Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawatan ortodontik merupakan salah satu bidang kedokteran gigi yang berperan
penting dalam memperbaiki estetik wajah,fungsi serta stabilitas hasil perawatan yang baik.
Perawatan ortodontik bertujuan untuk mencapai hubungan oklusi dan fungsi yang
baik, perbaikan terhadap keadaaan dentofasial dan estetis wajah, serta menghasilkan
kedudukan gigi yang stabil setelah perawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi ?
2. Bagaimana Perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi klas III ?
3. Ada apa saja dalam perawatan orthodontik sesuai dengan klasifikasi maloklusi
klas III ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi Perawatan Orthodontia Sesuai Dengan Klasifikasi Maloklusi.
2. Mengetahui Klasifikasi dari Perawatan Orthodontia.
3. Mengetahui Fungsi Macam-macam Perawatan Orthodontia Sesuai Dengan Klasifikasi
Maloklusi Klas III
D. Manfaat
1
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan mengenai Perawatan
Orthodontik terutama tentang definisi, tujuan, klasifikasi dari setiap piranti, serta fungsinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Definisi
1. Menurut Dr. E.H. Angle (1900)
Ortodonsia adalah ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan
jaringan sekitarnya dari janin sampai dewasa dengan tujuan mencegah dan memper-baiki
keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk mencapai hubungan fungsional serta anatomis
yang normal.
1. Mencegah terjadinya keadaan abnormal dari bentuk muka yang disebabkan oleh
kelainan rahang dan gigi.
Adanya cacat muka yang disebabkan oleh kelainan rahang dan susunan gigi
yang tidak teratur dapat menyebabkan bentuk muka yang kurang harmonis dan faktor
estetis kurang. Dengan demikian dapat mengakibatkan pertumbuhan mental kurang
sehat, seperti rasa rendah diri, rasa malu dan tidak bebas mengemukakan pendapat.
2. Mempertinggi fungsi pengunyahan yang betul.
3
Pengunyahan yang betul dan efisien dapat dicapai setinggi mungkin jika
susunan gigi-gigi itu baik, stabil dan seimbang, begitu juga hubungan rahangnya.
Pada gigi-gigi yang tidak teratur atau pada lengkung gigi yang sempit dapat
mengakibatkan gerakan lidah tidak bebas sehingga terjadi penelanan yang salah, dan
keadaan ini dapat menimbulkan kelainan yang lebih lanjut.
3. Mempertinggi daya tahan gigi terhadap terjadinya karies.
Gigi-gigi yang tidak teratur akan menyebabkan sisa-sisa makanan mudah
melekat pada permukaan gigi dan self cleansing dari giginya menjadi tidak ada.
Karena pengaruh Lactobacillus, karbohidrat dalam sisa makanan akan diubah menjadi
asam laktat yang dapat melarutkan kalsium dari email dan dentin dan terjadilah karies
gigi. Dengan membetulkan letak gigi menjadi teratur berarti akan mempertinggi daya
tahan gigi terhadap karies.
4. Menghindarkan perusakan gigi terhadap penyakit periodontal.
Gigi yang posisinya tidak baik dan tidak teratur akan menyulitkan dalam
menjaga kebersihannya. Dengan demikian selain dapat terjadi karies pada gigi-
giginya, keadaan demikian juga dapat menimbulkan penyakit periodontal. Gigi yang
tidak teratur juga dapat menyebabkan terjadinya oklusi traumatik, sehingga dapat
memperparah penyakit periodontal yang terjadi.
5. Mencegah perawatan ortodontik yang berat pada usia lebih lanjut.
Pencegahan terhadap timbulnya maloklusi akan lebih efektif dan
bermanfaat daripada perawatan terhadap maloklusi yang sudah terjadi.
6. Mencegah dan menghilangkan cara pernafasan yang abnormal dari segi
perkembangan gigi.
Jika terdapat polip di dalam hidung atau adanya tonsil yang membesar maka
orang akan bernafas lewat mulutnya, sehingga mulut selalu dalam keadaan terbuka.
