Anda di halaman 1dari 50

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas Rahmat dan berkat-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker.
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan hasil dari
pengalaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama melakukan Praktek
Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 43 Bandung pada Bulan Maret -
April 2017.
Dalam menjalankan praktek kerja lapangan ini penulis memperoleh
banyak bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung.Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Entris Sutrisno, MH.Kes., Apt selaku Ketua Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
2. Dr. Patonah, M.Si., Apt selaku Ketua Profesi Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung.
3. Dr. Fauzan Zein M,M.si., Apt. selaku Dosen pembimbing Praktek Kerja
Profesi Apotekerdari Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
4. Drs. Khaerul Mukmin., Apt selakupembimbingPraktekKerja Profesi
Apotekerdi Apotek Kimi Farma 43 Bandung.
5. Seluruh staf pengajar Program Pendidikan Profesi Apoteker Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.
6. Terutama sekali bagi kedua orang tua dan keluarga tercinta atas doa yang tak
pernah henti, sahabat-sahabatmahasiswa/i Apoteker angkatan XVI STFB, para
staf karyawan Apotek Kimia Farma 43 Bandung serta seluruh pihak yang telah
memberikan dukungan pada penulis dalam menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna dan
dengan keterbatasan yang ada masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Harapan penulis, semoga ilmu, pengalaman, dan pengetahuan yang telah


didapatkan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Kimia Farma 43
Bandung dapat bermanfaat dimasa yang akan datang.

Bandung, April 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

kata Pengantar .......................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

Daftar Lampiran ..................................................................................................... iv

Bab I Pendahuluan .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ........................................................ 2

1.3 Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (Pkpa)......................... 2

BAB II Tinjauan Umum Apotek .............................................................................. 3

2.1 Apotek ........................................................................................................... 3

2.2 Peranan Apoteker Di Apotek.................................................................... 3

2.3 Tugas Dan Fungsi Apoteker .......................................................................... 4

BAB III Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma 43 ............................................... 5

3.1 Pendahuluan .................................................................................................. 5

3.2 PT. Kimia Farma Apotek .............................................................................. 5

3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek ........................................................ 6

3.4 Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma Buah Batu ....................................... 6

3.5 Manajemen Personalia................................................................................... 7

3.6 Manajemen Keuangan ................................................................................... 8

ii
3.7 Manajemen Perbekalan Farmasi ................................................................... 8

3.8 Pelayanan Kefarmasian ............................................................................... 16

BAB IV Tugas Khusus ......................................................................................... 20

4.1 Pendahuluan ................................................................................................ 20

4.2 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 23

4.3 Pembahasan ................................................................................................. 33

4.4 Kesimpulan dan Saran ................................................................................. 34

BAB V Pembahasan .............................................................................................. 36

BAB VI Kesimpulan dan Saran ............................................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45

iii
DAFTAR LAMPIRAN

iv
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan (promotif), mencegah penyakit (preventif),
menyembuhkan atau mengobati penyakit (kuratif) serta memulihkan atau
memelihara kesehatan (rehabilitatif) perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung yang
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Salah satu sarana kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Republik
Indonesia untuk membantu masyarakat agar mendapatkan obat yang rasional
adalah dengan adanya apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker. Apotek dalam menjalankan
fungsinya bersifat dwifungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi sosial. Fungsi
ekonomi menuntut agar apotek dapat memperoleh laba untuk menjaga
kelangsungan usaha sedangkan fungsi sosial adalah untuk pemerataan distribusi
obat dan sebagai salah satu tempat pelayanan informasi obat kepada masyarakat.
(1)

Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser


dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented)
dengan mengacu pada Pharmaceutical Care. Pharmaceutical Care adalah suatu
pelayanan yang diberikan oleh Apoteker kepada pasien sebagai tanggung jawab
dan komitmen untuk membantu kesejahteraan pasien dalam pengobatan.
Pharmaceutical Care merupakan misi profesi apoteker sehingga hal ini membawa
konsekuensi bahwa pelayanan kefarmasian tidak hanya terfokus pada penyiapan
dan penyaluran obat kepada pasien tetapi apoteker juga diharapkan ikut terlibat
dalam perancangan, persiapan dan pemantauan terapi untuk pasien. Oleh karena
itu, interaksi antara apoteker dengan pasien harus lebih diintesifkan dengan
meningkatkan peran aktif apoteker melalui konseling pasien dalam rangka
menjamin efektivitas penggunaan obat. Semakin pesatnya perkembangan

1
2

pelayanan apotek dan semakin tingginya tuntutan masyarakat, menuntut pemberi


layanan apotek harus mampu memenuhi keinginan dan selera masyarakat yang
terus berubah dan meningkat. (2)

Sebagai bentuk pendidikan dan latihan bagi calon apoteker untuk


memahami dan mengerti peran dan tanggung jawab apoteker di apotek serta
mengetahui segala kegiatan di apotek, maka Program Studi Pendidikan Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Farmasi Bandung bekerja sama dengan PT. Kimia
Farma Apotek Bisnis Manajer Bandung menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di apotek.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker


1. Meningkatkan pemahaman calon apoteker tentang peran, fungsi, posisi, dan
tanggung jawab apoteker dalam pelayanan kefarmasian di apotek.
2. Membekali calon apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di apotek.
3. Memberi kesempatan kepada calon apoteker untuk melihat dan mempelajari
strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka
pengembangan praktek farmasi komunitas di apotek.
4. Mempersiapkan calon apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga
farmasi yang profesional.
5. Memberi gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian di
apotek.

1.3 Waktu dan Tempat Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)


Praktek Kerja Program Studi Profesi Apoteker (PKPA) Sekolah Tinggi Farmasi
Bandung telah dilaksanakan mulai tanggal 1 Maret 30April 2017 dan bertempat
di Apotek Kimia Farma 43, Jl. Buah Batu No. 259 Bandung, Jawa Barat.
3

BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1 Apotek
2.1.1 Definisi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah sarana
(1)
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan perlu mengutamakan
kepentingan masyarakat dan berkewajiban menyediakan, menyimpan dan
menyerahkan perbekalan farmasi.

2.1.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan PP No. 51 tahun 2009, tugas dan fungsi apotek adalah :
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
b. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
c. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik.
d. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.2 Peranan Apoteker di Apotek


Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Pelayanan Kefarmasian di Apotek
meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial berupa
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan
(2)
pelayanan farmasi klinik. Secara umum peran seorang apoteker dalam apotek
dapat kita bagi menjadi 3 bagian, yaitu peran profesional, peran manager, dan
peran retail. (7)

3
4

2.2.1 Peran Profesional


Apoteker merupakan tenaga kesehatan professional yang banyak berhubungan
langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Dalam hal sumber
informasi obat seorang apoteker harus mampu memberi informasi yang tepat dan
benar sehingga pasien memahami dan yakin bahwa obat yang digunakannya dapat
mengobati penyakit yang dideritanya dan merasa aman menggunakannya. (4)

2.2.2 Peran Manager


Apoteker sebagai pemimpin atau manajer yang harus mempunyai kemampuan
manajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu
manajemen, yang meliputi kepemimpinan (leading), perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanan (actuating), dan pengawasan
(controlling).(7)

2.2.3 PeranRetailer
Profit memang bukanlah tujuan utama dan satu-satunya dari tugas keprofesian
apoteker, tetapi tanpa profit apotek sebagai badan usaha retail tidak dapat
bertahan. Oleh karena itu sebagai seorang retailer, apoteker berkewajiban
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, menstimulasi kebutuhan pelanggan agar
menjadi permintaan, dan memenuhi permintaan tersebut sesuai bahkan melebihi
harapan pelanggan.(7)

2.3 Tugas dan Fungsi Apoteker


Menurut WHO, tugas dan fungsi apoteker di lingkungan farmasi komunitas antara
lain : Care giver (Pemberi pelayanan), Decision maker (Pembuat keputusan),
Manager (Manajer), Life long learner (Pembelajar Seumur Hidup), Teacher
(Guru), Leader (Pemimpin) dan Researcher (Peneliti).
5

BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK KIMIA FARMA 43

3.1 Pendahuluan
PT Kimia Farma Apotek merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Kimia
Farma (Persero) Tbk, bergerak dalam bidang retail farmasi yang terdiri dari
beberapa jaringan apotek dengan status kepemilikan milik sendiri, sewa bangunan
maupun kerja sama operasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan terkoordinasi
dalam 34 Bisnis Manajer. PT Kimia Farma Apotek dipimpin oleh seorang direktur
utama yang membawahi dua direktur yaitu direktur operasional dan direktur
keuangan. Unit Business Manager (BM) Kimia Farma Apotek Bandung meliputi
wilayah Bandung, Cimahi, Garut, Tasikmalaya dan Sumedang. (5)

3.2 PT. Kimia Farma Apotek


Kimia Farma merupakan perusahaan farmasi pertama yang didirikan pada awal
tahun 1817 di Hindia Timuryang bernama NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co. Pada tahun 1958 dengan adanya kebijakan nasionalisasi perusahaan-
perusahaanBelanda, pemerintah melebur sejumlah perusahaan farmasi menjadi
PNF Bhinneka Kimia Farma. Selanjutnya pada tanggal 16 Agustus 1971 bentuk
hukumnya diubah menjadi Perseroan Terbatas, menjadi PT. Kimia Farma
(Persero). Sejak tanggal 4 Juli 2001 Kimia Farma menjadi perusahaan publik yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.

PT. Kimia Farma pada tahun 2002 membentuk 2 anak perusahaan yaitu PT.
Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading & Distribution. PT. Kimia
Farma Apotek sekarang memiliki 412 Apotek yang tersebar di seluruh Indonesia,
sedangkan PT. Kimia Farma Trading & Distribution memiliki 3 wilayah pasar,
dan 41 cabang PBF.(6) Terdapat dua jenis apotek di Kimia Farma, yaitu Apotek
Administrator yang sekarang disebut sebagai Business Manager (BM) dan Apotek
Pelayanan. BM membawahi beberapa Apotek Pelayanan yang berada dalam suatu
wilayah. BM bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang dan
administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya.

