Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah maloklusi merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan gigi,


khususnya dalam bidang ortodonsia di Indonesia. Maloklusi itu sendiri merupakan keadaan
yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini terjadi karena tidak sesuainya antara lengkung
gigi dan lengkung rahang. Keadaan ini terjadi pada rahang atas maupun rahang bawah.
Maloklusi adalah keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, hal ini dapat terjadi karena
ketidaksesuaian antara lengkung gigi dan lengkung rahang. Keadaan ini terjadi baik pada
rahang atas maupun rahang bawah. Gambaran klinisnya berupa crowding, protrusi, crossbite
baik anterior maupun posterior.

Perawatan ortodontik merupakan salah satu bidang kedokteran gigi yang berperan
penting dalam memperbaiki estetik wajah,fungsi serta stabilitas hasil perawatan yang baik.

Perawatan ortodontik bertujuan untuk mencapai hubungan oklusi dan fungsi yang
baik, perbaikan terhadap keadaaan dentofasial dan estetis wajah, serta menghasilkan
kedudukan gigi yang stabil setelah perawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi ?
2. Bagaimana Perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi klas III ?
3. Ada apa saja dalam perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi
klas III ?

C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Perawatan Orthodontia Sesuai Dengan Klasifikasi Maloklusi.
2. Mengetahui Klasifikasi dari Perawatan Orthodontia.
3. Mengetahui Fungsi Macam-macam Perawatan Orthodontia Sesuai Dengan Klasifikasi
Maloklusi Klas III
D. Manfaat

1
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai Perawatan
Orthodontik terutama tentang definisi, tujuan, klasifikasi dari setiap piranti, serta fungsinya.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Definisi
1. Menurut Dr. E.H. Angle (1900)

Ortodonsia adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan meratakan atau membetulkan


kedudukan gigi-gigi.

2. Menurut Noyes (1911)

Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari hubungan gigi-gigi terhadap perkembangan


muka dan memperbaiki akibat pertumbuhan yang tidak normal. Disini telah menyangkut ilmu
anatomi dan biologi.

3. Menurut The British Society of Orthodontics (1922)

Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang,


muka dan tubuh pada umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi. Juga
mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun pengaruh dalam terhadap
perkembangan, serta pencegahan dan perawatan terhadap perkembangan yang
mengalami gangguan atau hambatan dan pengaruh jelek.

4. Menurut American Association of Orthodontist

Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan sekitarnya dari janin sampai dewasa dengan tujuan mencegah dan memper-baiki
keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk mencapai hubungan fungsional serta anatomis
yang normal.

B. Tujuan Perawatan Orthodontik

1. Mencegah terjadinya keadaan abnormal dari bentuk muka yang disebabkan oleh
kelainan rahang dan gigi.
Adanya cacat muka yang disebabkan oleh kelainan rahang dan susunan gigi
yang tidak teratur dapat menyebabkan bentuk muka yang kurang harmonis dan faktor
estetis kurang. Dengan demikian dapat mengakibatkan pertumbuhan mental kurang
sehat, seperti rasa rendah diri, rasa malu dan tidak bebas mengemukakan pendapat.
2. Mempertinggi fungsi pengunyahan yang betul.

