Anda di halaman 1dari 12

Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

ARTIKEL PENELITIAN

Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

Madrikayanti Anugrah Salfi Putri

Sub-departemen Kedokteran Okupasi, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Abstrak

Latar Belakang : Musculoskeletal disorder (MSD) merupakan masalah kesehatan yang

paling sering terjadi dalam dunia pekerjaan. Berdasarkan data dari EASHW disebutkan

bahwa banyak pekerja yang mengalami musculoskeletal disorder (MSD). Pada 27 negara di

Uni Eropa didapatkan sekitar 25% dari pekerjanya mengeluh sakit punggung, 23%

dilaporkan adanya nyeri otot. Musculoskeletal disorder (MSD)dalam pekerjaan akan

menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan dalam bekerja. Hal ini dapat memicu stress atau

ketidakpuasan dalam berkerja, penurunan produktivitas, ketidakmampuan menyelesaikan

kewajiban pekerjaan, bahkan kesulitan dalam beraktivitas di rumah.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatory survey (penelitian penjelasan)

dengan pendekatan potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah quota

sampling dengan kriteria inklusi responden bekerja hanya pada satu bagian kerja tertentu dari

laundry, tidak memiliki keterbatasan komunikasi dan kriteria eksklusi responden keluar dari

pekerjaannya dan tidak bersedia dijadikan responden. Berdasarkan kriteria tersebut, diperoleh

sampel sebanyak 150 orang, meliputi 30 orang bagian penimbangan, 30 orang bagian

pencucian, 30 orang bagian pengeringan, 30 orang bagian penyetrikaan dan 30 orang pekerja

bagian pengemasan. Data dikumpulkan dengan kuesioner Nordic Body Map Test dan

checklist. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan

kai kuadrat.

Page 1
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

Hasil : Sebanyak 24 orang (80%), sikap kerja yang tidak ergonomi mayoritas (60%) pada

bagian pencucian, usia yang paling berisiko pada bagian pengemasan, masa kerja mayoritas

kurang dari 6 tahun untuk semua bagian, beban kerja mayoritas pada rentang ringan sampai

sedang, lama kerja mayoritas 6 sampai dengan 10 tahun.Analisis bivariat dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini menggunakan uji kai

kuadrat yang digunakan untuk menguji hubungan antara tiap bagian di proses jasa laundry,

yaitu penimbangan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan pengemasan dengan keluhan

MSDs. Dari analisis bivariat, dapat dilihat bahwa variabel sikap kerja yang berhubungan

dengan keluhan MSDs hanya terdapat pada bagian pencucian (nilai p = 0,014 < 0,05).

Sedangkan pada bagian penimbangan (nilai p = 0,77), pengeringan (nilai p = 0,257),

penyetrikaan (nilai p = 0,109) dan pengemasan (nilai p = 0,370) tidak berhubungan dengan

keluhan MSDs karena nilai p > 0,05 .

Kesimpulan : Sikap kerja pada pekerjaan laundry berisiko terjadi MSDs jika dilakukan

secara tidak ergonomi. Sikap kerja yang berisiko terhadap MSDs adalah sikap kerja yang

dilakukan oleh pekerja pada bagian pencucian. Sementara, sikap kerja pada bagian

penimbangan, pengeringan, penyetrikaan maupun pengemasan tidak menunjukkan risiko ke

arah MSDs.

Kata kunci: Ergonomi, Musculoskeletal disorders, pekerja.