5
6

3.3 Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek


Visi PT. Kimia Farma Apotek adalah menjadi perusahaan jaringan layanan
kesehatan yang terkemuka dan mampu memberikan solusi kesehatan masyarakat
di Indonesia.Adapun misi PT. Kimia Farma Apotek adalah menghasilkan
pertumbuhan nilai perusahaan melalui :
1. Jaringan layangan kesehatan yang terintegrasimeliputi jaringan apotek, klinik
laboratorium klinik dan layanan kesehatan lainnya.
2. Saluran distribusi utama bagi produk sendiri dan produk principal.
3. Pengembangan bisnis waralaba dan peningkatan pendapatan lainnya (Fee-
Based Income).(7)

3.4 Tinjauan Khusus Apotek Kimia Farma Buah Batu


Apotek Kimia Farma 43 berada di Jl. Buah Batu No.259 Bandung. Apotek ini
berdiri sejak tanggal 26 November 1984 yang merupakan apotek pindahan dari
apotek Kimia Farma yang terdapat di jalan Asia Afrika 34.

Apotek Kimia Farma 43 Bandung merupakan salah satu apotek pelayanan yang
berada di bawah naungan Unit Business Manager Kimia Farma Bandung. Lokasi
bangunan Apotek Kimia Farma 43 sangat strategis karena berada di pusat
keramaian Bandung yang merupakan daerah perkantoran, perhotelan, bank, dan
pertokoan, sehingga mudah diakses dan banyak pasien/pengunjung yang datang.

Fasilitas utama apotek terdiri atas area penerimaan resep, area peracikan, area
penyimpanan obat, kasir, area penyerahan dan pemberian informasi obat, area
swalayan farmasi, dan ruang tunggu bagi pasien. Adapun fasilitas pendukung bagi
perkembangan usaha Apotek Kimia Farma 43, antara lain ruang praktek dokter,
laboratorium klinik, gudang obat, mushola, toilet, dan tempat parkir. Praktek
dokter yang terdapat di Apotek Kimia Farma 43, yaitu Dokter Umum, Dokter
Gigi, Dokter Spesialis yang meliputi Spesialis Anak, spesialis Penyakit
Kandungan, Penyakit Dalam (Internist), spesialis Mata, spesialis kulit dan
Kelamin, spesialis Penyakit THT.
7

Apotek Kimia Farma 43 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek


(APA) yang juga berperan sebagai Pharmacy Manager (PhM) yang bertanggung
jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek, dalam menjalankan tugasnya, APA
dibantu oleh 2 (dua) orang apoteker pendamping sebagai apoteker PIO (Pelayanan
Informasi Obat), 1 orang supervisor karyawan kefarasian, 8 orang asisten apoteker
(TTK),, dan 2 orang karyawan non farmasi (Administrasi dan petugas Swalayan).

3.5 Manajemen Personalia


Apotek Kimia Farma 43 memiliki beberapa sumber daya manusia yang
menunjang kegiatan di apotek, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan Apotek
Pimpinan Apotek Kimia Farma 43 adalah seorang Apoteker Pengelola Apotek
(APA) yang telah memiliki Surat Ijin Praktek Apoteker (SIPA) dan Surat Ijin
Apotek (SIA).
2. Apoteker Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Apoteker PIO mempunyai tugas dan kewajiban memberikan pelayanan
kefarmasian secara umum, khususnya pelayanan informasi obat kepada pasien
atau keluarga pasien.
3. Supervisor
Supervisoradalah seorang asisten apoteker yang sudah senior dan bertanggung
jawab langsung kepada pimpinan apotek (APA).
4. Asisten Apoteker Pelayanan Farmasi
5. Juru Resep
Juru resep bertugas membantu apoteker maupun asisten apoteker dalam
menyiapkan obat dan perbekalan kefarmasian lainnya di bawah pengawasan
asisten apoteker.
6. Petugas Administrasi
7. Petugas Keamanan
8. Petugas Kebersihan
8

3.6 Manajemen Keuangan


Manajemen keuangan merupakan aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan
untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya
seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba. Tanggung
jawab manajer keuangan yaitu :
a. Perolehan dana dengan biaya murah.
b. Penggunaan dana efektif dan efisien
c. Analisis laporan keuangan
d. Analisis lingkungan internal dan eksternal yang berhubungan dengan
keputusan rutin dan khusus.

3.7 Manajemen Perbekalan Farmasi


Kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek Kimia Farma
43 Bandung dijabarkan sebagai berikut:

3.7.1 Perencanaan Perbekalan Farmasi

Perencanaan perbekalan farmasi merupakan suatu proses kegiatan seleksi sediaan


farmasi dan perbekalan kesehatan untuk menentukan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan sesuai dengan jumlah, jenis dan waktu yang tepat, yang
akan dipesan kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF) untuk kebutuhan jangka
waktu tertentu agar terhindar dari kekosongan atau penumpukan obat.

3.7.2 Pengadaan Perbekalan Farmasi


Pola pengadaan yang dipakai di Apotek Kimia Farma 43 yaitu pola konsumsi.
Dalam proses pembelian banyak pertimbangan-pertimbangan yang diperlukan
untuk menentukan keputusan yang terbaik. Salah satu pertimbangan tersebut
tentunya adalah visi dari farmasis yakni pengadaan yang mengarah kepada
terjaminnya ketersediaan obat yang tepat baik dari sisi kualitas maupun
kuantitasnya pada waktu yang tepat.
9

3.7.3 Pemesanan Barang


Pemesanan dilakukan dengan memasukkan data melalui sistem IT ke bagian
pengadaan Bussines Manageruntuk digabung dengan pesanan apotek Kimia
Farma lainnya dan kemudian dilanjutkan ke PBF yang resmi untuk menjamin
mutu dan keabsahan barang. Pemesanan barang ke Bussines Managerdengan
menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA)akan membuat Surat
Pemesanan (SP) kepada PBF yang ditunjuk.

Melalui distributornya, PBF akan mengirimkan barang-barang yang dipesan ke


masing-masing apotek layanan berdasarkan surat pesanan. Pembelian
dikelompokkan menjadi:
a. Pembelian rutin
Pembelian rutin dilakukan seminggu dua kali yakni pada hari senin dan kamis
yang dilakukan melalui Bussines Manager Bandung PT. Kimia Farma Apotek,
berdasarkan BPBA. Pesanan narkotik dan psikotropik dilakukan secara khusus
yaitu dengan surat pesanan tertentu yang harus ditandatangani oleh apoteker
pengelola apotek.
b. BPBA ke Apotek Kimia Farma lain
Pembelian mendesak dilakukan bila pasien memerlukan obat yang kurang
atau tidak tersedia di apotek Kimia Farma 43. Pembelian ini dilakukan kepada
sesama apotek Kimia Farma lain.
c. Pembelian mendesak ke apotek swasta lain
d. Pembelian barang langsung ke PBF
e. Konsinyasi
Konsinyasi adalah suatu bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk
produkatau obat-obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement.
Konsinyasi dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada
Kimia Farma 43 untuk dijual, kemudian setiap bulannya dilakukan
pengecekan dari pihak perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang
terjual. Barang konsinyasi ini apabila tidak laku, maka dapat diretur dan yang
difakturkan untuk dibayar adalah barang yang terjual saja.
10

3.7.4 Penerimaan barang


Proses penerimaan barang harus dilakukan sesuai dengan SOP penerimaan
barang, yakni:
1. Periksa barang yang datang apakah sudah sesuai dengan SP atau faktur.
2. Cek kondisi barang dan tanggal kadaluwarsa.
3. Tulis nomor penerimaan, tanggal, bulan, tahun, paraf atau tanda tangan, nama
jelas dan stempel apotek.

3.7.5 Penyimpanan barang


Perbekalan farmasi yang telah diterima kemudian disimpan dalam rak-rak obat
yang tersedia dengan menuliskan tanggal pemasukan obat, nomor urut
penerimaan/faktur, dan jumlah obat pada kartu stok masing-masing jenis obat.
Jika jumlah obat yang diterima cukup banyak dan tidak seluruhnya dapat
disimpan dalam rak-rak obat, maka sisa obat tersebut disimpan dalam gudang.
Penyimpanan obat dilakukan berdasarkan penggolongan berikut:
a. Berdasarkan bentuk sediaan
b. Berdasarkan generik dan non-generik.
c. Berdasarkan golongan obat, meliputi : Obat bebas dan obat bebas terbatas,
disimpan di swalayan farmasi, obat keras, obat narkotika disimpan dalam
lemari khusus, obat psikotropika disimpan dalam lemari khusus.
d. Berdasarkan sifat fisikokimia obat.
Terutama untuk obat-obat yang harus disimpan di bawah suhu kamar, harus
disimpan dalam lemari es. Obat-obat yang disimpan di lemari es (Suhu tidak
lebih dari 8 C (2C - 8C) antara lain, obat yang mengandung bakteri
pencernaan, obat-obat hormonal, suppositoria, ovula, vaksin, dan lain-lain.
e. Berdasarkan farmakologi atau kelas terapi.
Penggolongan berdasarkan farmakologi ini dilakukan untuk meminimalisir
kesalahan pengambilan obat dan sesuai dengan konsep penerapan GPP. Obat-
obatan tersebut dibedakan menjadi obat-obat sistem jantung dan pembuluh
darah, golongan sistem saraf pusat, golongan anti infeksi/antibiotik, golongan
otot, persendian dan asam urat, golongan sistem pernafasan, golongan
vitamin, mineral dan nutrisi, golongan anti alergi, golongan system
11

pencernaan, golongan diabetes, golongan sistem kemih, kelamin, imun dan


kanker, golongan kontrasepsi dan golongan hormon. Obat-obat yang telah
dipisahkan berdasarkan kelas terapinya kemudian disusun berdasarkan
kandungan dan secara alfabetis untuk memudahkan pengambilan obat.

Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan sistem FIFO (First


In First Out), di mana barang yang pertama kali masuk, pertama kali digunakan.
Setiap rak di lemari obat memiliki kartu stok yang berguna untuk mencatat setiap
pemasukan dan pengeluaran obat, sehingga mempermudah pengawasan terhadap
persediaan obat dan kebutuhan masing-masing obat. Di wadah rak obat juga
diberi tanda yang menandakan tahun dan bulan berapa obat tersebut expired date
dengan warna yang berbeda untuk masing-masing tahun.

