Anda di halaman 1dari 4

Kopi Kintamani, kopi Bajawa, dan rendang Payakumbuh menjadi tiga kuliner khas

yang menjadi andalan Indonesia menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi


ASEAN (MEA).

"Kita akan branding dan packaging ulang produk kuliner dari tiga daerah untuk
pasar MEA," kata Deputi Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha Kementerian
Koperasi dan UKM Emilia Suhaimi di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan ketiga produk kuliner lokal itu telah mendapatkan sertifikat Kekayaan
Intelektual (KI) Indikasi Geografis.

Kementerian ini juga akan mengumpulkan dan mengidentifikasi semua merek dan
kemasan untuk tiga produk kuliner itu yang telah beredar di pasar.

"Setelah itu kami akan kaji, bedah, telaah, dan redisain untuk kemudian kita
serahkan kembali kepada mereka sehingga kemasan semakin menarik tapi merek
tetap terserah mereka," kata Emilia.

Menurut Emilia, kopi kintamani dari Bali, kopi arabika dari Flores NTT yang dikenal
dengan Bajawa, dan rendang Payakumbuh dari Sumatera Barat sangat potensial
menjadi andalan kuliner Indonesia. Ketiganya memiliki ciri-ciri atau kualitas yang
tidak ada di daerah lain.

Sertifikat indikasi geografis akan memberikan nilai tambah dan keuntungan kepada
petani dan eksportir, sedangkan dari sisi konsumen membuat mereka terjamin
mengonsumsi produk asli.

"Artinya, konsumen akan terhindar dari barang palsu jika pada kemasan produk itu
ada label produk indikasi geografis," katanya.

Karakteristik khas pada ketiga produk itu muncul karena faktor lingkungan geografis
termasuk faktor alam, manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut sehingga
memberikan ciri khas dan kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

http://www.antaranews.com/berita/527242/tiga-kuliner-jadi-andalan-indonesia-di-
mea
2. Food and Fashion Food and fashion di pilih menjadi salah satu peluang ekonomi kreatif yang memiliki konsep
unik. Mengapa? Karena memanfaatkan peluang dari masyarakat indonesia yang konsumtif. Usaha memadukan
konsep kuliner dengan fashion memang bukan hal yang baru. Ada banyak cafe-cafe di indonesia yang sudah
memanfaatka konsep tersebut dan memang menghasilkan peluang yang cukup besar. Dengan konsep sebuah
rumah makan atau cafe beserta distro atau butik sudah lahir industri kreatif berupa food and fashion. Hal serupa juga
dapat kita ketahui dari event tahunan yang digelar di jakarta berupa JFFF atau Jakarta Food&Fashion Festival. Dari
situ maka hadirnya JFFF di tengah-tengah masyarakat adalah mengangkat citra, harkat dan martabat bangsa
Indonesia melalui industri yang berbasis budaya. Juga kita lihat tema-tema besar berupa mode dan kuliner JFFF
diwujudkan pada tiga rangkaian utama acara, yaitu Fashion Extravaganza, Food Festival, dan Gading Nite Carnival.
Dalam agenda perayaan JFFF tersebut anda bisa menikmati karya anak bangsa. Melihat hal tersebut membuat
ikatan antara kuliner dan fashion ini membuat ikatan atau sebuah interaktif yang membentuk sebuah komunikasi.
Kedua bidang ini merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Maka sayang jika keduanya dipisahkan.
Misalnya saja usaha UKM dengan bisnis di bidang kuliner makanan nusantara yang dikolaborasikan dengan
masakan olahan mancanegara akan menjadi salah satu peluang untuk menarik anak muda sebagai generasi
penerus melestarikan kuliner nusantara. Bukan hanya itu bisnis cafe dengan daya tarik distro juga membuat peluang
anda lebih eksis di sosial media. Hal ini dikarenakan 85% penduduk indonesia pengguna social media seperti
instagram, tweeter, facebook, path, line dan masih banyak lagi. Mereka akan mengunggah foto bisa jadi menu
kuliner yang anda sajikan beserta lokasi food and fashion anda. Tak lama netizen (sebutan pengguna social media)
akan beramai-ramai mendatangai tempat anda. Kemudian untuk potensi fashion sendiri adalah istilah OOTD yang
sedang buming di kalangan pengguna social media. Dengan memanfaatkan bisnis fashion merupakan salah satu
bisnis yang potensial dan akan selalu banyak di cari orang. Melihat sekarang perkembangan fashion muslim juga
semakin menarik untuk di coba. Istilah OOTD atau Outfit Of The Day ini menjadi familliar dan buming dengan hastag
yang mereka gunakan ketika mengunggah foto dengan busana terbaru. Ini menjadi salah satu poin terpenting dalam
menjalankan usaha kreatif dengan memanfaatkan interaktif dari usaha kuliner dan fashion. Untuk sasarannya pun
cukup jelas, sebanyak 75% dari penguuna social media adalah anak muda karena mereka inilah yang nantinya
menjadi salah satu penerus yang harus aktif dan kreatif membuka peluang perekonomian negara. Sisanya adalah
penggemar kuliner atau fashion, atau bisa jadi keduanya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amndrc/interaktif-food-fashion-di-tengah-industri-
mea_5886047725b0bd620a7859d4

Untuk menghadapi MEA 2015, pariwisata Indonesia telah mempersiapkan


strategi menguatkan diri di perdagangan bebas. Apa yang kita lakukan
sekarang yang adalah mempersiapkan tenaga kerja terlebih dahulu sehingga
jika negara lain membawa tenaga kerjanya sendiri, terlihat tenaga kerja kita
lebih bagus, kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) dan
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Yanti Sukamdani
dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/8/2014), terkait pameran pariwisata
bertajuk Indonesia Tourism & Creative Economy Fair (ITCEF) 2014.

Menurut Yanti, persiapan tersebut melalui program sertifikasi yang dilakukan


oleh PHRI yang memberikan sekitar 15 sampai 20 ribu sertifikat pada pekerja
pariwisata. Dengan tujuan supaya kalau bisa kita yang menguasai ASEAN,
bukannya ASEAN yang menguasai kita, katanya.
Situs Purbakala Bori Parinding.(KOMPAS/LASTI KURNIA)

Selain itu, penguatan dari segi produk juga dilakukan oleh pariwisata
Indonesia dilakukan melalui LSU (Lembaga Sertifikasi Usaha). Dengan
menilai produk, servis dan manajemen sehingga pada saat konsumen datang,
mereka dapat mengetahui bintang hotel mereka. Kita juga mensertifikasi
hotel syariah, jadi banyak pilihan bagi konsumen, kata Yanti.

Selain itu, pelabelan sertifikasi halal bagi restoran juga menjadi salah satu
agenda dalam sertifikasi usaha. Namun, Indonesia mendapat satu kendala di
bagian MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Yanti mengaku Indonesia tidak memiliki exhibition hall yang cukup besar
sehingga banyak pameran besar yang tidak dapat diadakan karena kecilnya
tempat. Itu problem kita, walaupun ada beberapa investor yang katanya mau
membangun exhibition hall, tapi baru siap tahun depan saat MEA mulai
hadir, ujarnya.

Menurut Yanti, untuk urusan convention, itu tergantung seberapa


agresif bidding Indonesia untuk masuk ke dalam pasar konvensi di luar
negeri.
Tarian daerah ditampilkan dalam pembukaan Festival Legu Gam ke-13 di Ngara Lamo, Ternate,
Maluku Utara, 13 April 2014. Festival berlangsung hingga 26 April dan menampilkan kegiatan
budaya seperti kirab, fashion street, jelajah Samudera Kie Raha, sekaligus menjadi perayaan hari
ulang tahun ke-79 Sultan Ternate.(KOMPAS IMAGES / RODERICK ADRIAN MOZES)

Thailand menjadi negara saingan terbesar Indonesia dalam sektor pariwisata


karena tempat-tempat wisatanya yang mirip, seperti Krabi yang mirip Raja
Ampat dan Pattaya yang mirip dengan Bali.

Namun, lanjut Yanti, Indonesia memiliki keunggulan tersendiri. Kita unggul


di value for money yaitu harga di Indonesia lebih murah dibandingkan negara
bahkan seperti Vietnam yang sangat mahal, ucapnya.

Bahkan, tambah Yanti, hotel bintang lima di Indonesia masih ada yang
seharga 150 dollar AS, sedangkan di negara lain tidak ada. Selain itu
Indonesia juga memiliki ekowisata karena hutan di Indonesia lebih besar
dibanding negara-negara lain di Asia.

http://travel.kompas.com/read/2014/08/15/090340327/Pariwisata.Indonesia.Siapkan.Strategi.Hadapi.
MEA.2015

Anda mungkin juga menyukai