PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan pangan pada umumnya merupakan media yang sangat baik untuk
Ubi kayu (singkong) merupakan salah satu sumber karbohidrat yang banyak
sering turun. Ubi kayu mempunyai sifat yang mudah rusak, akan terjadi
penurunan mutu ubi kayu yang disimpan dalam 24 jam tanpa adanya pengolahan
terutama pada saat panen banyak ditemukan singkong yang luka. Sehingga untuk
ubi kayu tersebut. Selain itu, tanaman umbi-umbian pada umumnya tahan
terhadap suhu tinggi, sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam jenis
fermentasi.
Salah satu upaya untuk meningkatkan nilai tambah atau nilai jual, ubi jalar
dapat diolah atau dibuat tape. Tape merupakan salah satu makanan tradisional
hasil proses fermentasi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia, karena
rasanya enak, harganya murah, cara membuatnya mudah, praktis dan aman serta
banyak keuntungan lain yang bisa diambil, baik peningkatan nilai gizi ataupun
kadar alkohol dan total asam, dimana selama inkubasi 3-6 hari didapatkan
peningkatan pada kandungan alkohol dan total asam, serta terjadi penurunan pada
kadar gula reduksi. Fakta fakta tersebut, menunjukkan bahwa kualitas tape
mikroba. Perubahan yang terpenting adalah hidrolisis pati menjadi glukosa dan
maltosa, sehingga menghasilkan rasa manis. Hidrolisis sebagian gula alkohol dan
diantaranya: jenis bahan (substrat), ragi, dan lama fermentasi. Ragi memiliki
komponen yang terdiri dari berbagai genus mikroorganisme yaitu kapang (Genus
alkohol disertai dengan aroma atau bau khas dari tape tersebut, sedangkan
Acetobacter dapat menguraikan alkohol menjadi asam asetat sehingga tape berasa
asam. Pemberian ragi juga tidak boleh terlalu sedikit ataupun terlalu banyak
karena dapat menyebabkan proses fermentasi tidak berjalan dengan sempurna atau
gagal.
hari pada tape singkong dapat meningkatkan kadar gula reduksi, akan tetapi kadar
kompleks (polisakarida) seperti pati yang terdapat dalam bahan baku menjadi
bentuk karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida) yaitu gula (glukosa) dan
pada proses selanjutnya gula diubah menjadi alkohol oleh yeast dengan hasil
sampingan dari reaksi tahap kedua adalah gas CO2 dan asam-asam organik
(Dwidjoseputro, 1989).
1. Sortasi
Ubi kayu yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan tape
,haruslah bermutu baik, yakni tidak terdapat cacat secara fisik, tidak terdapat
bintik-bintik coklat maupun hitam pada bagian daging umbi, bebas dari bau busuk
2. Pengupasan
pencoklatan.
3. Pemotongan
atau lebih sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pemotongan itu sendiri
4. Pencucian
pencucian untuk menjaga kebersihan dan kesterilan bahan baku yang digunakan.
Jika bahan bakunya saja sudah tidak steril, maka kegagalan dalam proses
5. Pengukusan
matang. Hal ini ditandai dengan melunaknya bagian luar umbi, sementara
Ubi kayu yang telah dingin (sekitar 300C) disusun didalam suatu wadah,
kemudian diantara susunan ubi tersebut ditaburi ragi tape. Kemudian wadah
7. Pemeraman
Wadah yang telah diisi dengan ubi kayu yang ditaburi ragi tape, diperam
karbohidrat, asam amino dan lemak dengan bantuan mikroba dan enzim tertentu
yang dapat menghasilkan CO2 dan zat-zat lainnya. Terjadinya proses fermentasi
dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pangan sebagai akibat dari pemecahan
kandungan-kandungan bahan pangan tersebut. Perubahan-perubahan itu seperti
kadar air, kadar pati, kadar alkohol, total asam dan PH (Winarno, 1984).
biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi daripada bahan asalnya. Hal ini
tidak hanya disebabkan oleh mikroba yang bersifat katabolik atau memecah
lebih mudah dicerna, tetapi mikroba juga dapat mensintesa beberapa vitamin
melalui proses fermentasi juga dapat terjadi pemecahan oleh enzim-enzim tertentu
terhadap bahan-bahan yang tidak dapat dicerna oleh manusia, misalnya selulosa,
1. Fermentasi aerob
2. Fermentasi anaerob
oksigen karena beberapa mikroba dapat mencerna bahan energi tanpa adanya
oksigen. Jadi hanya sebagian bahan energi yang dipecah. Mikroorganisme yang
melakukan fermentasi ini adalah yeast, beberapa jenis kapang dan bakteri.
Pada proses fermentasi tape tidak diharapkan adanya udara. Fermentasi
harus dilakukan dalam kondisi anaerob fakultatif. Pada proses fermentasi tape
akan terjadi perombakan gula menjadi alkohol atau etanol, asam asetat, asam
sederhana.
2. Oksigen
pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk proses fermentasi. Misalnya
Saccharomyces sp yang melakukan fermentasi terhadap gula jauh lebih cepat pada
keadaan anaerobik, akan tetapi mengalami pertumbuhan lebik baik pada keadaan
3. Waktu fermentasi
hari.
4. Mikroba
Jumlah mikroba dalam hal ini adalah ragi tape yang optimal (proporsional
dengan jumlah substrat) akan menghasilkan tape yang baik. Menurut Susanto dan
Saneto (1994) pada proses fermentasi jumlah ragi yang digunakan sebanyak 0,5%
5. Temperatur
fermentasi. Suhu yang diberikan pada proses fermentasi tape adalah suhu ruang
sehingga sesuai dengan pertumbuhan semua mikroba yang bekerja pada proses
mol)
menguraikan gula menjadi alkohol disertai dengan aroma atau bau khas dari tape
Ragi tape dapat dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang terdiri dari ketan
putih, bawang putih, merica, lengkuas, cabai untuk jamu dan perasan tebu
yang berperan dalam memproduksi alkohol, memiliki sifat yang stabil dan
seragam, serta mampu tumbuh dengan cepat saat proses fermentasi diberikan
dalam bentuk inokulum untuk menjadi mikroba pioner perombakan suatu bahan
dalam proses fermentasi, dimana pada kondisi fermentasi (medium dan suhu)
gula sehingga pada awal fermentasi tape berasa manis. Selain Saccharomyces
cerivisiae, dalam proses pembuatan tape ini terlibat pula mikrorganisme lainnya,
mikroorganisme ini turut membantu dalam mengubah pati menjadi tape gula
aceti yang mengubah alkohol menjadi asam asetat dan menyebabkan rasa masam
1. Singkong
2. Daun singkong
3. Daun pisang
4. Ragi
5. Panci kukus
6. Kompor
7. Ember
8. Tampah
9. Garpu/pencapit
10. Pisau
B. Prosedur Kerja
1. Siapkan singkong, daun pisang, daun singkong, dan alat yang akan
digunakan.
cm.
menit pengukusan.
5. Angkat singkong dari kukusan dan biarkan sampai dingin.
6. Siapkan baskom lalu alasi dengan daun pisang dan daun singkong di bagian
7. Susun singkong untuk lapisan pertama lalu taburkan ragi, susun lagi untuk
lapisan kedua lalu taburkan lagi ragi dan seterusnya jika singkong masih ada.
8. Tutup rapat singkong yang sudah ditaburi ragi menggunakan daun singkong
A. Hasil
1. Prosedur Kerja
a. Siapkan singkong, daun pisang, daun singkong, dan alat yang akan
digunakan.
10 cm.
15 menit pengukusan.
f. Siapkan baskom lalu alasi dengan daun pisang dan daun singkong di
g. Susun singkong untuk lapisan pertama lalu taburkan ragi, susun lagi
untuk lapisan kedua lalu taburkan lagi ragi dan seterusnya jika singkong
masih ada.
wadah.
a. Singkong
b. Daun singkong
c. Daun pisang
d. Ragi
e. Panci kukus
f. Kompor
g. Ember
h. Tampah
i. Garpu/pencapit
j. Pisau
k. Air bersih
3. Tabel
memiliki rasa manis, tekstur agak keras, dan memiliki aroma yang tidak
menyengat. Hal ini dikarenakan ragi yang diberikan pada singkong masih kurang
B. Pembahasan
dilakukan oleh ragi tape yang merupakan campuran dari kapang Amylomyces
rouxii, Mucor rouxii, dan Rhizopus oryzae serta dari kelompok yeast antara lain
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana terjadi
suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada dalam
bahan makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan
bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir (Yuliani, 2014).
Singkong atau ubi kayu merupakan salah satu sumber karbohidrat lokal
Indonesia yang menduduki urutan ketiga terbesar setelah padi dan jagung.
Tanaman ini merupakan bahan baku yang paling potensial untuk diolah menjadi
tepung. Singkong segar mempunyai komposisi kimiawi terdiri dari kadar air
sekitar 60%, pati 35%, serat kasar 2,5%, kadar protein 1%, kadar lemak, 0,5%
dan kadar abu 1%, karenanya merupakan sumber karbohidrat dan serat makanan,
namun sedikit kandungan zat gizi seperti protein. Singkong segar mengandung
senyawa glokosida sianogenik dan bila terjadi proses oksidasi oleh enzim
linamarase maka akan dihasilkan glukosa dan asam sianida (HCN) yang ditandai
dengan bercak warna biru, akan menjadi racun bila dikonsumsi pada kadar HCN
Berdasarkan sifat fisik dan kimia, ubi kayu merupakan umbi atau akar
pohon yang panjang dengan rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan panjang 50-80
cm, tergantung dari jenis ubi kayu yang ditanam. Sifat fisik dan kimia ubi kayu
ekonomi tinggi. Karakterisasi sifat fisik dan kimia ubi kayu ditentukan oleh sifat
pati sebagai komponen utama dari ubi kayu. Ubi kayu tidak memiliki periode
matang yang jelas karena ubinya terus membesar. Akibatnya, periode panen
dapat beragam sehingga dihasilkan ubi kayu yang memiliki sifat fisik dan kimia
yang berbeda-beda. Sifat fisik dan kimia pati seperti bentuk dan ukuran granula,
faktor genetik, kondisi tempat tumbuh dan umur tanaman (Susilawati, 2008).
substrat padat atau cair ke dalam berbagai produk. Substrat yang digunakan
biasa. Umumnya dikonsumsi produk fermentasi termasuk roti, keju, sosis, acar
sayuran, kakao, bir, anggur, asam sitrat, asam glutamat, dan kecap (Yusuf, 1999).
Pembuatan tape meliputi dua tahap fermentasi yaitu pengubahan karbohidrat
kompleks (polisakarida) seperti pati yang terdapat dalam bahan baku menjadi
bentuk karbohidrat yang lebih sederhana (monosakarida) yaitu gula (glukosa) dan
pada proses selanjutnya gula diubah menjadi alkohol oleh yeast dengan hasil
sampingan dari reaksi tahap kedua adalah gas CO2 dan asam-asam organik
(Dwidjoseputro, 1994).
sampai bersih, kemudian mengupas kulitnya setelah itu memotong satu buah
singkong menjadi sekitar 3-4 bagian, hal ini dilakukan agar saat dikukus,
singkong lebih cepat matang. Selain itu, pemotongan ini juga bertujuan agar yeast
Setelah itu, mengukus singkong sampai 3/4 matang lalu singkong didinginkan.
Pencampuran singkong yang masih panas, memungkinkan mikroba pada ragi tape
akan mati, sehingga proses fermentasi tidak berjalan. Setelah dingin, singkong
Kemudian masukan singkong yang telah ditaburi ragi kedalam baskom untuk
perlakuan anaerob, daun pisang pada seluruh sisi baskom, dan ditutup dengan
rapat.
serta menimbulkan rasa asam dan manis. Kondisi tersebut disebabkan karena pada
mengubah glukosa menjadi alkohol dan menghasilkan air. Oleh karena itu, pada
saat sesudah fermentasi, singkong menjadi lunak. Singkong tidak boleh terkena
air jika sudah diberi ragi karena akan mematikan ragi (bakteri) sehingga proses
didalam tempat yang kedap udara. Karena jika terkena oksigen, proses fermentasi
juga akan gagal. Singkong yang merupakan karbohidrat diubah oleh ragi menjadi
Dengan adanya alkohol, tape singkong bersifat manis dan agak asam. Tape
5-6), dan suhu yang tepat dan kadar air. Karena fermentasi maka singkong
dibutuhkan kadar air yang cukup untuk ragi agar bisa hidup. Oleh karena itu,
jumlah singkong. Bila terlalu banyak akan mempercepat proses fermentasi dan
menyebabkan rasa tape menjadi pengar, bila terlalu sedikit dapat menyebabkan
digunakan dan produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang
merupakan gula paling sederhana, melalui fermentasi akan menghasilkan etanol
(2C2H5OH).
seperti kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp., yeast
Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis, serta bakteri Pediococcus sp., dan
menghasilkan tape.
yang akan memecahkan amilum pada bahan dasar menjadi gula-gula yang lebih
aroma alkohol pada tape. Semakin lama tape itu dibuat, semakin kuat alkoholnya.
adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan pangan yang dalam pembuatannya
mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembang biak secara aktif merubah
sebagai berikut:
1. Hidrolisa Pati
Pati merupakan polimer karbohidrat yang dibentuk dari ratusan atau ribuan
unit glukosa sehingga membentuk rantai yang panjang dalam bentuk granula.
Secara umum, pati tersusun atas dua komponen utama yaitu amilosa dan
amilopektin. Proses fermentasi diawali dengan hidrolisa pati oleh enzim amilase
yang dihasilkan oleh kapang, yeast atau bakteri yang bersifat amilolitik. Enzim
amiloglukosidase.