Latar Belakang:

Musculoskeletal disorder musculoskeletal yang mencakup sistem

merupakan sekelompok kondisi patologis saraf, tendon, otot dan struktur penunjang .

dimana dapat mempengaruhi fungsi Menurut National Institute of

normal dari jaringan halus sistem Occupational Safety and Health (NIOSH)

Page 2
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

dan WHO MSDs merupakan gangguan daya koordinasi tangan, susah untuk

yang disebabkan ketika seseorang digerakkan. MSDs diatas dapat

melakukan aktivitas kerja dan kondisi menurunkan produktivitas kerja,

pekerjaan yang signifikan sehingga kehilangan waktu kerja, menimbulkan

mempengaruhi adanya fungsi normal ketidakmampuan secara temporer atau

jaringan halus pada sistem cacat tetap. Untuk memperoleh gambaran

Muskuloskeletal yang mencakup saraf, tentang gejala MSDs bisa menggunakan

tendon, otot. MSDs umumnya terjadi tidak Nordic Body Map (NBM) dengan cara

secara langsung melainkan penumpukan- melihat tingkat keluhan sakit dan tidak

penumpukan cidera benturan kecil dan sakit. Dengan melihat dan menganalisa

besar yang terakumulasi secara terus peta tubuh (NBM) sehingga dapat

menerus dalam waktu yang cukup diestimasi tingkat dan jenis keluhan otot

lama.Yang diakibatkan oleh pengangkatan skeletal yang dirasakan oleh para pekerja.

beban saat bekerja, sehingga menimbulkan


Munculnya keluhan MSDs pada
cidera dimulai dari rasa sakit, nyeri, pegal-
tubuh buruh angkut dipasar ditandai
pegal pada anggota tubuh.
dengan adanya gejala-gejala yang
Musculoskeletal disorders merupakan
dirasakan oleh para buruh. Sedangkan
suatu istilah yang memperlihatkan bahwa
pengertian keluhan muskuloskeletal adalah
adanya gangguan pada sistem
keluhan pada bagian-bagian otot skeletal
musculoskeletal.
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari

MSDs ditandai dengan adanya keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.

gejala sebagai berikut yaitu : nyeri, Apabila otot menerima beban statis secara

bengkak, kemerah-merahan, panas, mati berulang dan dalam waktu yang lama akan

rasa retak atau patah pada tulang dan sendi menyebabkan keluhan berupa kerusakan

dan kekakuan, rasa lemas atau kehilangan sendi, ligamen dan tendon. Secara garis

Page 3
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

besar keluhan ini dibagi menjadi dua yaitu dapat mengakibatkan penyakit dan

keluhan sementara berupa keluhan otot kecelakaan. Seseorang biasanya bekerja

yang terjadi pada saat otot menerima selama 40-50 jam dalam seminggu. Lama

beban statis keluhan ini dapat hilang jika kerja mempunyai hubungan yang kuat

melakukan istirahat dan pembebanan dengan keluhan otot dan dapat

dihentikan sementara. Kemudian keluhan meningkatkan resiko gangguan

menetap adalah keluhan otot yang bersifat musculoskeletal disorders terutama untuk

menetap walaupun sudah melakukan jenis pekerjaan dengan menggunakan

pemberhentian pengangkatan beban tetapi kekuatan kerja yang cukup tinggi.

rasa sakit di otot masih muncul. Keluhan


Lalu masa kerja adalah waktu yang
otot biasanya terjadi karena kontraksi otot
dihitung dari pertama kali pekerja masuk
yang berlebihan yang disebabkan oleh
kerja sampai penelitian berlangsung.
pembebanan saat bekerja yang terlalu berat
Secara umum pekerja dengan masa kerja >
dengan durasi yang cukup lama.
4 tahun memiliki kerentanan untuk

MSDs dipengaruhi oleh beberapa munculnya gangguan kesehatan

faktor risiko yang dapat menyebabkan dibandingkan dengan masa kerja yang < 4

kejadian cedera yang terdiri dari tahun. Masa kerja merupakan suatu faktor

Umumnya dalam sehari seseorang bekerja yang dapat mempengaruhi seseorang

selama 6-8 jam dan sisanya 14-18 jam mempunyai risiko terkena MSDs terutama

digunakan untuk beristirahat atau pada pekerja yang menggunakan kekuatan

berkumpul dengan keluarga dan kerja yang tinggi.Dikarenakan masa kerja

berkumpul dengan masyarakat.Adanya mempunyai hubungan dengan keluhan

penambahan jam kerja yang dapat otot. Semakin lama waktu seseorang untuk

menurunkan efisiensi pekerja, menurunkan bekerja maka seseorang tersebut semakin

produktivitas, timbulnya kelelahan dan besar resiko untuk mengalami MSDs .