Dengan demikian otot-otot disekitar pipi ( m. masseter, m. buccinator ) menjadi
hipertonus. Keadaan ini akan menyebabkan hambatan pertumbuhan rahang ke arah
lateral, sehingga menyebabkan rahang atas menjadi sempit dan diikuti gigi-gigi
depan protrusif atau merongos. Perawatan ortodontik pada gigi-gigi yang protrusif
tadi harus disertai oleh pengambilan polip atau tonsil yang membesar tadi. Dengan
demikian perawatan yang dilakukan akan memperbaiki pernafasan yang abnormal.
7. Memperbaiki cara bicara yang salah.
Orang yang mempunyai kebiasaan meletakkan lidah di antara kedua lengkung
giginya akan menimbulkan gigitan terbuka. Keadaan ini akan menyebabkan
4
gangguan dalam proses artikulasinya (proses pembentukan suara), sehingga akan
mengakibatkan pengucapan kata atau cara bicara yang salah. Dengan merawat
maloklusinya, maka akan memperbaiki cara bicaranya.
8. Menghilangkan kebiasaan buruk yang dapat menimbulkan kelainan yang lebih berat.
Kebiasaan buruk seperti menggigit kuku, ibu jari, pensil atau lainnya,
menghisap bibir, mendorong lidah pada gigi-gigi depannya, menekan dagu dan
sebagainya dapat menimbulkan kalainan baru atau memperberat kelainan yang
sudah ada. Dengan melakukan perawatan ortodontik, maka kebiasaan buruk dapat
dihambat dan dihilangkan.
9. Memperbaiki persendian temporomandibuler yang abnormal.
Adanya infeksi pada persendian temporomandibuler sering mengakibatkan
deviasi atau penyimpangan mandibula. Demikian pula kebiasaan mengunyah satu
sisi dapat menimbulkan kelainan tersebut. Perawatan ortodontik yang tepat dapat
memperbaiki kelainan persendian tadi.
10. Menimbulkan rasa percaya diri yang besar.
Dengan meningkatkan penampilan akibat perawatan ortodontik, seorang
akan memiliki rasa percaya diri yang besar.
C. Klasifikasi Maloklusi
Dr. EH Angle membagi hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah
menjadi 3 kelompok, yaitu : Klas I ,Klas II, dan Klas III. Lisher juga membagi menjadi 3
kelompok, yaitu : Netroklusi (= klas I Angle), Distoklusi (= klas II Angle), dan Mesioklusi (=
klas III Angle).
1. Netroklusi (Klas I Angle), yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang bawah terhadap
gigi-gigi rahang atas di mana tonjol mesiobukal (mesiobuccal cusp) molar satu
permanen atas berkontak dengan lekuk mesiobukal (mesiobuccal groove) molar satu
permanen bawah.
5
Gambar 2.1: Maloklusi Tipe I
2. Distoklusi (Klas II Angle) = post normal, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang
bawah terhadap gigi-gigi rahang atas di mana lekuk mesiobukal molar satu permanen
bawah berada lebih ke distal dari tonjol mesio bukal molar satu permanen atas.
3. Mesioklusi (Klas III Angle) = pre normal, yaitu hubungan antara gigi-gigi rahang
bawah terhadap gigi-gigi rahang atas di mana lekuk mesiobukal molar satu permanen
bawah berada lebih ke mesial dari tonjol mesio bukal molar satu permanen atas.
Lama perawatan pada satu maloklusi tidaklah sama dengan lama perawatan pada
maloklusi jenis yang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik,
diantaranya: usia pasien, tipe maloklusi, ada atau tidaknya ekstraksi, penggunaan perangkat
yang digunakan cekat atau lepasan, keparahan maloklusi awal, kooperatif pasien, dll.
6
Beberapa hal tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah tipe maloklusi. Tipe
maloklusi tersebut dapat diukur dengan beberapa Indeks Maloklusi yang ada, diantaranya
yang paling populer dan keadaan maloklusi dapat dilihat secara langsung adalah
menggunakan Klasifikasi Angle. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan hubungan anteroposterior
lengkung gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah (hubungan gigi molar pertama). Fungsi dari
klasifikasi ini adalah untuk menegakkan diagnosis dan rencana perawatan.
