untuk mempertimbangkan standar pemesinan dari permukaan dan mengurangi batas daya
tahan dari 15-25 persen untuk bagian yang kasar saja dan 35-65 persen untuk bagian yang
terpotong dan berlubang menyebabkan tegangan konsentrasi lokal.
Konsentrasi maksimum dari tekanan muncul pada crank poin 1. 1a, 2, 2a, 3, 4, 4a, 5,
5a, 6 ditunjukkan pada gambar 116.
Crankshaft pada mesin kapal mempunyai fillet pada titik dimana crankpin
digabbungkan dengan crankcheek (titik 1, 2, 4, 5) rasio dari radius fillet menuju diameter
crankpin = 0,10-0,05; dimana memberi teori koefisien dari konsentrasi tegangan bending
K=3-4
Untuk titik transisi dari satu diameter ke yang lain ( titik 1a, 2a, 4a, 5a) dengan
=0,1-0,5 dan = 0.9, dimana d adalah diameter dari crankpin, = 0.9, dimana d adalah
0
diameter dari crankpin, 0 adalah diameter dari lingkaran tertulis ke kontur crankcheek.
Koefisien bisa diasumsikan antara 1,9 sampai 2,2.
Koefisien teori dari konsentrasi tegangan torsi untuk titik 1, 2, 4, 5 dapat
ditemukan pada tabel dibawah:
Sensitifitas koefisien untuk konsentrasi dengan rasio =0.10-0,05 adalah 0,60
= 0,25; = 0,063; = 0,09.
Untuk menentukan faktor keamanan pada contoh diatas mari kita asumsikan
bahwa variasi dari tegangan pada waktu ( sudut crankshaft) dapat dikategorikan dari kurva
yang ditunjukan pada gambar 119.
Lalu kita dapat :
= 240 kg/cm; = 80 kg/cm;
240+80
= 2
= 160 kg/cm;
24080
= 2
= 80 kg/cm;
Untuk mengilustrasikan metode komputing dari faktor keamanan, mari kita tentukan
koefisien efektifitas dari tegangan konsentrasi untuk fillet antara crankpin dan cheek (poin 1.
Gambar 116).
Kita temukan diameter dari lingkaran yang menuju kontur cheek dari gambar
crankshaft dan kalkulasi = 0,8
Mari kita asumsikan jika rasio = 0,1
Untuk rasio dan kita pilih dari data yang ada di atas = 3,0 ; = 1,4 ; dan
=0.6.
Oleh karena itu, koefisien efektifitas dari tegangan konsentrasi :
= 1 + 0,6 (3,0 1) = 2,2;
= 1 + 0,6 (1,4 1) = 1,24;
Batas ketahanan untuk tegangan langsung terbalik ( Tensi-kompresi) lingkaran
Dimana = 65 kg/mm.
Memungkinkan pada permukaan lekukan pada fillet crankpin karena pemesinan, kita
mengurangi batas ketahanan dari 15 persen. Maka dari itu pengurangan batas ketahan
Oleh karena itu, faktor keamanan minimum di penampang ditentukan oleh poin 1
seperti sebelumnya, menggunakan rumus (274):
3.500
n= 2 2
= 4,89
(160+2,2 80 3.500) + (110+1,24 80 3.500)
1.540 1.540
dimana = 35 kg/mm.
Batas keamanan membesar setalah mendapat nilai dari n adalah selain batas atas dari
nilai yang direkomendasikan diatas.
Metode yang serupa dapat digunakan untuk menentukan faktor keamanan pada bagian
kritis yang lain pada shaft, bolt, dll
Kalkulasi komponen lain dari crankshft. Dengan memeriksa crankpin dan crankcheek
dengan metode diatas, menentukan tegangan di bagian akhir dari crankshaft dan pada bolt
pada connecting flange.
Pada bagian ujung poros mentransmisikan torsi dari semua crank. Yaitu nilai
maksimal pada percobaan kami
Dimana =8 = 19.803 kg/cm adalah gaya tangensial dari delapan mesin crank (tabel 22);
gaya ini menyatakan dari koordinat maksimum dalam diagram gaya ringkasan tangensial dari
mesin (gambar 95).
Tegangan torsi
max 19.803 1.450 0,235
= = = 272 kg/cm
2 2 1.240
Jika ujung poros membawa flywheel dan berputar pada bantalan bearing, momen
bending harus diperhitungkan
1 2
= ,
1 + 2
Dimana 1 , 2 = jarak dari bidang simetri dari flywheel menuju pusat-pusat bantalan
crankshaft terdekat ke flywheel;
= berat dari flywheel.
