Anda di halaman 1dari 2

11/16/2015 CyberExtensionKementerianPertanianPusatPenyuluhanPertanian,BadanPenyuluhandanPengembanganSDMPertanian

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

BERANDA ORGANISASI KEBIJAKAN PENYULUHAN MATERI PENYULUHAN MATERI SPESIFIK LOKALITA DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

MATERI PENYULUHAN >> SUMBER DAYA MANUSIA >> PETANI

PENUMBUHKEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI


Selama ini kegiatan penyuluhan dilakukan melalui pendekatan kelompok dan diawali dengan
penumbuhan dan pengembangan kelompoktani (poktan). Kelompoktani ini merupakan
kelembagaan tani yang berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.
Selanjutnya banyak dari poktan-poktan ini membentuk gabungan kelompoktani (gapoktan)
dalam rangka pengembangan usahanya melalui pembentukan unit produksi yang lebih besar,
sekaligus mengembangkan layanan bagi petani dan poktan-poktan anggotanya melalui
pembentukan unit-unit usaha otonom, antara lain unit penyedia sarana dan prasarana
produksi, unit pengolahan dan pemasaran, serta unit jasa penunjang.
Seiring dengan pembangunan pertanian yang berorientasi agribisnis, maka penyuluhan
pertanian dituntut untuk lebih berorientasi pasar dan mampu menciptakan lebih banyak
pelaku usaha atau manajer agribisnis yang memiliki jiwa kewirausahaan (entrepreneur). Untuk
Sumber Gambar: bisnis.liputan6.com itu, transformasi kelembagaan tani menjadi kelembagaan ekonomi petani tidak terelakkan
lagi, sejalan dengan tuntutan untuk melakukan penguatan organisasi usaha yang berbadan
hukum, guna meningkatkan kepercayaan pihak lain selaku mitra usaha dan meningkatkan akses petani terhadap lembaga keuangan/perbankan, serta lembaga
penyedia layanan agribisnis lainnya. Hal ini dimaksudkan guna meningkatkan posisi tawar dan daya saing petani Indonesia dalam era perdagangan global.
Transformasi kelembagaan tani menjadi kelembagaan ekonomi ini, antara lain dilakukan melalui pengembangan target pasar, pengembangan jejaring kerja dengan
mitra petani/poktan/gapoktan selaku pemasok, baik di sekitarnya maupun di luar wilayah; pengembangan skala usaha; diversifikasi produk (horizontal dan vertikal);
serta pengembangan jejaring kemitraan usaha dalam rangka menembus pasar yang lebih luas. Semua ini berpotensi menekan biaya produksi per satuan unit
(meningkatkan efisiensi usaha), meningkatkan daya saing, mengurangi resiko kerugian, meningkatkan nilai tambah serta perolehan pendapatan usaha. Sebagai
konsekuensinya, diperlukan dukungan permodalan, penyediaan teknologi dan informasi pasar yang mutakhir, fasilitasi pengembangan jaringan kemitraan usaha,
fasilitasi penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani, serta peningkatan kemampuan untuk mengelola usaha secara lebih komersial
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), Pemerintah dan pemerintah daerah
berperan memfasilitasi dan memberdayakan kelembagaan pelaku utama, agar tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang kuat dan mandiri sehingga
mampu mencapai tujuan yang diharapkan oleh anggotanya. Hal ini dapat ditempuh dengan upaya bimbingan dan pendampingan sinergik dam terpadu dengan
melibatkan dinas/instansi terkait, antara lain Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dinas/instansi lingkup
pertanian, lembaga keuangan/perbankan, dinas/instansi penyedia berbagai layanan agribisnis lainnya (PT.PERTANI, PT.Sang Hyang Seri, Balai Penangkaran dan
Sertifikasi Benih), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Perguruan Tinggi, serta sesama organisasi petani.
Disamping itu, dalam kaitan dengan penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani, diperlukan pula pendampingan dari penasehat hukum, notaris yang telah
memiliki akreditasi tentang badan usaha atau tenaga profesional di bidang manajemen perusahaan agribisnis. Hal ini dimaksudkan guna memberi penjelasan
kepada petani tentang beberapa pilihan bentuk kelembagaan ekonomi petani beserta kelebihan dan kelemahan masing-masing, serta membantu pendampingan
dalam rangka penumbuhkembangan kelembagaan ekonomi petani menjadi Badan Usaha Milik Petani (BUMP) dalam bentuk Koperasi Tani (Koptan) atau Perseroan
Terbatas (PT) yang keanggotaannya (Koptan) atau kepemilikan sahamnya (PT) dimiliki oleh petani sendiri.
Untuk dapat melaksanakan fasilitasi ini, Penyuluh Pertanian dituntut untuk memperluas perannya, tidak saja sebagai agen yang menyuluhkan inovasi teknologi,
namun juga agen yang menghubungkan petani dengan berbagai dinas/instansi penyedia berbagai layanan agribisnis tersebut, baik dinas/instansi pemerintah,
swasta, maupun masyarakat.
Namun demikian, satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa pengembangan kapasitas petani dalam berorganisasi dan berusaha tersebut seyogyanya dibangun secara
bertahap, sehingga terbentuk dengan baik melalui pengalaman petani selaku manajer dalam usahataninya sendiri, pengalamannya dalam keanggotaan
poktan/gapoktan, pengalamannya dalam kelompok usaha bersama, maupun pembelajaran yang dipetik dalam berinteraksi dengan pelaku usaha/mitra usahanya
selama ini.
Setidaknya kelembagaan petani yang berpotensi untuk berkembang menjadi kelembagaan ekonomi, diharapkan telah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Telah melakukan kegiatan usaha berkelompok yang berorientasi pasar;

2. Struktur organisasi kelembagaan petani tersebut telah memiliki kepengurusan yang melakukan kegiatan usaha atau unit usaha agribisnis;

3. Memiliki perencanaan usaha yang disusun secara partisipatif dalam kurun waktu atau siklus usaha tertentu;

4. Memiliki pencatatan dan pembukuan usaha;

5. Telah membangun kemitraan usaha dengan pengusaha atau kelembagaan ekonomi lainnya; dan

6. Telah membutuhkan dukungan aspek legal untuk memperkuat pengembangan usaha.



Diana Prasastyawati, April 2013

Sumber:

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/7288 1/2
11/16/2015 CyberExtensionKementerianPertanianPusatPenyuluhanPertanian,BadanPenyuluhandanPengembanganSDMPertanian
1. Anonim, 2012. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Petani. Jakarta: Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian

2. Ekin, Tim K, 2012. Concepts: Supply Chains, Enterprises, Market Orientation. Jakarta. Kantor Bank Dunia di Jakarta.

Tanggal Artikel : 18-06-2013

Dibaca: 93 x

Printer-friendly Version

ARTIKEL TERKAIT
Penguatan Kapasitas Petani Dalam Pengelolaan Kelembagaan Ekonomi Petani

Cegah Kemiskinan Melalui Pengembangan Desa Mandiri Pangan

Hubungan Tata Kerja Pengembangan Desa Mandiri Pangan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dinamika Kelompok Petani/pekebun (tanaman Semusim)

2014
Pusat Penyuluhan Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian
Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp/Fax:021-7804386

http://cybex.pertanian.go.id/materipenyuluhan/detail/7288 2/2

Anda mungkin juga menyukai