Piranti ini hanya efektif pada anak yang sedang bertumbuh kembang terutama yang
belum melewati pubertal growth spurt. Kekuatan otot yang digunakan tergantung pada desain
piranti fungsional, tetapi utamanya kekuatan otot yang digunakan menempatkan mandibula
ke bawah dan ke depan pada maloklusi Klas II atau ke bawah dan belakang pada maloklusi
Klas III. Penempatan mandibula ke bawah dan belakang lebih sukar daripada ke bawah dan
depan sehingga piranti ini lebih efektif bila digunakan pada maloklusi Klas II.
Indikasi
1. Mandibula yang retrusi pada kelainan skeletal Klas II ringan disertai insisivus bawah
yang retroklinasi atau tegak.
2. Tinggi muka yang normal atau sedikit berkurang.
7
3. Mandibula yang protrusi pada kelainan skeletal Klas III
4. Tidak ada gigi yang crowded
Piranti ini bekerjanya hanya tergantung pada jaringan lunak yang menegang serta
aktivitas otot sehingga menghasilkan efek untuk mengoreksi maloklusi. Termasuk dalam
tipe ini adalah :
a. Aktivator
Disebut juga piranti Andresen, desain aktivator yang asli terdiri atas blok
akrilik yang menutupi lengkung geligi atas dan bawah serta palatal, blok ini longgar
karena tidak mempunyai cengkeram. Aktivator dapat memajukan mandibula beberapa
milimeter untuk mengoreksi maloklusi Klas II dan membuka gigitan kira-kira 3-4
mm.
Piranti ini berpengaruh pada pertumbuhan rahang dan piranti yang pasif ini
dapat menggerakkan gigi anterior secara tipping serta mengontrol erupsi gigi-gigi
untuk mengubah dimensi vertikal. Piranti ini memberi kesempatan gigi posterior
bawah tumbuh vertikal sedangkan gigi posterior atas ditahan oleh lempeng akrilik
untuk mengurangi tumpang gigit.
1) Labial bow aktif diameter 0.7 mm yang digunakan untuk menarik gigi insisivus
maksila ke arah palatal.
2) Klamer adams diameter 0,7 mm di gigi 16 dan 26 sebagai retensi
Piranti ini dipakai selama 14-16 jam sehari. Berbagai contoh aktivator seperti
terlihat pada gambar (Gambar 2.4)
8
Gambar 2.4: Macam-Macam Aktivator
b. Bionator
Bionator, tidak setebal aktivator. Tidak ada bagian yang menutupi palatum
anterior, dan tidak menutupi lidah sehingga pasien dapat bicara normal walupun alat
ada di dalam mulut. Bionator dipakai siang dan malam hari kecuali waktu makan,
sehingga dapat digunakan selama beraktivitas.
Bagian yang penting dari konsep Balters adalah lidah. Keseimbangan antara
lidah dan pipi, serta antara lidah dan bibir harus memberikan ruang yang cukup bagi
lidah untuk berfungsi, sehingga lidah dapat menjaga keseimbangan alami lengkung
gigi dan hubungan satu sama lain.
Bagian akrilik dari alat Kelas III adalah sama dengan jenis standar.Sebuah plat
mandibula dan dua bagian rahang lateral yang membentang dari premolar pertama ke
9
premolar yang bergabung bersama-sama, membuka gigitan hanya cukup untuk
memungkinkan gigi seri atas untuk bergerak kearah labial dari gigi seri bawah.
Pembukaan gigitan ini harus memberikan ruang kurang dari 2mm antara tepi gigi
seri rahang atas dan mandibular. Dengan ruang tertutup, menuju lidah, dengan
perpanjangan plat dari bagian rahang bawah dari kaninus ke kaninus. Tepi gigi seri
atas melampaui batas atas akrilik sekitar 2mm. Dengan cara ini, gigi seri rahang
atas diposisikan langsung di depan penghalang akrilik, agar tidak mengerahkan segala
bentuk tekanan, dengan jarak sekitar 1mm dari ketebalan akrilik yang akan
dihilangkan dari belakang gigi seri rahang bawah. Hambatan ini menghalangi setiap
gerakan maju dari lidah menuju ruang depan.
Jenis-jenis Bionator
1) Bionator tipe I (Open bite) untuk mengoreksi maloklusi klas II dengan deep bite
dimana erupsi dari gigi posterior menjadi normal pada saat proses pertumbuhan
rahang.
10
Indikasinya :
2) Bionator tipe II (Close bite), digunakan untuk mengoreksi maloklusi klas II dan
mereduksi open bite. Bite blok pada gigi posterior sehingga gigi anterior dapat erupsi
dengan bebas.
indikasinya:
11
Untuk kasus yang berat disertai dengan gigitan dalam, kemungkinan bionator
tipe II dapat berhasil dengan baik. Pada awalnya, perangkat ini dapat memajukan
rahang
indikasinya:
Piranti ini terdiri atas piranti atas dan bawah yang pada saat pasien beroklusi
membentuk satu kesatuan di bukal. Serta mempunyai lempengan yang berfungsi
menempatkan mandibula ke depan pada saat menutup. Twin blok appliance cocok
untuk pasien yang mempunyai tumpang gigit normal atau sedikit berkurang dan
dimungkinkan dipakai selama 24 jam setiap hari bahkan waktu malam tetap bisa
dipakai. Pengurangan jarak gigit dapat terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Indikasi:
Kontraindikasi:
1) Pada pasien dengan asimetris wajah
2) Pada pasien dengan unilateral cross bite
3) Gigi crowded
4) Tipping labial dari gigi seri bawah
12
5) Inklinasi gigi insisivus maksila tidak boleh terlalu verikal atau ke lingual
6) Maksila tidak dalam posisi yang benar karena menyebabkan twin block tidak
stabil
Cara kerja
Tahap retensi ini menggunakan alat yang sama dengan fase pendukung
yaitu alat Hawley dengan peninggi gigitan anterior. Apabila hubungan antara gigi-
gigi rahang bawah dan rahang atas sudah cukup adekuat, penggunaan alat dibatasi
hanya digunakan pada malam hari saja.
3. Removable Tissue-Borne
14
yang terletak dekat dengan gigi dan menempatkan rahang dalam letak yang
dikehendaki. Sayap akrilik lingual menempatkan mandibula ke depan sedangkan
bantalan akrilik di labial dan sayap akrilik yang lebar di bukal (buccal shield)
menahan tekanan dari bibir dan pipi. Pemakaian piranti Frankel dimulai bertahap 2-3
jam tiap hari pada minggu-minggu pertama, kemudian dipakai semalaman tiap hari
sampai akhirnya selama 24 jam tiap hari kecuali pada saat makan.
A B
C D
15
Gambar 2.14 Jenis-jenis Frankel appliance A) Frankel tipe I (FR I); B) Frankel tipe II (FR II);
C) Frankel tipe III (FR III); D) Frankel tipe IV (FR IV)
Penggunaan:
Dengan peranti di dalam mulut, lakukan latihan bibir minimal 30 menit per
hari (waktu yang paling baik untuk berlatih adalah ketika menonton televisi atau
mengerjakan PR), dan lanjutkan melatih bibir setiap 30 menit sehari.
Prinsip dasar kerja pesawat ini adalah rahang dan prosesus dento-alveolar
kemungkinan akan mengalami deposisi tulang dan resorpsi selama periode
pertumbuhan. Selain itu, jumlah dan arah deposisi tulang tersebut dipengaruhi oleh
faktor lingkungan tekanan rahang dan prosesus alveolar karena postur dan aktivitas
lidah, bibir, dan pipi. Oleh karena itu, korektor berfungsi untuk memodifikasi posisi
jaringan lunak dan aktivitasnya sehingga mempengaruhi jumlah dan arah deposisi
tulang yang terjadi pada kompleks dento-alveolar.Pesawat Frankel bisa
mengaplikasikan tekanan pada gigi-geligi dan otot-otot mastikasi. Pesawat ini bekerja
dalam tiga cara berlainan, yaitu:
16
4. Fixed Tooth-Borne Appliance
17
Gambar 2.16 :Jasper Jumper
Alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan peinggi gigitan (Biteplane), berupa
penebalan akrilik disebelah palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah oklusal gigi-gigi
posterior Alat ini bisa bersifat pasif untuk membebaskan gigi-gigi diregio lain dan untuk
menyalurkan kekuatan gigitan pada saat mulut melaksanakan fungsi pengunyahan.
Bagian bagian :
1. Plat dasar,berupa plat akrilik berfungsi untuk mendukung komponen lainnya disertai
dengan penebalan plat pada tempat-tempat tertentu.
2. Bagian retensi,untuk melekatkan alat pada gigi-gigi didalam mulut biasanya berupa
klamer pada gigi penjangkar (anchorage) M1 kanan dan kiri Busur labial,untuk
meretraksi gigi anterior ke palatinal/lingual dan untuk mempertinggi retensi dan stabilitas
alat.
3. Pada keadaan tertentu jika diperlukan dapat pula diberi tambahan pir-pir pembantu
untuk mengoreksi gigi-gigi yang malposisi.
Mekanisme Kerja :
18
Gambar 2.17 Jumping The Bite
6. Face Mask
Terapi facemask menghasilkan satu atau lebih dari efek berikut yaitu koreksi
ketidaksesuaian antara hubungan sentris dan oklusi sentris, proteksi maksila skeletal
dari 1 sampai 2 mm, gerakan anterior gigi bagian atas dan tip gigi bagian bawah ke
sisi lingual. Efeknya memiliki dampak lebih besar pada pasien yang lebih muda.
Namun, mereka harus dipantau selama pertumbuhan wajah mereka, karena kambuhan
setelah perawatan dengan menggunakan metode face mask.
19
G. Perawatan Maloklusi Klas III dengan Pemasangan Cekat Teknik Begg
Maloklusi klas III merupakan maloklusi yang mudah dikenali tetapi sering terdapat
hambatan dalam perawatannya. Beberapa tanda klinis yang sering dijumpai pada maloklusi
klas III antara lain cross bite anterior atau posterior baik unilateral maupun bilateral, overjet
negatif atau minimal, gigi insisivus mandibula retroklinasi, gigi insisivus maksila proklinasi,
dan functional slides dari relasi sentrik ke oklusi sentrik. Cross bite posterior bilateral
ditandai dengan tonjol bukal gigi-gigi posterior maksila beroklusi di lingual tonjol bukal gigi-
gigi posterior mandibula kedua sisi, disebabkan lengkung mandibula lebih lebar daripada
lengkung maksila.3 Cross bite unilateral sering disebabkan karena pergeseran mandibula ke
lateral dari posisi awal untuk mencapai relasi oklusi yang maksimal.4 Relasi skeletal klas III
dapat disebabkan oleh mandibula prognasi atau makrognasi, maksila retrognasi atau
mikrognasi, atau kombinasi diskrepansi maksila dan mandibula.
Teknik Begg merupakan salah satu teknik perawatan ortodontik dengan alat cekat
yang dapat digunakan untuk merawat kasus-kasus maloklusi, salah satunya adalah maloklusi
klas III. Karakteristik perawatan ortodontik dengan teknik Begg adalah penggunaan gaya
ringan dan kontinyu untuk menghasilkan gerakan tipping gigi-gigi. Perawatan teknik Begg
menggunakan kawat busur berpenampang bulat dengan slot vertikal sehingga perlekatan
keduanya menghasilkan titik kontak tunggal. Kawat busur dilengkapi dengan loop, circle
coil, anchorage bend serta berbagai auxilliary yang digunakan pada tahap tertentu seperti
rotating spring, uprighting spring dan torquing arch.
20
PENUTUP
Kesimpulan
Lama perawatan pada satu maloklusi tidaklah sama dengan lama perawatan pada
maloklusi jenis yang lain. Ada banyak faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik,
diantaranya: usia pasien, tipe maloklusi, ada atau tidaknya ekstraksi, penggunaan perangkat
yang digunakan cekat atau lepasan, keparahan maloklusi awal, kooperatif pasien, dll.
Beberapa hal tersebut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik.
Salah satu faktor yang mempengaruhi lama perawatan ortodontik adalah tipe maloklusi.
menghalangi atau memodifikasi kekuatan yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi dan
fungsional dapat berupa piranti lepasan atau cekat yang menggunakan kekuatan yang berasal
dari regangan otot, fasia dan atau jaringan yang lain untuk mengubah relasi skelet dan gigi.
21
Daftar Pustaka
1. Finn SB. Clinical Pedodontics. 4th ed. Birmingham: WB Saunders Co; 2003.
22