Anda di halaman 1dari 11

PORTOFOLIO HERNIA INGUINALIS LATERAL DEXTRA

Topik : Hernia Inguinalis Lateral Dextra


Tanggal (Kasus) : 3 Juli 2015 Nama Peserta : dr. Gevanski H.Maturbongs
Tanggal Presentasi : 4 September 2015 Nama Pendamping : dr. Rudy Cahyono Sp.KJ
Tempat Presentasi : RUMKITAL dr. Soedibjo Sardadi
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
DiagnostikManajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Laki-laki usia 22 tahun dengan benjolan pada skrotum kanan
Tujuan :Membahas diagnosis dan tatalaksana yang tepat mengenai kasus ini
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi Diskusi Email Pos
Nama/Usia : Tn.R/ 22 tahun Alamat : Argapura
Data Pasien : Agama : Kristen Masuk IGD : 3 Juli 2015
Status : Belum Menikah
Data utama untuk bahan diskusi :Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
1. Keluhan Utama :
Terdapat benjolan pada skrotum kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluh muncul benjolan pada skrotum kanan sejak kurang lebih 1 minggu yang
lalu. Awalnya benjolan kecil, namun lama kelamaan semakin besar terutama jika pasien
berdiri lama atau mengedan. Jika pasien berbaring benjolan dapat masuk lagi. Benjolan tidak
pernah terasa nyeri atau merah. Tidak terdapat mual, muntah, maupun demam. Nafsu makan
pasien baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien sering mengedan saat BAB karena
konsistensi yang keras. Pasien biasanya BAB 3 hari sekali. BAK tidak ada keluhan.
3. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Hernia Inguinalis Lateral Dextra
4. Riwayat Pengobatan : Pasien belum pernah berobat sebelumnya
5. Riwayat Kesehatan :
Riwayat penyakit asma (-), penyakit jantung (-), penyakit kanker (-), penyakit ginjal (-),
kencing manis(-), darah tinggi (-), penyakit autoimun (-), penyakit vaskuler (-), alergi (-)
6. Riwayat Keluarga : Tidak terdapat keluarga yang mengalami gejala yang sama
7. Riwayat Pekerjaan : Buruh bangunan
8. Lain lain :
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 80 x/menit (teratur, kuat dan penuh)
Frekuensi Pernapasan : 20 x/menit
Suhu aksila : 36,40C
Berat Badan : 60 kg
Kepala:
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,refleks cahaya +/+, pupil isokor
3 mm/ 3 mm
Telinga : MAE+/+, sekret -/-
Hidung : Deformitas -, septum nasi di tengah, sekret -/-
Mulut : Mukosa bibir basah, tonsil T2/T2, faring tidak hiperemis
Leher : Trakea di tengah, KGB tidak teraba membesar
Paru :
I : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
P : Stem fremitus kanan dan kiri sama, pergerakan napas simetris
P : Sonor pada kedua lapang paru
A : Bunyi napas vesikuler, ronki-/-, wheezing -/-
Jantung
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
P : Batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur-, gallop-

Abdomen
I : Datar
A : Bising usus (+) 3-4x/menit
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : Timpani seluruh kuadran, nyeri ketok (-)
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time< 2 detik, kekuatan motorik
5555/5555
Status Lokalis :
Regio Inguinalis Dextra :
Inspeksi : terdapat benjolan di skrotum kanan, diameter kurang lebih 6x4 cm,
permukaan rata, warna sesuai dengan warna kulit.
Palpasi : tidak teraba hangat, kenyal, dapat dimasukkan kembali, tidak nyeri, testis
teraba, transluminasi (-)
Auskultasi : bising usus (+)

Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan Darah Lengkap

Daftar Pustaka :
1. Townsend C M, Beauchamp R D,Evers B M, Mattox K L. Sabiston Textbook Of
Surgery, 18Th Edition, Elsevier, India, 2008; pg 1333-47.
2. F. Charles Brunicardi, et al. Schwartzs Principles of Surgery. Edisi ke-9. USA :
Mc-Graw Hill Companies. 2010.