3.7.6 Pengendalian Stok Barang


Pengendalian stok barang dilakukan menggunakan sistem pareto, yakni suatu
sistem dimana obat disusun berdasarkan atas penggolongan persediaan yang
mempunyai nilai harga yang paling banyak.(1)

3.7.7 Pengendalian Perbekalan Farmasi


Pengendalian perbekalan farmasi yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 43
dijabarkan sebagai berikut:
a. Pencatatan Defekta
b. Pencatatan Kartu Stok Barang
c. Pencatatan Permintaan Barang.
d. Pencatatan Penerimaan Barang
e. Pencatatan Rekap Resep
f. Pencatatan Uji Petik
Uji petik merupakan pencatatan stok barang di apotek yang dilakukan oleh
petugas apotek.
g. Laporan Stock Opname
Stock opname adalah pemeriksaan jumlah dan kondisi fisik barang.
12

3.7.8 Penanganan Obat Kadaluwarsa


Jika ditemukan obat yang mendekati waktu kadaluwarsanya maka obat tersebut
dipisahkan dari obat lainnya. Umumnya pada awal pemesanan telah dilakukan
perjanjian dengan pihak PBF bahwa obat yang akan kadaluwarsa dapat diganti
dengan obat jenis sama dengan waktu kadaluwarsa lebih panjang. Biasanya juga
dilakukan perjanjian bahwa jika terdapat perbekalan farmasi yang telah rusak baik
isi maupun kemasannya dapat diganti dengan sediaan baru.

3.7.9 Pemusnahan
A. Pemusnahan perbekalan Farmasi
Perbekalan farmasi yang telah rusak atau kadaluarsa, harus dimusnahkan
dengan cara dibakar atau ditimbun dan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan oleh BPOM. Pemusnahan harus disaksikan oleh petugas dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota Madya atau petugas dari Balai POM, Apoteker
Pengelola Apotek dan petugas atau karyawan dari apotek. Setelah dilakukan
pemusnahan, dibuat berita acara pemusnahannya (rangkap 3), meliputi : hari,
tanggal, bulan dan tahun pemusnahan, jenis dan jumlah obat/resep yang
dimusnahkan, serta cara pemusnahannya. Setelah itu ditandatangani oleh
Apoteker Pengelola Apotek dan karyawan yang membantu.

B. Pemusnahan resep
Hal-hal yang dilakukan dalam pemusnahan arsip resep ini adalah sebagai
berikut:
1. Pemusnahan resep dilakukan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku setiap arsip resep yang telah berumur 3 (tiga) tahun atau lebih.
2. Sebelum pemusnahan, dibuat surat pemberitahuan kepada Kepala Kantor
Dinas Kesehatan setempat bahwa akan dilakukan pemusnahan resep, serta
tembusan kepada Bisnis Manajer Apotek setempat.
3. Dibentuk panitia pemusnahan resep.
4. Pemusnahan dilakukan dengan cara membakar arsip resep.
5. Dibuat berita acara pemusnahan dengan data: periode tahun transaksi
resep, jumlah dus, tempat/lokasi pemusnahan. Dibuat laporan atas
13

pelaksanaan pemusnahan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan


setempat dari APA.

3.7.10 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika (12) (13)


Pengelolaan narkotika dan psikotropika dengan pengawasan khusus sangat
penting dilakukan mengingat obat-obatan golongan ini sering disalahgunakan.
Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan pengendalian dan pengawasan
yang ketat dan seksama sesuai peraturan perundangan yang berlaku yakni
Undang-Undang RI no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang
RI no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang meliputi pengadaan, penyimpanan,
pengeluaran, pelaporan.

i. Pemesanan Narkotika dan Psikotropika


Pemesanan obat narkotika dilakukan dengan surat pesanan khusus yang
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, dan
stempel apotek. Surat pesanan dibuat rangkap 4, masing-masing 3 (tiga) lembar
(warna putih, hijau, dan kuning) diserahkan ke PBF yang bersangkutan dan 1
(satu) lembar (warna merah) disimpan oleh apotek sebagai arsip.

Pemesanan obat psikotropika Apotek Kimia Farma 43 dilakukan oleh bagian


pembelian dengan menggunakan SP psikotropika yang ditandatangani oleh APA
dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIPA, dan stempel apotek. Setiap SP
dapat berlaku untuk lebih dari 1 item psikotropika dan dibuat dua rangkap untuk
distributor dan sebagai arsip apotek.

ii. Penerimaan Narkotika


Penerimaan obat narkotika dilakukan dengan sepengetahuan APA yang kemudian
akan menandatangani faktur dengan mencantumkan nama jelas dan nomor Surat
Izin Apotek. Sebelumnya, dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu yang meliputi
jenis dan jumlah narkotika yang dipesan dengan yang datang.
14

iii Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika


Penyimpanan narkotika diatur dalam Permenkes RI No 03 tahun 2015, yaitu
menggunakan Lemari khusus dengan syarat sebagai berikut:
a. terbuat dari bahan yang kuat;
b. tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda;
c. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek,
d. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang
ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan
iv Pelayanan Narkotika dan Psikotropika
Penyerahan obat-obat narkotika hanya dapat dilakukan jika terdapat resep asli dari
dokter yang praktek di kota setempat dan untuk obat dari salinan resep harus
diambil di apotek yang menyimpan resep aslinya. Resep yang mengandung obat
golongan narkotika diberi tanda garis merah di bawah nama obatnya dan dicatat
nomor resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat
dokter serta jumlah obat yang diminta dalam laporan pemakaian narkotika.
Apotek dilarang melayani salinan resep dari obat-obatan narkotika yang resep
aslinya tidak terdapat di apotek tersebut, walaupun resep tersebut baru dilayani
sebagian atau belum dilayani sama sekali, atau resep narkotika yang bertanda iter
(pengulangan). Untuk resep asli dari dokter luar kota dapat dilayani jika sangat
dibutuhkan dengan cara dilegalisir oleh Dinas Kesehatan Kota setempat yang
menyatakan bahwa resep tersebut asli. Resep yang diterima harus mencantumkan
nama dokter, alamat, nomor SIP, serta nama dan alamat pasien secara lengkap.
Resep yang mengandung obat golongan narkotika dan psikotropika ditandai
dengan garis bawah menggunakan tinta merah dibawah nama obatnya.
Pelayanan di Apotek Kimia Farma 43 sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu
melayani resep psikotropika dari resep asli maupun salinan resep yang dibuat oleh
Apotek Kimia Farma 43 sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian.
v. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap bulan,
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Kepala Balai
setempat.
15

Pelaporan sebagaimana dimaksud terdiri atas:


a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau
Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.

vi. Pemusnahan Resep Narkotika dan Psikotropika


Resep narkotika dirahasiakan dan disimpan di apotek dalam jangka waktu tiga
tahun. Resep disusun berdasarkan tanggal dan nomor resep untuk mempermudah
penelusuran resep apabila diperlukan, baik untuk kepentingan pasien maupun
untuk pemeriksaan. Setelah tiga tahun, resep boleh dimusnahkan dengan cara
dibakar dan dibuat Berita Acara Pemusnahan Resep rangkap empat yang masing-
masing dikirim ke Badan POM, Dinkes, Kepala Balai POM, dan sebagai arsip
apotek.

vii. Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika


Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
a. APA membuat dan menandatangani surat permohonan untuk pemusnahan
narkotika yang berisi antara lain jenis dan jumlah narkotika yang rusak dan
atau tidak memenuhi syarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirim ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Provinsi Jawa Barat.
c. Dalam hal Pemusnahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi
dilakukan oleh pihak ketiga, wajib disaksikan oleh pemilik Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dan saksi yang terdiri dari APA, AA,
Petugas BPOM Provinsi Jawa Barat
d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan (BAP) yang berisi:
1. Hari, tanggal, bulan, tahun, alasan, dan tempat dilakukan pemusnahan.
2. Identitas lengkap APA.
16

3. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari apotek.
4. Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
5. Cara pemusnahan.
6. Nama dan tandatangan APA dan saksi.
Selanjutnya BAP dikirim kepada Dinas Kesehatan Kota Bandung dengan
tembusan kepada:
1. Kepala BPOM Provinsi Jawa Barat.
2. Kepala Kantor Dinas Kesehatan Provinsi Bandung.
3. Penanggung jawab narkotika PT Kimia Farma Tbk.
4. Arsip apotek.
Tata cara pemusnahan dan pelaporan psikotropika sama dengan tata cara
pemusnahan narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat.

3.8 Pelayanan Kefarmasian


3.8.1 Jaminan Layanan
Jaminan pelayanan prima resep oleh Apotek Kimia Farma berasaskan slogan
Cepat, Lengkap, dan Ramah dan dilakukan sesuai dengan Standar Mutu
Pelayanan Resep.
3.8.2 Penjualan Bebas
Penjualan secara bebas atau HV (Hand Verkoop) dilakukan untuk obat-obat
seperti obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetik, suplemen, alat kesehatan dan
perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter.

3.8.3 Pelayanan Atas Resep Dokter


Sebelum dilakukan pelayanan atas resep dokter, terlebih dahulu dilakukan
skrining resep, meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetis, dan
pertimbangan klinis.

Pelayanan resep dokter adalah pelayanan obat berdasarkan resep dokter, baik
tunai maupun kredit, yaitu:
1. Pelayanan Resep Tunai
17

Penerimaan resep tunai adalah penerimaan resep yang pembayarannya


dilakukan secara tunai atau dengan kartu kredit. Tahapan dalam pelayanan
resep tunai adalah sebagai berikut:
a. Apoteker/Asisten apoteker menerima resep dan memeriksa kelengkapan
dan keaslian resep.
b. Apoteker/Asisten apoteker memeriksa ketersediaan obat, selanjutnya
menghitung total biaya untuk resep tersebut kemudian menginformasikan
pada pasien. Jika pasien setuju, maka segera dilakukan pembayaran dan
mencatat nama dan alamat pasien.
c. Asisten apoteker menyiapkan obat sesuai dengan resep, kemudian
memberi etiket dan dikemas dalam kantong plastik.
d. Apoteker/Asisten apoteker supervisor memeriksa kembali kesesuaian obat
dengan resep.
e. Obat diserahkan pada pasien oleh Apoteker/Asisten apoteker disertai
dengan pemberian informasi penggunaan obat (nama dan khasiat obat,
waktu pakai, cara pakai).
2. Pelayanan Resep Kredit
Pelayanan resep kredit berasal dari instansi/perusahaan yang menjalin
kerjasama dengan Apotek Kimia Farma 43 dan untuk proses pembayarannya
berdasarkan perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tahapan
dalam pelayanan resep kredit adalah sebagai berikut:
a. Apoteker/Asisten apoteker menerima resep dan memeriksa kelengkapan
dan keaslian resep.
b. Apoteker/Asisten apoteker memeriksa apakah obat-obat yang tertera pada
resep terdapat dalam daftar obat yang ditanggung oleh instansi yang
bersangkutan.
c. Jika ada obat yang tidak ada dalam daftar tersebut, maka Apoteker/
Asisten apoteker menginformasikan pada pasien dan menawarkan pasien
untuk tetap mengambil obat atau mengganti dengan obat dengan merek
lain yang kandungannya sama.
d. Jika pasien tetap ingin mengambil obat sesuai resep, maka pasien
dikenakan biaya kelebihan harga obat.
18

e. Setelah administrasi selesai, asisten apoteker/ juru resep menyiapkan obat


sesuai dengan resep, kemudian memberi etiket dan dikemas dalam
kantong plastik.
f. Apoteker/ Asisten apoteker memeriksa kembali kesesuaian obat dengan
resep.
g. Obat diserahkan pada pasien oleh Apoteker/ Asisten apoteker supervisor
disertai dengan pemberian informasi penggunaan obat (waktu pakai, cara
pakai).

Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi kepada
dokter atau pasien apakah bersedia diganti atau tidak dengan obat lain yang
mempunyai khasiat yang sama. Jika pasien tidak bersedia maka untuk resep tunai
biasanya dibuatkan salinan resep, sedangkan untuk resep kredit akan menjadi obat
yang dijanjikan dan dicatat pada buku utang. Obat yang dijanjikan dapat diantar
ke rumah pelanggan atau diambil sendiri oleh pelanggan.

Penjualan obat secara tunai maupun kredit dicatat pada laporan harian apotek oleh
petugas apotek. Pencatatan terhadap pelayanan obat dengan resep dokter secara
kredit dipisahkan dengan resep secara tunai, kemudian resep dan struk penjualan
secara kredir tersebut diserahkan ke BM Bandung untuk proses penagihan kepada
instasi/perusahaan terkait. Alur penjualan resep tunai dan kredit dapat dilihat pada

3.8.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep


Apotek Kimia Farma melakukan pelayanan pengobatan melalui UPDS (Upaya
Pengobatan Diri Sendiri). Tahap-tahap yang dilakukan ketika akan melakukan
swamedikasi adalah:
a. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi.
b. Menggali informasi dari pasien
c. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien
dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas, dan obat wajib apotek
(DOWA).
d. Informasikan harga kepada pelanggan.
19

e. Jika pelanggan setuju, diminta bantuan kepada petugas peracikan untuk


disiapkan obatnya.

3.8.5 Layanan Informasi Obat


Informasi mengenai obat biasanya diberikan oleh apoteker Pelayanan Informasi
Obat (PIO) yang bertugas pada saat penyerahan obat atau pada saat pasien
menanyakan informasi mengenai obat baik secara langsung maupun melalui
telepon. Informasi yang diberikan biasanya meliputi keunaan obat, dosis, cara
penggunaan obat, waktu pemberian yang benar, lama penggunaan, cara
penyimpanan, aktivitas atau konsumsi makanan yang dianjurkan guna menunjang
terapi, adanya kemungkinan efek samping, dan kontraindikasi obat bila ada.

3.8.6 Penghantaran Obat (Delivery Service)


Jika obat yang dibutuhkan tidak tersedia maka dilakukan konfirmasi kepada
dokter atau pasien apakah bersedia diganti atau tidak dengan obat lain yang
mempunyai khasiat yang sama. Jika pasien tidak bersedia maka untuk resep tunai
biasanya dibuatkan salinan resep, sedangkan untuk resep kredit akan menjadi obat
yang dijanjikan dan dicatat pada buku utang. Obat yang dijanjikan dapat diantar
ke rumah pelanggan atau diambil sendiri oleh pelanggan.
20

BAB IV
TUGAS KHUSUS
Studi Kelayakan Pendirian Apotek Kimia Farma Jl. Jurang

4.1 Pendahuluan
4.1.1 Latar Belakang
Upaya kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatana
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah
dan/atau masyarakat.Tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan disebut sarana kesehatan.Salah satu dari sarana kesehatan yang mulai
banyak dirintis adalah apotek.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, definisi apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh
apoteker.Apotek merupakan suatu jenis bisnis eceran (retail) yang komoditasnya
(barang yang diperdagangkan) terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan
obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan barang habis pakai).Selain itu
apotek bisa menjadi perantara yang dapat mendistribusikan perbekalan farmasi
dan perbekalan kesehatan dari supplier kepada konsumen, selain itu memiliki
beberapa fungsi kegiatan yaitu pembelian, gudang, pelayanan dan penjualan,
manajerial, keuangan, dan pembukuan.Agar dapat dikelola dengan baik oleh
seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Apotek dengan fungsinya yang tidak hanya sebatas tempat penyediaan obat
melainkan tempat pelayanan kefarmasian yang komprehensif, memerlukan
pengelolaan yang professional yang dilakukan oleh apoteker yang memiliki
pengetahuan, kemampuan manajerial, keterampilan, komunikiasi dan perilaku
untuk dapat berinteraksi langsung dengan baik pada pasien, sehingga pelayanan
kefarmasian berorientasikan pada peningkatan kualitas hidup pasien.

21
21

Seorang apoteker sebelum mendirikan apotek terlebih dahulu melakukan studi


kelayakan, karena studi kelayakan dapat dijadikan acuan dalam proses
pengambilan keputusan yang mengandung resiko yang belum jelas untuk
menghindari kegagalan dan kerugian. Selain itu studi kelayakan dimaksudkan
untuk mempelajari apakah pendirian Apotek di lokasi yang telah ditentukan
tersebut sudah layak atau belum untuk berdiri.
Apotek yang akan didirikan berlokasi di daerah Sukajadi, yaitu Jl. jurang
kelurahan Pasteur kecamatan Sukajadi, kota Bandung, Jawa Barat.Daerah ini
ramai dan strategis karena mudah diakses dari jalan raya dengan lalu lintas yang
cukup padat dan dilalui angkutan umum maupun kendaraan pribadi, serta dekat
dengan fasilitas umum seperti, fasilitas pendidikan, Rumah Sakit, dan
perumahan/pemukiman penduduk, SPBU Pertamina, Minimarket, Pertokoan,
Perkantoran dan memiliki jalur lalu lintas 2 arah. Jumlah pusat pelayanan
kesehatan di sekitar apotek yang akan didirikan juga memiliki potensi untuk
mendukung berkembangnya apotek.

Studi kelayakan (Feasibility Study) bisnis adalah suatu penelitian tentang


layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek
investasi. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak
efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup
layak ataudapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi
kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan
didirikan nanti tidak mengalami kerugian.

Studi kelayakan yang dilakukan kali ini adalah mengenai rencana


pendirian apotek Kimia Farma di kawasan Sukajadi.Studi kelayakan ini dimulai
dengan melakukan survey lokasi.Alamat dan tempat pendirian apotek baru adalah
di daerah Sukajadi, yaituJl. jurang kelurahan Pasteur kecamatan Sukajadi,
kotaBandung, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena ramai dan strategis serta
dekat denganberbagai macam sarana umum sepertikantor pos, SPBU Pertamina,
Minimarket, pertokoan, perkantoran, wilayah kampus, dan memiliki jalur lalu
lintas 2 arah. Selain itu lokasi bangunan berpotensi untuk dijadikan sarana apotek
22

dengan melakukan sedikit renovasi untuk menyesuaikan dengan bentuk apotek


yang diharapkan.
Aspek demografi dari kawasan yang dipilih kemudian diamati. Dari hasil
penelusuran data diketahui bahwa total penduduk yang ada di radius 2 km dari
lokasi adalah sekitar 41.830 jiwa. Jumlah tersebut berpotensi untuk menjadi
sumber pelanggan bagi calon apotek yang akan didirikan. Data-data pesaing dan
peluang di sekitar lokasi kemudian diamati dan dicatat sebagai bahan
pertimbangan dan perhitungan potensi omset.
Setelah diketahui aspek lokasi dan demografi, dilakukan survey traffic
untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas di lokasi tersebut.Hasil rurvey
traffic ini kemudian dibandingkan dengan traffic di benchmark yang telah
ditentukan yaitu di lokasi apotek Kimia Farma 14 yang berlokasi di Jalan
Cihampelas .Survey ini dilakukan pada hari Minggu, Selasa, Rabu dan Kamis dari
pukul 07.00 hingga 22.00 WIB. Hasil survey traffic di kawasan Jl.
Jurangmenunjukkan bahwa di sekitar calon lokasi apotek rata-rata sebanyak 965
motor, 375 mobil dan 49 pejalan kaki melintas setiap jamnya.
Perhitungan potensi perolehan omset dan kinerja apotek yang dapat
diprediksi dari hasil survey traffic tersebut kemudian diolah.Sebelum dilakukan
perhitungan, dilakukan pentapan indikator penilaian kemiripan dari lokasi calon
apotek dengan apotek benchmark. Indikator yang ditetapkan antara lain area
apotek (faktor jumlah rumah/perumahan, tingkat keramaian kawasan), daya beli
masyarakat sekitar apotek, tingkat pendidikan masyarakat sekitar, visibilitas calon
apotek, lahan parkir apotek, tingkat persaingan apotek dan tingkat kemacetan lalu
lintas. Dari penilaian indikator tersebut didapatkan persen kemiripan lokasi calon
apotek dengan benchmark adalah sebesar 62,86%.Setelah dibandingkan,
didapatkan total potensi kunjung per tahun adalah sebanyak 13.794. Dari hasil
perhitungan, kemudian didapatkan potensi total omset per tahun adalah sebesar
Rp. 3.478.964.949.
Di lokasi calon apotek ini direncanakan akan ada praktek dokter umum
yang kemudian diprediksi dapat memberikan omset per tahun sebesar Rp.
270.000.000. Sementara itu untuk potensi perolehan omset dari dokter outhouse
yang ada di sekitar lokasi adalah sebesar Rp. 18,360,000.Selain itu
23

dipertimbangkan pula potensi perolehan omset dari rumah sakit AMC yang ada di
dekat lokasi.
Penilaian dengan analisis Payback Periode (PP) menunjukkan
besarnya PP adalah 3 tahun 5 bulan. Penilaian dengan analasis Return on
Investment (ROI) adalah sebesar 28,47%. Penilaian dengan analisis Internal Rate
of Return (IRR) adalah sebesar 27,65 % dan dengan perhitungan NPV sebesar Rp.
491,005,061 Dari keseluruhan hasil analisis tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa proyek pendirian apotek Kimia Farma di lokasi jl jurang kecamatan suka
jadi tersebut layak untuk dilaksanakan.
4.1.2 Rumusan Masalah
1. Apa manfaat disusunnya studi kelayakan terhadap pembangunan apotek
baru?
2. Bagaimana bayangan perkembangan apotek Kimia Farma yang akan
didirikan?
3. Apa saja langkah yang dapat dilakukan dalam mempercepat
pengembalian modal serta strategi mengimbangi pesaing?
4.1.3 Tujuan
Tujuan diadakan studi kelayakan adalah untuk menghindari penanaman modal
yang tidak efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan
didirikan cukup layak atau dapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis,
sehingga apotek yang akan didirikan nanti tidak mengalami kerugian.

4.2 Tinjauan Pustaka


Studi kelayakan adalah proses yang terkontrol untuk mengidentifikasi masalah
dan kesempatan, menentukan tujuan, menjelaskan keadaan, menetapkan hasil
akhir dan menilai biaya serta keuntungan yang berkaitan dengan penentuan
keputusan (Umar,2011).
Dalam proses pendirian apotek, perlu dilakukan studi kelayakan (feasibility
study). Studi kelayakan dilakukan untuk mendukung proses pengambilan
keputusan, berdasarkan analisis cost-benefit, untuk melihat keberlangsungan
bisnis, untuk mengetahui apakah pendirian apotek tersebut akan mendatangkan
keuntungan atau kerugian atau untuk menilai layak atau tidaknya suatu bangunan
(dalam hal ini apotek) didirikan.
24

Tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. Kemampuan sumber daya internal (kecakapan menejemen, kualitas


pelayanan, produk yang dijual, kualitas karyawan),
2. Lingkungan external yang tidak dapat dipastikan (pertumbuhan pasar, pesaing,
pemasok, perubahan peraturan).

A. Pembuatan studi kelayakan


Tahapan atau proses dalam membuat sebuah studi kelayakan pendirian apotek,
dapat terdiri dari 5 tahapan yaitu tahap penemuan gagasan (ide), penelitian
lapangan, evaluasi data, pembuatan rencana dan pelaksanaan rencana kerja.

1. Menetukan gagasan/ide
Gagasan yang memenuhi beberapa kriteria diantaranya yaitu bahwa ide
harus:
a) Sesuai dengan visi organisasi
b) Dapat menguntungkan organisasi
c) Sesuai dengan kemampuan sumber dayanya yang dimiliki
organisasi
d) Tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku
e) Aman untuk jangka panjang
2. Penelitian lapangan
Setelah gagasan didiskusikan dan dianalisis dapat memberikan gambaran
yang perspektif yang baik bagi perusahaan dimasa yang akan datang, maka
gagasan tersebut disetujui untuk ditindak lanjuti dengan penelitian dilapangan.
Data-data yang dibutuhkan antara lain :
a) Ilmiah : melalui analisa data-data bisnis mengenai kondisi lingkungan
eksternal yang ada di sekitar lokasi yang ditetapkan seperti nilai
strategi sebuah lokasi, data kelas konsumen, peraturan yang berlaku
di daerah tersebut, dan tingkat persaingan yang ada saat ini.
b) Non ilmiah yaitu : melalui intuisi (intuition) atau feeling yang
diperoleh setelah melihat lokasi dan kondisi lingkungan di sekitarnya.
25

3. Evaluasi data
Dalam melakukan evaluasi terhadap data hasil penelitian dilapangan,
dapat dilakukan dengan cara yaitu:
a) Memperhatikan faktor yang berpengaruh, terdiri dari Eksternal
Faktor dan Internal Faktor
b) Membuat usulan proyek (project appraisal),
4. Pembuatan Rencana Pelaksanaan
Setelah usulan proyek disetujui, kemudian menetapkan waktu (time
schedule) untuk memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas :
a) Menyediakan dana biaya investasi dan modal kerja
b) Mengurus izin
c) Membangun, merehabilitasi gedung
d) Merekrut karyawan
e) Menyiapkan barang dagangan, sarana pendukung
f) Memulai operasional
5. Pelaksanaan Rencana Kerja
Dalam melaksanakan setiap jenis pekerjaan, dibuatkan suatu format yang
berisi mengenai :
a) Jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan
b) Mencatat setiap penyimpangan yang terjadi
c) Membuat evaluasi dan solusi penyelesaiannya
B. Aspek-aspek studi kelayakan

1. Aspek pasar dan pemasaran


Dalam menilai aspek pasar, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
antara lain,

a. Penentuan harga
Penentuan harga dilakukan dengan menghitung biaya operasional, biaya untuk
tenaga kerja, dan biaya peralatan usaha.Penghitungan ini dilakukan agar
pemilik apotek dapat memperhitungkan berapa pendapatan yang diinginkan
agar dapat mencapai break even point, yaitu suatu titik yang menggambarkan
26

bahwa keadaan kinerja apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh
keuntungan ataupun kerugian.

b. Bentuk pasar
Bentuk pasar terdiri dari berbagai macam, antara lain dapat berupa:
- Persaingan sempurna Contoh : pasar industri, sembako, buah
- Persaingan monopolistisContoh : pasar industri, restaurant, salon
- Monopoli, Contoh : PLN, Telkom
- Oligopoli,Contoh : pasar industri otomotif, hand phone
Bentuk pasar yang dihadapi apotek adalah persaingan sempurna,
dimana jumlah penjual dan konsumen tidak terbatas, harga ditentukan oleh
jumlah penawaran (supply) dan jumlah permintaan (demand), dan tidak ada
hambatan masuk (entry barrier).

c. Potensi pasar (potensial market)


Potensi pasar adalah sejumlah pembeli suatu wilayah yang memiliki
uang dan keinginan untuk membelanjakannya (dikuantumkan dalam suatu
mata uang). Cara mengukur potensi pasar (Q) antara lain dapat dilakukan
dengan mengalikan jumlah pembeli (n) dan harga rata-rata barang (P).

d. Target pasar (target market)


Target pasar adalah jenis konsumen tertentu yang akan dilayani atau
yang akan menjadi sasaran pemasaran. Target pasar dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu :

a) Pasar individu (untuk keperluan perorangan), umumnya


tunai, jumlah pembeliannya kecil, seperti anggota
masyarakat.
b) Pasar korporasi (untuk keperluan karyawan di suatu instansi),
umumnya kredit, jumlah pembeliannya besar, seperti PLN.
c) Pasar reseller (penjual) adalah pasar yang membeli barang
atau jasa untuk dijual kembali, seperti grosir, dokter
dispensing.
27

2. Aspek Teknis
Beberapa hal penting yang menjadi pertimbangan pada penilaian aspek teknis
antara lain yaitu :

1. Lokasi dan Lingkungan di sekitarnya


a) Jarak lokasi dengan supplier : relative dekat dan mudah dicapai
b) Jarak lokasi dengan domisili konsumennya : relative dekat dan
mudah dicapai dengan berbagai macam jenis alat stransportasi
c) Bentuk dan luas lahan (bangunan) : mudah untuk mengembangkan
usaha, seperti praktek dokter, lab klinik
d) Prospek pertumbuhan pasarnya relative cepat dan besar : jumlah
konsumen dan daya beli (income per kepita) nya relative tinggi
e) Nyaman dan aman : daerahnya tidak jorok, tidak macet dan sempit
dan tingkat kriminalnya rendah (bukan daerah premanisme)
2. Struktur Organisasi
Pembentukan struktur organisasi dimaksudkan untuk member
gambaran mengenai :
a) Jumlah jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan
b) Fungsi-fungsi dan wewenang tanggung jawab setiap pekerjaan
c) Persyaratan jabatan pada setiap pekerjaan
d) Hierarkhis dalam pengambilan keputusan

3. Aspek Managemen dan Sumber daya manusia


Strategi manajemen yaitu : suatu strategi yang akan digunakan
untuk mengubah kondisi yang ada saat ini (Current condition) menjadi
kondisi disaat yang akan (future condition) datang dalam suatu periode
waktu tertentu.
Dalam menetukan bentuk dan tata letak bangunan, terdapat
beberapa hal yang herus diperhatikan yaitu :
a) Bentuk bangunan, dapat menggambarkan :
b) Sistem tata letak (lay out) dapat memberi :
28

c) Estetika, rapih, teratur dan tersusun dengan baik


d) Kesesuaian dengan peraturab yang berlaku dan sifat barang, karena
dalam pengolahan sediaan farmasi di apotek telah diatur oleh
undang-undang dan adanya sifat obat yang mudah terpengaruh oleh
berbagai macam keadaan.
Persediaan merupakan elemen penting dalam perusahaan ratail.
Seperti diketahui dalam melakukan penilaian terhadap analisis produk
yang akan dijual berkaitan dengan beberapa hal yaitu konsumen dan jenis
produk kebutuhan konsumen.

4. Aspek keuangan dan ekonomi


Pertimbangan dalam menilai aspek keuangan dapat meliputi penilaian
terhadap : 1) sumber pendanaan (financing) untuk investasi dan 2)
perhitungan aliran kas (cash flow) yang akan diperoleh selama investasi

1. Sumber Dana
Pertimbangan dalam memilih sumber dana adalah biaya yang paling
rendah (efisien) dengan masa tenggang pengembalian yang lebih lama
dibandingkan dengan payback periode proyeknya.

Beberapa sumber dana yang dapat dipergunakan ialah:

a) Modal pemilik perusahaan (modal disetor)


b) Bank (kreditor)
c) Investor, didapat dari hasil penerbitan saham atau obligasi
d) Lembaga non-bank atau leasing (dana pensiun)
1. Perhitungan aliran kas (cash flow) yang akan diperoleh selama investasi

Penilaian analisis keuangan

Dalam melakukan penilaian aspek keuangan terhadap kelayakan suatu


proyek dapat dilakukan denan beberapa metode analisis.

a. Metode Analisis Payback Period (PP)


29

Payback Period adalah pengukuran periode yang diperlukan dalam


menutup kembali biaya investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas (laba bersih) yang akan diterima.

Rumus

Indikatornya adalah:

a) Bila PP yang diperoleh waktunya < dari maksimum PP yang ditetapkan,


maka proyek tersebut layak dilaksanakan
b) Bila PP yang diperoleh waktunya > lama dari maksimum yang ditetapkan,
maka proyek tersebut tidak layak dilaksanakan
c) Bila PP yang diperoleh waktunya = maksimum yang ditetapkan, maka
proyek tersebut dikatakan boleh dilaksanakan dan juga boleh tidak.
Kelemahan:

Nilai jumlah kas yang akan diterima (masuk), nilainya tidak di-
sekarangkan (Net Present Value (NPV)) sehingga nilainya tidak sama
dengan nilai uang investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang.

b. Metode Analisis Return on Investment (ROI)


Analisis Return on Investment ialah pengukuran besaran tingkat return
(%) yang akan diperoleh selama periode investasi dengan cara
membandingkan jumlah nilai laba bersih pertahun dengan nilai
investasi.

Rumus:

Indikatornya ialah:

Bila ROI yang diperoleh > bunga pinjaman, maka proyek


dikatakan layak dilaksanakan.
30

Bila ROI yang diperoleh < bunga pinjaman, maka proyek


dikatakan tidak layak dilaksanakan.
Bila ROI yang diperoleh = bunga pinjaman, maka proyek
dikatakan boleh dilaksanakan boleh juga tidak.

Kelemahan

Jumlah laba yang akan diterima, nilainya tidak di-sekarangkan (Net


Present Value (NPV)) sehingga nilainya tidak sama dengan nilai uang
investasi yang dikeluarkan pada saat sekarang.

c. Metode Analisis NPV (arus kas yang akan diterima)


Analisis NPV adalah analisis untuk mengetahui apakah nilai arus kas
yang akan diterima selama periode investasi (NPV2) lebih besar atau
lebih kecil dibandingkan dengan nilai investasi yang dikeluarkan pada
saat sekarang.

Rumus

Indikatornya ialah:

a) Bila menggunakan discount factor yang sama dengan bunga


pinjaman hasil -nya positif, maka proyek tersebut layak
dilaksanakan.
b) Bila menggunakan discount factor yang sama dengan bunga
pinjaman hasil -nya negatif, maka proyek tersebut tidak layak
dilaksanakan.
c) Bila menggunakan discount factor yang sama dengan bunga
pinjaman hasil -nya = 0, maka proyek tersebut boleh
dilaksanakan boleh juga tidak.
31

d. Metode Analisis Internal Rate of Return (IRR)


Analisis Internal Rate of Return adalah pengukuran besaran discount
factor (tingkat suku bunga) yang diperoleh dengan cara men-sekarang-
kan (presentate) aliran kas yang akan diterima selama periode
investasi.

Nilai IRR harus lebih besar dari tingkat suku bunga pasar (market rate)
karena investasi mempunyai banyak risiko seperti:

a) Risiko investasi gedung


b) Risiko investasi mesin
c) Risiko investasi kendaraan
Metode untuk mencari IRR dari arus kas yang akan diterima selama
periode FPEMinvestasi yaitu dengan cara menggunakan metode trial
and error.

Langkah-langkah analisis IRR

a) Menghitung nilai sekarang (NPV2) arus kas yang akan diterima


selama periode investasi dengan discount factor (df1) yang
sama dengan suku bunga pinjaman, lalu hitung NPV2
dikurangi dengan NPV1 (nilai investasi yang dikeluarkan
sekarang) = .
b) Bila dengan discount factor (df1) yang sama dengan suku
bunga pinjaman mendaparkan hasil 1 (NPV2-NPV1) =
negatif, maka trial yang kedua dihentikan dan proyek
dinyatakan tidak layak. Karena dengan (df1) saja nilai 1
sudah negatif.
c) Bila dengan discount factor (df1) yang sama dengan suku
bunga pinjaman hasil 1 (NPV2-NPV1) = positif, maka NPV2
nya dihitung kembali dengan discount factor yang lebih besar
(df2) sampai memperoleh nilai 2 (NPV2-NPV1) yang paling
mendekati 0 (+) atau (-).
32

d) Bila dengan menggunakan discount factor yang lebih besar dari


suku bunga yang ke-n telah memperoleh hasil 2 paling
mendekati 0, maka itulah (df2) yang paling maksimal. Karena
apabila angka discount factorya diperbesar maka nilai 2 akan
negatif.
e) Kemudian mencari IRRnya
Rumus:

e. Analisis Break Even Point (BEP)


BEP ialah titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja
apotek berada pada posisi yang tidak memperoleh keuntungan dan
juga tidak memperoleh kerugian.

Kegunaan BEP ialah untuk mengetahui batas penjualan dimana apotek


memperoleh laba atau kerugian.

Fungsi analisis BEP ialah untuk merencanakan jumlah:

a) Penjualan, di mana dapat diketahui pada tingkat penjualan


berapa laba dapat menutup biaya variabel dan biaya tetap yang
dikeluarkan apotek.
b) Laba dan rugi, di mana dapat diketahui berapa jumlah
keuntungan atau kerugian yang akan diperoleh apotek ketika
jumlah penjualan dan jumlah biaya mencapai tingkat tertentu.

Rumus untuk menghitung break even point (BEP) adalah:

Keterangan:

FC = Fixed cost (biaya tetap)


33

VC = Variable cost (biaya variabel)

TR = Total revenue (pendapatan)

4.3 Pembahasan
Studi kelayakan (Feasibility Study) bisnis adalah suatu penelitian tentang
layak atau tidaknya suatu proyek bisnis yang biasanya merupakan proyek
investasi. Tujuannya adalah untuk menghindari penanaman modal yang tidak
efektif dan berguna untuk mengetahui apakah apotek yang akan didirikan cukup
layak ataudapat bertahan dan memberi keuntungan secara bisnis. Dalam studi
kelayakan diperlukan perhitungan yang matang sehingga apotek yang akan
didirikan nanti tidak mengalami kerugian.
Studi kelayakan yang dilakukan kali ini adalah mengenai rencana
pendirian apotek Kimia Farma di kawasan Sukajadi.Studi kelayakan ini dimulai
dengan melakukan survey lokasi.Alamat dan tempat pendirian apotek baru adalah
di daerah Sukajadi, yaituJl. jurang kelurahan Pasteur kecamatan Sukajadi,
kotaBandung, Jawa Barat. Lokasi tersebut dipilih karena ramai dan strategis serta
dekat denganberbagai macam sarana umum sepertikantor pos, SPBU Pertamina,
Minimarket, pertokoan, perkantoran, wilayah kampus, dan memiliki jalur lalu
lintas 2 arah. Selain itu lokasi bangunan berpotensi untuk dijadikan sarana apotek
dengan melakukan sedikit renovasi untuk menyesuaikan dengan bentuk apotek
yang diharapkan.
Aspek demografi dari kawasan yang dipilih kemudian diamati. Dari hasil
penelusuran data diketahui bahwa total penduduk yang ada di radius 2 km dari
lokasi adalah sekitar 41.830 jiwa. Jumlah tersebut berpotensi untuk menjadi
sumber pelanggan bagi calon apotek yang akan didirikan. Data-data pesaing dan
peluang di sekitar lokasi kemudian diamati dan dicatat sebagai bahan
pertimbangan dan perhitungan potensi omset.
Setelah diketahui aspek lokasi dan demografi, dilakukan survey traffic
untuk mengetahui tingkat kepadatan lalu lintas di lokasi tersebut.Hasil rurvey
traffic ini kemudian dibandingkan dengan traffic di benchmark yang telah
ditentukan yaitu di lokasi apotek Kimia Farma 14 yang berlokasi di Jalan
Cihampelas .Survey ini dilakukan pada hari Minggu, Selasa, Rabu dan Kamis dari
pukul 07.00 hingga 22.00 WIB. Hasil survey traffic di kawasan Jl.
34

Jurangmenunjukkan bahwa di sekitar calon lokasi apotek rata-rata sebanyak 965


motor, 375 mobil dan 49 pejalan kaki melintas setiap jamnya.
Perhitungan potensi perolehan omset dan kinerja apotek yang dapat
diprediksi dari hasil survey traffic tersebut kemudian diolah.Sebelum dilakukan
perhitungan, dilakukan pentapan indikator penilaian kemiripan dari lokasi calon
apotek dengan apotek benchmark. Indikator yang ditetapkan antara lain area
apotek (faktor jumlah rumah/perumahan, tingkat keramaian kawasan), daya beli
masyarakat sekitar apotek, tingkat pendidikan masyarakat sekitar, visibilitas calon
apotek, lahan parkir apotek, tingkat persaingan apotek dan tingkat kemacetan lalu
lintas. Dari penilaian indikator tersebut didapatkan persen kemiripan lokasi calon
apotek dengan benchmark adalah sebesar 62,86%.Setelah dibandingkan,
didapatkan total potensi kunjung per tahun adalah sebanyak 13.794. Dari hasil
perhitungan, kemudian didapatkan potensi total omset per tahun adalah sebesar
Rp. 3.478.964.949.
Di lokasi calon apotek ini direncanakan akan ada praktek dokter umum
yang kemudian diprediksi dapat memberikan omset per tahun sebesar Rp.
270.000.000. Sementara itu untuk potensi perolehan omset dari dokter outhouse
yang ada di sekitar lokasi adalah sebesar Rp. 18,360,000.Selain itu
dipertimbangkan pula potensi perolehan omset dari rumah sakit AMC yang ada di
dekat lokasi.
Penilaian dengan analisis Payback Periode (PP) menunjukkan
besarnya PP adalah 3 tahun 5 bulan. Penilaian dengan analasis Return on
Investment (ROI) adalah sebesar 28,47%. Penilaian dengan analisis Internal Rate
of Return (IRR) adalah sebesar 27,65 % dan dengan perhitungan NPV sebesar Rp.
491,005,061 Dari keseluruhan hasil analisis tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa proyek pendirian apotek Kimia Farma di lokasi jl jurang kecamatan suka
jadi tersebut layak untuk dilaksanakan.
4.4 Kesimpulan dan Saran
4.4. 1 Kesimpulan
Berdasarkan studi kelayakan terhadap apotek yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
35

1. PP (Payback Periode) Penilaian dengan analisis Payback Periode (PP)


menunjukkan besarnya PP adalah 3 tahun 5 bulan yang mengartikan
bahwa nilai PP memenuhi syarat yaitu kurang dari 5 tahun.
2. Nilai ROI (Return On Invesment)Penilaian dengan analasis Return on
Investment (ROI) adalah sebesar 28,47%.lebih besar dari 17,5% (tingkat
suku bunga pinjaman bank), maka proyek tersebut layak dilaksanakan.
3. NPV yang diperoleh dengan bunga pinjaman sebesar 17,5% hasilnya
positif sebesar Rp. 491,005,061 , maka proyek tersebut layak
dilaksanakan.
4. IRRanalisis Internal Rate of Return (IRR) adalah sebesar 27,65 % >17,5%
(suku bunga pinjaman Bank), maka proyek tersebut layak dilaksanakan.

Dari empat metode analisa studi kelayakan pendirian apotek, semua metode
menunjukkan proyek tersebut layak dilaksanakan.Jadi dapat disimpulkan bahwa
proyek Apotek Kimia Farma Jl. Jurang layak untuk dilaksanakan.

4.4.2 Saran
Dalam strategi pengembangan, apotek perlu mengembangkan keunggulan
bersaing yang berkelanjutan, selain lokasi serta sistem distribusi dan informasi
mengenai :
1. Mencari lokasi strategis untuk di jadikan calon apotek selanjutnya
2. Melakukan study kelayakan dengan benchmark yang banyak memiliki
kemiripan dengan calon apotek.
3. Menentukan layak atau tidaknya calon apotek tersebut dengan studi
kelayakan berikutnya.
BAB V
PEMBAHASAN

Apotek Kimia Farma 43 merupakan Apotek pelayanan 24 jam yang


dikepalai oleh seorang Phamacy Manager (PhM). Apotek Kimia Farma 43
berlokasi di Jalan Buah Batu No.259 Bandung. Apotek ini terletak di lokasi yang
cukup strategis dan mudah diakses oleh masyarakat karena berada di pusat
keramaian Bandung yang merupakan daerah perkantoran, perhotelan, bank, dan
pertokoan yang banyak dilalui oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

5.1 Tata Ruang dan Fasilitas Apotek Kimia Farma 43 Bandung


Dari segi tata ruang, Apotek Kimia Farma 43 dinilai sudah cukup baik untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan karena sudah sesuai
dengan KepMenKes RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002. Hal ini dapat terlihat dari
adanya penataan ruang yang terpisah antara ruang tunggu pasien, penerimaan
resep dan penyerahan obat, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan yang
dilengkapi dengan bak cuci, ruang administrasi, swalayan farmasi, mushola, optik,
laboratorium klinik, praktek dokter, dan toilet. Ruangan yang ada di apotek
dilengkapi dengan pendingin udara dan penerangan yang baik sehingga
memberikan kenyamanan baik bagi petugas apotek maupun pasien. Apotek Kimia
Farma 43 juga sudah dilengkapi dengan kamera CCTV untuk menghindari resiko
kecurian produk yang berada di swalayan farmasi. Selain itu, terdapat area parkir
yang memudahkan pengunjung yang memiliki kendaraan.
5.2 Apotek Kimia Farma 43 Bandung
Apotek Kimia Farma 43 memiliki waktu beroperasi selama 24 jam tidak
terkecuali di hari besar maupun hari libur biasa. Selain hal tersebut Apotek Kimia
Farma 43 juga menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan atau instansi
pemerintah, adanya praktek dokter bersama (Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter
Spesialis yang meliputi Spesialis Anak, spesialis Penyakit Kandungan, Penyakit
Dalam/Internist, spesialis Mata, spesialis kulit dan Kelamin, spesialis Penyakit
THT) kualitas pelayanan keramahan petugas, sistem komputerisasi serta sistem

33
36
37

administrasi yang teroganisir dengan rapi sehingga dapat menunjang kemajuan


Apotek.
5.3 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma 43
meliputi pelayanan obat atas resep dokter (tunai dan kredit), pelayanan obat non
resep (meliputi obat-obat OTC, UPDS, kosmetik, dan alat kesehatan) serta
pelayanan narkotika dan psikotropika.
5.3.1 Pelayanan Resep Tunai
Penerimaan resep tunai adalah penerimaan resep yang pembayarannya
dilakukan secara tunai atau dengan kartu kredit.
5.3.2 Pelayanan Resep Kredit
Pelayanan resep kredit alur pelayanan yang dilakukan hampir sama
dengan pelayanan resep tunai, namun pada pelayanan ini tidak terdapat
penyerahan uang tunai dari pasien kepada pihak apotek. Struk penjualan resep
secara kredit diserahkan ke unit BM Bandung yang selanjutnya dilakukan
penagihan kepada perusahaan atau instansi yang bersangkutan. Pelayanan obat
tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung pasien. Obat yang dapat
dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras
yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA), obat tradisional,
kosmetik dan alat kesehatan. Banyaknya pelayanan resep kredit sebenarnya
menunjukkan bahwa suatu apotek cukup bagus dalam pengembangan usaha tetapi
bila resep kredit yang diterima oleh apotek semakin banyak, maka semakin besar
pula modal apotek yang tertahan dalam bentuk piutang.
5.3.3 Pelayanan Tanpa Resep (UPDS/Swamedikasi)
Pelayanan obat tanpa resep dokter dilakukan atas permintaan langsung
pasien. Obat yang dapat dilayani tanpa resep dokter meliputi obat bebas, obat
bebas terbatas, obat keras yang termasuk dalam Daftar Obat Wajib Apotek
(DOWA), obat tradisional, kosmetik dan alat kesehatan.
5.3.4 Pelayanan Obat Narkotika dan Psikotropika
Pelayanan untuk obat golongan narkotika dan psikotropika ditangani
secara khusus.Penyerahan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan
berdasarkan resep dokter. Resep yang mengandung obat golongan narkotikadiberi
38

tanda garis tinta merah di bawah nama obatnya, sedangkan golongan psikotropika
diberi tanda garis tinta biru di bawah nama obatnya. Semua data dicatat terdiri
dari nomor resep, tanggal penyerahan, nama dan alamat pasien, nama dan alamat
dokter serta jumlah obat yang di minta seperti dalam laporan pemakaian
narkotika.

5.3.4 Pelayanan Infosmasi Obat


Pelayanan Informasi Obat yaitu memberikan semua penjelasan mengenai
terapi yang di berikan oleh dokter kepada pasien sehingga tercapai hasil terapi
yang optimal. PIO juga diberikan sekaligus sebagai jawaban atas pertanyaan
pasien tentang segala hal yang berkaitan dengan obat atau perbekalan farmasi
lainnya terutama pasien yang melakukan pengobatan sendiri misalnya dengan
memberikan alternatif pilihan obat yang sesuai dengan penyakit yang dikeluhkan
oleh pasien, Selain PIO, di Apotek Kimia Farma 43 juga memberikan pelayanan
obat melalui telepon yang disebut dengan telefarma sehinggapasien dapat
bertanya mengenai kesulitan atau keraguan dalam menggunakan obat tersebut.
5.3.5 Pelayanan Monitoring efek samping obat
Pelayanan monitoring efek samping obat di apotek Kimia Farma 43 belum
berjalan sepenuhnya mengingat jarang sekali terdapat laporan dari pasien terkait
efek samping yang dirasakan.
Secara umum, petugas yang bekerja di bagian pelayanan/penjualan telah
melayani dengan ramah, santun dan informatif serta biasanya dimulai dengan
sapaan dan tawaran bantuan serta diakhiri dengan ucapan terima kasih sebagai
penutup. Petugas selalu tanggap dan cepat menangani keluhan serta membantu
mengatasi kesulitan konsumen. Misalnya, jika konsumen tidak mampu menebus
obat maka dicarikan obat dengan zat aktif atau khasiat sama dengan harga yang
lebih terjangkau atau ditebus sebagian dulu. Keadaan tersebut perlu terus
dipertahankan dan sedapat mungkin ditingkatkan karena keramahan petugas
merupakan salah satu unsur pendorong untuk menimbulkan minat pelanggan
sehingga melakukan pembelian.
5.4 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi pengadaan, penerimaan dan
penyimpanan. Tujuan pengelolaan perbekalan farmasi adalah untuk menjaga dan
39

menjamin ketersediaan barang di Apotek sehingga tidak terjadi kekosongan


barang.Pengelolaan perbekalan farmasi dilakukan oleh bagian pembelian
berdasarkan data persediaan barang yang habis atau hampir habis yang tertera
dalam buku defekta.Bagian pembelian atau pengadaan melakukan pemeriksaan
kembali kesesuaian antara data pada buku defekta dengan persediaan barang yang
ada untuk menentukan jumlah barang yang akan dipesan. Pemesanan barang
dilakukan setiap hari senin dan kamis, dengan mengirimkan BPBA melalui
program Kimia Farma Information System (KIS) secara online yang berisi daftar
permintaan barang Apotek Kimia Farma 43 ke BM Bandung. BM merekap surat
pesanan dari setiap Apotek pelayanan menjadi Surat Pesanan (SP) gabungan.BM
mengirim SP gabungan dan rincian Apoteknya ke PBF.
5.4.1 Pengadaan Perbekalan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi di apotek Kimia Farma 43 dilakukan
menggunakan sistem pareto penjualan yaitu sistem yang memprioritaskan
penyediaan barang-barang yang laku. Barang dipesan berdasarkan kebutuhan
pasar sehingga mengurangi penolakan penjualan atau menghindari terjadinya
penumpukan barang. Selain itu perputaran modal menjadi lebih cepat,
menghindari kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang.

