Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1037 M Turki dapat menguasai kekhalifahan Abassiyah. Akan tetapi,
akhirnya lumpuh oleh bangsa Mongol, kecuali bangsa Turki yang dipimpin oleh Ertughril,
yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Usmani. Puncak kemegahannya dari tahun 1520-
1566 M, dibawah pemerintahan Sulaiman I. Namun, akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19.
Tetapi, berkat ketekunan para pembaharu dan para tokoh-tokoh, negara itu dapat bangkit
kembali dengan mengadakan beberapa frase pembaharuan pada masa Sultan Mahmud II,
Tanzimat, Usman Muda, dan Turki Muda.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah asal mula Kerajaan Dinasti Usmani?


2. Apa saja perkembangan yang dilakukan pada masa Kerajaan Turki Usmani?
3. Apa saja pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan pada masa Kerajaan Turki Usmani?
1. Apakah yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani Mengalami Kemunduran?

PEMBAHASAN

A. Asal Mula Kerajaan Turki Usmani


Kerajaan Turki Usmani muncul di pentas sejarah Islam pada periode pertengahan.
Masa kemajuan Dinasti ini dihitung dari mulai digerakkannya ekspansi ke wilayah baru yang
belum ditundukkan oleh pendahulu mereka. keberhasilan mereka dalam memperluas wilayah
kekuasaan serta terjadinya peristiwa-peristiwa penting merupakan suatu indikasi yang dapat
dijadikan ukuran untuk menentukan kemajuan tersebut.
Pendiri kerajaan Turki adalah bangsa Turki dari kabilah Qayigh Oghus, anak suku
Turk yang mendiami sebelah barat gurun Gobi, atau daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina, yang dipimpin oleh Sulaiman. Dia mengajak anggota sukunya untuk menghindari
serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia Islam yang berada di bawah kekuasaan
Dinasti Khawarizm pada tahun 1219-1220 M.
Sulaiman dan anggota sukunya lari ke arah Barat dan meminta perlindungan kepada
Jalaluddin, pemimpin terakhir Dinasti Khawarizm di Transoxiana. Jalaluddin menyuruh
Sulaiman agar pergi ke arah Barat (Asia Kecil). Kemudian mereka menetap di sana dan
pindah ke Syam dalam rangka menghindari serangan mongol. Dalam usahanya pindah ke
Syam itu, pemimpin orang-orang Turki mendapat kecelakaan. Mereka hanyut di sungai Efrat
yang tiba-tiba pasang karena banjir besar pada tahun 1228 M.1[1]
Akhirnya mereka terbagi menjadi 2 kelompok, yang pertama ingin pulang ke negeri
asalnya dan yang kedua meneruskan perjalanannya ke Asia kecil. Kelompok kedua ini
berjumlah 400 kepala keluarga yang dipimpin oleh Ertugril (Erthogrol) ibn Sulaiman. Mereka
mengabdkan dirinya dirinya kepada Sultan Alauddin II dari Dinasti Saljuk Rum yang pusat
pemerintahannya di Kuniya, Anatolia Asia Kecil.
Pada saat itu, Sultan Alauddin II sedang menghadapi bahaya peperangan dari bangsa
Romawi yang mempunyai kekuasaan di Romawi Timur (Byzantium). Dengan bantuan dari
bangsa Turki pimpinan Erthogrol, Sultan Alauddin II dapat mencapai kemenangan. Atas jasa
baik tersebut Sultan menghadiahkan sebidang tanah yang perbatasan dengan Bizantium.2[2]
Pada tahun 1288 M, Erthogrol meninggal dunia dan meninggalkan putranya yang
bernama Usman, yang diperkirakan lahir pada 1258 M. usman inilah yang ditunjuk oleh
Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan disetujui serta didukung oleh Sultan
Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti diambil sebagai nama untuk Kerajaan
Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai pendiri Dinasti Usmani. Sebagaimana
ayahnya, Usman banyak berjasa kepada Sultan Alauddin II. Kemenangan-kemenangan dalam
setiap pertempuran dan peperangan diraih oleh Usman.
B. Perkembangan Kerajaan Turki Usmani
Dengan jatuhnya jazirah Arab, maka imperium Turki Usmani mempunyai wilayah
yang luas sekali, terbentang dari Budapest di pinggir sungai Thauna, sampai ke Aswan dekat
hulu sungai Nil, dan dari sungai efrat serta pedalaman Iran, sampai Bab el-Mandeb di selatan

1[1] A. Syafiq Mughni, Sejarah Kebudayaan di Turki, (Jakarta: Logos, 1997), hal. 51.

