A. Latar Belakang
Pada tahun 1037 M Turki dapat menguasai kekhalifahan Abassiyah. Akan tetapi,
akhirnya lumpuh oleh bangsa Mongol, kecuali bangsa Turki yang dipimpin oleh Ertughril,
yang selanjutnya menjelma menjadi Turki Usmani. Puncak kemegahannya dari tahun 1520-
1566 M, dibawah pemerintahan Sulaiman I. Namun, akhirnya juga lumpuh pada abad ke-19.
Tetapi, berkat ketekunan para pembaharu dan para tokoh-tokoh, negara itu dapat bangkit
kembali dengan mengadakan beberapa frase pembaharuan pada masa Sultan Mahmud II,
Tanzimat, Usman Muda, dan Turki Muda.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
1[1] A. Syafiq Mughni, Sejarah Kebudayaan di Turki, (Jakarta: Logos, 1997), hal. 51.
2[2] Siti Maryam dkk. (ed.) Sejarah Pearadaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern, (Yogyakarta:
LESFI, 2002), hal. 132 .
jazirah Arab.3[3] Selama masa kesultanan Turki Usmani (1299-1942 M), sekitar 625 tahun
berkuasa tidak kurang dari 38 Sultan.
Dalam hal ini, Syafiq A. Mughni membagi sejarah kekuasaan Turki Usmani menjadi
lima periode,4[4] yaitu:
1. Periode pertama (1299-1402 M), yang dimulai dari berdirinya kerajaan, ekspansi pertama
sampai kehancuran sementara oleh serangan timur yaitu dari pemerintahan Usman I sampai
pemerintahan Bayazid.
2. Periode kedua (1402-1566 M), ditandai dengan restorasi kerajaan dan cepatnya pertumbuhan
sampai ekspansinya yang terbesar. Dari masa Muhammad I sampai Sulaiman I.
3. Periode ketiga (1566-1699 M), periode ini ditandai dengan kemampuan Usmani untuk
mempertahankan wilayahnya. Sampai lepasnya Honggaria. Namun kemunduran segera
terjadi dari masa pemerintahan Salim II sampai Mustafa II.
4. Periode keempat (1699-1838 M), periode ini ditandai degan berangsur-angsur surutnya
kekuatan kerajaan dan pecahnya wilayah yang di tangan para penguasa wilayah, dari masa
pemerintahan Ahmad III sampai Mahmud II.
5. Periode kelima (1839-1922 M) periode ini ditandai dengan kebangkitan cultural dan
administrates dari negara di bawah pengaruh ide-ide barat, dari masa pemerintahan Sultan A.
Majid I sampai A Majid II.
Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah panjang, terhitung sejak abad
pertama hijriyah hingga suku Turki menjadi penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki
dalam dunia Islam semakin terasa pada masa Pemerintahan al-Mustasim (640-656 H./1242-
1258 M).5[5]
a. Perluasan Wilayah
Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar
keluarga Usman), pada tahun 1300 M. dia memulai memperluas wilayahnya.6[6] Hal ini
berlangsung paling tidak sampai dengan masa Pemerintahan Sulaiman I. untuk mendukung
3[3] Ahmad Syalabi, Mausuah al-Tarikh al-Islami, (Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-Mishriyah, tth.) hal.
660.
5[5] Ensiklopedi Islam, Jilid IV, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990), hal. 114.
6[6] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002), cet. XIII, h. 130
hal itu, Orkhan membentuk pasukan tangguh yang dikenal dengan Inkisyariyyah.
Pasukan Inkisyariyah adalah tentara utama Dinasti Usmani yang terdiri dari bangsa Georgia
dan Armenia yang baru masuk Islam.7[7] Ternyata, dengan pasukan tersebut seolah-olah
Dinasti Usmani memiliki mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang
besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim.
Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Usmani dalam perluasan
wilayah Islam. Yaitu:
1) Kemampuan orang-orang Turki dalam strategi perang terkombinasi dengan cita-cita
memperoleh ghanimah (harta rampasan perang).
2) Sifat dan karakter orang Turki yang selalu ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya
hidupnya yang sederhana, sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan.
3) Semangat jihad dan ingin mengembangkan Islam.
4) Letak Istambul yang sangat strategis sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang
kesuksesan perluasan wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua
selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat kebudayaan dunia,
baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani maupun kebudayaan Romawi Timur.
5) Kondisi kerajaan-kerajaan di sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani
mengalahkannya.8[8]
b. Kemajuan Pada Masa Dinasti Usmani
1) Sosial Politik dan Administrasi negara
Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Usmani berlangsung dengan cepat,
hal ini diikuti pula oleh kemajuan dalam bidang politik, terutama dalam hal mempertahankan
eksistensinya sebagai negara besar. Selain itu, tradisi yang berlalu saat itu telah membentuk
stratifikasi yang membedakan secara menyolok antara kelompok penguasa (small group of
rulers) dan rakyat biasa (large mass).
Penguasa yang begitu kuat itu bahkan memiliki keistimewaan, diantara keistimewaan
itu adalah:
a. Pengakuan dari bawahan untuk loyal pada Sultan dan negara.
b. Penerimaan dan pengamalan, serta sistem berfikir dalam bertindak dalam agama yang dianut
merupakan kerangka yang integral
c. Pengetahuan dan amalan tentang sistem adat yang rumit.
7[7] Hamka, Sejarah Umat Islam III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981), hal. 59.
9[9] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), jilid I, h.496-
497.
13[13] Hasan Ibrahim Hasan, Mausuat al-Tarikh al-Islami V, (Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah,
1967), hal. 342
pemberontakan terjadi di Libanon dan Syiria, sehingga kerajaan Turki Usmani mengalami
kemunduruan, bukan saja daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah yang
berpenduduk muslim.
Banyak faktor yang menyebabkan kerajaan Usmani ini mengalami kemunduran, di
antaranya adalah:
a. Wilayah kekuasaan yang sangat luas yang tidak dibarengi dengan Administrasi dan potensi
yang kuat.
b. Kelemahan para penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang
berakibat pemerintahan menjadi kacau.
c. Pemberontakan tentara Jenissari.
d. Heterogenitas penduduk. Wilayah yang luas yang didiami penduduk yang beragam, baik dari
segi agama, suku, ras, etnis dan adat istiadat acap kali melatar belakangi terjadinya
pemberontakan.
e. Merosotnya ekonomi. Akibat perang yang berkepanjangan sehingga perekonomian negara
merosot.
D. PEMBAHARUAN MASA KERAJAAN TURKI USMANI
1. Pada Masa Sultan Mahmud II (1785-1839 M)
Lahir pada tahun 1785 M, dan mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan, sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia
diangkat menjadi Sultan di tahun 1807 M dan meninggal di tahun 1839 M. Setelah
kekuasaannya sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Usmani bertambah kuat, Sultan Mahmud
II melihat bahwa telah tiba masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah
lama ada dalam pemikirannya.14[14]
Perubahan penting yang diadakan oleh Sultan Mahmud II dan yang kemudian
mempunyai pengaruh besar pada perkembangan pembaharuan di Kerajaan Usmani ialah
perubahan dalam bidang pendidikan. Di Madrasah hanya diajarkan agama, sedangkan
pengetahuan umum tidak diajarkan. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan Madrasah
tradisional tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman abad ke-19. Oleh karena itu, ia
mengadakan perubahan dalam kurikulum Madrasah dengan menambah pengetahuan umum
di dalamnya, seperti halnya di Dunia Islam lain pada waktu itu memang sulit.
14[14] Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 1991). hal. 90-91.
Madrasah tradisional tetap berjalan, tetapi disampingnya Sultan mendirikan dua
sekolah pengetahuan umum yang bernama Mekteb-i Maarif (Sekolah Pengetahuan Umum)
dan Mekteb-i Ulum-u Edebiye (Sekolah Sastra). Siswa untuk kedua sekolah itu dipilih dari
lulusan Madrasah yang bermutu tinggi. Selain itu, Sultan Mahmud II juga mendirikan
Sekolah Militer, Sekolah Teknik, Sekolah Kedokteran dan Sekolah Pembedahan.15[15]
16[16] Asmuni, Yusran. Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam. (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada. 1998). hal. 19-21.
17[17] Al-Bahy, Muhammad. Pemikiran Islam Modern. (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1986). hal. 97.
tentang demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat
bukan kekuasaan absolut. Diantara tokoh-tokohnya adalah:
a. Zia Pasya.
Lahir pada tahun 1825 M di Istanbul, dan meninggal dunia pada tahun 1880 M. Ia
anak seorang pegawai Kantor Beacukai di Istanbul. Pendidikannya setelah selesai sekolah di
Sulaemaniye yang didirikan Sultan Mahmud II. dalam usia muda dia diangkat menjadi
pegawai pemerintah, kemudian atas usaha Mustafa Rasyid Pasya pada tahun 1854 M, ia
diterima menjadi salah seorang sekretaris Sultan. Disinilah ia dapat mengetahui tentang
sistem dan cara Sultan memerintah dengan otoriter.18[18]
Beberapa pemikirannya akhirnya menjurus kepada usaha pembaharuan. Usaha-usaha
pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani menurut pendapatnya harus dengan sistem
pemerintahan konstitusional, tidak dengan kekuasaan absolut.
b. Namik Kemal.