Khusus untuk pengadaan narkotika dan psikotropika, SP harus dibuat langsung


oleh Apotek yang bersangkutan (tidak melalui AP3/BM). Pemesanan obat
golongan narkotika, digunakan SP model N.9 yang harus ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan nama, nomor SIPA dan stempel Apotek. Untuk satu
SP hanya berlaku untuk satu jenis obat narkotika saja. Selain itu, pembeliannya
hanya boleh ke Distributor Kimia Farma yang bertindak sebagai distributor
tunggal yang ditunjuk pemerintah.

a. Pengadaan rutin di Apotek Kimia Farma 43 dilakukan dengan memesan


obat-obat yang dicatat pada buku defekta harian, yang kemudian dikirim
via email ke AP3 (BM) dalam bentuk SP. AP3 (BM) akan merekapitulasi
permintaan tersebut dan membuat SP ke PBF. PBF akan mengirimkan
barang-barang yang dipesan ke masing-masing Apotek berdasarkan surat
pesanan.
40

b. Pengadaan non rutin merupakan pengadaan barang yang bersifat


mendesak dan tidak terduga, yaitu pengadaan cito (cepat), droping antar
Apotek Kimia Farma, pembelian mendesak, dan pengadaan konsinyasi.
c. Pengadaan cito merupakan pengadaan barang melalui AP3 (BM) untuk
dipesankan ke PBF dan diantarkan secepat mungkin karena barang
tersebut sangat dibutuhkan pasien atau ditunggu oleh pasien. Pengadaan
ini dapat juga dilakukan langsung ke PBF dengan menghubungi PBF
melalui telepon, kemudian membuat SP barang langsung ke PBF yang
bersangkutan yang ditandatangani oleh APA.
d. Droping antar Apotek Kimia Farma Untuk menghindari penolakan obat
atau resep dan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan, maka Apotek Kimia Farma 43 membuat SP yang merupakan
permintaan obat dan perbekalan farmasi lainnya ke Apotek Kimia Farma
lainnya atau dikenal dengan sistem droping. Apotek pelayanan A (yang
membutuhkan barang) menelepon Apotek pelayanan B untuk mengetahui
ketersediaan obat X. Jika obat tersedia, Apotek pelayanan A mengirimkan
SP yang berisi nama dan jumlah obat yang dibutuhkan ke apotek
pelayanan B. Apotek pelayanan B mengirimkan barang dan bukti droping
ke apotek pelayanan A. Penjualan obat X akan masuk ke omset Apotek
pelayanan A. Dengan adanya bukti droping maka nilai pembelian di
Apotek pelayanan A akan bertambah senilai obat X, sedangkan nilai
pembelian Apotek pelayanan B akan berkurang senilai obat X.
e. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan suatu bentuk kerja sama antara Apotek Kimia
Farma dengan suatu perusahaan atau distributor yang menitipkan
produknya untuk dijual di apotek. Sistem konsinyasi ini biasanya
dilakukan untuk produk baru. Dalam sistem ini, apotek Kimia Farma
hanya menerima titipan suatu produk atau barang dan hanya membayar
sejumlah barang yang terjual. Akan tetapi jika barang konsinyasi tersebut
menunjukkan tingkat penjualan tinggi, maka pengadaan produk tersebut
akan dilakukan secara kredit seperti produk lain pada umumnya.
41

5.4.2 Penerimaan Perbekalan Farmasi


Penerimaan perbekalan farmasi baik dari PBF maupun dari AP3 (BM)
terlebih dahulu diperiksakesesuaiannya antara faktur pengiriman barang dengan
SP kemudian diperiksa identitas yang meliputi alamat pengiriman, nama barang,
jumlah, dosis dan adanya kerusakan serta tanggal kadaluarsanya. Jika barang yang
diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat kerusakan fisik maka bagian
pembelian akan membuat nota pengembalian barang (return) dan mengembalikan
barang tersebut ke distributor yang bersangkutan untuk ditukar dengan barang
yang sesuai. Selanjutnya diberi nomor penerimaan, tanggal, bulan, tahun, paraf,
nama jelas, dan stempel Apotek pada faktur tersebut. Faktur asli dikembalikan ke
distributor untuk keperluan penagihan, satu lembar salinan faktur disimpan oleh
PBF, satu lembar salinan diserahkan ke AP3 (BM) dan satu lembar salinan
disimpan diapotek sebagai arsip.

5.4.3 Penyimpanan Perbekalan Farmasi


Penyimpanan obat-obat di Apotek Kimia Farma 43 dilakukan berdasarkan
golongan obatnya dan diurutkan berdasarkan kelompok tertentu seperti bentuk
sediaan, obat generik dan non-generik, golongan obat, dan farmakologi atau kelas
terapi. Semua kelompok obat tersebut disusun secara alfabetis untuk
mempermudah pencarian. Untuk obat-obat bebas disusun di counter swalayan
berdasarkan khasiat secara alfabetis. Selain itu juga terdapat rak khusus untuk
penyimpanan alat-alat kesehatan. Penyimpanan narkotik berada di dalam lemari
khusus dan terkunci dengan baik. Untuk memudahkan dalam pengontrolan obat,
masing-masing obat memiliki kartu stok pada kotak penyimpanannnya.
Pencatatan kartu stok dilakukan secara langsung pada saat barang disimpan dan
pada saat pengambilan obat. Pemberian label harga untuk setiap obat-obat OTC di
swalayan farmasi perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan kenyamanan pasien
pada saat memilih produk.
5.4.4 Pengeluaran Perbekalan Farmasi
Pengeluaran barang di Apotek Kimia Farma 43 menggunakan sistem FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Sistem FIFO yaitu
barang yangpertama kali diterima merupakan barang yang pertama dijual,
sedangkan sistem FEFO adalah barang dengan tanggal kadaluarsa yang lebih
42

cepat merupakan barang yang pertama dijual. Tujuannya ialah untuk mencegah
adanya barang kadaluarsa yang belum terjual. Penjualan barang dapat dilakukan
untuk obat-obat tanpa resep dokter (UPDS), penjualan obat dengan resep secara
tunai maupun kredit. Setiap barang keluar dicatat dalam kartu stok dan didata
dalam komputer.
Proses adminstrasi di Apotek Kimia Farma 43 dilakukan secara komputerisasi
untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi pelayanan apotek. Sistem komputer
kasir mengharuskan petugas memasukkan alamat dan nomor telepon pasien yang
dapat dihubungi sebelum melakukan pencetakan struk pembayaran. Hal ini
dilakukan untuk membantu apotek dalam mengatasi masalah yang mungkin baru
diketahui setelah obat diserahkan kepada pasien. Sampai saat ini urusan
administrasi dalam pengadaan barang di Apotek Kimia Farma 43 dilakukan oleh
asisten apoteker yang lebih senior.

5.5 Sistem Pencatatan atau Pembukuan


5.5.1 Defekta
Defekta berisi keperluan barang yang habis atau barang-barang yang stoknya
dianggap kurang karena barang tersebut diperkirakan akan cepat terjual (fast
moving), sehingga harus segera dipesan agar dapat tersedia secepatnya sebelum
stok habis. Selain defekta, juga dilakukan uji petik yaitu pengecekan stok barang
fisik dan stok pada komputer yang dilakukan oleh masing-masing karyawan
sesuai bagiannya.

5.5.2 Pelaporan setoran kas apotek


Pelaporan setoran kas apotek berisi jumlah penerimaan uang yang berasal dari
penjualan obat dengan resep dokter dan tanpa resep dokter, penjualan alat
kesehatan dan dari bagian swalayan. Juga jumlah uang yang dikeluarkan untuk
kepentingan operasional.

5.5.3 LIPH ( Laporan ikhtisar penjualan harian)


LIPH ( Laporan ikhtisar penjualan harian) berisi rincian penerimaan uang di
apotek yang berasal dari penjualan obat dan perbekalan kesehatan lainnya baik
43

melalui resep atau non resep (UPDS), yang selanjutnya dilaporakan ke BM


Bandung.

5.5.4 Pelaporan penggunaan narkotika


Pelaporan penggunaan narkotika di Apotek Kimia Farma 43 dibuat setiap
bulan yang meliputi laporan penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan
penggunaan bahan baku narkotika. Laporan dibuat rangkap empat dan
ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek dan
stempel apotek yang kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Tingkat II (Kotamadya/Kabupaten Bandung), dengan tembusan kepada: Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan (BBPOM) Provinsi Jawa Barat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma 43
Bandung dari tanggal 1 31 Maret 2017, dapat disimpulkan bahwa:
1. Peran, fungsi, dan tugas apoteker di apotek adalah sebagai retailer, manager,
dan professional dalam menentukan kebijakan pengelolaan apotek serta
melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian semua komponen yang
ada di apotek.
2. Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) harus mampu menerapkan
pengetahuan dan keahlian dalam bidang teknis kefarmasian maupun bidang
non teknis kefarmasian. Dimana pelaksanaanya memerlukan kerja sama antara
APA dengan semua personel apotek.
3. Apotek Kimia Farma 43 dalam mengelola perbekalan farmasi dan kesehatan
serta sebagai sarana penyalur perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4. Apotek Kimia Farma 43 menerapkan konsep One Stop Health Care Solution
yang ingin selalu memberi pelayanan prima bagi pelanggan dimana berusaha
menyajikan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan
komprehensif bagi pelanggan.
5. Penyediaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan di Apotek Kimia
Farma 43 sudah dapat memenuhi permintaan pasien. Penggunaan KIS dalam
pelayanan dapat mempercepat waktu layanan, dan untuk fungsinya sebagai
inventory control dapat terpenuhi dengan baik.

6.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai masukan yang kiranya dapat
bermanfaat bagi Apotek Kimia Farma 43 yaitu dibuatnya ruangan konseling untuk
memenuhi salah satu aspek Standar Pelayanan Kefarmasian sehingga kegiatan
konseling bisa dilakukan dan diterapkan sesuai dengan Standar Pelayanan
Kefarmasian.

44
DAFTAR PUSTAKA

1. Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. Cetakan 3. Yogyakarta : Gajah Mada


University Press. 2000.

2. Departemen Kesehatan RI. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.


51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta : 2009.

3. Umar, M. Manajemen Apotek. Jakarta : Depot Informasi Obat. 2000.

4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta : 2016.

5. PT. Kimia Farma, Tbk. Profil Kimia Farma. Tersedia dalam


http://www.kimiafarma.co.id [diakses pada Maret 2017].

6. PT. Kimia Farma, Tbk. Sejarah Kimia Farma. Tersedia dalam


http://www.kimiafarma.co.id [diakses pada Maret 2017].

7. PT. Kimia Farma, Tbk. Visi dan Misi. Tersedia dalam


http://www.kimiafarma.co.id [diakses pada Maret 2017].

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No.36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.

9. Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan


Kefarmasian di Apotek.

10. Departemen Kesehatan RI, PERMENKES RI No. 3 Tahun 2015 Tentang


Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, Dan Pelaporan
Narkotika, Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi :2015.

11. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Ikatan Apoteker Indonesia.


2011. Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik. Jakarta Depkes
RI dan IAI.

12. Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 Tentang


Psikotropika. Jakarta :1997.

13. Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang


Narkotika. Jakarta :2009

14. Umar. 2007. Manajemen Apotek Praktis. Jakarta : CV. Nyohoka Brothers

45
46

Anda mungkin juga menyukai