Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO ASMA BRONKIAL

Topik :Asma Bronkial


Tanggal (Kasus) : 17 Juli 2015 Nama Peserta : dr. Gevanski H.Maturbongs
Tanggal Presentasi : 4 September 2015 Nama Pendamping : dr. Rudy Cahyono Sp.KJ
Tempat Presentasi : RUMKITAL dr. Soedibjo Sardadi
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
DiagnostikManajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Anak umur 10 tahun, sesak napas
Tujuan :Membahas diagnosis dan tatalaksana yang tepat mengenai kasus ini
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi Diskusi Email Pos
Nama/Usia : An.E/10 tahun Alamat : Jayapura
Data Pasien : Agama : Islam Masuk IGD : 17 Juli 2015
Status : - No. RM : 000016
Data utama untuk bahan diskusi :Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis
1. Keluhan Utama :
Pasien sesak napas sejak 30 menit sebelum ke RS
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD dengan keluhan utama sesak napas sejak 30
menit sebelum ke RS. Sesak dirasakan secara tiba-tiba setelah pasien menghirup debu. Pasien
hanya bisa mengucapkan penggalan kalimat. Tidak terdapat batuk, pilek, maupun demam. BAK
dan BAB tidak ada keluhan. Pencetus sesak selain debu yaitu batuk dan pilek.

3. Diagnosis / Gambaran Klinis :


Asma Bronkial Episodik Jarang Serangan Sedang
4. Riwayat Pengobatan :Pasien sering berobat karena sesak napas, terakhir berobat sebulan yang
lalu.
5. Riwayat Kesehatan :
Riwayat persalinan spontan pervaginam, berat badan lahir 2900 gram. Tidak terdapat penyakit
kongenital saat lahir.Riwayat asma (+), terakhir kambuh 1 bulan yang lalu. Riwayat penyakit
lainnya disangkal.
6. Riwayat Keluarga :Riwayat alergi seafood (ayah)
7. Riwayat Pekerjaan :-
8. Lain lain :
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah :-
Frekuensi Nadi : 112 x/menit (teratur, kuat dan penuh)
Frekuensi Pernapasan : 34 x/menit
Suhu aksila : 36,70C
Berat Badan : 30 kg
Kepala:
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,reflekscahaya +/+, pupil isokor
3 mm/ 3 mm
Telinga : MAE+/+, sekret -/-
Hidung : Deformitas -, septum nasi di tengah, sekret +/+, napas cuping hidung +/+
Mulut : Mukosa bibir basah, tonsil T2/T2, faring tidak hiperemis
Leher : Trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar
Paru :
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi interkosta +/+
P : Stem fremitus kanan dan kiri sama, pergerakan napas simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Bunyi napas vesikuler, ronki-/-, wheezing +/+
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur-, gallop-

Abdomen
I : Datar
A : Bising usus (+) 3-4x/menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani seluruh kuadran, nyeri ketok (-)
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time< 2 detik, kekuatan motorik 5555/5555

Pemeriksaan Penunjang: -

Daftar Pustaka :
1. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak. Jakarta : UKK
Pulmonologi IDAI.2004.
2. Sundaru Heru, Sukamto. Asma Bronkial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing.2009.
Hasil Pembelajaran :
- Mendiagnosis kasus asma bronkial secara klinis
- Mengenali etiologi, faktor risiko, patogenesis, dan komplikasi asma bronkial
- Mempelajari tatalaksana UGD dari asma bronkial
- Edukasi pasien untuk menghindari faktor pencetus terjadinya asma bronkial

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD dengan keluhan utama sesak napas sejak 30
menit sebelum ke RS. Sesak dirasakan secara tiba-tiba setelah pasien menghirup debu. Pasien
hanya bisa mengucapkan penggalan kalimat. Pasien memiliki riwayat asma bronkial dan terakhir
kambuh 1 bulan yang lalu. Terdapat riwayat alergi di dalam keluarga (ayah).
2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Nadi
112x/menit, frekuensi pernapasan 34x/menit, dan suhu tubuh 36,70C. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan napas cuping hidung +/+, retraksi interkosta +/+, dan pada auskultasi thorax
didapatkan wheezing pada kedua lapang paru.

3. Assessment :
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan bahwa pasien
didiagnosis dengan Asma Bronkial Episodik Jarang Serangan Sedang.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Asma adalah wheezing dan/atau batuk berulang dengan karakteristik timbul secara episodic
dan/atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari, musiman, adanya faktor pencetus, bersifat
reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan, dan adanya riwayat asma atau atopi
lain pada pasien atau keluarganya.

Epidemiologi
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status
atopi, faktor keturunan, dan faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak, prevalensi anak laki-laki
lebih banyak 1,5x dibandingkan dengan anak perempuan. Umumnya prevalensi asma anak lebih
tinggi dibandingkan dengan asma pada orang dewasa. Di Indonesia prevalensi asma berkisar
antara 5-7%.

Patogenesis
Sampai saat ini, patogenesis dan etiologi asma belum diketahui dengan pasti, namun berbagai
penelitian telah menunjukkan bahwa dasar gejala asma adalah inflamasi dan respon saluran
napas yang berlebihan.Terdapat dua jalur untuk mencapai dua keadaan tersebut. Jalur imunologis
yang didominasi oleh IgE dan jalur saraf otonom. Pada jalur IgE, masuknya alergen ke dalam
tubuh akan diolah oleh APC (Antigen Presenting Cell), untuk selanjutnya hasil olahan lergen
akan dikomunikasikan kepada sel Th (T helper). Sel Th ini yang akan memberikan instruksi
melalui interleukin dan sitokin agar sel-sel plasma membentuk IgE, serta sel-sel radang lainnya
seperti mastosit, makrofag, sel epitel, eosinofil, neutrofil, trombosit, serta limfosit untuk
mengeluarkan mediator-mediator inflamasi. Mediator inflamasi akan mempengari=uhi target
organ sehingga menyebabka peningkatan permeabilitas vaskular, edema salurn napas, infiltrasi
sel radang, sekresi mukus, dan fibrosis subepitel sehingga menimbulkan hiperaktivitas saluran
napas.

Patofisiologi
Obstruksi saluran napas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbatan
mucus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi
karena secara fisiologis saluran napas menyempit pada fase tersebut. Hal ini menyebabkan udara
distal tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi. Selanjutnya terjadi eningkatan
volume residu, kapasitas residu fungsional, dan pasien akan bernapas pada volume yang tinggi
mendekati kapasitas paru total. Keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap
terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar. Untuk mempertahankan hiperinflasi ini dibutuhkan
otot-otot bantu napas.
Penyempitan saluran napas dapat terjadi baik pada saluran napas besar, sedang, maupun kecil.
Gejala mengi menandakan adanya obstruksi di saluran napas besar, sedangkan pada saluran
napas yang kecil gejala batuk dan sesak lebih menonjol dibandingkan mengi.

Gambaran Klinis
Gambaran asma klasik adalah serangan episodik batuk, mengi, dan sesak napas. Pada awal
serangan sering gejala tidak jelas seperti rasa berat di dada, dan pada asma alergik mungkin
disertai pilek atau bersin. Pada asma alergik sering berhubungan dengan pemajanan alergen.
Klasifikasi Derajat Asma

Klasifikasi Serangan Asma


Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan eosinofil total
4. Uji kulit
5. Radiologi
6. Analisis gas darah

Diagnosis
Diagnosis asma didasarkan pada riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Faktor pencetus serangan asma yaitu infeksi saluran napas, pemajanan terhadap
alergen, pemajanan iritan, kegiatan jasmani, emosional, obat-obat, lingkungan kerja, polusi,
pengawet makanan, dan sebagainya.
Tata Laksana
Prinsip penatalaksanaan asma terbagi atas 2 yaitu :
1. Penatalaksanaan asma akut (serangan)
Tujuan tata laksana serangan asma yaitu meredakan penyempitan saluran napas secepat
mungkin, mengurangi hipoksemia, mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya,
dan rencana reevaluasi untuk tata laksana jangka panjang agar mencegah kekambuhan. Tata
laksana awal terhadap pasien adalah pemberian -Agonis dengan penambahan garam fisiologis
secara nebulisasi. Nebulisasi dapat diulang dua kali dengan selang 20 menit. Pada pemberian
ketiga nebulisasi ditambahkan dengan obat antikolinergik. Tata laksana awal ini sekaligus dapat
menjadi penentu derajat serangan asma.

2. Penatalaksanaan asma jangka panjang


Obat asma dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu obat pereda dan obat pengendali.
Pada tata laksana jangka panjang maka obat yang sering digunakan yaitu obat pengendali. Obat
ini digunakan untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori kronik. Dengan
demikian pemakaian obat ini terus menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, tergantung
derajat penyakit dan respon terhadap pengobatannya. Obat-obt pengendali diberikan pada Asma
Episodik Sering dan Asma Persisten.

4. Planning
- Oksigen via nasal kanul 2-3 lpm
- Inhalasi Albuterol+Ipratropium Bromida (Combivent)
- Salbutamol 3x2 mg tablet
- Dexamethasone 3x0,5 mg tablet
Edukasi
Menjelaskan kepada orang tua pasien untuk menghindari faktor pencetus yang bisa
mengakibatkan terjadinya serangan akut asma.

Jayapura, 4 September 2015

Peserta Pendamping

dr.Gevanski H.Maturbongs dr. Rudy Cahyono, Sp.KJ

Anda mungkin juga menyukai