Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan salah satu penyakit yang dewasa ini menjadi kekhawatiran

banyak orang. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal

maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke

hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian

otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau

kematian. (Irwana Usrin, 2012). Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya,

stroke dibedakan menjadi dua yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik adalah

tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran

darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. (Kabi GY,

2015).

Duapertiga dari kejadian stroke adalah jenis iskemik dan sepertiganya adalah

stroke hemoragik. (Dinata CA, 2013). Data epidemiologi dari WHO (2004) seperti

yang dikutip pada laporan The Global Burden Disease, untuk semua kelompok umur

di dunia, stroke iskemik dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama.

Setiap tahunnya ada sekitar 5,8 juta orang yang meninggal karena stroke dan

duapertiga dari semua kematian akibat stroke terjadi di negara-negara berkembang.

Di negara barat dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis
stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. (Kabi GY et al.,

2015).

Dalam penelitian American Heart Association disebutkan adanya penurunan

angka mortalitas stroke, namun insidensi stroke pada populasi usia 45-59 tahun

cenderung tetap dalam dekade terakhir, sementara prevalensi stroke pada tahun 2030

diperkirakan mengalami peningkatan 20.5%. (Solehin et al., 2016). Di negara-negara

ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang

menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre

(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang

kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan

Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis

yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh

perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka kejadian

masing-masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata CA , 2013).

Jumlah total penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun

dan sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau

berat. (Riyadina & Rahajeng, 2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

Nasional tahun 2007, prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis

tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali,

jumlah pasien infark cerebral yang menjalani rawat inap di Bali pada tahun 2010

sebanyak 968 orang dan hasil laporan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, jumlah

pasien stroke non hemoragik yang menjalani rawat inap rata-rata tiap bulannya

sebanyak 37 orang pada tahun 2012 (Suarjaya K, 2015).


Menurut data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia

(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah

penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia

(Yastroki, 2012). Hasil penelitian Tim Survey ASEAN Neurological Association

(ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia didapatkan kasus stroke paling banyak

pada rentang umur 45-65 tahun, diantaranya 54,2% mengalami stroke iskemik dan

59,3% mengalami stroke hemoragik. Umur rata- rata pasien stroke iskemik yaitu 59.0

tahun dan umur rata-rata pasien stroke hemoragik yaitu 58.0 tahun (Azmi E, 2012).

Jumlah penderita stroke iskemik di seluruh dunia yang berusia dibawah 45

tahun terus meningkat (Solehin et al., 2016). Hadirnya stroke pada usia muda

berhubungan dengan gaya hidup kaum muda pada akhir-akhir ini, seperti banyak

mengkonsumsi makanan yang enak berlemak serta cenderung malas bergerak

(Solehin et al., 2016). Prevalensi penyakit stroke iskemik pada kelompok usia 18-24

tahun sebesar 1,7 per 1000 penduduk, pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 2,5

per 1000 penduduk, pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 4,7 per 1000 penduduk,

pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 11,3 per 1000 penduduk dan pada usia 55-64

tahun sebesar 20,2 per 1000 penduduk (RISKESDAS 2007).

Risiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor

risiko. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada penyakit stroke diantaranya adalah

riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, penyakit karotis

asimptomatis, transient ischemic attack, hiperkolesterolemia, penggunaan kontrasepsi

oral, obesitas, merokok, alkoholik, penggunaan narkotik, hiperhomosisteinemia,


antibodi antifosfolipid, hiperurisemia, peninggian hematokrit, dan peningkatan kadar

fibrinogen, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, jenis

kelamin, herediter, dan ras atau etnis. Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya

stroke iskemik, antara lain: usia lanjut, hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung,

Diabetes Melitus, merokok dan kelainan pembuluh darah otak (Khairunnisa N &

Fitriyani, 2014).

Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke, baik

tekanan darah sistolik maupun diastolik (Burhanuddin M, et al., 2013). Dalam hasil

penelitian Harkitasari S, Tini K, et al. (2013) tentang faktor-faktor risiko stroke

iskemik pada usia dewasa muda di RSUP Sanglah, angka kejadian stroke iskemik

lebih besar daripada stroke hemoragik. Disebutkan juga bahwa stroke iskemik yang

diakibatkan oleh hipertensi terbanyak pada kelompok usia 15-25 tahun dan 36-45

tahun sedangkan yang diakibatkan oleh dislipidemia terbanyak pada kelompok usia

36-45 tahun.

Meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi setiap tahun menjadi masalah

utama di Negara berkembang dan Negara maju. Berdasarkan data Lancet (2008)

prevalensi penyakit hipertensi di seluruh dunia mencapai satu miliar kasus, dengan

korban meninggal sebanyak 7,1 juta orang di seluruh dunia yaitu sekitar 13% dari

total kematian (Muhammadun, 2010). Bahkan diperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 1.6 miliar kasus menjelang tahun 2025 (Adib,

2009).

Salah satu faktor risiko terjadinya stroke iskemik lainnya adalah dislipidemia.

Dislipidemia mengacu pada kondisi dimana terjadi abnormalitas profil lipid dalam
plasma. Sekitar 50% orang dewasa di Amerika, didapatkan kadar kolesterol >200

mg/dL dan sekitar 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol

>240 mg/dL. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-

rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL. Tahun

1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada wanita dan 204,8 mg/dL pada pria

(Wibisono DH, 2012).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai GAMBARAN STROKE ISKEMIK AKIBAT HIPERTENSI DAN

DISLIPIDEMIA PADA USIA DEWASA MUDA DI RSUP SANGLAH PERIODE

TAHUN 2015.

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Bagaimana gambaran karakteristik demografi (usia) penderita stroke iskemik usia

muda di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-Desember 2015.

2. Bagaimana gambaran penderita stroke iskemik usia muda berdasarkan faktor-

faktor risiko (hipertensi, dislipidemia) yang dijumpai pada penderita Stroke di

RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-Desember 2015.

1.3. TUJUAN

Untuk mengetahui prevalensi gambaran faktor risiko hipertensi dan

dislipidemia pada pasien stroke iskemik usia dewasa muda di RSUP Sanglah

Denpasar periode Januari-Desember 2015.


1.4. MANFAAT

1. Manfaat Akademis

Dalam rangka mengaplikasikan Ilmu Kesehatan Masyarakat (Statistika) dan

Ilmu Penyakit Saraf yang didapat di Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana.

2. Manfaat Praktis

Untuk menambah data epidemiologi kasus stroke di Provinsi Bali khususnya

di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Karya tulis ini dapat digunakan sebagai titik tolak ataupun sebagai bahan

perbandingan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. STROKE ISKEMIK

2.1.1. DEFINISI

Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global

akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke hemoragik)

ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang

terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. (Irwana

Usrin, 2012). Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya dibagi menjadi dua

yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau

kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga

mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak (Kabi GY, 2015).

2.1.2. KLASIFIKASI DAN PENYEBAB

Berdasarkan patofisiologinya stroke terdiri dari stroke non hemoragik (jenis

oklusi/iskemik) dan stroke hemoragik (jenis perdarahan). Stroke non hemoragik

yaitu stroke yang disebabkan peredaran darah ke otak berkurang disebabkan oleh

adanya thrombus dan emboli, sedangkan stroke hemoragik yaitu stroke yang

disebabkan oleh pecahnya atau rupture nya pembuluh darah. Stroke hemoragik

sendiri terbagi atas perdarahan intraserebral dan subaraknoid. Stroke non-hemoragik

(iskemik) yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak, yang kemudian
menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa diotak. Stroke non hemoragik

adalah tipe stroke yang paling sering terjadi, hampir 80% dari semua stroke.

Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada arteri yang mengalir ke otak.

Sehingga diperlukan penanganan segera untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.

Stroke iskemik dibagi menjadi dua yaitu :

1. Trombus pada serebri, yang terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang

berbentuk di dalam arteri dan menghambat aliran darah ke otak.

2. Emboli serebri terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari plaque

yang terbentuk dalam pembuluh darah otak, pecahan ini akhirnya menyumbat arteri

didalam otak (Kabi GY, 2015).

2.2. EPIDEMIOLOGI STROKE ISKEMIK

Dalam penelitian American Heart Association disebutkan adanya penurunan

angka mortalitas stroke, namun insidensi stroke pada populasi usia 45-59 tahun

cenderung tetap dalam dekade terakhir, sementara prevalensi stroke pada tahun 2030

diperkirakan mengalami peningkatan 20.5%. (Solehin et al., 2016). Di negara-negara

ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang

menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre

(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang

kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan

Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis

yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh

perdarahan intraserebral, emboli dan perdarahan subaraknoid dengan angka kejadian


masing-masingnya sebesar 38,5%, 7,2%, dan 1,4% (Dinata CA , 2013). Jumlah total

penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun dan sekitar 2,5% atau

250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau berat. (Riyadina &

Rahajeng, 2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun

2007, prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan dan gejala). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah

pasien infark cerebral yang menjalani rawat inap di Bali pada tahun 2010 sebanyak

968 orang dan hasil laporan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, jumlah pasien stroke

non hemoragik yang menjalani rawat inap rata-rata tiap bulannya sebanyak 37 orang

pada tahun 2012 (Suarjaya K, 2015).

Menurut data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia

(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah

penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia

(Yastroki, 2012). Hasil penelitian Tim Survey ASEAN Neurological Association

(ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia didapatkan kasus stroke paling banyak

pada rentang umur 45-65 tahun, diantaranya 54,2% mengalami stroke iskemik dan

59,3% mengalami stroke hemoragik. Umur rata- rata pasien stroke iskemik yaitu 59.0

tahun dan umur rata-rata pasien stroke hemoragik yaitu 58.0 tahun (Azmi E, 2012).

Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100 populasi di Indonesia dengan

populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di

Indonesia. Data nasional yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik

Indonesia menyatakan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab


kematian untuk semua umur, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak

(15,4%). Prevalensi penyakit stroke pada kelompok usia 18-24 tahun sebesar 1,7 per

1000 penduduk, pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 2,5 per 1000 penduduk,

pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 4,7 per 1000 penduduk, pada kelompok usia

45-54 tahun sebesar 11,3 per 1000 penduduk dan pada usia 55-64 tahun sebesar 20,2

per 1000 penduduk. Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala

sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di

Sulawesi Utara (10,8), diikuti DI Yogyakarta (10,3), Bangka Belitung dan DKI

Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes

dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9), DI Yogyakarta (16,9),

Sulawesi Tengah (16,6), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (RISKESDAS

2007).

2.3. FAKTOR-FAKTOR RISIKO STROKE ISKEMIK

Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko yang

tidak dapat diubah atau tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah

atau dapat dimodifikasi (Dinata CA , 2013). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

pada penyakit stroke diantaranya adalah riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,

diabetes melitus, penyakit karotis asimptomatis, transient ischemic attack,

hiperkolesterolemia, penggunaan kontrasepsi oral, obesitas, merokok, alkoholik,

penggunaan narkotik, hiperhomosisteinemia, antibodi antifosfolipid, hiperurisemia,

peninggian hematokrit, dan peningkatan kadar fibrinogen, sedangkan faktor risiko


yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, jenis kelamin, herediter, dan ras atau etnis.

Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya stroke iskemik, antara lain: usia lanjut,

hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung, Diabetes Melitus, merokok dan kelainan

pembuluh darah otak (Khairunnisa N & Fitriyani, 2014).