Enzim yang mampu mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2 adalah
cerevisiae (Fardiaz, 1992). Proses ini terus berlangsung dan akan terhenti jika
kadar etanol sudah meningkat sampai tidak dapat ditolerir lagi oleh sel-sel yeast.
mikroba yang toleran terhadap alkohol yang dapat tumbuh (Hambali, 2001).
3. Pembentukan Asam
Jika proses fermentasi tape terus berlanjut maka terbentuk asam asetat
karena adanya bakteri Acetobacter yang sering terdapat pada ragi yang bersifat
oksidatif. Metanol yang dihasilkan dari penguraian glukosa akan dipecah oleh
Acetobacter menjadi asam asetat, asam piruvat dan asam laktat. Buckle (1987),
menyatakan bahwa asam piruvat adalah produk antara yang terbentuk pada
hidrolisa gula menjadi etanol. Asam piruvat dapat diubah menjadi etanol dan
asam laktat.
4. Pembentukan Ester
Alkohol yang dihasilkan dari penguraian glukosa oleh yeast akan dipecah
menjadi asam asetat pada kondisi aerobik. Pada proses fermentasi lanjut, asam-
asam organik yang terbentuk seperti asam asetat akan bereaksi dengan etanol
membentuk suatu ester aromatik sehingga tape memiliki rasa yang khas. Menurut
Fardiaz (1992), perubahan sebagian gula menjadi asam organik dan alkohol serta
oleh enzim amilase yang dihasilkan oleh kapang, yeast atau bakteri yang bersifat
disebabkan oleh enzim yang dihasilkan kapang Aspergillus yang berperan dalam
diberikan maka proses perombakan pati menjadi glukosa oleh kapang tersebut
yang terbentuk semakin kecil. Hal ini disebabkan pada proses fermentasi dengan
dihasilkan dari pemecahan pati oleh yeast tersebut dapat diubah menjadi alkohol,
asam organik disertai dengan pembentukan air dan ester. Adapun ester mampu
Hal ini dikarenakan pada awal proses fermentasi tape terjadi pemecahan pati
menjadi gula-gula sederhana oleh kapang yang dapat menimbulkan rasa manis,
dengan semakin lama fermentasi gula-gula tersebut diubah menjadi alkohol dan
sebagian asam organik sehingga tape berasa sedikit alkoholis dan keasam-asaman.
Pemberian ragi yang terlalu banyak akan menyebabkan dihasilkan berasa sangat
Semakin lama proses fermentasi, semakin berubah aroma, rasa, warna dan
tekstur tape. Hal ini disebabkan karena pada proses perubahan sebagian gula-gula
sederhana menjadi alkohol dan asam organik oleh yeast terjadi pula pelepasan air,
dengan semakin banyak jumlah ragi yang diberikan maka semakin cepat proses
peningkatan jumlah kadar air dalam tape. Hal ini diperkuat Fardiaz (1992) bahwa
perubahan sebagian gula menjadi alkohol dan asam organik disertai pembentukan
Proses fermentasi tape yang terus berlanjut akan terbentuk asam asetat oleh
bakteri yang terdapat pada ragi, bakteri akan menguraikan alkohol menjadi asam
asetat sehingga tape berasa asam. Winarno (1984) menyatakan bahwa suatu bahan
disebut tape apabila bahan yang diragikan pada beberapa waktu tertentu berubah
menjadi lebih lunak, rasa manis keasam-asaman dan berbau alkohol. Selain itu,
rasa suatu bahan pangan dapat berasal dari bahan pangan itu sendiri dan apabila
Hidayat (2006), tape sebagai produk makanan cepat rusak karena adanya
tercapai sehingga harus segera dikonsumsi. Tape dapat bertahan selama 2-3 hari
bila disimpan pada suhu kamar, setelah itu akan terjadi fermentasi yang
A. Kesimpulan
karbohidrat pada singkong menjadi gula yang lebih sederhana. Oleh karena
itu, tape terasa manis apabila sudah matang walaupun tanpa diberi gula
sebelumnya.
beralkohol.
4. Dalam pembuatan tape, saat pembentukan alkohol dan asam organik disertai
dengan pelepasan air oleh yeast sehingga kandungan air dalam bahan
6 memiliki rasa manis, tekstur agak keras, dan memiliki aroma yang tidak
menyengat. Hal ini dikarenakan ragi yang diberikan pada singkong masih
1. Dalam pembuatan tape, sebaiknya kebersihan harus selalu dijaga agar tape
3. Pada saat praktikum, suasananya lebih lebih dikondusifkan lagi agar tidak