(1) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun sebesar Rp4.800.000.000,00 (empat
miliar delapan ratus juta rupiah) atau lebih wajib menyelenggarakan pembukuan.
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00
(empat miliar delapan ratus juta rupiah) wajib menyelenggarakan pencatatan,
kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih menyelenggarakan pembukuan.
(3) Wajib Pajak orang pribadi yang wajib menyelenggarakan pencatatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan menerima atau memperoleh penghasilan
yang tidak dikenai Pajak Penghasilan bersifat final, menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Pasal 4
(1) Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan.
(2) Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1)
dikalikan dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Per 17 tahun 2015
Pasal 4
(1) Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto
dikelompokkan menurut wilayah sebagai berikut:
a. 10 (sepuluh) ibukota propinsi yaitu Medan, Palembang,
Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Manado,
Makassar, dan Pontianak;
b. ibukota propinsi lainnya;
c. daerah lainnya.
(2) Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk
Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
ayat (3) tercantum dalam Lampiran I Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini.
(3) Daftar Persentase Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk
Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) tercantum dalam Lampiran II Peraturan Direktur
Jenderal Pajak ini.
Ada beberapa perubahan yang tercantum dalam PER DJP No 17 tanun 2015 ini, diantaranya:
Pertama, batasan peredaran bruto dalam satu tahun untuk WPOP yang melakukan perkerjaan
bebas ataupun usahawan yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah sebesar Rp.
4.800.000.000,- (Empat Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah) atau lebih, sedangkan dalam
peraturan sebelumnya sebesar Rp. 600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) seperti yang
tercantum dalam Pasal 1 Ayat 1.
Kedua, batasan peredaran bruto dalam satu tahun untuk WPOP yang melakukan perkerjaan
bebas ataupun usahawan yang wajib menyelenggarakan pencatatan adalah kurang dari Rp.
4.800.000.000,- (Empat Miliar Delapan Ratus Juta Rupiah), sedangkan dalam peraturan
sebelumnya sebesar Rp. 600.000.000,-(Enam Ratus Juta Rupiah) seperti yang tercantum dalam
Pasal 1 Ayat 2.
Ketiga, besaran prosentase norma penghitungannya yang tercantum dalam lampiran masing
masing peraturan ini, bisa teman-teman lihat di lampirannya...
Cara menghitung pajak penghasilan yang memakai norma menurut PER No 17 tahun 2015 ini,
langkah-langkahnya sama seperti perhitungan yang sebelumnya, yaitu:
Pertama, tentukan Penghasilan Neto dengan cara Peredaran Bruto x Prosentase Norma.
Kedua, Tentukan Penghasilan Kena Pajak dengan cara Penghasilan Neto - PTKP.
Ketiga, Hitung Pajak Terutang dengan cara Penghasilan Kena Pajak x Tarif Pajak sesuai pasal
17 UU PPh.
Contoh:
Tn. Bagas Farel seorang Akuntan Publik, menikah dengan tanggungan anak sebanyak 2 orang,
Kantor Akuntan Publik Tn. Bagas Farel berada di kota Bandung, dan peredaran bruto selama tahun
2016 sebesar Rp. 1.300.000.000,- selain itu Tn. Bagas Farel juga memiliki sebuah restoran di kota
yang sama, dan peredaran bruto restoran itu selama tahun 2016 sebesar Rp. 850.000.000,- Tn.
Bagas Farel telah menyampaikan pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan ke DJP 3 bulan
sejak awal tahun 2016
Jawab:
Penghasilan Neto:
1. Jasa Kantor Akuntan Publik (69200) Rp. 1.300.000.000,- x 50% = Rp. 650.000.000,-
2. Restoran (56101) Rp. 850.000.000,- X 25% = Rp. 145.000.000,-
Jumlah Penghasilan Neto = Rp. 795.000.000,-
Pajak Terutang:
5% X Rp. 50.000.000,- = Rp. 2.500.000,-
15% X Rp. 200.000.000,- = Rp. 30.000.000,-
25% X Rp. 250.000.000,- = Rp. 62.500.000,-
30% X Rp. 250.000.000,- = Rp. 75.000.000,-
Jumlah = Rp. 170.000.000,-