1. Mengetahui teknik pemupukan di pembibitan main nursery pada tanaman
kelapa sawit yang tepat.
2. Mengetahui kebutuhan/dosis pupuk anorganik yang akan diaplikasikan ke
bibit tanaman kelapa sawit.
3. Mengetahui pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pembibitan kelapa sawit setelah dilakukan pemupukan.

4.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit

Taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika tanaman


menurut Lubis dan Agus (2011), dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheopita

Kelas : Angiospermeae

Ordo : Arecales

Famili : Palmae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) menurut Suwarto dan Octavianty


(2010) memiliki varietas yang cukup banyak dan diklasifikasikan dalam
berbagai hal. Misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang,
warna buah dan lain -lain. Berdasarkan warna buah dari species Elaeis
guineensis Jacq. dikenal varietas :

Nigrescens, buahnya berwarna violet sampai hitam pada waktu muda dan
berubah menjadi orange setelah buah matang.

Virescens, buah berwarna hijau waktu muda dan setelah matang berwarna
orange.

Albescens, waktu muda buah berwarna kuning pucat dan tembus cahaya
karena mengandung sedikit karoten, waktu matang berwarna merah.

4
II.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian


vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar,
batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah
(Pahan, 2010).
a. Daun
Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip membentuk satu pelepah yang
panjangnya antara 7,0--9,0 m, dimana jumlah anak daun setiap pelepah
berkisar antara 250--400 helai. Pada pohon kelapa sawit yang dipelihara,
dalam satu batangnya terdapat 40--50 pelepah daun, sedangkan untuk kelapa
sawit liar jumlahnya bisa mencapai 60 pelepah. Daun muda yang masih
kuncup berwarna kuning pucat, sedangkan daun tua berwarna hijau tua dan
segar. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2--3 pelepah daun setiap
bulannya, sedangkan tanaman muda menghasilkan 4--5 daun setiap bulannya.
Produksi daun per-bulan dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan genetik,
dan iklim.
b. Batang
Kelapa sawit tergolong tanaman yang memiliki biji keping satu (monokotil)
oleh karenanya batang kelapa sawit tidak berkambium dan pada umumnya
tidak tumbuh bercabang, kecuali pada tanaman yang tumbuh abnormal.
Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan dibungkus oleh
pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya lebih besar dibanding bagian
atasnya. Hingga umur tanaman tiga tahun, batang kelapa sawit masih belum
dapat terlihat karena masih terbungkus oleh pelepah daun. Setiap tahun,
tinggi batang kelapa sawit bertambah pada kisaran 45 cm tergantung umur
tanaman, ketersediaan hara, keadaan tanah, iklim, dan genetik tanaman.
Tinggi tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan maksimum mencapai 15--
18 m, sedangkan kelapa sawit liar tingginya dapat mencapai 30 m.
c. Akar
Kecambah kelapa sawit yang baru tumbuh memiliki akar tunggang, tetapi
akar ini akan mati pada umur 2 minggu setelah penanaman di pre-nursery dan
akan segera digantikan oleh akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit

5
percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut
tumbuh urus ke bawah dan sebagian tumbuh mendatar ke arah samping. Jika
aerasi dan drainase cukup baik akar tanaman kelapa sawit dapat menembus
hingga kedalaman 8 meter didalam tanah, sedangkan yang tumbuh ke
samping biasanya mencapai radius 16 m. Kedalaman ini tergantung umur
tanaman, genetik, sistem pemeliharaan, dan aerasi tanah.
d. Bunga
Pada tampilan bunga jantan berbentuk mengerucut, lancip dan panjang,
sementara pada bunga betinaakan terlihat lebih mekar dan lebih besar. Bunga
jantan dan betina tumbuh pada bagian di ketiak daun,namun keduanya
tumbuh pada satu pohon yang sama cuma terpisah. Namun bunga jantan dan
betina pada kelapa sawit letaknya terpisah dan memiliki waktu pematangan
yang berbeda maka ini menjadi salah satu penyebab kenapa proses
penyerbukan sendiri jarang terjadi. Perbedaanya pada tandan bunga jantan
terdiri dari bebrapa spliket yang berukuran panjang 12 cm s/d 20 cm yang
tumbuh di tangkai bunga. Setiap spliket terdapat 600 s/d 1200 bunga yang
sangat kecil, beraroma khas dan berwarna kekuningan . Sedangkan tandan
bunga betina akan terbungkus di seludang yang panjangnya 24 s/d 25 cm
memiliki ratusan hingga ribuan bunga yang tersusun model spiral pada sumbu
tengahnya.
e. Buah

