Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANTI HIPERTENSI: BETA BLOCKER

Oleh:

Kelompok 2

- Bella Apriliani Rumakeping


- Demon Yumame
- Denis Permenas Rumsaur
- Elvira Kareth
- Herdofieno Pallangan
- Marselina Basna
- Nurlaela Samad
- Nurul Hidayat
- Putri Diaz A.Aryani
- Yuda Shakti

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SORONG

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEPERAWATAN/SEMESTER 2

TAHUN 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat dan karunian-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini
dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi. Dalam makalah ini, kami akan sedikit
menjelaskan tentang Anti Hipertensi: Beta Blocker.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan disusun dalam berbagai
keterbatasan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
sehingga mendorong kami untuk bisa memperbaikinya. Kami mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar. Kami berharap makalah ini bermanfaat, khususnya bagi
kami dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya, Aamiin.

Sorong, 07 Juni 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.... ii

Daftar isi.. iii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.. 1

1.2 Rumusan Masalah. 1

1.3 Tujuan 1

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Definisi beta blocker .. 2

2.2 Pembagian golongan Beta Blocker 2

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Beta Blocker 3


2.4 Mekanisme umum kerja Beta Blocker 4
2.5 Dosis dan Sediaan Beta Blocker 4
2.6 Contoh Obat Beta Blocker 5
2.7 Efek Samping Beta Blocker 7
BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan 9

3.2 Saran.. 10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140
mmHg dan tekanan diastolik lebih besar dari 90 mmHg. Hypertensi esensial adalah tipe yang
paling sering, menyerang sekitar 90% penderita tekanan darah tinggi. Penyebab yang paling
pasti dari hipertensi esensial tidak diketahui; tetapi, ada beberapa faktor penunjang yaitu (1).
Riwayat keluarga hipertensi (2). Hiperlipidemia (3). Kencing manis (4). Terlalu banyak
merokok dan minum alkohol. 10% hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal dan endokrin,
dan diklasifikasikan sebagai hipertensi sekunder.
Untuk mengobati hipertensi, dapat dilakukan dengan menurunkan kecepatan denyut
jantung, volume sekuncup, atau TPR. Intervensi farmakologis dan nonfarmakologis dapat
membantu individu mengurangi tekanan darahnya. Salah satu intervensi farmakologis adalah
Beta Blocker atau beta-adrenergic blocking agents yaitu penyekat selektif yang bekerja pada
reseptor beta di jantung untuk menurunkan kecepatan denyut dan curah jantung.
beta-adrenergic blocking agents

1.2 Rumusan Masalah


Didalam makalah ini kami akan membahas mengenai definisi, pembagian, mekanisme,
indikasi, efek samping, serta contoh obat dari obat golongan beta blocker

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar kami dapat mengetahui definisi, pembagian,
mekanisme, indikasi, efek samping, serta contoh obat dari obat golongan beta blocker

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Beta Blocker


Beta blocker, dikenal juga sebagai beta-blocking agent atau beta-adrenergic blocking
agents adalah agen yang menghambat aksi dari reseptor beta-adrenergik, agar tidak berikatan
serta memodulasi fungsi jantung, fungsi pernafasan, dan pelebaran pembuluh darah. Beta
blocker termasuk dalam obat antihipertensi yang bekerja pada sistem kardiovaskuler.
Golongan beta blocker ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat kerja
hormon epinefrin (adrenalin) dan memperlambat pengeluaran enzim renin yang dapat
memproduksi angiotensin II yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit.
Beta blocker dipakai sebagai obat antihipertensi tahap I atau dikombinasikan dengan
diuretik dalam pendekatan tahap II untuk mengobati hipertensi. Penghambat beta juga dipakai
sebagai antiangina dan antidistritmia
Beta-blocker pertama kali dikembangkan untuk pengobatan kondisi jantung tertentu
dan hipertensi. Kemudian, beta blocker juga diketahui berguna untuk glaukoma, migrain, dan
beberapa gangguan kejiwaan seperti kecemasan, tremor sekunder, dan gangguan gerak yang
disebabkan oleh beberapa obat yang digunakan dalam pengobatan psikosis

2.2 Pembagian Beta Blocker

Beta-blocker berdasar jenis reseptor beta yang dihambat dan efeknya:


1. - blocker non-selektif menghambat reseptor -1 dan -2. Efek yang ditimbulkan akan
mempengaruhi jantung, pembuluh darah, dan saluran pernafasan. Contoh: propranolol
(Inderal).
2. -blocker selektif menghambat reseptor -1, sehingga lebih berpengaruh pada jantung
dan tidak mempengaruhi saluran pernafasan (agen kardioselektif), umumnya lebih disukai
karena selektifitasnya. Namun, selektivitas reseptor tidak mutlak dan hilang pada dosis
tinggi. Contoh: atenolol, bisoprolol, metoprolol (Lopressor, Toprol XL). -blocker dengan
nilai selektivitas lebih tinggi paling tidak mungkin kehilangan selektivitasnya pada dosis
tinggi (misalnya Nebivolol).
3. Beberapa -blocker dengan agonis parsial (Intrinsic Symphatomimetic Activity / ISA)
memberikan efek stimulasi reseptor ketika aktivitas adrenergik rendah (misalnya saat
2
tidur) tapi dapat menghambat reseptor ketika aktivitas adrenergik meningkat (misalnya
selama latihan). Contoh: pindolol.
4. Menghambat reseptor dan -1. Menghambat reseptor menambah efek terhadap dilatasi
pembuluh darah. Contoh: Labetalol, Carvedilol.

Pembagian Beta Blocker berdasarkan Masanya:


1. Generasi pertama -blocker (1964) merupakan non-selektif -blocker.
2. Generasi kedua -blocker (1976) lebih cardioselective (relatif selektif untuk 1
adrenoseptor), tetapi selektivitas relatif ini dapat hilang pada dosis obat yang lebih tinggi.
3. Generasi ketiga -blocker (1995) adalah obat yang juga memiliki kerja vasodilator melalui
blokade pembuluh darah alpha-adrenoreseptor.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Beta Blocker


a. Indikasi
Beta blockers diindikasikan untuk merawat:
Irama jantung yang abnormal,
tekanan darah tinggi,
gagal jantung,
angina (nyeri dada),
tremor,
pheochromocytoma, dan
pencegahan migrain-migrain.

Beta blockers juga mampu mencegah lebih jauh serangan jantung dan kematian setelah
serangan jantung. Obat ini juga diindikasikan untuk pengobatan-pengobatan lain termasuk
perawatan hyperthyroidism, akathisia (kegelisahan atau ketidakmampuan untuk duduk
dengan tenang), dan ketakutan. Beberapa beta blockers mengurangi produksi dari aqueous
humor dalam mata dan oleh karenanya digunakan untuk mengurangi tekanan dalam mata
yang disebabkan oleh glaukoma.

b. Kontraindikasi
Penyakit Paru Obstruktif
Diabetes Militus (hipoglikemia)

3
Penyakit Vaskuler
Disfungsi Jantung

2.4 Mekanisme umum kerja Beta Blocker


Mekanisme kerja dari obat golongan beta Blocker terdiri dari beberapa jenis,yaitu :
Menghambat reseptor beta 1 yang dapat ditemukan terutama pada jantung, disebut
dengan beta blocker kardioselektif yang mempunyai efek samping yang minimal
Menghambat reseptor beta 1 dan beta 2 yang ditemukan pada otot polos pembuluh
darah dan otot bronkus

2.5 Dosis dan Sediaan Beta Blocker


a. Dosis
Pembagian dosis beta-blockers dilakukan berdasarkan tujuan terapi. Jika digunakan
untuk pengobatan hipertensi maka dosis beta-blockers harus dititrasi menurut tekanan
darah yang ingin dicapai. Sementara, jika beta-blockers digunakan dalam jangka panjang
seperti pada gagal jantung kronik atau pasca- infark miokard, dosis harus dititrasi sesuai
dengan dosis yang digunakan dalam uji klinis. Penghentian terapi beta-blockers setelah
pengobatan kronik dapat menimbulkan beberapa gejala seperti hipertensi, aritmia, dan
eksaserbasi angina.

b. Sediaan
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg

4
2.6 Contoh Obat Beta Blocker

1. Asebutol
- Nama Paten: sacral, corbutol, sectrazide.
- Sediaan obat: tablet, kapsul.
- Mekanisme kerja: menghambat efek isoproterenol, menurunkan aktivitas renin,
menurunka outflow simpatetik perifer.
- Indikasi: hipertensi, angina pectoris, aritmia, feokromositoma, kardiomiopati
obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
- Kontraindikasi: gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes mellitus,
bradikardia, depresi.
- Efek samping : mual, kaki tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
- Interaksi obat: memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi bersama insulin.
Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan asam urat bila diberi bersaa
alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA meningkat bila diberikan bersama dengan
penghambat kalsium
- Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).

2. Atenolol
- Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin, internolol.
- Sediaan obat : Tablet
- Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung disertai vasodilatasi perifer, efek pada
reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor di ginjal.
- Indikasi : hipertensi ringan sedang, aritmia
- Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi, bradikardia,
syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
- Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan tidur, kulit
kemerahan, impotensi.
- Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan bersama insulin.
Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan asam urat. Iskemia perifer berat
bila diberi bersama alkaloid ergot.
- Dosis : 2 x 40 80 mg/hr

5
3. Metoprolol
- Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
- Sediaan obat : Tablet
- Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti vasodilatasi perifer, efek
pada reseptor adrenergic di SSP, penghambatan sekresi renin akibat aktivasi
adrenoseptor beta 1 di ginjal.
- Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.

- Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan


simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat beta
dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
- Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pectoris
- Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III, syok kardiogenik,
gagal jantung tersembunyi
- Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk, diare
- Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
- Dosis : 50 100 mg/kg

4. Propranolol
- Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
- Sediaan obat : Tablet
- Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan curah jantung,
menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat tonus simpatetik di pusat
vasomotor otak.
- Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu paruhnya
pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat mudah berikatan dengan
protein dan akan bersaing dengan obat obat lain yang juga sangat mudah berikatan
dengan protein.
- Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat perangsangan
simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Penghambat
beta dapat menembus barrier plasenta dan dapat masuk ke ASI.
- Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren, stenosis subaortik
hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
6
- Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan blok jantung
tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati hati pemberian pada penderita
biabetes mellitus, wanita haminl dan menyusui.
- Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
- Interaksi obat: hati hati bila diberikan bersama dengan reserpine karena
menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena menimbulkan penekanan
kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat terjadi bila diberikan bersama
haloperidol. Fenitoin, fenobarbital, rifampin meningkatkan kebersihan obat ini.
Simetidin menurunkan metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
- Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.

2.7 Efek Samping Beta Blocker

Beta blockers mungkin menyebabkan :


Diare
kejang-kejang perut,
mual, dan muntah
Ruam, penglihatan yang kabur, kejang-kejang otot, dan kelelahan mungkin juga
terjadi.
Sebagai perluasan dari efek-efek mereka yang bermanfaat, mereka memperlambat
denyut jantung, mengurangi tekanan darah, dan mungkin menyebabkan gagal
jantung atau penghalangan jantung pada pasien-pasien dengan persoalan-persoalan
jantung.
Beta blockers harus tidak diberhentikan dengan tiba-tiba karena penghentian tiba-
tiba mungkin memperburuk angina (nyeri dada) dan menyebabkan serangan-
serangan jantung atau kematian mendadak.
Efek-efek sistem syaraf pusat dari beta blockers termasuk:
- Sakit kepala,
- Depresi,
- Kebingungan,
- Kepeningan,
- Mimpi-mimpi buruk, dan

7
- Halusinasi-halusinasi.

Beta blockers yang menghalangi Beta-2 receptors mungkin menyebabkan sesak


napas pada penderita-penderita asma (asthmatics).
Seperti dengan obat-obat lain yang digunakan untuk merawat tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual mungkin terjadi.
Beta blockers mungkin menyebabkan glukosa darah yang rendah atau tinggi dan
menyembunyikan gejala-gejala dari glukosa darah rendah (hypoglycemia) pada
pasien-pasien diabetik.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beta blocker adalah golongan obat yang menghambat aksi dari reseptor beta-
adrenergik, agar tidak berikatan serta memodulasi fungsi jantung, fungsi pernafasan,
dan pelebaran pembuluh darah. Beta blocker termasuk dalam obat antihipertensi yang
bekerja pada sistem kardiovaskuler.
Beta-blocker berdasar jenis reseptor beta yang dihambat dan efeknya:
- - blocker non-selektif
- -blocker selektif
- Beberapa -blocker dengan agonis parsial (Intrinsic Symphatomimetic Activity / ISA) .
- Menghambat reseptor dan -1. Menghambat reseptor menambah efek terhadap
dilatasi pembuluh darah. Contoh: Labetalol, Carvedilol.
Beta blockers diindikasikan untuk merawat:
- Irama jantung yang abnormal,
- tekanan darah tinggi,
- gagal jantung,
- angina (nyeri dada),
- tremor,
- pheochromocytoma, dan
- pencegahan migrain-migrain

Beta blockers mungkin menyebabkan :


- Diare
- kejang-kejang perut,
- mual, dan muntah
- Ruam, penglihatan yang kabur, kejang-kejang otot, dan kelelahan mungkin juga terjadi.
- Efek-efek sistem syaraf pusat dari beta blockers termasuk:
- Beta blockers yang menghalangi Beta-2 receptors mungkin menyebabkan sesak napas
pada penderita-penderita asma (asthmatics).
- Seperti dengan obat-obat lain yang digunakan untuk merawat tekanan darah tinggi,
disfungsi seksual mungkin terjadi.

9
- Beta blockers mungkin menyebabkan glukosa darah yang rendah atau tinggi dan
menyembunyikan gejala-gejala dari glukosa darah rendah (hypoglycemia) pada pasien-
pasien diabetik

3.2 Saran
Penggunaan obat Beta Blocker sebaiknya dengan dosis dan keperluan yang tepat sebab
jika tidak maka akan menyebabkan beberapa efek samping yang tidak diinginkan seperti yang
telah dibahas diatas

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Kee, Joyce L dan Evelyn Hayes R. 1996. Farmakologi Pendekatan Proses


Keperawatan. ECG: Jakarta.
2. Karch, Amy M. 2010. Buku ajar farmakologi keperawatan edisi 2. EGC: Jakarta
3. Olson, james. 2003. Belajar mudah farmakologi, Jakarta: EGC
4. Marliani, Lili.2007. 100 Question and Answer Hipertensi. Elex Media Komputindo
5. http://www.medicinenet.com/beta_blockers-oral/article.htm

11

Anda mungkin juga menyukai