3
Pengunyahan yang betul dan efisien dapat dicapai setinggi mungkin jika
susunan gigi-gigi itu baik, stabil dan seimbang, begitu juga hubungan rahangnya.
Pada gigi-gigi yang tidak teratur atau pada lengkung gigi yang sempit dapat
mengakibatkan gerakan lidah tidak bebas sehingga terjadi penelanan yang salah, dan
keadaan ini dapat menimbulkan kelainan yang lebih lanjut.
3. Mempertinggi daya tahan gigi terhadap terjadinya karies.
Gigi-gigi yang tidak teratur akan menyebabkan sisa-sisa makanan mudah
melekat pada permukaan gigi dan self cleansing dari giginya menjadi tidak ada.
Karena pengaruh Lactobacillus, karbohidrat dalam sisa makanan akan diubah menjadi
asam laktat yang dapat melarutkan kalsium dari email dan dentin dan terjadilah karies
gigi. Dengan membetulkan letak gigi menjadi teratur berarti akan mempertinggi daya
tahan gigi terhadap karies.
4. Menghindarkan perusakan gigi terhadap penyakit periodontal.
Gigi yang posisinya tidak baik dan tidak teratur akan menyulitkan dalam
menjaga kebersihannya. Dengan demikian selain dapat terjadi karies pada gigi-
giginya, keadaan demikian juga dapat menimbulkan penyakit periodontal. Gigi yang
tidak teratur juga dapat menyebabkan terjadinya oklusi traumatik, sehingga dapat
memperparah penyakit periodontal yang terjadi.
5. Mencegah perawatan ortodontik yang berat pada usia lebih lanjut.
Pencegahan terhadap timbulnya maloklusi akan lebih efektif dan
bermanfaat daripada perawatan terhadap maloklusi yang sudah terjadi.
6. Mencegah dan menghilangkan cara pernafasan yang abnormal dari segi
perkembangan gigi.
Jika terdapat polip di dalam hidung atau adanya tonsil yang membesar maka
orang akan bernafas lewat mulutnya, sehingga mulut selalu dalam keadaan terbuka.
Dengan demikian otot-otot disekitar pipi ( m. masseter, m. buccinator ) menjadi
hipertonus. Keadaan ini akan menyebabkan hambatan pertumbuhan rahang ke arah
lateral, sehingga menyebabkan rahang atas menjadi sempit dan diikuti gigi-gigi
depan protrusif atau merongos. Perawatan ortodontik pada gigi-gigi yang protrusif
tadi harus disertai oleh pengambilan polip atau tonsil yang membesar tadi. Dengan
demikian perawatan yang dilakukan akan memperbaiki pernafasan yang abnormal.
7. Memperbaiki cara bicara yang salah.
Orang yang mempunyai kebiasaan meletakkan lidah di antara kedua lengkung
giginya akan menimbulkan gigitan terbuka. Keadaan ini akan menyebabkan
4
gangguan dalam proses artikulasinya (proses pembentukan suara), sehingga akan
mengakibatkan pengucapan kata atau cara bicara yang salah. Dengan merawat
maloklusinya, maka akan memperbaiki cara bicaranya.
8. Menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menimbulkan kelainan yang lebih berat.
Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku, ibu jari, pensil atau lainnya,
menghisap bibir, mendorong lidah pada gigi-gigi depannya, menekan dagu dan
sebagainya dapat menimbulkan kalainan baru atau memperberat kelainan yang
sudah ada. Dengan melakukan perawatan ortodontik, maka kebiasaan buruk dapat
dihambat dan dihilangkan.
9. Memperbaiki persendian temporomandibuler yang abnormal.
Adanya infeksi pada persendian temporomandibuler sering mengakibatkan
deviasi atau penyimpangan mandibula. Demikian pula kebiasaan mengunyah satu
sisi dapat menimbulkan kelainan tersebut. Perawatan ortodontik yang tepat dapat
memperbaiki kelainan persendian tadi.
10. Menimbulkan rasa percaya diri yang besar.
Dengan meningkatkan penampilan akibat perawatan ortodontik, seorang
akan memiliki rasa percaya diri yang besar.

C. Klasifikasi Maloklusi
Dr. EH Angle membagi hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah
menjadi 3 kelompok, yaitu : Klas I ,Klas II, dan Klas III. Lisher juga membagi menjadi 3
kelompok, yaitu : Netroklusi (= klas I Angle), Distoklusi (= klas II Angle), dan Mesioklusi (=
klas III Angle).

1. Netroklusi (Klas I Angle), yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang bawah terhadap
gigi-gigi rahang atas di mana tonjol mesiobukal (mesiobuccal cusp) molar satu
permanen atas berkontak dengan lekuk mesiobukal (mesiobuccal groove) molar satu
permanen bawah.

5
Gambar 2.1: Maloklusi Tipe I

2. Distoklusi (Klas II Angle) = post normal, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang
bawah terhadap gigi-gigi rahang atas di mana lekuk mesiobukal molar satu permanen
bawah berada lebih ke distal dari tonjol mesio bukal molar satu permanen atas.

Gambar 2.1: Maloklusi Tipe II

3. Mesioklusi (Klas III Angle) = pre normal, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang
bawah terhadap gigi-gigi rahang atas di mana lekuk mesiobukal molar satu permanen
bawah berada lebih ke mesial dari tonjol mesio bukal molar satu permanen atas.