Hasil Pembelajaran :
- Mendiagnosis kasus hernia inguinalis lateral secara klinis
- Mempelajari tatalaksana hernia inguinalis lateral
- Mempelajari komplikasi yang dapat timbul pada hernia inguinalis lateral
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio :
1. Subjektif :
Pasien mengeluh muncul benjolan pada skrotum kanan sejak kurang lebih 1 minggu yang
lalu. Awalnya benjolan kecil, namun lama kelamaan semakin besar terutama jika pasien
berdiri lama atau mengedan. Jika pasien berbaring benjolan dapat masuk lagi. Benjolan tidak
pernah terasa nyeri atau merah. Tidak terdapat mual, muntah, maupun demam. Nafsu makan
pasien baik, berat badan tidak pernah menurun. Pasien sering mengedan saat BAB karena
konsistensi yang keras. Pasien biasanya BAB 3 hari sekali. BAK tidak ada keluhan. Pasien
memiliki riwayat sering mengangkat barang berat dalam pekerjaannya.
2. Objektif :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu
tubuh 36,40C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Regio Inguinalis Dextra :
Inspeksi : terdapat benjolan di skrotum kanan, diameter kurang lebih 6x4 cm, permukaan
rata, warna sesuai dengan warna kulit.
Palpasi : tidak teraba hangat, kenyal, dapat dimasukkan kembali, tidak nyeri, testis teraba,
transluminasi (-)
Auskultasi : bising usus (+)
3. Assessment :
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik maka dapat disimpulkan bahwa pasien
didiagnosis dengan Hernia Inguinalis Lateral Dextra.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Hernia didefinisikan sebagai protrusi abnormal dari organ atau jaringan melalui defek suatu
dinding. Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu lateral dan medial.

Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia dinding abdomen terjadi di inguinal. Dua per tiga
dari hernia inguinal adalah lateral dan sisanya adalah medial. Insidens hernia inguinal pada
pria 25 kali lebih sering dibandingkan dengan wanita. Pada pria perbandingan angka kejadian
hernia inguinal lateral dan medial adalah 2:1. Hernia inguinal lateral sangat jarang terjadi
pada wanita.
Hernia inguinal lebih sering terjadi di sebelah kanan. Hal ini dihubungkan dengan
keterlambatan atrofi dari processus vaginalis yang mengikuti penurunan yang lebih lambat
dari testis sebelah kanan ke dalam scrotum selama perkembangan fetus.
Prevalensi hernia meningkat sesuai usia, terutama hernia inguinal, umbilikal dan femoral.
Kemungkinan terjadinya strangulasi dan kebutuhan perawatan rumah sakit juga meningkat
sesuai dengan usia.

Etiologi
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini ada
tiga penyebab, yaitu:
1. Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang.
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
Kehamilan
Ascites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.
Selama perkembangan normal, testis turun dari rongga intraabdominal ke dalam skrotum
pada trimester 3. Proses desensus ini melalui gubernaculum dan divertikulum peritoneum,
yang protrusi melalui canal inguinalis dan akhirnya menjadi prosesus vaginalis. Antara
minggu ke 36 dan 40, prosesus vaginalis akan menutup dan eliminasi membukanya
peritoneal pada cincin inguinal internal. Secara normal, prosesus ini mengalami obliterasi
pada bulan pertama kehidupan. Kegagalan proses tersebut menyebabkan terjadinya patent
processus vaginalis (PPV). PPV yang menyebabkan insidens tertinggi hernia inguinalis
indirek pada bayi prematur.
Klasifikasi Hernia Inguinalis
Tabel 1. Perbedaan HIL dan HIM.
Hubungan
Dibungkus oleh
dengan vasa
Tipe Deskripsi fascia spermatica Onset
epigastrica
interna
inferior
Hernia Penojolan melewati Lateral Ya Congenital
ingunalis cincin inguinal dan Dan bisa pada
lateralis biasanya waktu dewasa.
merupakan
kegagalan
penutupan cincin
ingunalis interna
pada waktu embrio
setelah penurunan
testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
ingunalis langsung
medialis menembus fascia
dinding abdomen

Gambaran Klinis
Pasien yang menderita hernia dapat asimptomatik. Benjolan ditemukan pada saat
general check up, atau datang untuk memeriksakan diri karena adanya benjolan di inguinal
yang terasa nyeri. Keluhan tersering pada penderita hernia adalah adanya benjolan yang
terasa nyeri/mengganggu/tidak nyaman terutama pada saat mengedan, atau mengangkat
beban. Benjolan akan terlihat lebih jelas pada saat penderita berdiri dan hilang saat berbaring.
Pada hernia inkarserata, benjolan yang terjadi tidak dapat dimanipulasi untuk dimasukkan
baik secara spontan maupun manual, dapat terjadi mual, muntah, dan tanda-tanda obstruksi
usus lainnya. Hernia strangulata biasanya disertai dengan rasa nyeri yang hebat.
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh isi kantung hernia. Isi hernia
dapat bermacam-macam, pada umumnya merupakan organ yang mobile, seperti usus,
ovarium, dan kandung empedu. Selain ditentukan oleh isi kantung hernia, gejala klinis juga
ditentukan oleh keadaan kantung hernia. Pada hernia reponibilis keluhan satu-satunya adalah
benjolan pada lipat paha yang dapat keluar masuk, tanpa disertai nyeri atau kalaupun ada
biasanya ringan dan dirasakan didaerah epigastrium atau periumbilikal karena regangan pada
mesentrium berupa nyeri visceral. Nyeri hebat dan keluhan obstruksi baru terjadi pada hernia
inkarserta.

Tabel 2. Gejala klinis hernia reponibilis dan ireponibilis


Gejala klinis Hernia reponibilis Hernia ireponibilis
Benjolan keluar masuk (+), benjolan semakin besar (-)
atau turun terutama pada
saat berdiri, batuk dan
mengedan
Nyeri Ringan, nyeri visceral Berat, terutama apabila
sudah terjadi strangulasi
Demam (-) (+), akibat nekrosis
Keluhan obstruksi (ileus) (-) (+), kembung, mual, dan
muntah
Diperberat dengan tekanan (+) (+)
intraabdominal

Pemeriksaan Khusus
Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis, medialis, dan femoralis dapat dilakukan
beberapa tes sebagai berikut: Bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat
dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral ke medial bawah.

Inspeksi Daerah Inguinal dan Femoral


Meskipun hernia dapat didefinisikan sebagai setiap penonjolan viskus, atau sebagian daripadanya,
melalui lubang normal atau abnormal, 90% dari semua hernia ditemukan di daerah inguinal. Biasanya
impuls hernia lebih jelas dilihat daripada diraba.
Pasien disuruh memutar kepalanya ke samping dan batuk atau mengejan. Lakukan inspeksi daerah
inguinal dan femoral untuk melihat timbulnya benjolan mendadak selama batuk, yang dapat
menunjukkan hernia. Jika terlihat benjolan mendadak, mintalah pasien untuk batuk lagi dan
bandingkan impuls ini dengan impuls pada sisi lainnya. Jika pasien mengeluh nyeri selama batuk,
tentukanlah lokasi nyeri dan periksalah kembali daerah itu.

Pada inspeksi (tes visible):


Pada hernia inguinalis lateralis dapat terlihat benjolan berbentuk lonjong pada lipat paha yang apabila
pasien disuruh mengedan dapat turun dari kraniolateral ke kraniomedial bahkan bisa sampai skrotum
Pada hernia inguinalis medialis dapat terlihat benjolan berbentuk bulat yang langsung muncul pada
lipat paha dan tidak dapat turun ke skrotum

Pada palpasi:
Tes Oklusi:
Benjolan direposisi kembali, setelah itu dengan ibu jari atau tiga jari menutup annulus internus,
kemudian pasien disuruh mengedan. Perhatikan benjolan keluar atau tidak. Apabila benjolan keluar
berarti hernia inguinalis medialis.

Tes taktil:
Dengan jari telunjuk pada annulus inguinalis eksternus pasien disuruh mengedan dan dirasakan
apakah ujung jari yang tersentuh (hernia inguinalis lateralis) atau bagian samping jari yang tersentuh
(hernia inguinalis medialis)

Gambar 1. Insersi jari melalui skrotum ke anulus inguinalis eksternus.


Tes Zieman:
Hernia direposisi kembali, jari II di annulus internus, jari III di annulus eksternus, dan jari IV di fossa
ovalis. Perhatikan dorongan pada salah satu jari.
Pada palpasi juga dapat ditemukan silk sign atau kanalis inguinalis teraba lebih tebal karena terdapat
kantung hernia didalamnya. Caranya dengan membandingkan kanan dan kiri.5

Gambar 2. Tes Zieman

Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada paslen anak-anak. Reposisi
dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang
tetap sampai terjadi reposisi. Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di
bawah dua tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian
sedatif dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan untuk
operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus
dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seurnur hidup . Pengobatan operatif
merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalarn kantong hernia pada hernia ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu
besar, atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obtruksi usus yang sederhana.Hernia strangulata
merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera

Prognosis
Bila ditangani dengan baik, prognosis hernia inguinalis baik.
4. Planning
- rawat inap
- IVFD RL 20 tpm makro
-Bed rest
-Puasa
-Inj.Ceftriaxone 2x1 gram IV (skin test terlebih dahulu)
-Inj. Ranitidin 2x50 mg IV
-Pro herniotomi dan hernioplasti

Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit yang diderita rencana pengobatan dan
tindakan yang akan dilakukan.

Konsultasi
Perlu dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah.

Rujukan
Tidak diperlukan rujukan ke fasilitas kesehatan lain karena ketersediaan dokter spesialis
bedah dan peralatan yang diperlukan untuk tata laksana pasien tersebut.
Jayapura, 4 September 2015
Peserta, Pendamping,

dr. Gevanski H. Maturbongs dr. Rudy Cahyono, Sp.KJ

Anda mungkin juga menyukai