Kemudian tegangan kombinasinya
= 2 + 4 2 .
Defleksi crankshaft dibawah flywheel
12 22
f = ( + (1+82)+
1 2
)
3 (1 2)
1 2
dimana = berat dari komponen poros dibawah flywheel dalam kg;
E = 2,2X108 kg/cm = modulus elastisitas dari crankshaft;
J = momen inersia dari bagian crankshaft dalam 4
Nilai dari f0,5 mm diijinkan.
Baut yang menghubungkan setelah flange harus diperiksa untuk penggeseran berdasarkan
rumus
= 2
2500-3000 kg-cm,
4
Baut antara flange yang menghubungkan poros engkol harus di chek berdasarkan
rumus yang sama untuk pergeseran dari akumulasi torsi maksumum yang diterapkan pada
flange dan ditujukan pada tabel 22.
Setelah mengecek kalkulasi yang tertera diatas, tentukan tegangan tambahan
karena torsi getaran dari sistem: poros engkol ditambah poros penghubung tambah poros
propeller tambah propeller.
Teganngan ringkasan pada poros engkol
= +
Sebuah silinder balok tangguh dengan panjang l keras dibagian ujungnya. Pada ujung
yang lain masa terkonsentrasi m dimana terdapat pada jarak r dari sumbu. Mari kita
asumsikan kedua balok dan lengan r tanpa bobot. Sekarang, jika gaya T diterapkan massa,
balok akan terpelintir. Garis lurus AB pada permukaan silindernya akan menjadi garis spiral
AB. Kemudian, dengan menarik kekuatan dari masa, kita tinggalkan balok yang terpelintir
tadi. Poros ditindaki oleh momen gaya elastis, akan mulai bergetar pada posisi awal
kesetimbangan yang pernah menduduki sebelum gaya T diaplikasikan. Getaran itu disebut
bebas atau getaran natural. Dimana tidak ada perlawanan, getaran bebas akan lanjut pada
amplitudo dan frekuensi konstan, tanpa dibuang keluar.
Berdasarkan prinsip dAlemberts, kita dapat menulis persamaan differensial dari
massa getaran torsi:
2
+ = 0 (279)
2
Dimana : = momen inersia dari massa m terhadap sumbu poros dalam kg-cm- 2 .
= sudut sesaat dari defleksi masa dari posisi kesetimbangan dalam radian
.
C = kekuatan torsi dari poros dalam
Hubungan berikut antara momen putar T dan sudut putar dapat diketahui dari kekuatan
material.:
= = (280)
Dimana : C = = nilai konstan
G= modulus geser;
= momen inersia dari penampang poros engkol
l = panjang poros
itu dapat dilihat dari ungkapan (280) bahwa kuantitas = T dalam ungkapan ini,
momen dari gaya elastis dari poros terpelintir, sedangkan kekuatan torsi C adalah momen dari
kekuatan-kekuatan dengan = 1 radian.
2
+ 2 = 0, (281)
2
1
Dimana : 0 () (282)
Maka :
= A sin 0 + B cos 0 = B = ;
= A cos 0 + B sin 0 = = 0
i. e. , A =0, B= .
Demikian, persamaan (283) didapat dari
= cos . (284)
Ungkapan terakhir membuktikan bahwa selama getaran torsi bebas (friksi internal yang
tiodak ada) pergerakan dari masa m adalah getaran hrmonic disekitar posisi awal
kesetimbangan dengan sudut amplitudo maksimum dan fase kecepatan menjadi sama antara
dan , masing-masing. Periode osilasi lengkap dan jumlah getaran alami per menit
berdasarkan pada fasa kecepatan yang telah ditunjukkan oleh hubungan berikut:
2
T= = 2 sec; (285)
30
v= . (286)
Berdasarkan hubungan (282) dan (286) frekuensi alami dari getaran (fasa kecepatan)
dan jumlah dari getaran bebas per menit v tidak bergantung pada amplitudo getaran .
Masing-masing jumlah getaran bebas per menit sesuai dengan suatu getaran modus
tertentu, i. e, grafik tertentu dari defleksi amplitudo sudut massa dari posisi kesetimbangan.
Unuk menyederhanakan kalkulasi, mode getaran torsi dapat dipresentasikan secara
grafis seperti yang ditunjukkan pada gambar 121a, dimana :
Sekmen 1-2 mewakili skala silinder (atau poros) generatix pada posisi kesetimbangan.
Jarak 1,2 adalah sama ( untuk mengukur) apa yang disebut persamaan panjang bagian poros
antara 1 dan 2.
Sekmen 1-1 menentukan sudut amplitudo 1 dari point 1 dimana masa dengan momen
inersia 1 aman;
Sekmen 1-2 adalah generatrix dari bagian poros yang berputar.
Kemiringan garis ini dengan sumbu 1-2 sama dengan menunjukkan momen puntir 1,2
1,2
1 + 2
= 1,2 (287)
1 2
= 2 ; (288)
1 + 2 2 + 3 1 +2 +3
A = 1,2 + 2,3 ; B = 1,2 X 2,3 X ,
21 2 22 3 1 23
Frekuensi dari getaran single-node dan two-node diperoleh dari penggunaan tanda
plus dan minus, masing-masing
Pada sistem multimasa dengan n masa jumlah node maksimum yang mungkin adalah
(n-1).
Demikian frekuensi dan jumlah fibration v dari dua-masa dan tiga-masa sistem torsi
dapat dikalkulasikan dengan mudah dari rumus diatas. Bagaimanapun, jika jumlah masa
melebihi tiga, frekuensi getaran harus ditentukan melalui metode trial and error yang sudah
dijelaskan.
Penentuan dari getaran frekuensi alami harus didahului dengan kalkulasi panjang
persamaan semua shaft 1,2 dan masa persamaan dengan sistem torsi.
Menghitung panjang persamaan poros. Pada kalkulasi sebuah poros dari getaran
torsi poros engkol dan poros propeller yang digantikan oleh penguranagn umum (persamaan)
poros dengan diameter konstan dengan semua panjang dan mempunyai gaya pegas
yang sama sebagai poros engkol dan poros propeller yang sebenarnya. Masa persamaan
diterapkan pada poros persamaan.
Diameter dari poros persamaan biasanya diambil sama untuk diameter jurnal
crankshaft d, i. e, diasumsikan jika =d, sedangkan = konst, saat polar inersia dari
penampang persamaan poros tetap konstan di sepanjang poros. Dengan demikian, jika
sebenarnya memiliki bagian silinder padat dengan diameter d dan panjang l, maka untuk
memenuhi kondisi tangguh persamaan maka harus ada kepersamaanan dari sudut puntir, yang
disebabkan saat memutar.
=
Karena itu
0
=
0
Berdasarkan di atas bahwa panjang dari bagian poros silinder yang persamaan
dengan momen polar inersia
0
0 = l
Ungkapan ini juga berlaku bagi bagian lubang silinder poros dengan momen polar
inersia.
( 4 4 )
J= 32
Nilai-nilai relatif dari variabel ini diindikasikan dalam diagram yang sama, yaitu
Persamaan panjang relatif
1,2 = 1,2 ; 2,3 = 2,3 ; dll
Dimana adalah persamaan panjang dari bagian poros antara sumbu dari dua silinder kerja
yang berdekatan, dan persamaan relatif momen inersia masa.
= 1 ; = , dll
1
= = l1
4 ( ) ( +)
0 = 43 ( 0 X [ln (2 +) (1 ) +
2 1) 2 1
1 2
+2ta1 - 2 ta1 ]
0 = c + 0,4d + (1 + 0,41 ) X + 2 0 X
1
X [r-0,212 (d + 1 )] cm,
3
= cm = momen polar inersia
12
disamping;
0 = l
.
Dimana
. +
. =
2
i = jumlah baut
14
. = 32
;
= A 2 = 16 X 02 12 ;
0 = 1 + 2 1 ( 2 )
2 1
Tabel 24
Momen inersia masa terkonsentrasi
Bentuk bagian poros momen inersia pada massa poros bagian
dalam kaitannya dengan sumbu poros
jurnal utama Jurnal padat
(lihat sketsa engkol dibawah) 1 2
= ( 2 ) = 2 X = 32 4 1 X
2 4 4
3
X 10 kg-cm-sec
Jurnal berongga
= X ( 4 - 4 ) 1 X 103 kg-cm-
32
sec
/d3 = berat spesifik dari material
g = 981 cm/sec
Crankpin Crankpin berongga
(lihat gambar engkol dibawah) = 4 X X (12 - 12 ) X
12 + 12
X( + 2 ) kg-cm-sec
+
= [ bha ( + )
12 4
4 + 14
-4h( + r 12 )] kg-cm-sec
8
= + + 2
Kelompok connecting road dan piston +
. = { (1 k ) + [1 +
2
+ ( 2 ) ] } kg-cm-sec,
= 02 = ly
12
(12 + 1 2 + 22 ) X
3 15 25
X ( )
40 13 23