Gambar 2.1: Maloklusi Tipe III

D. Perawatan Orthodontik Sesuai Dengan Klasifikasi Maloklusi

Lama perawatan pada satu maloklusi tidaklah sama dengan lama perawatan pada
maloklusi jenis yang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik,
diantaranya: usia pasien, tipe maloklusi, ada atau tidaknya ekstraksi, penggunaan perangkat
yang digunakan cekat atau lepasan, keparahan maloklusi awal, kooperatif pasien, dll.

6
Beberapa hal tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah tipe maloklusi. Tipe
maloklusi tersebut dapat diukur dengan beberapa Indeks Maloklusi yang ada, diantaranya
yang paling populer dan keadaan maloklusi dapat dilihat secara langsung adalah
menggunakan Klasifikasi Angle. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan hubungan anteroposterior
lengkung gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah (hubungan gigi molar pertama). Fungsi dari
klasifikasi ini adalah untuk menegakkan diagnosis dan rencana perawatan.

E. Piranti Fungsional (Functional Appliance)

Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan memanfaatkan,


menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi dan
pertumbuhkembangan dentomaksilofasial. Ada juga yang mengatakan bahwa piranti
fungsional dapat berupa piranti lepasan atau cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal
dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skelet dan gigi.
Dengan menggunakan piranti fungsional, diharapkan terjadi perubahan lingkungan
fungsional dalam suatu upaya untuk mempengaruhi dan mengubah relasi rahang secara
permanen. Biasanya piranti fungsional tidak menggunakan pegas sehingga tidak dapat
menggerakkan gigi secara individual.

Piranti ini hanya efektif pada anak yang sedang bertumbuh kembang terutama yang
belum melewati pubertal growth spurt. Kekuatan otot yang digunakan tergantung pada desain
piranti fungsional, tetapi utamanya kekuatan otot yang digunakan menempatkan mandibula
ke bawah dan ke depan pada maloklusi Klas II atau ke bawah dan belakang pada maloklusi
Klas III. Penempatan mandibula ke bawah dan belakang lebih sukar daripada ke bawah dan
depan sehingga piranti ini lebih efektif bila digunakan pada maloklusi Klas II.

Indikasi

Piranti fungsional secara terbatas dapat digunakan pada maloklusi :

1. Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus bawah
yang retroklinasi atau tegak.
2. Tinggi muka yang normal atau sedikit berkurang.

7
3. Mandibula yang protrusi pada kelainan skeletal Klas III
4. Tidak ada gigi yang crowded

Maloklusi Klas II dengan insisivus bawah yang proklinasi merupakan kontraindikasi


pemakaian piranti fungsional. Pada maloklusi Klas II skeletal yang parah, piranti fungsional
digunakan sebagai perawatan pendahuluan untuk mengubah relasi rahang pada saat masih
ada pertumbuhan (phase one) kemudian digunakan piranti cekat untuk mengoreksi letak gigi
dan kadang-kadang diperlukan ekstraksi gigi permanen (phase two).

F. Tipe Piranti Fungsional


1. Removable Tooth-Borne Appliance atau Passive Tooth-Borne

Piranti ini bekerjanya hanya tergantung pada jaringan lunak yang menegang serta
aktivitas otot sehingga menghasilkan efek untuk mengoreksi maloklusi. Termasuk dalam
tipe ini adalah :

a. Aktivator

Disebut juga piranti Andresen, desain aktivator yang asli terdiri atas blok
akrilik yang menutupi lengkung geligi atas dan bawah serta palatal, blok ini longgar
karena tidak mempunyai cengkeram. Aktivator dapat memajukan mandibula beberapa
milimeter untuk mengoreksi maloklusi Klas II dan membuka gigitan kira-kira 3-4
mm.

Piranti ini berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan piranti yang pasif ini
dapat menggerakkan gigi anterior secara tipping serta mengontrol erupsi gigi-gigi
untuk mengubah dimensi vertikal. Piranti ini memberi kesempatan gigi posterior
bawah tumbuh vertikal sedangkan gigi posterior atas ditahan oleh lempeng akrilik
untuk mengurangi tumpang gigit.

Komponen aktivator terdiri dari :

1) Labial bow aktif diameter 0.7 mm yang digunakan untuk menarik gigi insisivus
maksila ke arah palatal.
2) Klamer adams diameter 0,7 mm di gigi 16 dan 26 sebagai retensi

Piranti ini dipakai selama 14-16 jam sehari. Berbagai contoh aktivator seperti
terlihat pada gambar (Gambar 2.4)

8
Gambar 2.4: Macam-Macam Aktivator

b. Bionator

Bionator merupakan salah satu alat fungsional lepasan yang dikembangkan


oleh Wilhelm Balters (1950-an). Bionator adalah sebuah alat orthodontic lepasan
yang didesain untuk mengkoreksi fungsi dan perbedaan skeletal anteroposterior antara
maksilla dan mandibula. Menurut Graber & Neuman (1984), terdapat dua konsep
dasar Balters tentang bionator, yaitu :

Bionator, tidak setebal aktivator. Tidak ada bagian yang menutupi palatum
anterior, dan tidak menutupi lidah sehingga pasien dapat bicara normal walupun alat
ada di dalam mulut. Bionator dipakai siang dan malam hari kecuali waktu makan,
sehingga dapat digunakan selama beraktivitas.

Bagian yang penting dari konsep Balters adalah lidah. Keseimbangan antara
lidah dan pipi, serta antara lidah dan bibir harus memberikan ruang yang cukup bagi
lidah untuk berfungsi, sehingga lidah dapat menjaga keseimbangan alami lengkung
gigi dan hubungan satu sama lain.

Perawatan dengan bionator bertujuan untuk memperbaiki hubungan bibir dan


gigi-gigi, membawa lidah berkontak dengan palatum, membawa gigi insisif ke dalam
hubungan yang normal, memperbesar rongga mulut dan memperbaiki posisi lidah
dengan mengubah posisi mandibula, serta memperbaiki hubungan rahang.
(Graber,dkk.,1997).

Prinsip Kerja Bionator

1) Untuk maloklusi klass III

Bagian akrilik dari alat Kelas III adalah sama dengan jenis standar.Sebuah plat
mandibula dan dua bagian rahang lateral yang membentang dari premolar pertama ke

9
premolar yang bergabung bersama-sama, membuka gigitan hanya cukup untuk
memungkinkan gigi seri atas untuk bergerak kearah labial dari gigi seri bawah.
Pembukaan gigitan ini harus memberikan ruang kurang dari 2mm antara tepi gigi
seri rahang atas dan mandibular. Dengan ruang tertutup, menuju lidah, dengan
perpanjangan plat dari bagian rahang bawah dari kaninus ke kaninus. Tepi gigi seri
atas melampaui batas atas akrilik sekitar 2mm. Dengan cara ini, gigi seri rahang
atas diposisikan langsung di depan penghalang akrilik, agar tidak mengerahkan segala
bentuk tekanan, dengan jarak sekitar 1mm dari ketebalan akrilik yang akan
dihilangkan dari belakang gigi seri rahang bawah. Hambatan ini menghalangi setiap
gerakan maju dari lidah menuju ruang depan.

Tujuannya adalah untuk mengajarkan lidah agar mendapat rangsangan


propriseptif untuk tetap ditarik dan tepat di ruang fungsionalnya. Serta
menghubungkan bagian anterior yang tidak tercakup langit-langit mulut, untuk
merangsang merangsang komponen pertumbuhan ke sekitar di daerah depan.

Gambar 2.5: Bionator Untuk Makoklusi Kelas III

Jenis-jenis Bionator

1) Bionator tipe I (Open bite) untuk mengoreksi maloklusi klas II dengan deep bite
dimana erupsi dari gigi posterior menjadi normal pada saat proses pertumbuhan
rahang.