Page 4
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

Kemudian umur pertambahan umur pada rokok per hari. mereka yang berhenti

masing-masing orang menyebabkan merokok selama setahun memiliki risiko

adanya penurunan kemampuan kerja pada MSDs. Selanjutnya dari faktor pekerjaan

jaringan tubuh (otot, tendon, sendi dan berupa beban angkut. Beban angkut adalah

ligament). Keluhan otot skeletal biasanya ektifitas pekerjaan yang dibebankan

dialami seseorang pada usia kerja yaitu 24- kepada tenaga kerja meliputi beban fisik

65 tahun. Biasanya Keluhan pertama maupun beban mental. Beban yang

dialami pada usia 30 tahun dan tingkat diperbolehkan diangkat pada seseorang

keluhan akan meningkat seiring dengan menurut ILO yaitu 23-25 Kg. mengangkat

bertambahnya umur. suatu beban yang terlalu berat kelelahan

karena adanya peningkatan yang


Status gizi Berat badan, tinggi
disebabkan oleh tekanan pada diskus dapat
badan dan massa tubuh erat kaitannya
mengakibatkan Diskus pada tulang
dengan status gizi seseorang. Keterikatan
belakang serta dapat menyebabkan
antara indeks masa tubuh dengan MSDs
elelahan karena adanya peningkatan yang
yaitu semakin gemuk seseorang maka akan
disebabkan oleh tekanan pada diskus
bertambah besar risiko orang tersebut
intervertebralis
untuk mengalami MSDs. Kebiasaan

merokok, Semakin lama dan semakin Dalam kegiatan angkat angkut ada

tingginya frekuensi merokok seseorang beberapa prinsip ergonomi yang harus

maka semakin tinggi pula tingkat keluhan diterapkan untuk mencegah terjadinya

yang dirasakan. Meningkatnya keluhan cidera pada anggota tubuh yang rawan,

otot ada hubungan dengan lama dan maka kegiatan angkat angkut harus

tingkat kebiasaan merokok seseorang. dilakukan dengan teknik yang benar yaitu:

Risiko meningkatnya kebiasaan merokok

pada seseorang 20% untuk tiap 10 batang

Page 5
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

1. Pegangan terhadap bahan yang 4. Punggung harus dalam keadaan

akan diangkat harus tepat. lurus agar bahaya yang dapat

2. Lengan harus dekat dengan badan menyebabkan kerusakan terhadap

dengan posisi lurus. discus intervertebralis dapat terhindari

3. Posisi tulang belakang harus lurus. 5. Mengangkat beban.

4. Dagu segera ditarik setelah kepala


METODE
bisa ditegakkan.
Penelitian ini menggunakan
5. Pada saat mengangkat posisi kaki
metode penelitian deskriptif dengan
meregang untuk menarik dan
pendekatan cross sectional melalui proses
mendorong sedangkan gaya untuk
Walk Through Survey. Data yang
gerakan dan perimbangan.
digunakan berupa kebiasaan responden,
6. Beban diusahakan sedekat
dan data faktor-faktor pencetus
mungkin terhadap garis vertical yang
Musculoskeletal disorders, seperti faktor
mulai pusat gravitasi tubuh
ergonomis berupa postur saat bekerja

Beberapa penerapan ergonomi dengan posisi berdiri dan membungkuk

yang dapat digunakan dalam kegiatan dengan waktu yang cukup lama dan

angkat angkut yaitu : berulang.

