The role of containers in supporting export import the crop of agriculture commodity
at Soekarno Hatta Makassar port
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui perkembangan penggunaan petikemas dalam ekspor impor komoditi hasil
pertanian di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar lima tahun kedepan, mengetahui pembiayaan dalam sistem
penanganan penggunaan petikemas, dan mengidentifikasi faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang
sehingga menggunakan jasa petikemas. Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Data dianalisis secara deskriptif
dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dan persentase, dan analisis time series dengan metode kuadrat terkecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Volume ekspor dan impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
akan terus menerus mengalami peningkatan hingga lima tahun kedepan yang secara otomatis juga akan meningkatkan
penggunaan petikemas ekspor dan impor lima tahun kedepan, pembiayaan dalam sistem penanganan petikemas
dipelabuhan Soekarno Hatta Makassar berdasarkan status pergerakannya yaitu biaya penanganan petikemas LCL
(Less Than Container Load) lebih tinggi dibanding FCL (Full Container Load), atau mengalami kenaikan 11,14%
untuk petikemas 20 feet, dan 11,87% untuk petikemas 40 feet. Faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang
menggunakan jasa petikemas antara lain: resiko kerusakan sangat kecil, waktu pengiriman sangat cepat,
mempertahankan kualitas barang, volume pengiriman besar, dan kecepatan bongkar muat.
ABSTRACT
This aims of research to know the development the use of containers in export import the crop of agriculture
commodity at Soekarno Hatta Makassar port, to find the financing in handling systems the use of containers, to
identify the factors are considered by the owner goods to use container services. This research conducted at Soekarno
Hatta Makassar port. The method of data collection is observation, interview, and stydy document. The analyzed data
were descriptive, the use of table distribution frequency and percentage, and analysis time series by the least squares
method. The results showed that the volume of export import the crof of agriculture commodity at Soekarno Hatta
Makassar port will continue to experience increased up to five years in the future which would also automatically
increase the use of export import containers, the financing of haldling containers system at Soekarno Hatta Makassar
Port, based on the movement status of container handling cost is the LCL (Less than Container Load) higher than FCL
(Full Container Load), or increased 11.14% for container 20 feet, and 11.87% for the container 40 feet. The factors are
considered by the owner goods using container services, among others: the risk of damage is very small, very fast
delivery time, maintain the quality of goods, shipping volumes, and the speed of loading and unloading.
PENDAHULUAN
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan disekitarnya dengan batas batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,
naik turun penumpang dan bongkar muat barang, berupa terminal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan/keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antra
moda transportasi (UU No.17 Tahun 2008).
Pelabuhan Makassar merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuk kapal dan barang baik secara domestic
maupun ekspor impor dan tergolong pelabuhan kelas utama keempat setelah Pelabuhan Belawan, Tanjung Priok,
Tanjung Perak, dan sebagai pelabuhan laut terbesar di kawasan timur Indonesia yang terletak di selat Makassar, yang
memegang peran utama dalam pendistribusian barang yang telah dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat petikemas
dari dan ke kapal sampai di gudang penerima (Maritim edisi Juli 2008).
Akhir-akhir ini, sistem dan prosedur pelayanan kapal dan proses bongkar muat container di Pelabuhan
Makassar, diduga pelayanannya menimbulkan biaya tinggi. Biaya tinggi yang timbul tersebut disebabkan oleh berbagai
hal,antara lain dalam proses pengiriman/penerimaan barang dengan sistem petikemas dari dan ke pelabuhan Makassar.
Sesuai Kawat Dirjen Hubla tahun 2007 tentang pembahasan Higt Cost angkutan laut di pelabuhan Makassar
(Pimpinan rapat, Jinca,M.Y,2007).
Berdasarkan Surat Gafeksi/Infa tanggal 17 Juli 2008 mengatakan bahwa sistem pengaturan container kosong
(empty) dan isi (full) oleh perusahaan pelayaran selaku operator petikemas dan TPM (Terminal Petikemas Makassar)
di terminal penumpukan terdapat Petikemas ekspor/impor dan antar pulau yang menyebabkan high cots (biaya tinggi)
yang dikeluhkan oleh pemilik barang seperti adanya pungutan ganda dalam proses pergerakan yang dimulai dari biaya
relokasi, Terminal Handling Charges (THC), Agency fee, Dokumen fee, Cleaning, Deposite dan uang Jaminan sewa
petikemas oleh shipper/consignee.
Pengaruh harga tinggi di pelabuhan menentukan harga unit produksi komoditi di Pasaran, dalam hal ini
termasuk biaya angkutan dan biaya operasional penanganan bongkar muat di pelabuhan, yang mempengaruhi harga
barang produksi. Namun ada pertimbangan lain mengapa para eksportir dan importir menggunakan jasa petikemas
(container) dalam pengiriman komoditinya seperti faktor resiko dalam pengangkutan misalnya kerusakan dan
kehilangan dan waktu pengiriman yang sangat cepat serta pengiriman dalam jumlah yang besar. Tingkat efektifitas dan
efisiensi merupakan salah satu upaya untuk menekan biaya agar harga dimaksud untuk perunit barang menjadi lebih
rendah dan akhirnya dapat bersaing dengan produk Negara lain (Impor) yang bisa dijangkau oleh masyarakat.
Berkaitan dengan masalah tersebut penelitian ini difokuskan pada pembiayaan dalam sistem penanganan
penggunaan petikemas dan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang dalam penggunaan
jasa petikemas dalam rangka meningkatkan penggunaan petikemas untuk ekspor impor komodi hasil
pertanian di pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui perkembangan
penggunaan petikemas dalam ekspor impor komoditi Hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta lima tahun kedepan,
2) Mengetahui pembiayaan dalam sistem penanganan penggunaan peti kemas di Pelabuhan Soekarno Hatta, 3)
Mengidentifikasi faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang sehingga menggunakan jasa petikemas di
Pelabuhan Soekarno Hatta.
METODE PENELITIAN
PBM, 101 anggota TKBM. Bentuk pengambilan sampelnya adalah, sampel acak atau random sampling / probability
sampling yaitu cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen
populasi. Teknik pengambilan sampelnya yaitu stratified random sampling atau sampel acak distratifikasikan, karena
unsur populasi berkarakteristik heterogen.
Tahap pertama menentukan semua unsur yang akan dijadikan sampel, selanjutnya tentukan jumlah sampel
penelitian secara keseluruhan dengan menggunakan rumus slovin
n=
( )
Dimana:
1 : Konstanta
n : Ukuran sampel
N : Ukuran Populasi (341)
e : Kelonggaran Ketelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolerir (10% = 0,1)
maka:
n= = = = 77 sampel minimal (N1)
( ) ( , )
Selanjutnya menentukan jumlah sampel yang akan diambil dari setiap unsur yang ditetapkan jumlahnya
menurut Sugiono, (2007), kemudian pilih sampel dari unsur secara acak.
n1 = x N1
Keterangan:
ni : banyaknya sampel disetiap instansi
n : banyaknya populasi di setiap instansi
N : Banyaknya Populasi keseluruhan
N1 : banyaknya sampel penelitian
Masing-masing 2 perusahaan pelayaran, 20 EMKL, 32 PBM, dan 23 TKBM
Analisis Data
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka metode yang di gunakan dalam menganalisis data adalah:
1. Untuk mengetahui pembiayaan dalam sistem penanganan penggunaan petikemas dianalisis dengan pendekatan
statistic deskriptif .
2. Untuk mengetahui faktor yang menjadi pertimbangan para para pemilik barang dalam menggunakan jasa
petikemas dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif, yang di tuangkan dalam bentuk table dan paparan.
3. Untuk mengetahui penggunaan petikemas terhadap perkembangan volume ekspor impor komoditi hasil pertanian
dianalisis dengan Metode Least Square. Dalam hal ini akan lebih dikhususkan untuk membahas analisis time series
dengan metode kuadrat terkecil, dengan persamaan menurut Setia atmaja, Lukas (2009):
Y=a+bX
Ket.:
Y : Variabel yang dicari trendnya
X : Variabel waktu (tahun).
Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah:
a = Y / n
b =XY / X2
n = banyaknya data
Gambar 2.: Grafik Jumlah Penggunaan Petikemas Ekspor Untuk Komoditi Pertanian dan Non Pertanian.
Sedangkan untuk tingkat penggunaan petikemas dalam impor komoditi pertanian dan non pertanian, untuk
jelasnya dapat ditunjukkan dalam Gambar berikut:
2
1200
1000 1135
861
800 727 858 860 Petikemas Impor Pertanian (Box)
583
600
Untuk mengetahui bagaimana Ekspor Impor Komodi yang menggunakan petikemas dan non petikemas dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. : Jumlah Komoditi yang dikirim dengan menggunakan petikemas dan non petikemas di Pelabuhan Makassar,
Tahun 2009.
Sarana Transportasi Tingkat Penggunaan (%)
Kapal
Jenis Komoditi Kapal Jumlah Kapal
Petikemas Petikemas
cargo (Ton) Kargo
(Ton)
Cokelat 44,715.00 106.338.50 151,073,50 29.6% 70.4%
Kopi 1,655.00 2.703.75 4,358,75 38.0% 62.0%
Mente 2,321.00 - 2,321.00 100.0% -
Ikan 9,992.00 - 9,992.00 100.0% -
Kayu 50,839.00 - 50,839.00 100.0% -
Rumput Laut 26,639.00 - 26,639.00 100.0% -
Sumber: Pelabuhan Makassar, Data Hasil Olahan 2011.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa, untuk komoditi ekspor dan impor khususnya komoditi
hasil pertanian dalam pengirimannya menggunakan dua jenis kapal yaitu, kapal container dan kapal cargo.
C. Jenis Komoditi Hasil Pertanian Ekspor dan Impor dengan Menggunakan Petikemas
Untuk mengetahui jenis komoditi yang diekspor melalui terminal petikemas Makassar, lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram berikut:
3
340000
320000
300000
280000 158384
260000
240000
220000 Lain-Lain (Ton)
153
200000 36115
180000 Rumput Laut (Ton)
49111 Kayu (Ton)
160000
140000 64319 7899 Ikan (Ton)
120000 26639 52437 Mente (Ton)
100000 230 13194
2996 Kopi (Ton)
80000 15697 50839 11382
2420
60000 28552
5893
1834 91008 9992
2321
40000 8314 78903
20000 12484
5719 41744 44715
0 16432
2006 2007 2008 2009 2010
Gambar 5: Diagram Komoditi Impor yang Melalui Petikemas Makassar Tahun 2006 hingga 2010
D. Analisis Trend Penggunaan Petikemas dalam Perkembangan Ekspor Impor Komoditi Hasil pertanian
Setelah mengetahui perkembangan penggunaan petikemas ekspor impor khususnya untuk komoditi hasil
pertanian selama lima tahun terakhir ini, selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai trend penggunaan petikemas
untuk lima tahun kedepan, dengan persamaan Y = a + b.XAdapun perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan
volume ekspor komoditi hasil pertanian selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Tabel 7. : Perkembangan penggunaan petikemas ekspor dan volume ekspor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan
Soekarno Hatta Makassar tahun 2006-2010
Petikemas Ekspor
Tahun Volume Ekspor (ton)
(box)
2006 2,416 42,949
2007 5,219 95,891
2008 10,174 211,468
2009 7,482 144,060
2010 18,479 356,147
Jumlah 43,770 850,515
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil olah data 2011,
Berikut adalah gambar yang menunjukkan garis trend penggunaan petikemas ekspor untuk komoditi hasil
pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
35000
30000 29387.4
25000 25948.5
22509.6
20000 18479 19070.7 Tahun
15000
10174 Jumlah Petikemas (Box)
10000
7482
5000 5219
2416
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
700000
600000 642298.5
574842
500000
507385.5
400000 356147 439929 Tahun
372472.5
300000
211468
200000 Volume Ekspor
144060 (Ton)
100000 95891
42949
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Petikemas Volume
Tahun Impor impor
(Box) (Ton)
2006 583 11451
2007 727 10899
2008 104 2277
2009 858 20247
2010 860 17774
Jumlah 3132 62648
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil olah data 2011,
Berikut adalah gambar yang menunjukkan garis trend penggunaan petikemas impor untuk komoditi hasil
pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
1200
1105.9
1000 968.9
858 831.9 1037.4
800 900.4
860
727 Tahun
600 583
400 Jumlah Petikemas
(Box)
200
104
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 20142015
Gambar 8. Garis Trend penggunaan petikemas impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
Makassar tahun 2006 sampai tahun 2015.
Sedangkan garis yang menunjukkan trend volume impor komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
dapat dilihat pada gambar berikut:
30000
27925.4
25000 25726
20247 23526.6
20000 21327.2
19127.8
17774 Tahun
15000
11451
10000 Volume Impor
10899 (Ton)
5000
2277
0
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Dengan demikian terlihat bahwa volume impor untuk komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta
pada lima tahun terakhir ini mengalami penurunan pada tahun 2008, dan kembali meningkat pada tahun 2009 yang
tentunya akan meningkatkan penggunaan petikemas ekspor dalam pengirimannya, dan ternd volume ekspor untuk
komoditi hasil pertanian di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar pada lima tahun kedepan cenderung mengalami
peningkatan yang secara otomatis juga meningkatkan penggunaan jasa petikemas dalam pengirimannya
2. Pembiayaan dalam sistem penanganan petikemas
Pembiayaan penanganannya sesuai dengan sistem alur dan pergerakan petikemas, yaitu memindahkan
petikemas dari satu tempat ke tempat lainnya, ada 2 jenis pembiayaan status pergerakan petikemas di pelabuhan
Makassar yaitu:
A. Pembiayaan penanganan petikemas full container load (FCL).
Pelayan petikemas berdasarkan status FCL meliputi stevedoring, haulage/trucking dan lift on/off atau
sebaliknya termasuk jasa dermaga. Adapun besarnya tarif penanganan petikemas Full Container Load(FCL) dapat
dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 9: Biaya penanganan petikemas Ekspor-Impor FCL di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.
Tarif Penanganan petikemas (Per Box)(US$)
Menggunakan crane Menggunakan crane
Uraian
dermaga kapal
20 40 20 40
Stevedoring 70.00 105.00 63.00 95.00
Haulage (Shifting petikemas) 30.00 45.00 23.00 35.00
Petikemas OH/OW/OL 267.00 400.00 186.90 280.00
Membuka dan Menutup palka 48.00 48.00 48.00 48.00
Lift On/Off - - - -
Penumpukan - - - -
Jumlah Total 415.00 598.00 320.90 458.00
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar, Hasil Olah Data. 2011
2
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa total biaya penanganan petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar
tahun 2010, khususnya untuk petikemas ekspor dan impor berdasarkan status pergerakan petikemasnya dengan
menggunakan crane dermaga yaitu untuk petikemas FCL dengan ukuran 20 sebesar US$ 7.182.405,- dan untuk
ukuran 40 sebesar US$ 2.336.984,- sedangkan petikemas LCL untuk ukuran 20 sebesar US$ 9.501.543,- dan ukuran
40 sebesar US$ 3.122.492,-
C. Pembiayaan Terhadap Petikemas Untuk Komoditi Hasil Pertanian.
Selain biaya penanganansecara umum, khusus untuk komoditi hasil pertanian yang sifatnya mudah rusak di
berikan penanganan khusus, adapun biaya khusus untuk penanganan komoditi pertanian dapat dilihat dalam tabel
berikut
:
Tabel 12.: Biaya penanganan khusus untuk komoditi hasil pertanian yang mudah rusak
Jenis Petikemas
No Jenis Biaya
20 40
1. Fumigasi Rp. 1.200.000,- Rp.1.500.000,-
2. Biaya Charge Rp. 137.000,- Rp.187.000,-
Jumlah Rp.1.337.000,- Rp. 1.687.000,-
Sumber: Data Prime Setelah Diolah, 2011.
3. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan para pemilik barang dalam menggunakan jasa petikemas
2
Arus kunjungan kapal dan bongkar muat petikemas pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 di
Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel 14. : Jumlah kunjungan kapal dan arus bongkar muat petikemas ekspor dan impor
Jumlah kunjungan kapal dan bongkar
Pertumbuhan (%)
muat petikemas ekspor-impor
No. Tahun
Call** bongkar Muat Jumlah Call
Bongkar Muat
kapal (Box)*** (Box)*** (3+4) kapal
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 2006 660 1140 10300 11440 - - -
1 2007 636 1270 13228 14498 -3.64 11.40 28.43
3 2008 696 1239 12559 13798 9.43 -2.44 -5.06
4 2009 832 1719 13382 15101 19.54 38.74 6.55
5 2010 824 1334 19881 21215 -0.96 -22.39 48.57
Rata-rata 729.6 1340.4 13870 15210.4 0.24 0.25 0.78
Sumber: PT.Terminal Petikemas Makassar,Hasil olah data, 2011.
Tabel 17.: Kinerja bongkar muat petikemas di Pelabuhan Soekarno Hatta dalam box/jam kerja.
Peranan petikemas adalah keunggulan penggunaan petikemas, indikator variabel ini adalah sebagai berikut:
Untuk melihat perlakuan pengemasan komoditi ekspor dan impor hasil pertanian dalam upaya
mempertahankan kualitasnya dapat dilihat pada Tabel 20 di bawah ini:
Tabel 20.: Perlakuan Pengemasan komoditi hasil pertanian yang di kirim melalui petikemas di Pelabuhan Soekarno
Hatta.
No. Komoditi Jenis Petikemas Cara Pengemasan
1. Biji Cokelat Dry container ventilasi 20 dan Dikemas dalam karung goni.
40
2. Mente Dry container 20 dan 40 Dikemas dalam plastik dan
karton
3. Kopi Dry container 20 dan 40 Dikemas dalam karung goni
4. Udang Reefer container 20 dan 40 Dikemas dalam plastik dan
karton
5. Daging Reefer container 20 dan 40 Dikemas dalam plastik dan
karton
6. Buah-buahan Reefer container 20 dan 40 Dikemas dalam keranjang
buah atau karton.
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2011.
Untuk lebih jelasnya berikut akan ditunjukan tabel mengenai konstruksi petikemas sehingga mampu menjaga
keamanan komoditi hasil pertanian.
Petikemas Uraian
- Dinding terbuat dari baja yang berfungsi
sebagai pelindung dari cuaca
Kontruksi
- Dilengkapi dengan ventilasi dan pendingin
yang disesuaikan dengan jenis komoditi
4
yang dikirim.
- Pintu-pintu petikemas dilengkapi dengan
sistem penutup dan penyegelan yang aman
agar muatan tidak dapat dicuri
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
DAFTAR PUSTAKA
Amir, H. 2005. Pengaruh Ekspor Pertanian dan Nonpertanian Terhadap Pendapatan Nasional: Studi Kasus Indonesia
Tahun 1981-2003. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan Volume 8 Nomor 4.
Boediono, 2000. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No 3. Ekonomi Internasional BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta.
Bruun P. 1976. Port Engineering Optimizing Containerships and Their Terminals. Gulfpublishing Company. London.
Cao Weiqun, dan Nuo Wang. 2003. Container Thoughput Forecast Model For A Distict Port Based on BP Neural
Network, P. 254-258, Volume 4.
Furuichi, Masahiko. 2005. Evolving Short-Sea Container Networks in East Asia-Implications From Direct and
Transshipment Service. Journal of The Eastern Asia Society For Transportation Studies, P.814-824. Vol.4.
Furuichi, Masahika dan Kanafani Adib, 1983. Transportation Demand Analysis. Mc.Graw-Hill Book Company. New
York.
Gurning, Raja, dkk., 2007. Manajemen Bisnis Pelabuhan. Penerbit APE Publishing
Kartasapoetra, G. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Edisi II. Rineka Cipta: Jakarta.
Kuroda K,Takebayashi M, Tsuji T.,2005.International Container Transportation Network Analysis Considering Post-
Panamax Class Container Ships. Journal Transportation Economics, Volume 13, 369-391.
5
Liqiang,MA., dan Ryuichi Shibasaki. 2005. An Estimation Of The International Container Shipping Transport
Volumes Among Asian Countries By Global Trade Analysis Project Model Ang Its Aplication to FTA and
Transport Improvement Scenarios. Journal Transportation. P.920-935.Vol.6
Morlok, Edward. 1988. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Erlangga: Jakarta.
Nasril, CH. 2006. Kajian Pungutan Liar Petikemas Ekspor Impor di Pelabuhan Tanjung Priok. Balitbang: Jakarta.
Priyamdono. 2005. Upaya Memangkas Biaya Tidak Resmi di Pelabuhan (Ekspor-Impor). Warta Penelitian
Perhubungan: Jakarta.
Rath, Eric, 1973. Container Systems Transportation Engineering President, TRC Development, INC,Jhon Wiley &
Sons. New York.
Raga, Paulus & Nasril, 1995. Kajian Pelayanan Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Warta Penelitian Transportasi
Departemen Perhubungan. Jakarta.
Setia atmaja, Lukas. 2009. Statistik Untuk Bisnis dan Ekonomi. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Setyowaty, 2004. Ekonomi Makro. Pengantar Cetakan Pertama, STIE Yayasan Keluarga Pahlawan Negara :
Yogyakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Warpani,SP.,2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penerbit ARCAN : Jakarta.