Bahkan hipertensi merupakan penyebab terbesar dari kejadian stroke iskemik

usia dewasa muda, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik (Burhanuddin M, et

al., 2013).

2.4. FAKTOR RISIKO STROKE ISKEMIK PADA USIA DEWASA MUDA

Faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah

faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras,

gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi,

merokok, penyakit jantung, diabetes mellitus, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi,

alkohol, hiperkolesterolemia (Kabi GY, 2015).

Menurut penelitian Harkitasari S, Tini K, et al. (2013) tentang faktor-faktor

risiko stroke iskemik pada usia dewasa muda di RSUP Sanglah, disebutkan bahwa

stroke iskemik yang diakibatkan oleh hipertensi terbanyak pada kelompok usia 15-25

tahun dan 36-45 tahun sedangkan yang diakibatkan oleh dislipidemia terbanyak pada

kelompok usia 36-45 tahun.

2.5. HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO STROKE ISKEMIK PADA

USIA DEWASA MUDA


Hipertensi merupakan faktor risiko yang potensial pada kejadian stroke karena

hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah otak atau menyebabkan

penyempitan pembuluh darah otak. Pecahnya pembuluh darah otak akan

mengakibatkan perdarahan otak, sedangkan jika terjadi penyempitan pembuluh darah

otak akan mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan

kematian sel-sel otak (Dinata CA, 2013).

Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia

diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,

namun hamper sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi

merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu

dan hampir sama dengangejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit

kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah,

penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan (Infodatin, 2014).

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan endotel pembuluh

darah dan meningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah terhadap lipoprotein,

sehingga dapat mempercepat terjadinya proses aterosklerosis. Lesi ateroma dapat

menjadi sangat rapuh, sehingga jika tekanan darah seseorang tinggi, maka lesi

ateroma dapat lepas dan menjadi aterotrombus yang akan menyumbat pembuluh

darah distal dari lokasi pembuluh yang mengalami aterosklerosis (Japardi, 2002).

Meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi setiap tahun menjadi masalah

utama di Negara berkembang dan Negara maju. Berdasarkan data Lancet (2008)

prevalensi penyakit hipertensi di seluruh dunia mencapai satu miliar kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 7,1 juta orang di seluruh dunia yaitu sekitar 13% dari

total kematian (Muhammadun, 2010). Bahkan diperkirakan jumlah penderita

hipertensi akan meningkat menjadi 1.6 miliar kasus menjelang tahun 2025 (Adib,

2009).

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.

Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan

terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013

terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa

terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat

yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi (Infodatin, 2014).

2.6. DISLIPIDEMIA SEBAGAI FAKTOR RISIKO STROKE ISKEMIK

PADA USIA DEWASA MUDA

Hadirnya stroke pada usia muda berhubungan dengan gaya hidup kaum muda

pada akhir-akhir ini, seperti banyak mengkonsumsi makanan yang enak berlemak

serta cenderung malas bergerak. Hal ini dapat menyebabkan lemak dalam tubuh

menumpuk. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas

240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit

jantung dan stroke (Solehin et al., 2016).

Dislipidemia dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya stroke iskemik karena

peranan komponen lipid terutama low-density lipoprotein (LDL) dalam proses


aterosklerosis. LDL beserta dengan radikal bebas, mikroorganisme infeksius, shear

stress akibat hipertensi, dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan inflamasi

akan mengakibatkan disfungsi endotel sehingga NO yang dihasilkan endotel

berkurang, lalu timbul efek proinflamasi, prokoagulan, dan protrombotik yang akan

mengubah struktur dinding pembuluh darah. Perubahan anatomi ini bila berlangsung

terus akan membentuk plak yang berisiko untuk terlepas sebagai embolus sehingga

menyebabkan stroke iskemik (Sukmawati L, 2015).