2[2] Siti Maryam dkk. (ed.) Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta:
LESFI, 2002), hal. 132 .
jazirah Arab.3[3] Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M), sekitar 625 tahun
berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan.
Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi
lima periode,4[4] yaitu:
1. Periode pertama (1299-1402 M), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama
sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai
pemerintahan Bayazid.
2. Periode kedua (1402-1566 M), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan
sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
3. Periode ketiga (1566-1699 M), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk
mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera
terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
4. Periode keempat (1699-1838 M), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa
pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
5. Periode kelima (1839-1922 M) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan
administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A.
Majid I sampai A Majid II.
Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad
pertama hijriyah hingga suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki
dalam dunia Islam semakin terasa pada masa Pemerintahan al-Mustasim (640-656 H./1242-
1258 M).5[5]
a. Perluasan Wilayah
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar
keluarga Usman), pada tahun 1300 M. dia memulai memperluas wilayahnya.6[6] Hal ini
berlangsung paling tidak sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung

3[3] Ahmad Syalabi, Mausuah al-Tarikh al-Islami, (Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-Mishriyah, tth.) hal.
660.

4[4] A. Syafiq Mughni, 1997, hal. 54.

5[5] Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), hal. 114.

6[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. XIII, h. 130
hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah.
Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia
dan Armenia yang baru masuk Islam.7[7] Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah
Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim.
Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan
wilayah Islam. Yaitu:
1) Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita
memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
2) Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya
hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
3) Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4) Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang
kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua
selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia,
baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
5) Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani
mengalahkannya.8[8]
b. Kemajuan Pada Masa Dinasti Usmani
1) Sosial Politik dan Administrasi negara
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani berlangsung dengan cepat,
hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal mempertahankan
eksistensinya sebagai negara besar. Selain itu, tradisi yang berlalu saat itu telah membentuk
stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa (small group of
rulers) dan rakyat biasa (large mass).
Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki keistimewaan, diantara keistimewaan
itu adalah:
a. Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada Sultan dan negara.
b. Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berfikir dalam bertindak dalam agama yang dianut
merupakan kerangka yang integral
c. Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit.

7[7] Hamka, Sejarah Umat Islam III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hal. 59.

8[8] Ensiklopedi Islam, Jilid IV, 1990, hal. 60.


Yang terpenting adalah bahwa para pejabat dalam hal apapun tetap sebagai budak
Sultan. Tugas utama seluruh warga negara, baik pejabat maupun rakyat biasa adalah
mengabdi untuk keunggulan Islam, melaksanakan hukum serta mempertahankan keutuhan
imperium.9[9]
2) Bidang Militer
Kerajaan Turki Usmani telah mampu menciptakan pasukan militer yang mampu
mengubah Negara Turki menjadi Mesin perang yang paling tangguh dan memberikan
dorongan yang amat besar dalam penaklukan negeri-negeri non Muslim. Bangsa-bangsa non
Turki dimasukkan sebagai anggota, bahkan anak-anak Kristen di asramakan dan dibimbing
dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit.
Ketika terjadi kekisruan ditubuh militer, maka Orkhan mengadakan perombakan dan
pembaharuan, yang dimulai dari pemimpin personil militer. Program ini ternyata berhasil
dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut dengan
pasukan Janissari atau Inkisyariyah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani
menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan kuat dalam penaklukan
negeri Non Muslim.10[10]
3) Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Dalam bidang pendidikan, Dinasti Usmani mengantarkan pada pengorganisasian
sebuah sistem pendidikan madrasah yang tersebar luas. Madrasah Usmani pertama didirikan
di Izmir pada tahun 1331 M, ketika itu sejumlah ulama di datangkan dari Iran dan Mesir
untuk mengembangkan pengajaran Muslim dibeberapa toritorial baru. Tapi hal ini tidak
begitu berkembang, karena Turki Usmani lebih memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang
kemiliteran, sehingga dalam khazanah Intelektual Islam kita tidak menjumpai ilmuan
terkemuka dari Turki Usmani.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, memang kerajaan Turki Usmani tidak menghasilkan
karya-karya dan penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa Daulah Abbasiyah. Kajian-kajian
ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Ulama hanya suka menulis buku dalam
bentuk syarah (penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik yang
telah ada. Namun dalam bidang seni arsitektur, Turki Usmani banyak meninggalkan karya-