Sampel dalam penelitian ini adalah


1. Semua rintangan sebaiknya
pasien dengan diagnosis Low Back Pain
disingkirkan sebelum dimulainya
dengan keluhan nyeri punggung bawah
pekerjaan.
yang masih berlangsung saat melakukan
2. Tinggi maksimum pengangkatan
pekerjaan. Distribusi sampel penelitian
dari lantai tidak lebih dari 35cm.
berdasarkan jenis pekerjaan yang
3. Beban yang akan diangkut harus
dilakukan, didapatkan 1 karyawan dari 11
sedekat mungkin dengan tubuh.
karyawan. Akan tetapi penelitian pada

Page 6
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

studi cross sectional terdapat beberapa Bahan yang digunakan pada survey

kelemahan yaitu kurangnya jumlah kasus ini adalah checklist yang dibuat. Checklist

yang didapatkan, berat-ringannya kasus ini dibuat berdasarkan informasi yang

sulit ditentukan, dan kurangnya waktu diperlukan daripada tujuan survey ini

yang didapatkan untuk melanjutkan dilakukan. Pada survey ini, informasi yang

survey. Selain itu, penelitian dengan studi diperlukan adalah ada tidaknya faktor

ini tidak menggambarkan perjalanan health hazards. Untuk

penyakit, insiden, maupun prognosis

penyakit.

hazard, alat kerja apa yang digunakan, alat Check List: berfungsi sebagai alat

pelindung diri yang digunakan, keluhan untuk mendapatkan data primer

penyakit yang dialami, upaya Keselamatan mengenai survey jalan sepintas yang

dan Kesehatan Kerja lainnya, konstruksi dilakukan.

bangunan, dan pencegahan serta Cara survey yang dilakukan adalah

pengelolaan kebakaran. dengan menggunakan Walk Through

Peralatan yang digunakan untuk Survey. Teknik Walk Through Survey juga

melakukan Walk Through Survey antara dikenal sebagai Occupational Health

lain: Untuk melakukan survey ini, dapat

Alat tulis menulis: berfungsi sebagai dimulai dengan mengetahui tentang

media untuk pencatatan selama survey manajemen perencanaan yang benar,

jalan sepintas berdiskusi tentang tujuan melakukan


Kamera digital: berfungsi sebagai alat
survey, dan menemukan keluhan-keluhan
untuk memotret kegiatan dan
baru yang relevan.
lingkungan Instalasi Gizi Rumah Sakit
Bahaya apa dan dalam situasi yang
Ibnu Sina
bagaimana bahaya dapat timbul,

Page 7
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

merupakan sebagai hasil dari Survey dilakukan di Bagian

penyelenggaraan kegiatan Walk Through Laundry di Rumah Sakit Bhayangkara

Survey. Mengenal bahaya, sumber bahaya, Makassar dengan jadwal survey selama 5

dan lamanya paparan bahaya terhadap hari, meliputi:

karyawan.

Pihak okupasi kesehatan dapat No Tanggal Kegiatan

kemudian merekomendasikan monitoring .


1 15 Mei Melapor ke bagian
survey untuk memperoleh kadar kuantitas
2017 K3 RS. Ibnu Sina
eksposur atau kesehatan okupasi atau Pengarahan dan

kesehatan okupasi mengenai risk pembuatan

assessment. proposal Walk

Walk Through Survey ini bertujuan Through Survey


2 16 Mei Melakukan walk
untuk memahami proses produksi, denah
2017 through survey di
tempat kerja, dan lingkungannya secara
bagian laundry RS.
umum. Selain itu mendengarkan
Bhayangkara
pandangan karyawan dan pengawas 3 17 Mei Pembuatan laporan

tentang K3. Memahami pekerjaan dan 2017 Walk Through

tugas-tugas karyawan, mengantisipasi dan Survey


4 18 Mei Pembuatan artikel
mengenal potensi bahaya yang ada dan
2017 Walk Through
mungkin akan timbul di tempat kerja atau
Survey
pada petugas dan menginventarisir upaya- 5 19 Mei Presentasi laporan

upaya K3 yang telah dilakukan mencakup 2017 Walk Through

kebijakan K3, upaya pengendalian, Survey

pemenuhan peraturan perundang-

undangan dan sebagainya.

Page 8
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

dengan posisi berdiri dan membungkuk

HASIL dengan waktu yang cukup lama dan

Pada penelitian ini diambil sampel berulang. Didukung dari penelitian lain

dari seluruh karyawan laundry Rumah yang dilakukan menyatakan bahwa

Sakit Bhayangkara dan dari perhitungan terdapat faktor yang berhubungan dengan

sampel didapatkan sampel sebanyak 1 dari kejadian musculoskeletal disorders, baik

11 karyawan (total jumlah karyawan). ditinjau dari umur, jenis kelamin, indeks

Dari rencana waktu yang telah massa tubuh, riwayat trauma, masa dan

ditetapkan, terkumpul data yang lama kerja, beban kerja, dan posisi/sikap

didapatkan dari checklist yang dibuat. Dari tubuh saat bekerja.

hasil check list diperoleh 1 karyawan laki- Bekerja dengan posisi berdiri statis

laki mengeluh mendapatkan keluhan nyeri dalam waktu yang lama cepat melelahkan

punggung bagian bawah. Dan sisanya bagian otot vertebral dan pada otot kaki.

mengeluh penyakit yang berbeda, yang Seperti karyawan laundry RS

juga berhubungan dengan pekerjaan Bhayangkara yang bekerja dnegan posisi

sebagai karyawan laundry Rumah Sakit berdiri dan membungkuk dengan waktu

Bhayangkara. yang lama dan berulang.

Prevalensi Musculoskeletal

disorders sebesar 9%. Faktor yang KETERBATASAN PENELITIAN

dominan berpengaruh dalam Penelitian ini tentunya tidak

musculoskeletal disorders berupa faktor terlepas dari keterbatasan, adapun

ergonomis, yaitu kebiasaan responden, dan keterbatasan dari penelitian ini adalah

data faktor-faktor pencetus checklist yang dibuat hanya menentukan

musculoskeletal disorders seperti faktor hubungan penyakit akibat kerja, tetapi

ergonomis berupa postur saat bekerja tidak dapat menentukan insidens, berat

Page 9
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

ringannya penyakit, dan prognosis dilakukan pmeriksaan yang menyeluruh

penyakit. Demikian pula untuk survey, terhadap seluruh responden, karena

diagnosisnya hanya bersifat subjektif, keterbatasan saran pemeriksaan, dan

tidak dapat diketahui kapan stressor keterbatasan waktu penelitian.

muncul. Keterbatasan lainnya adalah tidak

untuk menganalisa faktor terjadinya kasus Akhirnya kami berasumsi bahwa

penyakit dengan keluhan nyeri pada bila terdapat keluhan nyeri punggung

punggung bawah perlu diketahui riwayat bawah pada responden dengan hasil survey

penyakit terdahulu dan riwayat penyakit di dan penyakit akibat kerja tidak

tempat lain yang mungkin berhubungan menunjukkan nilai yang berarti, maka

dengan keluhan yang dirasakan sekarang. tidak menutup kemungkinan keluhan yang

Selain itu, checklist yang hanya dirasakan pasien juga karena kontribusi

terfokus pada faktor penyebab panyakit dari faktor individu dan faktor lingkungan

akibat kerja, tidak memenuhi semua poin- lain, selain lingkungan tempat kerja.

poin yang diperlukan untuk mendiagnosis Penelitian ini juga tidak

penyakit dari keluhan yang dirasakan. mengklasifikasikan berat ringannya

Perlu penelitian yang lebih mendalam dan penyakit, berdasarkan keluhan dari

oemeriksaan yang lebih lengkap untuk responden, juga tidak dapat menentukan

dapat menilai secara keseluruhan penatalaksanaan yang tepat untuk

penyebab dari keluhan yang dirasankan mencegah atau mengurangi keluhan yang

oleh responden. dirasakan atau akan dirasakan nanti di

masa yang akan datang.

Page 10
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

DAFTAR PUSTAKA

1. European Agency for Safety and Pengembangan Kesehatan. Jakarta;

Health at Work. 2008. Work-related 2013.

Musculoskeletal Disorder: Prevention 6. Astuti RD. Analisa pengaruh aktivitas

Report. Belgium. kerja dan beban angkat terhadap

2. Occupational Health and Safety kelelahan muskuluskeletal. Gema

Agency for Healthcare in BC. Teknik 2007; 2: 28-9

2003.Guide Ergonomic for Hospital 7. Harrianto R. Buku ajar kesehatan

Laundries. British Columbia. kerja. Jakarta: EGC; 2007.

8. Effendi F. Ergonomi bagi pekerja


3. Delitto A, George SZ, Dillen LV,
sektor informal. Cermin Dunia
Whitman JM, Sowa G, Shekelle P et
Kedokteran 2007; 34: 1-154.
al. Low back pain clinical practice
9. Yuliana. Low back pain. Cermin Dunia
guidelines linked to the international
Kedokteran 2011; 38(4): 273.
classification of functioning,
10. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al.
disability, and health from the
Back and neck pain. Dalam: Harrisons
orthopaedic section of the american
Principles of Internal Medicine. 17th
physical therapy association. J Orthop
Ed. New York: McGraw-Hill; 2008.
Sports Phys Ther 2012 ; 42(4): A11.
11. Bridger RS. Introduction to
4. Riskesdas. Laporan hasil Riset
ergonomics international edition.
Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
Singapore: McGraw-Hill Book Co;
Nasional. Badan Penelitian dan
2008.

Page 11
Hubungan Sikap Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Laundry

12. Kantana T. Faktor-faktor yang 16. Koentjoro SL. Hubungan antara Indeks

mempengaruhi keluhan low back pain Masa Tubuh (IMT) dengan derajat

pada kegiatan mengemudi tim osteoarthritis lutut menurut Kellgren

ekspedisi PT. Enseval Putera dan Lawrence. Semarang: Universitas

Megatrading Jakarta Tahun 2010. Diponegoro; 2010.

Jakarta: Universitas Islam Negeri 17. Purnamasari. Overweight sebagai

Syarif Hidayatullah; 2010. faktor risiko low back pain pada pasien

13. Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan poli saraf RSUD Prof. Dr. Margono

B, Martini. Beberapa faktor yang Soekarjo Purwokerto. Mandala of

berpengaruh terhadap nyeri punggung Health 2010;4.

bawah pada penjual jamu gendong. 18. Umami AR, Hartanti RI, Dewi A.

Jurnal Promkes 2009; 4:1. Hubungan antara karakteristik

14. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder responden dan sikap kerja duduk

R. The epidemiology of low back pain. dengan keluhan nyeri punggung bawah

Best Pract Res Clin Rheumatol (low back pain) pada pekerja batik

2010;24: 769-81. tulis. E-journal Pustaka Kesehatan

15. NIOSH. Musculoskeletal disorders and 2013;2: 72-7.

workplace factors: a critical review of 19. Tana L, Halim FXS. Determinan nyeri

epidemiologic evidence for work- pinggang pada tenaga paramedik di

related musculoskeletal disorders of beberapa rumah sakit di Jakarta. J

the neck, upper extremity, and low indon Med Assoc 2011; 61(4): 155-60

back. NIOSH: Centers for Disease

Control and Prevention; 1997.

Page 12

Anda mungkin juga menyukai