Beliau termasuk pemikir terkemuka dari Usmani Muda, lahir pada tahun 1840 M di
Tekirdag, dan berasal dari keluarga ningrat. Namik Kemal banyak dipengaruhi oleh
pemikiran Ibrahim Sinasih (1826-1871 M) yang berpendidikan barat dan banyak mempunyai
pandangan modernisme. Namik mempunyai jiwa Islami yang tinggi, walaupun ia dipengaruhi
pemikiran Barat namun masih menjunjung tinggi moral Islam dalam ide-ide
pembaharuannya.
Namik Kemal berpendapat bahwa sistem pemerintahan konstitusional tidaklah
merupakan bidah dalam Islam. Di antara ide-ide lain yang dibawa Namik terdapat cinta
tanah air Turki, tetapi seluruh daerah kerajaan Usmani. Konsep tanah airnya tidak sempit.
Sebagai orang yang dijiwai ajaran Islam, ia melihat perlunya diadakan persatuan seluruh
umat Islam di bawah pimpinan Kerajaan Usmani, sebagai negara Islam yang terbesar dan
terkuat di waktu itu.
c. Midhat Pasya.
Nama lengkapnya Hafidh Ahmad Syafik Midhat Pasya, lahir pada tahun 1822 M di
Istanbul. Pendidikan agamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Dalam usia sepuluh tahun ia
telah hafal Al-Quran, oleh karena itu ia digelari Al-Hafidh. Pendidikannya yang tertinggi
adalah pada Universitas Al-Fatih. Dia termasuk tokoh Usmani Muda yang mempunyai
peranan cukup penting dalam ide pembaharuan.
KESIMPULAN
1. Usman inilah yang ditunjuk oleh Erthogrol untuk meneruskan kepemimpinannya dan
disetujui serta didukung oleh Sultan Saljuk pada saat itu. Nama Usman inilah yang nanti
diambil sebagai nama untuk Kerajaan Turki Usmani. Usman ini pula yang dianggap sebagai
pendiri Dinasti Usmani.
20[20] Hamka. Sejarah Umat Islam. (Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd. 2005). Hal. 603.
2. Kemajuan yang dilakukan dinasti Usmani ialah melakukan perluasan wilayah. Sedangkan
kemajuan yang telah dicapai adalah dalam bidang sosial politik, administrasi, ilmu
pengetahuan, kebudayaan, ekonomi dan keuangan negara.
3. Faktor yang mempengaruhi kemunduran dinasty Usmani diantaranya karena Kelemahan para
penguasa, baik dalam kepribadian maupun dalam kepemimpinan yang berakibat
pemerintahan menjadi kacau, Pemberontakan tentara Jenissari, Heterogenitas penduduk.
4. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan Mahmud II merupakan landasan
atau dasar bagi pemikiran dan usaha pembaharuan selanjutnya, antara lain : pembaharuan
Tanzimat, pembaharuan di Kerajaan Usmani abad ke-19 dan Turki abad ke-20.
5. Tanzimat yang dimaksudkan adalah suatu usaha pembaharuan yang mengatur dan menyusun
serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan tetapi Tanzimat ini belum berhasil
seperti yang diharapkan oleh tokoh-tokoh penting Tanzimat, yaitu Mustafa Rasyid Pasya,
Mustafa Sami, Mehmed Sadek, Rifat Pasya dan Ali Pasya.
6. Kemudian dilanjutkan dengan pembaharuan Usmani Muda, dimana usaha-usaha
pembaharuannya adalah untuk mengubah pemerintahan dengan sistem konstitusional tidak
dengan kekuasaan absolut setelah dibubarkannya parlemen dan dihancurkannya Usmani
muda dilanjutkan dengan pembaharuan Turki Muda.
DAFTAR PUSTAKA
- Asmuni, Yusran. 1998. Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan Dalam Dunia Islam.
- Hamka. 2005. Sejarah Umat Islam. Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd.
- Nasution, Harun. 1991. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran Dan Gerakan.
- Labay El-Sulthani, Mawardi, 2002, Tidak Usah Takut Syariat Islam, Jakarta: Al-Mawardi
Prima.
Yogyakarta: LESFI.
- Syalabi, Ahmad, tth, Mausuah al-Tarikh al-Islami, Kairo: Maktabah al-Nahdhat al-
Mishriyah.
- Yatim, Badri, 2002, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, cet. XIII.
- Ensiklopedi Islam, 1990, jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
- Lapidus, Ira M., 1999, Sejarah Sosial Umat Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, jilid I.
- Hasan, Ibrahim Hasan, 1976, Tarikh al-Islami, Cairo: Maktabah al-Nahdhah al-Misriyah,
jilid IV.