9[9] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), jilid I, h.496-
497.

10[10] Ahmad Syalabi, hal. 41.


karya agung berupa bangunan yang indah, seperti Mesjid Jami Muhammad al-Fatih, mesjid
agung Sulaiman dan Mesjid Abu Ayyub al-Anshary dan mesjid yang dulu asalnya dari gereja
Aya Sophia. Mesjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi oleh Musa Azam.11[11]
4) Bidang Ekonomi dan Keuangan Negara
Karena Turki mengusai beberapa kota pelabuhan utama, maka Turki menjadi
penyelenggara perdagangan, pemungut pajak (cukai) pelabuhan yang menjadi sumber
keuangan yang besar bagi Turki.
Keberhasilan Turki Usmani dalam memperluas kekuasaan dan penataan politik yang
rapi, berimplikasi pada kemajuan social ekonomi Negara, tercatat beberapa kota industri yang
ada pada waktu itu, antara lain:
a. Mesir yang memperoleh produksi kain sutra dan katun.
b. Anatoli memproduksi bahan tekstil dan wilayah pertanian yang subur.
Kota Anatoli merupakan kota perdagangan yang penting di rute Timur dalam
perindustrian dalam hasil industri dan pertanian di Istambul, polandia dan Rusia. Para
pedagang dari dalam maupun dari luar negeri berdatangan sehingga wilayah Turki menjadi
pusat perdagangan dunia pada saat itu.12[12]
Selain dari sumber perdagangan, Turki Usmani memiliki sumber keuangan Negara
yang sangat besar, yaitu dari harta rampasan perang, dari upeti tanda penaklukkan Negara-
negara yang ditundukkan serta dari orang-orang zhimmi.
C. Kemunduran Turki Usmani
Pada akhir kekuasaan Sulaiman al-Qanuni I kerajaan Turki Usmani berada ditengah-
tengah dua kekuatan monarki Austria di Eropa dan kerajaan Syafawi di Asia. Melemahnya
kerajaan Usmani setelah wafatnya Sulaiman I dan digantikan oleh Salim II. Pada awal abad
ke-19 para Sultan tidak mampu mengontol daerah-daerah kekuasaannya. Dan melemahnya
militer Turki Usmani berakibat munculnya pemberontakan. Beberapa daerah berangsur-
angsur mulai memaisahkan diri dan mendirikan pemerintah otonom.
Di Mesir, kelemahan kerajaan Turki Usmani membuat Mamalik bangkit kembali. Di
bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun 1770 M., Mamalik kembali berkuasa di Mesir,
sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Prancis tahun 1798 M.13[13] Demikian pula

11[11] Ira M. Lapidus, 1999, hal. 499.

12[12] Ira M. Lapidus, 1999, hal. 498.

13[13] Hasan Ibrahim Hasan, Mausuat al-Tarikh al-Islami V, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah,
1967), hal. 342
pemberontakan terjadi di Libanon dan Syiria, sehingga kerajaan Turki Usmani mengalami
kemunduruan, bukan saja daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah yang
berpenduduk muslim.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani ini mengalami kemunduran, di
antaranya adalah:
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas yang tidak dibarengi dengan Administrasi dan potensi
yang kuat.
b. Kelemahan para penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang
berakibat pemerintahan menjadi kacau.
c. Pemberontakan tentara Jenissari.
d. Heterogenitas penduduk. Wilayah yang luas yang didiami penduduk yang beragam, baik dari
segi agama, suku, ras, etnis dan adat istiadat acap kali melatar belakangi terjadinya
pemberontakan.
e. Merosotnya ekonomi. Akibat perang yang berkepanjangan sehingga perekonomian negara
merosot.
D. PEMBAHARUAN MASA KERAJAAN TURKI USMANI
1. Pada Masa Sultan Mahmud II (1785-1839 M)
Lahir pada tahun 1785 M, dan mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia
diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 M dan meninggal di tahun 1839 M. Setelah
kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Usmani bertambah kuat, Sultan Mahmud
II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah
lama ada dalam pemikirannya.14[14]
Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah
perubahan dalam bidang pendidikan. Di Madrasah hanya diajarkan agama, sedangkan
pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Oleh karena itu, ia
mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah dengan menambah pengetahuan umum
di dalamnya, seperti halnya di Dunia Islam lain pada waktu itu memang sulit.

14[14] Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1991). hal. 90-91.
Madrasah tradisional tetap berjalan, tetapi disampingnya Sultan mendirikan dua
sekolah pengetahuan umum yang bernama Mekteb-i Maarif (Sekolah Pengetahuan Umum)
dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari
lulusan Madrasah yang bermutu tinggi. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan
Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan.15[15]

2. Pada Masa Tanzimat


Istilah Tanzimat berasal dari bahasa Arab dari kata Tanzim yang berarti pengaturan,
penyusunan dan memperbaiki. Dalam pembaharuan yang diadakan pada masa ini merupakan
sebagai lanjutan dari usaha yang dijalankan oleh Sultan Mahmud II yang banyak mengadakan
pembaharuan peraturan dan perundang-undangan. Secara terminologi adalah, suatu usaha
pembaharuan yang mengatur dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi
pemerintahan, sosial, ekonomi dan kebudayaan, antara tahun 1839-1871 M. Tokoh-tokoh
penting Tanzimat antara lain:
1) Mustafa Rasyid Pasya (1880-1858 M).
Pemuka utama dari pembaharuan di zaman Tanzimat ialah Mustafa Rasyid Pasya, ia
lahir di Istanbul pada tahun 1800 M. berpendidikan Madrasah, kemudian menjadi pegawai
pemerintah. Usaha pembaharuannya yang terpenting ialah sentralisasi pemerintahan dan
modernisasi angkatan bersenjata pada tahun 1839 M.
2) Mustafa Sami Pasya (wafat 1855 M).
Mustafa Sami Pasya mempunyai banyak pengalaman di luar negeri antara lain di
Roma, Wina, Berlin, Brussel, London, Paris dan negara lainnya sebagai pegawai dan duta.
Menurut pendapat Mustafa Sami Pasya, kemajuan bangsa Eropa terletak pada keunggulan
mereka dalam lapangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebab lain dilihatnya karena
toleransi beragama dan kemampuan orang Eropa melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama, di
samping itu pula pendidikan universal bagi pria dan wanita sehingga umumnya orang Eropa
pandai membaca dan menulis.
3) Mehmed Sadik Rifat Pasya (1087-1856 M).
Mehmed Sadik Rifat Pasya yang lahir pada tahun 1807 M, dan wafat tahun 1856 M.
Pendidikannya selesai di madrasah, ia melanjutkan pelajaran ke sekolah sastra, yang khusus
diadakan untuk calon-calon pegawai istana.

15[15] Ibid,...Harun Nasution, 1991, hal. 93-96.


Pokok pemikiran dan pembaharuannya ialah Sultan dan pembesar-pembesar negara
harus tunduk pada undang-undang dan peraturan-peraturan lainnya. Negara harus tunduk
pada hukum, kodifikasi hukum, administrasi, pengaturan hak dan kewajiban rakyat,
reorganisasi, angkatan bersenjata, pendidikan dan keterampilan serta dibangunnya Bank
Islam Usmani pada tahun 1840 M.
4) Ali Pasya (1815-1871 M).
Beliau lahir pada tahun 1815 M di Istanbul, dan wafat tahun 1871, anak dari seorang
pelayan toko. Dalam usia 14 tahun ia sudah diangkat menjadi pegawai. Tahun 1840 diangkat
menjadi Duta Besar London dan sebelum menjadi Duta Besar ia sering kali menjadi staf
Perwakilan Kerajaan Usmani di berbagai negara Eropa dan di tahun 1852 M, ia
menggantikan kedudukan Rasyid Pasya sebagai Perdana Menteri.
Usaha pembaharuannya antara lain : tentang pengakuan semua aliran spiritual pada
masa itu, jaminan melaksanakan ibadahnya masing-masing, larangan memfitnah karena
agama, suku dan bahasa, jaminan kesempatan belajar, sistem peradilan dan lain-lainnya.
Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh di zaman Tanzimat tidak
seluruhnya mendapat dukungan, bahkan mendapat kritikan baik dari dalam atau di luar
Kerajaan Usmani. Karena, gerakan-gerakan tanzimat untuk mewujudkan pembaharuan
didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan meninggalkan pola dasar syariat agama, hal ini
salah satu sebab yang utama gerakan tanzimat mengalami kegagalan dalam usaha
pembaharuannya.
3. Pada Masa Usmani Muda
Kegagalan Tanzimat dalam mengganti pemerintahan konstitusi yang absolut
merupakan cambuk untuk usaha-usaha selanjutnya. Untuk mengubah kekuasaan yang
absolut, maka timbullah gerakan dari kaum cendikiawan melanjutkan usaha-usaha Tanzimat.
Gerakan ini dikenal dengan Young Ottoman-Yeni Usmanilar (Gerakan Usmani Muda) yang
didirikan pada tahun 1865 M.16[16]
Usmani Muda pada asalnya merupakan perkumpulan yang didirikan di tahun 1865
M, dengan tujuan untuk mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi
pemerintahan konstitusional.17[17] Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru

16[16] Asmuni, Yusran. Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 1998). hal. 19-21.

17[17] Al-Bahy, Muhammad. Pemikiran Islam Modern. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986). hal. 97.
tentang demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat
bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh-tokohnya adalah:
a. Zia Pasya.
Lahir pada tahun 1825 M di Istanbul, dan meninggal dunia pada tahun 1880 M. Ia
anak seorang pegawai Kantor Beacukai di Istanbul. Pendidikannya setelah selesai sekolah di
Sulaemaniye yang didirikan Sultan Mahmud II. dalam usia muda dia diangkat menjadi
pegawai pemerintah, kemudian atas usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 M, ia
diterima menjadi salah seorang sekretaris Sultan. Disinilah ia dapat mengetahui tentang
sistem dan cara Sultan memerintah dengan otoriter.18[18]
Beberapa pemikirannya akhirnya menjurus kepada usaha pembaharuan. Usaha-usaha
pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani menurut pendapatnya harus dengan sistem
pemerintahan konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut.
b. Namik Kemal.
Beliau termasuk pemikir terkemuka dari Usmani Muda, lahir pada tahun 1840 M di
Tekirdag, dan berasal dari keluarga ningrat. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh
pemikiran Ibrahim Sinasih (1826-1871 M) yang berpendidikan barat dan banyak mempunyai
pandangan modernisme. Namik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, walaupun ia dipengaruhi
pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral Islam dalam ide-ide
pembaharuannya.
Namik Kemal berpendapat bahwa sistem pemerintahan konstitusional tidaklah
merupakan bidah dalam Islam. Di antara ide-ide lain yang dibawa Namik terdapat cinta
tanah air Turki, tetapi seluruh daerah kerajaan Usmani. Konsep tanah airnya tidak sempit.
Sebagai orang yang dijiwai ajaran Islam, ia melihat perlunya diadakan persatuan seluruh
umat Islam di bawah pimpinan Kerajaan Usmani, sebagai negara Islam yang terbesar dan
terkuat di waktu itu.
c. Midhat Pasya.
Nama lengkapnya Hafidh Ahmad Syafik Midhat Pasya, lahir pada tahun 1822 M di
Istanbul. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia sepuluh tahun ia
telah hafal Al-Quran, oleh karena itu ia digelari Al-Hafidh. Pendidikannya yang tertinggi
adalah pada Universitas Al-Fatih. Dia termasuk tokoh Usmani Muda yang mempunyai
peranan cukup penting dalam ide pembaharuan.

18[18] Yusran Asmuni, 1998, hal. 22.


Beberapa langkah pembaharuan itu, seperti memperkecil kekuasaan kaum eksekutif
dan memberikan kekuasaan lebih besar kepada kelompok legislatif. Golongan ini juga
berusaha menggolkan sistem konstitusi yang sudah ditegakkan dengan memakai istilah
terma-terma yang islami, seperti musyawarah untuk perwakilan rakyat, baiah untuk
kedaulatan rakyat dan syariah untuk konstitusi. Dengan usaha ini, sistem pemerintahan Barat
lambat laun dapat diterima kelompok ulama dan Syaikh Al-Islami yang sebenarnya banyak
menentang ide pembaharuan pada masa sebelumnya.19[19]

4. Pada Masa Turki Muda


Setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya gerakan Usmani Muda, maka
Sultan Abdul Hamid memerintah dengan kekuasaan yang lebih absolut. Kebebasan berbicara
dan menulis tidak ada. Dalam suasana yang demikian, timbullah gerakan oposisi terhadap
pemerintah yang obsolut Sultan Abdul Hamid, sebagaimana halnya di zaman yang lalu
dengan Sultan Abdul Aziz. Gerakan oposisi dikalangan perguruan tinggi, mengambil bentuk
perkumpulan rahasia, di kalangan cendekiawan dan pemimpin-pemimpinnya lari ke luar
negeri dan disana melanjutkan oposisi mereka dan gerakan di kalangan militer menjelma
dalam bentuk komite-komite rahasia. Oposisi berbagai kelompok inilah yang kemudian
dikenal dengan nama Turki Muda.
Tokoh Turki Muda, antara lain adalah Ahmad Riza, Mehmed Murad, dan Pangeran
Sahabuddin.
a. Ahmad Riza (1859-1930 M).
Ia adalah anak seorang bekas anggota parlemen bernama Injilis Ali. Dalam
pendidikannya ia sekolah di pertanian untuk kelak dapat bekerja dan berusaha mengubah
nasib petani yang malang dan studinya diteruskan di Perancis. sekembalinya dari perancis, ia
bekerja di Kementerian Pertanian, tapi ternyata hubungan pemerintah dengan petani yang
miskin sedikit sekali, karena kementerian itu lebih disibukkan dengan birokrasi. Kemudian ia
pindah ke Kementerian Pendidikan namun disini juga disibukkan dengan birokrasi tapi
kurang disibukkan dengan pendidikan.
Pembaharuannya adalah ingin mengubah pemerintahan yang absolut kepada
pemerintahan konstitusional. Karena menurutnya akan menyelamatkan Kerajaan Usmani dari
keruntuhan adalah melalui pendidikan dan ilmu pengetahuan positif dan bukan dengan
teologi atau metafisika.

19[19] Muhammad Al-Bahy, 1986, hal. 99.