10
Indikasinya :

a) koreksi maloklusi klas II


b) Pertumbuhan vertikal pada periode geligi bercampur
c) Pelebaran rahang atas dan rahang bawah pada periode geligi bercampur
d) Membutuhkan pergerakan gigi yang sedikit

Gambar 2.8: Bionator Tipe I

2) Bionator tipe II (Close bite), digunakan untuk mengoreksi maloklusi klas II dan
mereduksi open bite. Bite blok pada gigi posterior sehingga gigi anterior dapat erupsi
dengan bebas.

indikasinya:

a) koreksi maloklusi klas II


b) reduksi open bite anterior
c) Pelebaran rahang atas dan rahang bawah pada periode geligi bercampur
d) Mengurangi pertumbuhan vertikal pada geligi bercampur

Gambar 2.9: Bionator Tipe II

3) Bionator tipe III (Maintain bite) (bionator untuk mempertahankan gigitan)

11
Untuk kasus yang berat disertai dengan gigitan dalam, kemungkinan bionator
tipe II dapat berhasil dengan baik. Pada awalnya, perangkat ini dapat memajukan
rahang

indikasinya:

a) koreksi maloklusi klas II


b) Pelebaran rahang atas dan rahang bawah pada periode geligi bercampur

Gambar 2.10: Bionator Tipe III

2. Twin Blok Appliance

Piranti ini terdiri atas piranti atas dan bawah yang pada saat pasien beroklusi
membentuk satu kesatuan di bukal. Serta mempunyai lempengan yang berfungsi
menempatkan mandibula ke depan pada saat menutup. Twin blok appliance cocok
untuk pasien yang mempunyai tumpang gigit normal atau sedikit berkurang dan
dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap hari bahkan waktu malam tetap bisa
dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Indikasi Dan Kontraindikasi

Indikasi:

1) Koreksi maloklusi kelas II


2) Pengembangan vertikal, koreksi vertikaluntuk menutup open bite anterior
3) Ekspansi lengkung dan menambahkan panjang lengkung

Kontraindikasi:
1) Pada pasien dengan asimetris wajah
2) Pada pasien dengan unilateral cross bite
3) Gigi crowded
4) Tipping labial dari gigi seri bawah

12
5) Inklinasi gigi insisivus maksila tidak boleh terlalu verikal atau ke lingual
6) Maksila tidak dalam posisi yang benar karena menyebabkan twin block tidak
stabil

Cara kerja

1) Tahap 1 Fase aktif

Tahap ini mengoreksi relasi antero-posterior, yaitu dari maloklusi kelas 2


menjadi maloklusi kelas 1 dan mengoreksi dimensi vertikal dengan penggunaan
bite blocks oklusal pada gigi posterior. Penggunaan bite blocks oklusal akan
menambah dimensi vertikal dengan cara pengurangan sedikit demi sedikit bagian
bite block posterior rahang atas sehingga gigi molar rahang bawah akan
mengalami erupsi sebagai usaha mendapatkan oklusi dengan gigi
antagonisnya.Fase aktif akan berakhir bila gigi molar rahang bawah berkontak
dengan baik dengan gigi molar rahang atas dan didapatkan koreksi overjet, dan
overbite. Tahapan perawatan akan dilanjutkan dengan fase pendukung.

Gambar 2.11: Gambar Twin Blok Appliance Fase Aktif

2) Tahap 2 Fase pendukung

Tujuannya adalah untuk mempertahankan hubungan yang benar antara


inklinasi gigi-gigi anterior rahang atas dan bawah, sampai hubungan oklusi
segmen bukal tercapai. Pada fase ini, alat Twin block pada rahang bawah dilepas,
sedangkan alat Twin block pada rahang atas diganti dengan alat lepasan Hawley
dengan peninggi gigitan anterior.Fungsi peninggi gigitan anterior selain untuk
mempertahankan posisi gigi anterior rahang bawah terhadap rahang atas, juga
digunakan untuk mendapatkan oklusi tepat dari gigi-gigi premolar: yang belum
terkoreksi pada fase aktif. Penggunaan busur labial sendiri untuk membantu
menjaga gigi anterior rahang bawah tidak tumbuh ke arah labial. Perawatan fase
pendukung akan berakhir bila semua gigi-gigi rahang bawah dapat berkontak
dengan baik dengan gigi-gigi rahang atas.
13
Gambar 2.12: Gambar Twin Blok Appliance Fase Pendukung

3) Tahap 3 Fase Retensi

Tahap retensi ini menggunakan alat yang sama dengan fase pendukung
yaitu alat Hawley dengan peninggi gigitan anterior. Apabila hubungan antara gigi-
gigi rahang bawah dan rahang atas sudah cukup adekuat, penggunaan alat dibatasi
hanya digunakan pada malam hari saja.

Gambar 2.13: Twin Blok Appliance

3. Removable Tissue-Borne

Satu-satunya piranti fungsional tipe removable tissue-borne adalah functional


corrector atau functional regulator ciptaan Rolf Frankel sehingga piranti ini dikenal
sebagai piranti Frankel. Piranti ini terdiri atas akrilik dengan kerangka dari kawat,
didesain untuk mengurangi gerakan gigi yang tidak diinginkan dan mengatur otot

14
yang terletak dekat dengan gigi dan menempatkan rahang dalam letak yang
dikehendaki. Sayap akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan sedangkan
bantalan akrilik di labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal (buccal shield)
menahan tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian piranti Frankel dimulai bertahap 2-3
jam tiap hari pada minggu-minggu pertama, kemudian dipakai semalaman tiap hari
sampai akhirnya selama 24 jam tiap hari kecuali pada saat makan.

Ada empat tipe piranti Frankel :

1) FR I untuk mengoreksi maloklusi Klas I dan Klas II Divisi 1


a) FR 1 a : maloklusi Klas I dengan sedikit crowding, dan Klas 1 dengan
deepbite
b) FR 1 b : maloklusi Klas II Div 1 dengan overjet kurang dari 5mm
c) FR 1 c : maloklusi Klas II Div 2 dengan overjet lebih dari 7mm
2) FR II untuk mengoreksi maloklusi Klas II Divisi 1 dan 2
3) FR III untuk mengoreksi maloklusi Klas III
4) FR IV untuk mengoreksi gigitan terbuka anterior

A B

C D

15
Gambar 2.14 Jenis-jenis Frankel appliance A) Frankel tipe I (FR I); B) Frankel tipe II (FR II);
C) Frankel tipe III (FR III); D) Frankel tipe IV (FR IV)

Penggunaan:

Frankle appliance 4 jam sehari ditambah dengan pemakaian di waktu tidur (2


jam sepulang sekolah dan 2 jam sebelum tidur, disarankan). Dengan peranti di dalam
mulut, berlatih membaca dengan suara keras sekurang-kurangnya 30 menit per hari
untuk melatih cara berbicara yang baik.

Dengan peranti di dalam mulut, lakukan latihan bibir minimal 30 menit per
hari (waktu yang paling baik untuk berlatih adalah ketika menonton televisi atau
mengerjakan PR), dan lanjutkan melatih bibir setiap 30 menit sehari.

Minggu 4 6, gunakan appliance 6 jam sehari ditambah dengan pemakaian di


waktu tidur, dan lanjutkan melatih bibir setiap 30 menit sehari.

Minggu 6, gunakan appliance sepanjang hari, di sekolah, di rumah, maupun di


waktu tidur. (Lepaskan hanya ketika makan dan ketika berolahraga). Lanjutkan
melatih bibir setiap 30 menit sehari.

Prinsip dasar kerja pesawat ini adalah rahang dan prosesus dento-alveolar
kemungkinan akan mengalami deposisi tulang dan resorpsi selama periode
pertumbuhan. Selain itu, jumlah dan arah deposisi tulang tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan tekanan rahang dan prosesus alveolar karena postur dan aktivitas
lidah, bibir, dan pipi. Oleh karena itu, korektor berfungsi untuk memodifikasi posisi
jaringan lunak dan aktivitasnya sehingga mempengaruhi jumlah dan arah deposisi
tulang yang terjadi pada kompleks dento-alveolar.Pesawat Frankel bisa
mengaplikasikan tekanan pada gigi-geligi dan otot-otot mastikasi. Pesawat ini bekerja
dalam tiga cara berlainan, yaitu:

Posisi postural ke depan mendorong terjadinya pertumbuhan pada kondilus


mandibula dan sendi temoporomandibular.Bantalan vestibular, dengan aksinya yaitu
mencegah tekanan otot yang merugikan pada gigi-geligi, akan mendorong terjadinya
pertumbuhan dari tulang basal rahang, jadi memungkinkan lengkung gigi membesar
dan mengurangi susunan gigi yang berjejal.Bantalan vestibular labial, dengan
mengubah posisi otot dan aksinya, bisa mendorong terjadinya pertumbuhan bibir.

16
4. Fixed Tooth-Borne Appliance

Tipe keempat adalah fixed tooth-borne appliance yang mempunyai pengertian


bahwa piranti ini melekat pada gigi. Sebagai contoh adalah Herbst Appliance dan
Jasper jumper. Herbst appliance pada awalnya merupakan piranti lepasan kemudian
pada perkembangannya menjadi piranti cekat yang terdiri atas splint yang disemen ke
lengkung gigi atas dan bawah, biasanya molar pertama atas dan premolar pertama
bawah, dihubungkan oleh lengan telescopic pin and tube yang menentukan seberapa
banyak mandibula dimajukan. Beberapa contoh herbst appliance seperti yang terlihat
pada gambar (Gambar 2.9). Oleh karena merupakan piranti cekat, maka herbst
appliance dipakai terus-menerus sehingga keberhasilan untuk mengoreksi maloklusi
lebih tinggi. Kekurangan piranti ini ialah dapat menyebabkan insisivus bawah
terdorong ke labial. Herbst appliance yang baru tidak mengganggu pergerakan rahang
bawah ke lateral dan dibuat dari bahan yang lebih kuat sehingga tidak mudah patah.

Gambar 2.15: Herbst Appliance

Jasper jumper adalah juga fixed tooth-borne appliance, menggunakan prinsip


yang hampir sama dengan piranti herbst appliance, tetapi lengan metal diganti dengan
pegas yang kuat yang terbungkus plastik yang lentur kemudian dilekatkan secara
langsung dengan busur pada piranti cekat. Seperti yang terlihat pada gambar:

17
Gambar 2.16 :Jasper Jumper

5. Jumping The Bite

Alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan peinggi gigitan (Biteplane), berupa
penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi
posterior Alat ini bisa bersifat pasif untuk membebaskan gigi-gigi diregio lain dan untuk
menyalurkan kekuatan gigitan pada saat mulut melaksanakan fungsi pengunyahan.

Bagian bagian :

1. Plat dasar,berupa plat akrilik berfungsi untuk mendukung komponen lainnya disertai
dengan penebalan plat pada tempat-tempat tertentu.

2. Bagian retensi,untuk melekatkan alat pada gigi-gigi didalam mulut biasanya berupa
klamer pada gigi penjangkar (anchorage) M1 kanan dan kiri Busur labial,untuk
meretraksi gigi anterior ke palatinal/lingual dan untuk mempertinggi retensi dan stabilitas
alat.

3. Pada keadaan tertentu jika diperlukan dapat pula diberi tambahan pir-pir pembantu
untuk mengoreksi gigi-gigi yang malposisi.

Mekanisme Kerja :

Memberi kesempatan rahang bawah tumbuh ke anterior


Memberi kemungkinan perkembangan lengkung mandibula pada regio interkaninus
Memberi kesempatan gigi-gigi regio posterior untuk berelongasi Intrusi gigi-gigi
anterior bawah saat menguyah
Membebaskan gigi-gigi anterior yang terkunci karena cross bite

18
Gambar 2.17 Jumping The Bite

6. Face Mask

Kebanyakan maloklusi Kelas III menghasilkan retraksi maksila. Dengan demikian,


beberapa peneliti mengklaim bahwa kasus-kasus ini dapat diobati dengan topeng
proteksion maksila atau biasa disebut dengan face mask, setelah ekspansi maxillary
cepat bertujuan untuk memberikan pertumbuhan maksila anterior.

Terapi facemask menghasilkan satu atau lebih dari efek berikut yaitu koreksi
ketidaksesuaian antara hubungan sentris dan oklusi sentris, proteksi maksila skeletal
dari 1 sampai 2 mm, gerakan anterior gigi bagian atas dan tip gigi bagian bawah ke
sisi lingual. Efeknya memiliki dampak lebih besar pada pasien yang lebih muda.
Namun, mereka harus dipantau selama pertumbuhan wajah mereka, karena kambuhan
setelah perawatan dengan menggunakan metode face mask.

Gambar 2.18 Face Mask

19
G. Perawatan Maloklusi Klas III dengan Pemasangan Cekat Teknik Begg

Maloklusi klas III merupakan maloklusi yang mudah dikenali tetapi sering terdapat
hambatan dalam perawatannya. Beberapa tanda klinis yang sering dijumpai pada maloklusi
klas III antara lain cross bite anterior atau posterior baik unilateral maupun bilateral, overjet
negatif atau minimal, gigi insisivus mandibula retroklinasi, gigi insisivus maksila proklinasi,
dan functional slides dari relasi sentrik ke oklusi sentrik. Cross bite posterior bilateral
ditandai dengan tonjol bukal gigi-gigi posterior maksila beroklusi di lingual tonjol bukal gigi-
gigi posterior mandibula kedua sisi, disebabkan lengkung mandibula lebih lebar daripada
lengkung maksila.3 Cross bite unilateral sering disebabkan karena pergeseran mandibula ke
lateral dari posisi awal untuk mencapai relasi oklusi yang maksimal.4 Relasi skeletal klas III
dapat disebabkan oleh mandibula prognasi atau makrognasi, maksila retrognasi atau
mikrognasi, atau kombinasi diskrepansi maksila dan mandibula.

Teknik Begg merupakan salah satu teknik perawatan ortodontik dengan alat cekat
yang dapat digunakan untuk merawat kasus-kasus maloklusi, salah satunya adalah maloklusi
klas III. Karakteristik perawatan ortodontik dengan teknik Begg adalah penggunaan gaya
ringan dan kontinyu untuk menghasilkan gerakan tipping gigi-gigi. Perawatan teknik Begg
menggunakan kawat busur berpenampang bulat dengan slot vertikal sehingga perlekatan
keduanya menghasilkan titik kontak tunggal. Kawat busur dilengkapi dengan loop, circle
coil, anchorage bend serta berbagai auxilliary yang digunakan pada tahap tertentu seperti
rotating spring, uprighting spring dan torquing arch.

20
PENUTUP

Kesimpulan

Pada dasarnya perawatan orthodontia bertujuan untuk mencapai fungsional, bertujuan


untuk mencapai hubungan oklusi dan fungsi yang baik, perbaikan terhadap keadaaan
dentofasial dan estetis wajah, serta menghasilkan kedudukan gigi yang stabil setelah
perawatan.

Lama perawatan pada satu maloklusi tidaklah sama dengan lama perawatan pada
maloklusi jenis yang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik,
diantaranya: usia pasien, tipe maloklusi, ada atau tidaknya ekstraksi, penggunaan perangkat
yang digunakan cekat atau lepasan, keparahan maloklusi awal, kooperatif pasien, dll.
Beberapa hal tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah tipe maloklusi.

Piranti fungsional digunakan untuk mengoreksi maloklusi dengan memanfaatkan,

menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi dan

pertumbuhkembangan dentomaksilofasial. Ada juga yang mengatakan bahwa piranti

fungsional dapat berupa piranti lepasan atau cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal

dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skelet dan gigi.

21
Daftar Pustaka

1. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Birmingham: WB Saunders Co; 2003.

2. Bishara. Textbook of Orthodontics. Bishara, S.E., 2001. Text Book of Orthodontics.


Philadelphia.W.B.Saunders Company.
3. Proffit, W.R. et al. 2007. Contemporary Orthodontic. 4rd ed. Mosby. St. Louis
Philadelphia.
4. Reiss David H., D.M.D. 2011. Frankel Instruction. American Association of
Orthodontics.
5. T.M. Graber, Bedrich Neumann. 1984. Removable Orthodontic Appliances.
Philadelphia : W.B Saunders Company.
6. Uhde Michael, Dr. D.M.D., M.S. 2012. Orthodontic Appliance or Dentofacial
Orthopedics. Harrison.

7. Jiuxiang L, Yan Gu. Preliminary investigation of nonsurgical treatment of severe


skeletal class III malocclusion in the permanent dentition. Angle Orthod. 2003;
73:401-410
8. Singh G. Textbook of orthodontics. Ed 2. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007. 472-
477, 638
9. Daher W, Caron J, Wechsler MH, Nonsurgical treatment of an adult with a class III
malocclusion, Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2007; 132: 243- 51.

22

Anda mungkin juga menyukai