Pada buah kelapa sawit mempunyai warna yang beraneka macam ada yang
hitam, ada yang ungu dan ada juga berwarna merah, sesuai jenis bibit yang
ditanam, biasanya pada buah akan berkumpul bergerombol dalam tandan
yang muncul dari setiap pelepah.

II.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Bibit merupakan produk dari suatu proses pengadaan bahan tanaman


yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa
selanjutnya. Bahan tanaman yang berkualitas merupakan kebutuhan pokok
suatu industri perkebunan (Poeloengan,1996 cit Syahfitri, 2007). Faktor bibit

6
memegang peranan penting di dalam menentukan keberhasilan penanaman
kelapa sawit. Kesehatan tanaman pada masa pembibitan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan tingginya produksi. Oleh karena itu, teknis pelaksanaan
pembibitan perlu mendapat perhatian besar.

Pembibitan adalah suatu proses untuk menumbuhkan dan


mengembangkan biji atau benih menjadi bibit yang siap untuk ditanam.
Melalui tahap pembibitan ini diharapkan akan menghasilkan bibit yang baik
dan berkualitas. Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki
kekuatan dan penampilan tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam
menghadapi kondisi cekaman lingkungan saat pelaksanaan transplanting
(Syahfitri, 2007).

Sistem yang banyak digunakan dalam pembibitan kelapa sawit saat ini
adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Sistem pembibitan dua
tahap terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) dan pembibitan utama (main-
nursery). Pembibitan awal (pre-nursery) pada tahap ini bertujuan untuk
memperoleh pertumbuhan bibit yang merata sebelum dipindahkan ke
pembibitan utama. Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak
digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan
pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan.
Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi
mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga
risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu
tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan
cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses
penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman
dapat dipantau (Dalimunthe, 2009 cit Sukarman, 2012).

II.4 Pengertian Pupuk dan Pemupukan

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara

7
serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan
tanah (Kurnianti, 2012).

Pemupukan adalah cara-cara atau metode pemberian pupuk atau bahan-


bahan lain seperti bahan kapur, bahan organik, pasir ataupun tanah liat ke
dalam tanah. Jadi pupuk adalah bahannya sedangkan pemupukan adalah cara
pemberiannya. Pupuk banyak macam dan jenis serta berbeda pula sifat-
sifatnya dan berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman.
Karena hal-hal tersebut di atas agar diperoleh hasil pemupukan yang efisien
dan tidak merusak akar tanaman maka perlulah diketahui sifat, macam dan
jenis pupuk dan cara pemberian pupuk yang tepat (Kurnianti, 2012)

8
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
- Timbangan digital - Pupuk Urea
- Kertas - Pupuk SP-36
- Tugal - Pupuk KCL

3.2 Cara Kerja


1. Membuat formulasi pupuk majemuk dengan mencampurkan pupuk
tunggal yaitu Urea, TSP dan KCL.
2. Penimbangan pupuk Urea sebanyak 5 gram, TSP 4 gram dan KCL 3 gram
kemudian dicampur menjadi satu.
3. Pembuatan lubang di polybag sawit sebanyak 3 titik menggunakan tugal.
4. Memasukkan pupuk formulasi campuran pupuk tunggal atau pupuk
majemuk ke lubang yang telah dibuat, setelah itu benam kembali dengan
tanah.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1Hasil

Pembuatan lubang untuk pemupukan Pemberian pupuk

Penyiraman bibit kelapa sawit Bibit kelapa sawit yang telah diberi
pupuk

IV.2Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan mengenai pemupukan kelapa sawit
yaitu pupuk untuk bibit kelapa sawit di pembibitan main nursery
menggunakan pupuk anorganik yang berupa pupuk tunggal seperti pupuk
urea, SP-36, dan KCL. Pupuk tunggal tersebut dicampur menjadi satu dengan
dosisnya yaitu pupuk urea sebanyak 5 gram, SP-36 4 gram, dan KCL 3 gram.
Dosis tersebut digunakan untuk satu bibit tanaman kelapa sawit. Campuran
pupuk tunggal tersebut kemudian diaplikasikan pada bibit tanaman kelapa
sawit dengan cara dibuat lubang sekitar bibit sebanyak tiga lubang, setelah itu
pupuk dimasukkan kedalam lubang dan ditutup kembali menggunakan tanah,
hal ini dilakukan agar pupuk tidak mengalami pencucian.

12
Menurut Wikipedia (2012) kelebihan dan kekurangan pemberian pupuk
anorganik adalah sebagai berikut:
Kelebihan
Pemberiannya dapat terukur dengan tepat.
Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan
yang tepat.
Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup.
Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlah nya relatif sedikit
dibandingkan dengan pupuk organik.
Kekurangan
Meninggalkan residu ke dalam tanah.
Dalam jangka panjang akan merusak sifat fisik, kimia dan biologi
tanah.
Degradasi unsur hara.
Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk tunggal urea, SP-36,
dan KCL yaitu sebagai berikut:
1. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang
tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat mudah
larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. SP-36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5. Pupuk ini terbuat dari fosfat
alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak
sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan
sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis
dan bersifat membakar.
3. Kalium Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi agak asam, dan bersifat
higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman yang
membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.

13
Cara pemupukan dengan menggunakan pupuk anorganik adalah sebagai
berikut:
a. Ditabur atau disebar
Cara pemupukan ditabur atau ditebar diterapkan untuk pupuk berupa
butiran (granule) atau srbuk. Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman
yang jarak tanamnya rapat atau tidak teratur dan pada tanaman yang sistem
perakarannya dangkal.
b. Larikan
Pemupukan cara ini dilakukan pada tanaman yang jarak tanamnya lebar
dan teratur. Cara pemupukannya dengan membuat larikan untuk memupuk
dengan cara memasukkan pupuk ke dalam larikan kemudian tutup lagi
dengan tanah agar pupuk yang diberikan tidak mudah menguap.
c. Dimasukkan ke lubang tanam
Cara pemupukan ini dengan cara pupuk dimasukkan ke dalam lubang
tanam yang telah dibuat, kemudian ditutup lagi dengan tanah. Cara ini
digunakan untuk tanaman tahunan.
d. Pengocoran
Diterapkan untuk pupuk padat yang pemberiannya dilarutkan dulu dalam
air. Keuntungan memupuk cara ini adalah pupuk langsung diserap oleh
akar tanaman yang kemudian diolah oleh daun.

14
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini yaitu:


1. Teknik pemupukan di pembibitan main nursery pada tanaman kelapa sawit
yang tepat yaitu dengan cara dibenam atau dimasukkan pada lubang yang
telah dibuat, cara ini paling baik dilakukan karena supaya pupuk tidak
mengalami pencucian.
2. Kebutuhan/dosis pupuk anorganik yang akan diaplikasikan ke bibit tanaman
kelapa sawit yaitu pupuk Urea sebanyak 5 gram, TSP 4 gram dan KCL 3
gram yang kemudian dicampur menjadi satu.
3. Setelah dilakukan pemupukan, pertumbuhan dan perkembangan pembibitan
kelapa sawit menjadi lebih subur dan tidak kekurangan unsur hara, tetapi jika
dalam hal pemupukan tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh maka akan
berpengaruh buruk bagi tanaman kelapa sawit tersebut.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, A. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan, I.2010. Panduan lengkap Kelapa sawit. Managemen Agribisnis dari hulu
hingga hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Safitri, D. 2007. Prinsip Pemberian MP ASI (4) . http//:www.sehatgroup.web.id.

Saputra,Agus. 2011. Pemrograman CSS Untuk Pemula. Jakarta : PT. Gramedia.

Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya.


Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai