Anda di halaman 1dari 15

PEMERIKSAAN TINJA RUTIN

DAN DARAH SAMAR

A. DASAR TEORI
Analisa tinja (feces) penting untuk membedakan berbagai macam kelainan
saluran cerna yang dapat berupa maldigesti, malabsorpsi, perdarahan, infestasi
bakteri, virus, atau parasit. Kelainan hati dan saluran empedu mengakibatkan
pengurangan sekresi empedu, penyakit pankreas akan mengakibatkan penurunan
enzim pencernaan yang mengakibatkan kelainan pada analisis tinja.
Pemeriksaan tinja yang sering diminta adalah pemeriksaan kimia yang
mendeteksi perdarahan yang merupakan petanda dini pada kanker kolorektal.
Oleh karena itu, pemeriksaan darah samar tinja disarankan sebagai pemeriksaan
rutin pada usia diatas 50 tahun. Selain itu analisis tinja juga berguna untuk
mengetahui adanya lemak yang disebut steatorhea dan untuk membedakan
berbagai jenis diare.
Analisa tinja meliputi pemeriksaan mikroskopik, makroskopik, dan kimia.
Manfaat pemeriksaan tinja adalah untuk mengetahui ada tidaknya masalah pada
pencernaan dan mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada
tinja. Indikasi kapan harus dilakukan pemeriksaan tinja yaitu adanya diare dan
konstipasi, adanya darah dalam tinja, adanya lendir dalam tinja, ikterus, gangguan
pencernaan dan saat dicurigai adaya penyakit gastrointestinal. Orang dewasa
normal mengeluarkan 100-200 g tinja per hari yang terdidiri dari sisa makanan
(selulosa), epitel, bakteri usus, sekresi gastrointestinal, pigmen empedu, elektrolit
dan air.

B. PEMERIKSAAN TINJA RUTIN


1. Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja terdiri dari pemeriksaan warna,
konsistensi, adanya lendir, darah, bau, nanah, parasit dan sisa makanan .

1
2. Mikroskopik
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopik
dengan menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam
pemeriksaanya.

C. PROSEDUR PEMERIKSAAN
1. Makroskopik
Syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan tinja :
a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus diperiksa 30 40 menit sejak dikeluarkan jika ada
penundaan simpan di almari es
c. boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum
pemeriksaan
d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir
e. Paling baik dari defekasi spontan atau rectal toucher sebagai
pemeriksaan tinja sewaktu.
f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object
glass
h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari
kaca atau dari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti
plastik. Kalau konsistensi tinja keras, dos karton berlapis paraffin
juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar
i. Oleh karena unsur-unsur patologik biasanya tidak dapat merata,
maka hasil pemeriksaan mikroskopik tidak dapat dinilai derajat
kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda (negatif), (+),
(++), (+++) saja.

2
Berikut ini adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara
makroskopik dengan sampel tinja:

a. Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-200 gram per
hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan
sayur jumlah tinja meningkat.

b. Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat
Warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya
urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi
oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat
disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

2) Tinja yang berwarna hijau


Dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil
atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.

3) Tinja warna kelabu


Mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam
saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, feses
tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat
pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak
dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah
pemeriksaan radiologik.

3
4) Tinja yang berwarna merah muda
Dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal,
mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.

5) Tinja warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan


dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan
seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan
urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik.
Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh
melena.

c. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada
tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan
protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja
menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau
tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan
rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.

d. Pemeriksaan Konsistensi
Dalam keadaan normal tinja agak lunak dan berbentuk.
Konsistensi tinja cair pada diare dan keras pada konstipasi. Makin
lunak tinja berarti makin banyak cairan di dalam tinja. Tinja dapat
mempunyai volume besar karena banyak makanan yang tidak dicerna
atau pembentukan gas CO2 karena fermentasi karbohidrat.

4
e. Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang
pada dinding usus.
1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu
mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir
bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi
pada usus halus.
2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir
saja tanpa tinja.
3) Lendir transparan yang menempel pada luar tinja diakibatkan
spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada
keganasan serta peradangan rektal anal.
5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan
adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif,
intestinal tbc.
6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya
vilous adenoma colon.

f. Pemeriksaan Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat
atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau
bercampur baur dengan tinja.

g. Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan tinja dapat ditemukan nanah. Hal ini
terdapat pada pada penyakit kronik ulseratifkKolon , fistula colon
sigmoid, lokal abses. Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak
didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.

5
h. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing
lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.

i. Pemeriksaan adanya sisa makanan


Hampir selalu dapat ditemukan sisa makanan yang tidak
tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan
melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan
dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal
dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari
hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan
larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna
nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh
Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral
terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.

2. Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur
cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari
semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair
baru didapatkan bentuk trofozoit.

b. Telur cacing, pemeriksaannya terdiri dari:


Pemeriksaan Kualitatif
1. Metode Natif
Metode ini dipergunakan untuk pemeriksaan secara cepat
dan baik untuk infeksi berat, tetapi untuk infeksi yang ringan

6
sulit ditemukan telur-telurnya. Cara pemeriksaan ini
menggunakan larutan NaCl fisiologis (0,9%) atau eosin 2%.
Penggunaa eosin 2% dimaksudkan untuk lebih jelas
membedakan telur-telur cacing dengan kotoran disekitarnya.

2. Metode Apung (Flotation method)


Metode ini digunakan larutan NaCl jenuh atau larutan
gula atau larutan gula jenuh yang didasarkan atas BJ (Berat
Jenis) telur sehingga telur akan mengapung dan mudah
diamati. Metode ini digunakan untuk pemeriksaan feses yang
mengandung sedikit telur. Cara kerjanya didasarkan atas berat
jenis larutan yang digunakan, sehingga telur-telur terapung
dipermukaan dan juga untuk memisahkan partikel-partikel
yang besar yang terdapat dalam tinja. Kekurangan :
penggunaan feses banyak dan memerlukan waktu yang lama,
perlu ketelitian tinggi agar telur di permukaan larutan tidak
turun lagi

3. Metode Harada Mori


Metode ini digunakan untuk menentukan dan
mengidentifikasi larva cacing Ancylostoma Duodenale,
Necator Americanus, Srongyloides Stercolaris, dan
Trichostronngilus yang didapatkan dari feses yang diperiksa.
Teknik ini memungkinkan telur cacing dapat berkembang
menjadi larva infektif pada kertas saring basah selama kurang
lebih 7 hari, kemudian larva ini akan ditemukan didalam air
yang terdapat pada ujung kantong plastik.

7
Pemeriksaan Kuantitatif (Metode Kato)
Teknik sediaan tebal (cellaphane covered thick smear
tecnique) atau disebut teknik Kato. Pengganti kaca tutup
seperti teknik digunakan sepotong cellahane tape. Teknik ini
lebih banyak telur cacing dapat diperiksa sebab digunakan
lebih banyak tinja. Teknik ini dianjurkan untuk Pemeriksaan
secara massal karena lebih sederhana dan murah. Morfologi
telur cacing cukup jelas untuk membuat diagnosa.

c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit
dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan
peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil
mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada
penderita dengan alergi saluran pencenaan.Untuk mempermudah
pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada
1 tetes emulsi tinja pada obyek glass.

d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon,
rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal
eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.

e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite
lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang
berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel
inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau
ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.

8
f. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja
normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan
asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan
setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam
lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan
mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat
pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin.

g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit.
Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

h. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya
mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba.

Pemeriksaan Kimia
1. Darah Samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan
terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk
mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan
secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja
selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 2
ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+)
tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari.

9
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan
adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes
berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari
eritrosit (Hb).
Prinsip pemeriksaan ini hemoglobin yang bersifat sebagai
peroksidase akan menceraikan hidrogen peroksida menjadi air dan 0
nascens (On). On akan mengoksidasi zat warna tertentu yang
menimbulkan perubahan warna.
Tablet Reagens banyak dipengaruhi beberapa faktor terutama
pengaruh makanan yang mempunyai aktifitas sebagai peroksidase
sering menimbulkan reaksi positif palsu seperti daging, ikan sarden
dan lain lain. Menurut kepustakaan, pisang dan preparat besi seperti
ferrofumarat dan ferro carbonat dapat menimbulkan reaksi positif
palsu dengan tablet reagens. Maka dianjurkan untuk menghindari
makanan tersebut diatas selama 3-4 hari sebelum dilakukan
pemeriksaan darah samar.Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif
pada tinja normal, karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi
urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi
urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan
yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti
pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral,
mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.

2. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes
menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.

10
Cara kerja :
a. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah
dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan
volume tinja
b. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
c. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah
menguap dan biarkan selama 6-24 jam
d. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

3. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena
dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah urobilinogen yang
diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes
tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.

11
PRAKTIKUM I
PEMERIKSAAN TINJA RUTIN

Hari / tanggal : Senin / 22 Mei 2017

Tujuan : Untuk mengetahui adanya infeksi saluran pencernaan dan


kelainan absorpsi (karbohidrat, lemak).

Prinsip : Dengan penambahan eosin akan memberikan latar merah


sehingga dapat lebih jelas membedakan kotoran dengan
parasit yang ada.

Alat dan Bahan :


Alat :
1. Mikroskop
2. Object glass
3. Cover glass
4. Tusuk gigi
Bahan :
1. Larutan Eosin 2 %
2. Larutan Lugol
3. Tinja

Cara Kerja :
1. Lihat warna dan periksa konsistensi bahan tinja.
2. Teteskan 1 tetes larutan eosin / larutan Lugol pada object
glass.
3. Ambil tinja secukupnya pada bagian yang dicurigai
(darah, lendir, pus) dengan tusuk gigi lalu letakkan pada
tetesan eosin/lugol tadi.
4. Aduk sampai rata, kemudian tutup dengan cover glass.

12
5. Baca preparat tersebut pada mikroskop dengan
pembesaran 40 X.

Hasil :
Warna : coklat
Konsistensi : lembek
Bau : khas
Campuran : tidak ada
Leukosit : 0-5/lpb
Eritrosit : 0-2/lpb
Bakteri :+
Parasit : negative
Telur cacing: negative
Jamur : negative
Amylum : negative
Lemak : negative
Serat : Positif
pH : 6.0
Reduksi : negative

Kesimpulan : Bedasarkan pengamatan, sampel tinja yang diperiksa dalam


batas normal.

Mengetahui,
Kepala Laboratorium, Praktikan,

dr. Abas Suherli, Sp. PK Susanti

PRAKTIKUM II

13
PEMERIKSAAN DARAH SAMAR TINJA

Hari / tanggal : Senin / 22 Mei 2017

Tujuan : Untuk menentukan perdarahan yang disebabkan oleh


perdarahan saluran cerna yang disebabkan oeh adanya
divertikulitis, colitis, fisura, dan kanker kolorektal.

Prinsip : Dasar Tes Hexagon Obscreen adalah sebuah kartu yang terdiri
dari kertas yang mengandung guaiac. Sampel diletakkan pada
satu sisi dan interpretasi pada sisi yang lainnya. Hexagon
Obcreen bekerja berdasarkan katalis Hb, oksidasi senyawa
phenol pada guaiac menjadi warna biru. Apabila spesimen
mengandung occult bood diletakkan pada kertas tes, maka Hb
akan kontak dengan guaiac. Raksi pseudoperoxidase akan
terjadi saat penambahan developer dengan chromogen biru.
Reaksi warna akan terlihat setelah 30 detik. Tes dapat
mendeteksi hemoglobin kira-kira sebanyak minimal 2 ml/100 g
tinja.

Alat dan bahan :


a. Kit Hexagon Obsreen :
Kartu chromograpic yang mengandung guaiac
Aktivator: sodium sitrat dalam ethanol
Developer: H2O dalam ethanol
Spatula
b. Sampel Tinja

Cara Kerja :

14
1. Kumpulkan tinja pada wadah yang kering dan layak.
2. Pada kartu tes, tulis nama pasien, beserta dengan tanggal
pada bagian belakang kartu. Buka bagian tes dari depan
dan buang lembaran pelindung pada bagian dalam cover.
3. Dengan spatula, ambil tinja secukupnya dan oleskan tipis-
tipis pada bagian yang berlabel
4. Segel/tutup kertas dengan cover tadi.
5. Setelah 30 detik, buka segel pada bagian belakang tes yang
telah ditandai.
6. Teteskan aktivator dan developer masing-masing 1 tetes,
dan biarkan meresap.
7. Perhatikan perubahan warnanya :
Biru = positif
Coklat = negatif
8. Hasil dibaca pada sisi yang berlawanan dari sisi tempat
meletakkan spesimen.

Hasil : Terlihat warna coklat pada sisi jendela hasil (bagian belakang).

Kesimpulan : Bedasarkan pengamatan, sampel tinja yang diperiksa negative


darah samar.

Mengetahui,

Kepala Laboratorium, Praktikan,

dr. Abas Suherli, Sp. PK Susanti

15

Anda mungkin juga menyukai