b. Mehmed Murad (1853-1912 M).
Ia berasal dari Kaukasus dan lari ke Istanbul pada tahun 1873 M, yakni setelah
gagalnya pemberontakan Syekh Syamil di daerah itu. Ia belajar di Rusia dan di sanalah ia
berjumpa dengan ide-ide Barat, namun pemikiran Islam berpengaruh pada dirinya.
Ia berpendapat bahwa bukanlah Islam yang menjadi penyebab mundurnya Kerajaan
Usmani dan bukan pula rakyatnya, namun sebab kemunduran itu terletak pada Sultan yang
memerintah secara absolut. Oleh karena itu, menurutnya kekuasaan Sultan harus dibatasi. Ia
mengusulkan didirikan satu Badan Pengawas yang tugasnya mengawasi jalannya undang-
undang agar tidak dilanggar oleh pemerintah. Di samping itu diadakan pula Dewan syariat
agung yang anggotanya tersusun dari wakil-wakil negara Islam di Afrika dan Asia dan
ketuanya Syekh Al-Islam Kerajaan Usmani.
c. Pangeran Sahabuddin (1887-1948).
Pangeran Sahabuddin adalah keponakan Sultan Hamid dari pihak ibunya, sedang dari
pihak bapaknya adalah cucu dari Sultan Mahmud II, oleh karena itu ia keturunan raja. Namun
ibu dan bapaknya lari ke Eropa menjauhkan diri dari kekuasaan Abdul Hamid. Maka dengan
demikian kehidupan Sahabuddin lebih banyak dipengaruhi oleh pemikiran Barat.
Menurutnya yang pokok adalah perubahan sosial, bukan penggantian Sultan.
Masyarakat Turki sebagaimana masyarakat Timur lainnya mempunyai corak kolektif, dan
masyarakat kolektif tidak mudah berubah dalam menuju kemajuan. Dalam masyarakat
kolektif orang tidak percaya diri sendiri, oleh karena itu ia tergantung pada kelompok atau
suku sedangkan masyarakat yang dapat maju menurutnya adalah masyarakat yang tidak
banyak bergantung kepada orang lain tetapi sanggup berdiri sendiri dan berusaha sendiri
untuk mengubah keadaannya.20[20]

KESIMPULAN

1. Usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan
disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti
diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai
pendiri Dinasti Usmani.

20[20] Hamka. Sejarah Umat Islam. (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. 2005). Hal. 603.
2. Kemajuan yang dilakukan dinasti Usmani ialah melakukan perluasan wilayah. Sedangkan
kemajuan yang telah dicapai adalah dalam bidang sosial politik, administrasi, ilmu
pengetahuan, kebudayaan, ekonomi dan keuangan negara.
3. Faktor yang mempengaruhi kemunduran dinasty Usmani diantaranya karena Kelemahan para
penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang berakibat
pemerintahan menjadi kacau, Pemberontakan tentara Jenissari, Heterogenitas penduduk.
4. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan landasan
atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya, antara lain : pembaharuan
Tanzimat, pembaharuan di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.
5. Tanzimat yang dimaksudkan adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun
serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan tetapi Tanzimat ini belum berhasil
seperti yang diharapkan oleh tokoh-tokoh penting Tanzimat, yaitu Mustafa Rasyid Pasya,
Mustafa Sami, Mehmed Sadek, Rifat Pasya dan Ali Pasya.
6. Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-usaha
pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak
dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya Usmani
muda dilanjutkan dengan pembaharuan Turki Muda.

DAFTAR PUSTAKA

- Al-Bahy, Muhammad.1986. Pemikiran Islam Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas.

- Asmuni, Yusran. 1998. Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam.

Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada.

- Hamka. 2005. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.

- Nasution, Harun. 1991. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.

Jakarta: Pt. Bulan Bintang.

- Labay El-Sulthani, Mawardi, 2002, Tidak Usah Takut Syariat Islam, Jakarta: Al-Mawardi

Prima.

- Mughni, A. Syafiq, 1997, Sejarah Kebudayaan di Turki, Jakarta: Logos.


- Siti Maryam dkk. 2002, (ed.) Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,

Yogyakarta: LESFI.

- Syalabi, Ahmad, tth, Mausuah al-Tarikh al-Islami, Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-

Mishriyah.

- Yatim, Badri, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet. XIII.

- Ensiklopedi Islam, 1990, jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

- Lapidus, Ira M., 1999, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, jilid I.

- Hasan, Ibrahim Hasan, 1976, Tarikh al-Islami, Cairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah,

jilid IV.

Anda mungkin juga menyukai