Sekitar 50% orang dewasa di Amerika, didapatkan kadar kolesterol >200

mg/dL dan sekitar 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol

>240 mg/dL. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-

rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL. Tahun

1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada wanita dan 204,8 mg/dL pada pria

(Wibisono DH, 2012).


BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP

DAN HIPOTESIS

3. 1. KERANGKA BERPIKIR

Penipisan dinding pembuluh darah


HIPERTENSI

Bagian dalam pembuluh darah rusak

Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah terhadap l

DISLIPIDEMIA Terbentuknya plak aterosklerosis

USIA Lepas menjadi embolus

JENIS KELAMIN
Stroke Iskemik
3.2. KERANGKA KONSEP

Variabel Independen dalam penelitian ini adalah hipertensi, dislipidemia, dan

jenis kelamin.

Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah stroke iskemik usia dewasa

muda.

Variabel Perantara dalam penelitian ini adalah aterosklerosis dan embolus.

Confounding faktor dalam penelitian ini adalah merokok, penyakit jantung,

diabetes mellitus, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol,

hiperkolesterolemia.

INDEPENDEN
DEPENDEN
Hipertensi
Dislipidemi Stroke Iskemik
a Usia Dewasa
Jenis PERANTARA Muda
Kelamin
Aterosklerosis
Embolus

CONFOUNDING

Merokok
Penyakit jantung
Diabetes Mellitus
Obesitas
Penggunaan oral
kontrasepsi
Alkohol
3.3. HIPOTESIS

Angka kejadian penderita stroke usia dewasa muda berdasarkan tipe

stroke di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-Desember 2015

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

Jumlah penderita stroke iskemik pada usia dewasa muda di RSUP

Sanglah Denpasar periode Januari-Desember 2015 tidak sedikit.

Penderita stroke iskemik akibat hipertensi dan dislipidemia pada usia

dewasa muda di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari-Desember

2015 mengalami peningkatan dari sebelumnya.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. JENIS RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan data retrospektif

menggunakan rancangan cross sectional dari data rekam medik.

4.2. LOKASI & WAKTU PENELITIAN

Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dari Maret 2017 November

2017.

4.3. POPULASI DAN SAMPEL

4.3.1. Populasi Target

Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik

usia dewasa muda.

4.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan kasus

stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode

Januari-Desember 2015.

4.3.3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau yang memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu

sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Data pasien stroke iskemik yang berusia muda di RSUP Sanglah pada

tahun 2015.

b. Kriteria Eksklusi

Data pasien stroke iskemik yang tidak lengkap meliputi nama, jenis

kelamin, usia, faktor risiko.

4.3.4. Cara Perhitungan Besar Sampel

Perhitungan besar sampel yang digunakan adalah rumus untuk menghitung

estimasi proporsi suatu populasi, (Sastroasmoro & Ismael 2014) yaitu :

2
Z P (1 P)
n= 2
d

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z = tingkat kemaknaan [ditetapkan yaitu 1,96]

P = proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari [dari pustaka]

Proporsi diambil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dinata CA et al.

tahun 2013, yaitu P = 61,46% = 0,6146

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki [ditetapkan yaitu 0,1]


Dengan demikian, jumlah perkiraan besar sampel minimal yang akan diteliti

adalah:

Z2 P (1 P)
n= 2
d

( 1,96)2 0, 61 46 (1 - 0, 61 46 )
n=
(0,1)2

(3,8416 ) (0,6 1 4 6 ) (0,385 )


n=
( 0,01 )

n = 90.9 (dibulatkan ke atas menjadi 91 )

Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 91 orang.

4.3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian yang telah ditetapkan dipilih dengan menggunakan metode

tidak berdasarkan peluang (non-probability sampling) yaitu consecutive sampling.

Melalui metode ini, peneliti akan memilih sampel yang berdasarkan kriteria inklusi

sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi.

4.4. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian yang diambil berdasarkan karakteristik demografi (usia),

jenis kelamin, faktor risiko stroke (hipertensi, dislipidemia).

4.5. BAHAN PENELITIAN


Bahan penelitian menggunakan data rekam medik penderita stroke yang

menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar periode

Januari-Desember 2015.

4.6. PROSEDUR PENGAMBILAN ATAU PENGUMPULAN DATA

Adapun langkah-langkah penelitian ini meliputi:

1. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui data awal,

2. Membuat proposal penelitian

3. Melakukan pengumpulan data dengan melihat catatan rekam medis pasien

4. Melakukan pengolahan dan analisa data

4.7. CARA PENGOLAHAN DAN ANALITIK DATA

Pengambilan data rekam medis seluruh pasien stroke iskemik sepanjang tahun

2015. Data diinput ke dalam SPSS yang kemudian diverifikasi. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan prevalensi dan distribusi frekuensi. Data lalu

disajikan secara deskriptif dalam bentuk narasi, teks, dan grafik.


DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke.Yogyakarta : Dianloka Pustaka Populer.

Anwar T.B., 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung


Koroner.Universitas Sumatera Utara pp. 1-10.

Azmi E, et al. 2012. Gambaran Kadar Kolesterol HDL Dan Tekanan Darah Pasien
Stroke Yang Dirawat Di Bagian Saraf RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Bagian
Patologi Klinik FK Universitas Riau. Laporan Hasil Penelitian.

Balitbang. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional


2007.

Birawa AB, Amalia L. 2015. Stroke Pada Usia Muda. CDK-223, Vol. 42, No. 10,
hh. 736-739.

Burhanuddin M, et al. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-
40 tahun) di Kota Makassar Tahun 2010-2012. Universitas Hassanudin. Laporan
Hasil Penelitian.

Dinata CA, Safrita YS, dan Sastri S. 2013. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan
Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2, hh.57-61.

Harkitasari S, Tini K, et al. 2013. Faktor-Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik Pada
Usia Dewasa Muda Di RSUP Sanglah. Universitas Udayana. Tesis.
Japardi I. 2002. Patomekanisme Stroke Infark Aterotrombotik. Universitas Sumatera
Utara.

Kabi GY, Tumewah R, Kembuan MA. 2015. Gambaran Faktor Risiko Pada
Penderita Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado Periode Juli 2012 Juni 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No. 1,
hh. 457-462.

Khairunnisa N, Fitriyani. 2014. Hemiparese Sinistra, Parese Nervus VII, IX, X, XII
e.c Stroke Non Hemorrhagic. Medula Unila, Vol. 2, No. 3, hh. 52-59.
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. 4th ed. Jakarta
Selatan: NN.

Riyadina, W & Rahajeng, E. 2013. Determinan Penyakit Stroke. Jurnal Kesehatan


Masyarakat Nasional, Vol. 7, No. 7, hh. 324-330.

Solehin MM, Hamzah, Nurhikmah. 2016. Analysis Of Risk Factors Of Stroke


Incidence in RSUD Balangan and Puskesmas Kabupaten Balangan Year 2016.
Caring, Vol. 2, No. 2, hh. 73-87.

Suarjaya K. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014. Dinas Kesehatan
Provinsi Bali. Diakses 2 Oktober 2016.

Sukmawati L. 2015. Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Tesis.
Usrin I, Mutiara E, Yusad Y. 2012. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke
Iskemik dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi Di Rumah Sakit Stroke Nasional
(RSSN) Bukittinggi Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.

Wibisono DH. 2012. Hubungan Antara Stroke Iskemik Akibat Dislipidemia Dan
Lokasi Infark Di RSUD DR. MOEWARDI Di Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Naskah Publikasi.

WHO. 2008. The Global Burden of Disease 2004 Update. WHO Press, World Health
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland.

Yayasan Stroke Indonesia. 2012. Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam.


http://www.yastroki.or.id/ read.php? id=317. Diakses 1 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai