PENDAHULUAN
Stroke merupakan salah satu penyakit yang dewasa ini menjadi kekhawatiran
banyak orang. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau
stroke dibedakan menjadi dua yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik adalah
tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran
darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di otak. (Kabi GY,
2015).
Duapertiga dari kejadian stroke adalah jenis iskemik dan sepertiganya adalah
stroke hemoragik. (Dinata CA, 2013). Data epidemiologi dari WHO (2004) seperti
yang dikutip pada laporan The Global Burden Disease, untuk semua kelompok umur
di dunia, stroke iskemik dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama.
Setiap tahunnya ada sekitar 5,8 juta orang yang meninggal karena stroke dan
Di negara barat dari seluruh penderita stroke yang terdata, 80% merupakan jenis
stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis stroke hemoragik. (Kabi GY et al.,
2015).
angka mortalitas stroke, namun insidensi stroke pada populasi usia 45-59 tahun
cenderung tetap dalam dekade terakhir, sementara prevalensi stroke pada tahun 2030
menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre
(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang
kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan
Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis
yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh
dan sekitar 2,5% atau 250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau
berat. (Riyadina & Rahajeng, 2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Nasional tahun 2007, prevalensi nasional stroke adalah 0,8% (berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan dan gejala). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
jumlah pasien infark cerebral yang menjalani rawat inap di Bali pada tahun 2010
sebanyak 968 orang dan hasil laporan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, jumlah
pasien stroke non hemoragik yang menjalani rawat inap rata-rata tiap bulannya
(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
(ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia didapatkan kasus stroke paling banyak
pada rentang umur 45-65 tahun, diantaranya 54,2% mengalami stroke iskemik dan
59,3% mengalami stroke hemoragik. Umur rata- rata pasien stroke iskemik yaitu 59.0
tahun dan umur rata-rata pasien stroke hemoragik yaitu 58.0 tahun (Azmi E, 2012).
tahun terus meningkat (Solehin et al., 2016). Hadirnya stroke pada usia muda
berhubungan dengan gaya hidup kaum muda pada akhir-akhir ini, seperti banyak
(Solehin et al., 2016). Prevalensi penyakit stroke iskemik pada kelompok usia 18-24
tahun sebesar 1,7 per 1000 penduduk, pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 2,5
per 1000 penduduk, pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 4,7 per 1000 penduduk,
pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 11,3 per 1000 penduduk dan pada usia 55-64
Risiko terjadinya stroke meningkat seiring dengan berat dan banyaknya faktor
risiko. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi pada penyakit stroke diantaranya adalah
fibrinogen, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, jenis
kelamin, herediter, dan ras atau etnis. Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya
stroke iskemik, antara lain: usia lanjut, hipertensi, dislipidemia, penyakit jantung,
Diabetes Melitus, merokok dan kelainan pembuluh darah otak (Khairunnisa N &
Fitriyani, 2014).
tekanan darah sistolik maupun diastolik (Burhanuddin M, et al., 2013). Dalam hasil
iskemik pada usia dewasa muda di RSUP Sanglah, angka kejadian stroke iskemik
lebih besar daripada stroke hemoragik. Disebutkan juga bahwa stroke iskemik yang
diakibatkan oleh hipertensi terbanyak pada kelompok usia 15-25 tahun dan 36-45
tahun sedangkan yang diakibatkan oleh dislipidemia terbanyak pada kelompok usia
36-45 tahun.
utama di Negara berkembang dan Negara maju. Berdasarkan data Lancet (2008)
prevalensi penyakit hipertensi di seluruh dunia mencapai satu miliar kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 7,1 juta orang di seluruh dunia yaitu sekitar 13% dari
hipertensi akan meningkat menjadi 1.6 miliar kasus menjelang tahun 2025 (Adib,
2009).
Salah satu faktor risiko terjadinya stroke iskemik lainnya adalah dislipidemia.
Dislipidemia mengacu pada kondisi dimana terjadi abnormalitas profil lipid dalam
plasma. Sekitar 50% orang dewasa di Amerika, didapatkan kadar kolesterol >200
mg/dL dan sekitar 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol
>240 mg/dL. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-
rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL. Tahun
1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada wanita dan 204,8 mg/dL pada pria
TAHUN 2015.
1.3. TUJUAN
dislipidemia pada pasien stroke iskemik usia dewasa muda di RSUP Sanglah
1. Manfaat Akademis
Udayana.
2. Manfaat Praktis
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai titik tolak ataupun sebagai bahan
KAJIAN PUSTAKA
2.1.1. DEFINISI
Stroke merupakan penyakit gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. (Irwana
Usrin, 2012). Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya dibagi menjadi dua
yaitu iskemik dan hemoragik. Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau
kerusakan jaringan otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga
yaitu stroke yang disebabkan peredaran darah ke otak berkurang disebabkan oleh
adanya thrombus dan emboli, sedangkan stroke hemoragik yaitu stroke yang
disebabkan oleh pecahnya atau rupture nya pembuluh darah. Stroke hemoragik
(iskemik) yang disebabkan oleh oklusi pembuluh darah otak, yang kemudian
menyebabkan terhentinya pasokan oksigen dan glukosa diotak. Stroke non hemoragik
adalah tipe stroke yang paling sering terjadi, hampir 80% dari semua stroke.
Disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada arteri yang mengalir ke otak.
1. Trombus pada serebri, yang terjadi bila ada bekuan darah (thrombus) yang
2. Emboli serebri terjadi bila ada sebuah bekuan darah atau sebagian dari plaque
yang terbentuk dalam pembuluh darah otak, pecahan ini akhirnya menyumbat arteri
angka mortalitas stroke, namun insidensi stroke pada populasi usia 45-59 tahun
cenderung tetap dalam dekade terakhir, sementara prevalensi stroke pada tahun 2030
menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre
(SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang
kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan
Thailand. Dari seluruh penderita stroke di Indonesia, stroke iskemik merupakan jenis
yang paling banyak diderita yaitu sebesar 52,9%, diikuti secara berurutan oleh
penderita stroke di Indonesia diperkirakan 500.000 setiap tahun dan sekitar 2,5% atau
250.000 orang meninggal dunia, sisanya cacat ringan atau berat. (Riyadina &
kesehatan dan gejala). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali, jumlah
pasien infark cerebral yang menjalani rawat inap di Bali pada tahun 2010 sebanyak
968 orang dan hasil laporan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, jumlah pasien stroke
non hemoragik yang menjalani rawat inap rata-rata tiap bulannya sebanyak 37 orang
(Yastroki), masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah
(ASNA) di 28 Rumah Sakit seluruh Indonesia didapatkan kasus stroke paling banyak
pada rentang umur 45-65 tahun, diantaranya 54,2% mengalami stroke iskemik dan
59,3% mengalami stroke hemoragik. Umur rata- rata pasien stroke iskemik yaitu 59.0
tahun dan umur rata-rata pasien stroke hemoragik yaitu 58.0 tahun (Azmi E, 2012).
Jumlah penderita stroke mencapai 8,3 per 100 populasi di Indonesia dengan
populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke di
(15,4%). Prevalensi penyakit stroke pada kelompok usia 18-24 tahun sebesar 1,7 per
1000 penduduk, pada kelompok usia 25-34 tahun sebesar 2,5 per 1000 penduduk,
pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 4,7 per 1000 penduduk, pada kelompok usia
45-54 tahun sebesar 11,3 per 1000 penduduk dan pada usia 55-64 tahun sebesar 20,2
kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala
sebesar 12,1 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di
Sulawesi Utara (10,8), diikuti DI Yogyakarta (10,3), Bangka Belitung dan DKI
Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes
Sulawesi Tengah (16,6), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil (RISKESDAS
2007).
Faktor yang dapat menimbulkan stroke dibedakan menjadi faktor risiko yang
tidak dapat diubah atau tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat diubah
atau dapat dimodifikasi (Dinata CA , 2013). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
pada penyakit stroke diantaranya adalah riwayat stroke, hipertensi, penyakit jantung,
Terdapat beberapa faktor risiko terjadinya stroke iskemik, antara lain: usia lanjut,
usia dewasa muda, baik tekanan darah sistolik maupun diastolik (Burhanuddin M, et
al., 2013).
Faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah
faktor yang tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras,
gender, genetik, dan riwayat Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya.
Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi,
risiko stroke iskemik pada usia dewasa muda di RSUP Sanglah, disebutkan bahwa
stroke iskemik yang diakibatkan oleh hipertensi terbanyak pada kelompok usia 15-25
tahun dan 36-45 tahun sedangkan yang diakibatkan oleh dislipidemia terbanyak pada
otak akan mengganggu aliran darah ke otak yang pada akhirnya menyebabkan
diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa,
merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-masing individu
dan hampir sama dengangejala penyakit lainnya. Gejala-gejalanya itu adalah sakit
menjadi sangat rapuh, sehingga jika tekanan darah seseorang tinggi, maka lesi
ateroma dapat lepas dan menjadi aterotrombus yang akan menyumbat pembuluh
darah distal dari lokasi pembuluh yang mengalami aterosklerosis (Japardi, 2002).
utama di Negara berkembang dan Negara maju. Berdasarkan data Lancet (2008)
prevalensi penyakit hipertensi di seluruh dunia mencapai satu miliar kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 7,1 juta orang di seluruh dunia yaitu sekitar 13% dari
hipertensi akan meningkat menjadi 1.6 miliar kasus menjelang tahun 2025 (Adib,
2009).
penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%.
terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013
terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa
terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat
yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi (Infodatin, 2014).
Hadirnya stroke pada usia muda berhubungan dengan gaya hidup kaum muda
pada akhir-akhir ini, seperti banyak mengkonsumsi makanan yang enak berlemak
serta cenderung malas bergerak. Hal ini dapat menyebabkan lemak dalam tubuh
menumpuk. Kadar kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas
240 mg/dl sudah berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit
Dislipidemia dapat menjadi faktor risiko untuk terjadinya stroke iskemik karena
stress akibat hipertensi, dan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan inflamasi
berkurang, lalu timbul efek proinflamasi, prokoagulan, dan protrombotik yang akan
mengubah struktur dinding pembuluh darah. Perubahan anatomi ini bila berlangsung
terus akan membentuk plak yang berisiko untuk terlepas sebagai embolus sehingga
mg/dL dan sekitar 25% dari orang dewasa umur >20 tahun dengan kadar kolesterol
>240 mg/dL. Penelitian MONICA di Jakarta 1988 menunjukkan bahwa kadar rata-
rata kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dL dan pria 199,8 mg/dL. Tahun
1993 meningkat menjadi 213 mg/dL pada wanita dan 204,8 mg/dL pada pria
DAN HIPOTESIS
3. 1. KERANGKA BERPIKIR
JENIS KELAMIN
Stroke Iskemik
3.2. KERANGKA KONSEP
jenis kelamin.
Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah stroke iskemik usia dewasa
muda.
hiperkolesterolemia.
INDEPENDEN
DEPENDEN
Hipertensi
Dislipidemi Stroke Iskemik
a Usia Dewasa
Jenis PERANTARA Muda
Kelamin
Aterosklerosis
Embolus
CONFOUNDING
Merokok
Penyakit jantung
Diabetes Mellitus
Obesitas
Penggunaan oral
kontrasepsi
Alkohol
3.3. HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar dari Maret 2017 November
2017.
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke iskemik
Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh pasien dengan kasus
Januari-Desember 2015.
4.3.3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah populasi terjangkau yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi yaitu
sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Data pasien stroke iskemik yang berusia muda di RSUP Sanglah pada
tahun 2015.
b. Kriteria Eksklusi
Data pasien stroke iskemik yang tidak lengkap meliputi nama, jenis
2
Z P (1 P)
n= 2
d
Keterangan :
n = jumlah sampel
Proporsi diambil dari penelitian yang telah dilakukan oleh Dinata CA et al.
adalah:
Z2 P (1 P)
n= 2
d
( 1,96)2 0, 61 46 (1 - 0, 61 46 )
n=
(0,1)2
Melalui metode ini, peneliti akan memilih sampel yang berdasarkan kriteria inklusi
Januari-Desember 2015.
Pengambilan data rekam medis seluruh pasien stroke iskemik sepanjang tahun
2015. Data diinput ke dalam SPSS yang kemudian diverifikasi. Analisis data
Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke.Yogyakarta : Dianloka Pustaka Populer.
Azmi E, et al. 2012. Gambaran Kadar Kolesterol HDL Dan Tekanan Darah Pasien
Stroke Yang Dirawat Di Bagian Saraf RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Bagian
Patologi Klinik FK Universitas Riau. Laporan Hasil Penelitian.
Birawa AB, Amalia L. 2015. Stroke Pada Usia Muda. CDK-223, Vol. 42, No. 10,
hh. 736-739.
Burhanuddin M, et al. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Dewasa Awal (18-
40 tahun) di Kota Makassar Tahun 2010-2012. Universitas Hassanudin. Laporan
Hasil Penelitian.
Dinata CA, Safrita YS, dan Sastri S. 2013. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke
pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan
Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2, hh.57-61.
Harkitasari S, Tini K, et al. 2013. Faktor-Faktor Risiko Stroke Non Hemoragik Pada
Usia Dewasa Muda Di RSUP Sanglah. Universitas Udayana. Tesis.
Japardi I. 2002. Patomekanisme Stroke Infark Aterotrombotik. Universitas Sumatera
Utara.
Kabi GY, Tumewah R, Kembuan MA. 2015. Gambaran Faktor Risiko Pada
Penderita Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi RSUP Prof. DR. R. D.
Kandou Manado Periode Juli 2012 Juni 2013. Jurnal e-Clinic (eCl), Vol. 3, No. 1,
hh. 457-462.
Khairunnisa N, Fitriyani. 2014. Hemiparese Sinistra, Parese Nervus VII, IX, X, XII
e.c Stroke Non Hemorrhagic. Medula Unila, Vol. 2, No. 3, hh. 52-59.
Muhammadun. 2010. Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2014. Hipertensi. 4th ed. Jakarta
Selatan: NN.
Suarjaya K. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014. Dinas Kesehatan
Provinsi Bali. Diakses 2 Oktober 2016.
Sukmawati L. 2015. Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke Di Rumah Sakit Umum
Pusat Dr. Kariadi Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Tesis.
Usrin I, Mutiara E, Yusad Y. 2012. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke
Iskemik dan Stroke Hemoragik Di Ruang Neurologi Di Rumah Sakit Stroke Nasional
(RSSN) Bukittinggi Tahun 2011. Universitas Sumatera Utara. Skripsi.
Wibisono DH. 2012. Hubungan Antara Stroke Iskemik Akibat Dislipidemia Dan
Lokasi Infark Di RSUD DR. MOEWARDI Di Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Naskah Publikasi.
WHO. 2008. The Global Burden of Disease 2004 Update. WHO Press, World Health
Organization, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland.