TEKNIK PRODUKSI
Tahap operasi produksi dimulai apabila sumur telah selesai dikomplesi (Well
Completion), dimana tipe komplesi yang akan digunakan tergantung pada karakteristik
dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi diatas maupun dibawahnya,
tekanan formasi, jenis fluida dan metoda produksi.
139
Gambar 3.1 Kurva IPR
q
Pwf Ps
PI .......................................................................................(3-1)
Dimana Pwf adalah tekanan alir dasar sumur, Ps adalah tekanan statik reservoir , q laju
alir dan PI adalah Productivity Index.
140
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa hubungan antara Pwf dan q merupakan
persamaan linier, seperti terlihat pada gambar.
2
q P P
1 0.2 wf - 0.8 wf .................................................................. (3-2)
qmax Ps Ps
Dimana :
qmax = laju alir maksimum, bpd
Pwf = tekanan alir dasar sumur,
Ps = tekanan statik reservoir ,
q = laju alir
141
Gambar 3.3 Grafik IPR Metoda Vogel
...................................................................... (3-3)
Dimana :
q = gross liquid rate, STB/day
Ps = tekanan statik reservoir, psi
Pwf = tekanan aliran di dasar sumur, psi
(Ps-Pwf) = draw-down, psi
........................................................................ (3-4)
142
Dimana :
k = permeabilitas, md
h = ketebalan formasi, ft
o = viskositas minyak, cp
Bo = faktor volume formasi
rw = jari-jari sumur, ft
re = jari-jeri pengurasan, ft
q = laju produksi, bpd
Sehingga diperoleh suatu persamaan :
PI 0.007082 kh
r
o . Bo ln e
R w ................................................................................. (3-5)
143
Karakteristik fluida reservoir :
1. Kelarutan gas dalam minyak
Untuk tekanan reservoir yang lebih besar dari tekanan gelembung (bubble point
pressure), adanya drawdown pressure tidak mengakibatkan perubahan terhadap
permeabilitas karena fluida yang mengalir masih terdiri dari satu fasa. Apabila tekanan
reservoir lebih kecil dari tekanan gelembung (bubble point pressure), maka adanya
drawdown pressure dapat mengakibatkan permeabilitas berkurang karena hadirnya
saturasi gas yang dapat menghambat aliran minyak ke permukaan. Dengan kata lain
bahwa adanya perubahan fasa dalam reservoir yaitu timbulnya fasa gas dalam bentuk
gelembung yang akan mengisi ruang pori-pori batuan akan menghalangi aliran minyak
sehingga harga PI akan turun.
2. Faktor Volume Minyak
Diatas tekanan gelembung, penurunan tekanan akan menyebabkan naiknya Bo akibat
pengembangan minyak. Sedangkan dibawah tekanan gelembung harga Bo turun
dengan cepat karena penyusutan akibat dibebaskannya gas yang terlarut. Dengan kata
lain kenaikan harga Bo akan menurunkan harga PI.
3. Viskositas
Viskositas adalah ukuran ketahanan fluida terhadap pengaliran. Bila tekanan
reservoir sudah berada di bawah tekanan bubble point maka penurunan takanan akan
mengakibatkan bertambahnya gas yang dibebaskan dari larutan, sehingga viskositas
naik. Hal ini akan mempengaruhi harga PI.
Drawdown
Semakin besar drawdown, maka besar pula laju lirannya, sehingga PI naik. Tetapi
dengan semakin besarnya drawdown yang dikibatkan mengecilnya Pwf, sehinga di
bawah tekanan saturasi akan mengakibatkan dibebaskannya gas yang terlarut dalam
hal ini akan menyebabkan turunya harga PI.
Dengan terbebaskannya gas yang semula larut dalam minyak akan mengakibatka n
kehilangan tekanan yang besar dalam aliran vertikal ke permukaan sehingga Tubing
Head Pressure (THP) yang dihasilkan akan kecil, dan ini memungkinka n
144
ketidakmampuan untuk mengalirkan fluida selanjutnya ke separator, karena tidak dapat
mengatasi tekanan balik yang terjadi. Disamping itu laju produksi minyak akan turun
karena terhambat oleh aliran gas. Perlu kita perhatikan bahwa, dengan membesarnya
drawdown untuk formasi yang kurang kompak dapat menimbulkan masalah
terproduksinya pasir.
Ketebalan Lapisan
Semakin tebal suatu zona produktif, maka makin besar pula harga PI yang berarti
laju produksi juga dapat naik tetapi apabila lapisan tersebut diselingi oleh lapisan tipis
dari air maupun gas, maka laju produksi minyak akan berkurang. Terproduksinya air
dapat pula menyebabkan terjadinya scale yang mengurangi kapasitas kerja dari alat-
alat atau terjadi korosi pada alat. Untuk mencegah hal ini, antara lain dengan memasang
casing, sehingga menembus formasi/zona produktif, kemudian diperforasi pada
interval- interval minyaknya.
Mekanisme Pendorong
Kecepatan perubahan tekanan reservoir akibat proses produksi sangat
dipengaruhi oleh jenis mekanisme pendorong yang dimilikinya. Kelakuan tekanan
reservoir untuk masing-masing reservoir dapat dilihat pada Gambar 3.3.
1. Solution Gas Drive
Semakin turun tekanannya semakin banyak gas yang dibebaskan dari larutan,
sehingga saturasi gas naik dan saturasi minyak turun yang menyebabkan permebilitas
efektif minyak (ko ) turun, sehingga PI turun. Bila tekanan masih berada di atas tekanan
saturasi maka PI konstan, karena belum ada gas yang dibebaskan .
2. Gas Cap Drive
Penurunan tekanan agak lambat dibandingkan dengan solution gas drive. Hal ini
disebabkan karena tenaga pendorong selain dari pengembangan gas juga oleh
pendesakan dari gas cap drive. Akibatnya penurunan PI tidak secepat pada solution gas
drive.
145
3. Water Drive
Selama pengosongan minyak dari reservoir oleh water influx, sehingga tidak
dapat mengimbangi pengosongan, maka tekanan akan turun sampai dibawah tekanan
saturasi, sehingga terbentuk fasa gas. Dalam kondisi ini dapat terjadi aliran minyak, air
dan gas, dimana PI-nya akan turun selama produksi berlangsung.
Perlu diketahui pula, bahwa persamaan di atas harus memenuhi syarat-syarat yang
diasumsikan oleh Darcy :
146
(artificial lift). Ada berbagai jenis metode artificial lift, diantaranya yaitu : Gas Lift,
Pompa Angguk (Sucker Rod) dan Pompa Reda (ESP).
147
Kalau IPR diumpamakan merupakan grafik linier maka PI merupakan angka yang akan
menentukan potensial formasi yang bersangkutan, dimana angka tersebut didapat dari
persamaan berikut :
q
PI ................................................................................................. (3-7)
Ps Pwf
Dimana :
PI = Productivity Index
q = Laju produksi, Bbl / day
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Ps = Tekanan statik reservoir, psi
Untuk menentukan harga PI secara langsung adalah sewaktu sumur tersebut flowing.
Kemudian dicatat harga P wf dan q sumur tersebut dari pressure build-up curve dapat
ditentukan tekanan statik reservoir (P s).
dP dP dP dP
=( )el + ( )f + ( )acc ............................................................... (3-8)
dL dL dL dL
Dimana :
dP dL = gradien tekanan total
148
fv 2
(dP/dL)f = , merupakan komponen yang ditumbulkan oleh adanya
2g c d
gesekan.
vdv
(dP/dL)acc = , merupakan komponen yang ditimbulkan oleh peru-
2 g c dZ
bahan energi kinetik.
149
yang berada di bawahnya dan untuk menutup ruangan yang terdapat di antara casing
dan tubing, sehingga aliran fluida hanya dapat keluar melalui tubing.
b. Christmas Tree
Merupakan kumpulan valve-valve dan fitting- fitting yang dipasang di atas tubing
head, yang terbuat dari besi baja kualitas tinggi yang dapat menahan tekanan tinggi
dari sumur dan dapat menahan reaksi dari air formasi yang bersifat korosif yang
bersama-sama mengalir dengan minyak atau dapat menahan pengikisan pasir yang
terbawa ke prmukaan. Ditinjau dari sayapnya (wings), Christmas tree dibagi menjadi
dua macam, yaitu :
150
Gambar 3.5 Christmas tree
Positive choke
Choke jenis ini terbuat dari besi baja pejal dimana pada bagian dalamnya terdapat
lubang kecil berbentuk silinder sebagai tempat mengalirnya minyak dan gas menuju
separator. Besarnya perbedaan tekanan sebelum dan sesudah aliran melewati choke dan
besarnya aliran fluida tersebut tergantung pada diameter choke yang digunakan.
151
Adjustable choke
Pada choke jenis ini besarnya diameter dapat diatur sesuai dengan kebutuhan,
dengan jalan memutar handwheel yang tedapat pada bagian atasnya tanpa harus
melepas atau menggantinya. Pemasangan choke jenis ini dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya penggantian choke yang terlalu sering, terutama pada sumur-
sumur yang menggunakan christmas tree jenis single wing atau single arm.
a. Tubing
Merupakan pipa vertikal di dalam sumur, berfungsi mengalirkan fluida reservoir
dari dasar sumur ke permukaan.
b. Packer
Berfungsi menyekat annulus antara casing dan tubing serta memberika n
drawdown yang lebih besar.
c. Nipple
Berfungsi untuk menempatkan alat-alat kontrol aliran di dalam tubing. Terdapat
dua jenis nipple, yaitu leading dan no-go nipple.
d. Sliding Sleeve Door
Alat ini digunakan untuk memproduksikan hidrokarbon dari beberapa zona
produktif dengan single tubing, dengan adanya alat ini memungkinkan hubunga n
antara annulus dengan tubing. Cara membuka sliding sleeve door dilakukan dengan
metode wire line.
152
e. Bottom Hole Choke
Disamping choke yang dipasang di permukaan kadang-kadang dipasang choke
yang ditempatkan di dalam sumur. Pemasangan bottom hole choke diantaranya
dimaksudkan untuk :
Memperpanjang umur sembur alam dengan jalan membebaskan gas yang berasal
dari larutan minyak untuk memperingan kolom minyak atau menambah
kecepatan alir dalam tubing.
Mengurangi atau mencegah pembekuan (freezing) pada peralatan kontrol di atas
permukaan dengan jalan memasang choke pada ujung bawah tubing.
Mencegah terjadinya endapan hydrate, karbonat dan paraffin yang menga lir
bersama-sama dengan fluida dari formasi ke permukaan.
Mencegah atau mengurangi air masuk ke dalam sumur dengan jalan menjaga
tekanan dasar sumur tetap konstan.
f. Blast Joint
Merupakan sambungan pada tubing yang memiliki dinding yang tebal, dipasang
tepat di depan formasi produktif yang berfungsi untuk menahan semburan aliran fluida
formasi.
g. Flow Coupling
Alat ini mempunyai bentuk yang sama dengan blast joint. Alat ini dipasang di
atas dan di bawah nipple yang berfungsi untuk menahan turbulensi fluida akibat adanya
kontrol aliran yang dipasang di nipple.
153
Untuk perencanaan sumur sembur alam, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan :
1. Verifikasi Atau Pengujian Tubing Dari Segi Kekuatan Bahan
Pengujian tubing dari segi kekuatan bahan meliputi joint strength, collapse
pressure serta bursting pressure tubing dalam menahan tekanan. Sedangkan besarnya
diameter dari segi kekuatan bahannya, tubing yang direncanakan tergantung dari
beberapa faktor, antara lain :
154
Mempertahankan tekanan alir dasar sumur, yang diperlukan adalah perencanaan
(desain) setiap instalasi sembur buatan. Banyak tipe metode sembur buatan yang
tersedia, seperti pompa angguk (sucker rod pump), Electrical Submergible
Pump (ESP), Plunger Lift, Gas Lift, dan lainnya. Masing-masing tipe sembur buatan
mempunyai keuntungan dan kekurangan masing- masing.
Pump Jack / SRP umum digunakan di dunia perminyakan karena biaya yang
diperlukan relatif murah dan pengoperasiannya pun mudah. Prinsip mengangkat fluida
dengan energi dari prime mover permukaan yang ditransfer ke subsurface pump yang
diletakkan di dalam sumur.
155
SRP dikelompokan berdasarkan letak Counterbalance, yaitu:
- Crank BalancedConventional dan Front Mount Mark (Mark II)
- Beam Balanced-Conventional
- Air BalancedFront Mounted
- Non Beam Pumping Unit
156
Gambar 3.8. Air Balanced Pumping Unit
Pump Jack merupakan pompa yang terletak di atas permukaan tanah. Pompa ini
bertujuan untuk mengendalikan piston yang terpasang pada sumur minyak. Pump Jack
157
biasanya digunakan untuk pada daerah yang kandungan minyaknya cukup banyak.
Besarnya pompa juga ditentukan oleh kedalaman dan berat minyak yang akan
dipindahkan. Pump Jack mengubah gerakan putaran dari motor menjadi gerakan
vertikal untuk mendorong batang pompa. Pump Jack disokong oleh sebuah prime
mover. Umumnya digunakan motor elektrik untuk menggerakannya, namun untuk
daerah yang aksesnya terpencil, kemungkinan digunakan proses pembakaran mesin
seperti diesel. Begitu juga di area ini, penggunaan motor elektrik disuplai oleh power
plant.
158
Polished rod di klem pada carrier bar yang dihubungkan dengan horse head melalui
wireline hanger yang bersifat fleksibel agar polished rod tetap tegak lurus dalam
stuffing box.
- Walking Beam
Walking Beam ditunjang dekat titik beratnya oleh sampson post. Walking beam
meneruskan gerakan dari pitman yang diberikan oleh crank. Panjang langkah polished
rod (PRSL) ditentukan oleh jarak dari pitmann bearing ke crakshaft. Umumnya tersedia
tiga posisi untuk PRSL sehingga bisa diubah di tuas di pin bearing sehingga diameter
putaran akan lebih kecil kalau produksi menurun misalnya.Alat penting lainnya adalah
counter balance yang digunakan untuk mengimbangi gerakan naik turun pompa agar
tidak berbeda jauh dalam hal pembebanannya. dengan ini pompa dan motor akan lebih
tahan lama. Efek counterbalance ini tergantung dari berat, posisi, dan geometri alat.
159
Sedangkan ada saat down stroke standing valve tertutup karena tekanan dari fluida
yang berada didalam barrel akibat turunnya plunger sehingga fluida tidak kembali ke
sumur . Standing Valve pada tipe TBHM dan RWAC berada di barrel.
- Working Barrel
Working Barell adalah pipa silinder yang berfungsi sebagai liner untuk memompakkan
fluida sehingga terjadi efek suap atau penghisapan, sehingga fluida dalam sumur
terpompakan dalam sumur.
Terdapat dua jenis Alat Bawah Permukaan pada SRP, yaitu THBM dan RWAC.
Dimana jenis-jenis tersebut meiliki ukuran yang berbeda-beda. THBM memilik i
ukuran diameter 2 inch, 2.5 Inch dan 3 Inch. Sedangkan RWAC hanya berdiameter 2
inch. Dimana setiap ukuran juga memiliki panjang yang berbeda-beda. Panjang dari
rod tersebut akan mempengaruhi stroke length yang digunakan.
- Intake
Intake pada SRP merupakan salah satu rangkaian subsurface yang berguna sebagai
tempat masuknya fluida reservoir. Ada beberapa jenis intake pada SRP dimana intake
160
pada SRP disesuaikan dengan problem pada sumur, seperti kepasiran dan bubble gas
(pada sumur dengan kandungan gas yang tinggi).
161
gunakan cairan air collar yang mirip oli namun fisiknya berwarna bening yang berguna
meminimalisir panas yang di keluarkan oleh pompa pada saat bekerja.
4. Seal Section/Protector
Penyekat yang berfungsi melinfungi motor ESP agar tidak kemasukan fluida, karena
jika di dalam motor di aliri oleh fluida maka motor akan mati dan menimbulkan biaya.
Di lapangan tanjung pada seal section menggunakan 3 bed. Sehingga saat fluida telah
memasuki bed pertama maka masih ad 2 bed lagi sehingga motor masih bisa berjalan
dengan baik.
162
5. Intake/RGS (Rotary Gas Separator)
Intake merupakan jalur bagi fluida untuk masuk ke ruang pompa dan mengalir ke
surface. Intake yang di gunakan bisa bervariasi sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan.
Jika GOR pada lapangan tersebut <25% maka menggunakan intake, sedangkan untuk
GOR >25% menggunakan RGS dan untuk GOR >75% menggunakan MVP (Multi
Ventilation Pump)/AGH (Andvance Gas Handling).
Prinsipnya cara kerja ketiganya sama saja, hanya saja pada RGS dan MVP digunakan
untuk meminimalisir masuknya bubble gas yang terlalu besar kedalam pompa.
Sehingga bubble yang masuk ke pompa tidak terlalu besar. Bubble gas diperkecil agar
tidak terjadi gas lock dan mengurangi efisiensi dari pompa.
6. Pump
Pompa berfungsi untuk menghisap fluida sehingga dapat dialirkan ke atas permukaan.
Panjang pompa bervariasi tergantung dari stages yang di butuhkan untuk mengalirka n
fluida, dalam satu stages terdapat 1 impeller dan 1 diffuser.
163
Gambar 3.14. Impeller dan Diffuser pada ESP
Semakin panjang stages yang dibutukan maka semakin panjang pula pompa nya. Pada
umunya kepasiran tidak menggangu kinerja dari pompa karena sejatinya sub di dalam
pompa akan selalu berputar untuk mengantarkan fluida ke atas permukaan, sehingga
jika ada kepasiran maka pasir akan digerus oleh impeller dan diffuser.
7. Discharge Head
Fungsi utama dari discharge head adalah untuk menyambungkan top rangkaian ESP
dengan bottom dari tubing.
164
Gambar 3.16. Discharge Head
8. Junction Box
Fungsi utama dari Junction Box adalah untuk membuang aliran gas yang masuk
kedalam kabel. Aliran gas bisa masuk melalui sela-sela atau lubang kecil dari kabel.
Sebelum aliran listrik dari bawah permukaan masuk ke PSD maka sebelumnya akan
melewati junction box yang akan membuang aliran gas yang terikut di dalam kabel.
Prinsip kerja nya yaitu kabel dari bawah permukaan kulit pembungkus kabel akan di
potong sehingga gas akan menguap ke udara kemudian jaket kabel dari PSD juga akan
di potong seperti aliran kabel dari bawah permukaan dan kemudian keduanya akan
dihubungkan, yang terhubung hanya kabel bagian dalam saja, sehingga PSD akan
aman dari bahaya konslet ataupun meledak dan terbakar karena gas tidak akan ikut
masuk ke PSD.
9. PSD
PSD merupakan otak dari ESP, dimana segala kegiatan ESP dapat dikontrol oleh PSD
dan dapat dilakukan pengaturan pada PSD dalam membaca kegiatan dari ESP.
165
Gambar 3.17. PSD untuk ESP
10. Kabel
Kabel merupakan media penghantar listrik untuk menghidpkan motor dan kemudian
menggerakkan pompa. Satuan kabel untuk pompa ESP adalah AWG (American Wire
gauge) dimana semakin besar nilai AWG nya semakin kecil size dari kabel tersebut.
Ada 2 tipe kabel yang di gunakan pada ESP :
a. Flat di gunakan dari rangkaian paling bawah pompa hingga 55 ft dari forehead,
karena jarak pompa terhadap annulus casing relative lebih kecil sehingga
membutuhkan kabel yang flat agar msh ada sisa jarak antara kabel dan dinding
casing agar meminimalisir potensi rusak, ataupun dogleg.
b. Round digunakan setelah 55ft keatas karena ukuran tubing lebih kecil dari pada
pompa ESP sehingga jarak dari tubing ke dinding casing masih lebih besar di
bandingkan pada jarak motor dan dinding casing.
166
Gambar 3.18. Round Cable ESP
Kabel ESP dilapisi oleh rubber yang seperti karet kemudian armor yang bersifat
stainless stell hal ini bertujuan untuk memproteksi kabel agar tidak terjadi kerusakan
karena kabel di bawah permukaan memiliki kemungkinan untuk berbenturan metal to
metal yaitu dari ESP dan dinding casing. Namun tidak di pungkiri bahwa masih saja
kabel akan terjadi kemasukan gas dikarena partikel gas yang lebih kecil dan dapat
masuk ke lapisan armor maupun rubber sehingga untuk mengantisipasi masuknya
aliran gas ini ke PSD digunakanlah junction box.
Sebelum ESP running ke downhole , terlebih dahulu kabel diikatkan pada string ESP
dengan menggunakan bend dengan jarak 3 bend/5ft sepanjang pompa sedangkan untuk
tubing dipasangan 30% di atas tubing dan 30% di bawah tubing.
167
3.3.1. Karakteristik Reservoir
Kondisi reservoir merupakan salah satu faktor penting dalam pemilihan metode
produksi. Kondisi reservoir yang sangat mempengaruhi pemilihan metode produksi,
adalah kondisi batuan dan karakteristik fluda reservoir serta produktifitas sumurnya.
Kondisi Batuan Reservoir
Seperti diketahui bahwa di dalam suatu reservoir, kemungkinan terdapat lapisan
produktif lebih dari satu, perhitungannya berbeda dengan lapisan produktif yang satu,
terutama diperlukan harga rata-ratanya. Adanya lapisan produktif yang lebih dari satu,
maka akan mempengaruhi komplesi sumurnya. Ada dua kemungkinan cara
memproduksikan lapisan produktif yang lebih dari satu, yaitu :
1. Comingle Completion
Yaitu komplesi sumur pada lapisan produktif yang lebih dari satu dan diproduksikan
melalui satu pipa (tubing) produksi. Kemungkinan yang sering dijumpai dalam lapisan
produktif adalah :
Lapisan batuan paralel, dimana tidak diselingi atau tipis sekali lapisan
impermeabel dan mempunyai sifat yang homogen.
Lapisan batuan impermeabel, dimana diselingi lapisan tebal lainnya dan mempunya i
tekanan antara aliran yang berbeda. Adanya perbedaaan tekanan antara lapisan dari
masing- masing lapisan produktif ini maka akan mempengaruhi kemampuan
produksinya, sehingga didalam pemilihan metode produksi perlu dipertimbangka n
sebaik-baiknya. Besarnya tekanan antara aliran ini, dapat ditentukan dengan persamaan
berikut :
168
2. Multiple Completion
Yaitu metode komplesi sumur dimana setiap lapisan produktif diproduksikan sendiri-
sendiri secara terpisah sesuai dengan kemampuan masing- masing lapisannya. Karena
cara komplesi sumur ini relatif lebih mahal dari dibandingkan dengan cara comingle
completion, dimana diperlukan tubing yang lebih banyak, maka didalam memilih
metode produksi perlu dipertimbangkan.
169
Pada metode sembur alam faktor kedalaman tidak banyak diperhatikan, karena metode
ini hanya ditinjau dari segi kemampuan fluida itu sampai ke permukaan. Sedangkan
untuk metode pengangkatan buatan, hal ini sangat diperhatikan sekali. Untuk gas lift
dengan semakin dalamnya lubang sumur produksi, maka akan mempengar uhi
penggunaan volume dan tekanan gas injeksi yang semakin besar, sedangkan
kemiringan lubang sumur yang terlalu besar, akan menyulitkan dalam perencanaannya.
Untuk pompa sucker rod dengan semakin dalamnya lubang sumur maka semakin kecil
volume minyak yang diperoleh. Adanya kemiringan lubang sumur besar, maka akan
mengakibatkan kesulitan dari gerakan tangkai pompa hal ini dapat mengakiba tka n
putusnya tangkai pompa tersebut. Untuk pompa ESP dengan semakin dalamnya lubang
sumur produksi, maka akan mempengaruhi panjang kabel listrik yang digunakan.
Diameter Casing
Seperti diketahui bahwa untuk mengalirkan minyak dari dalam sumur ke permukaa an
digunakan tubing, dimana jumlahnya tergantung pada ukuran dan diameter casingnya.
Dengan demikian diameter casing ini (diameter dalamnya) akan mempengar uhi
volume dan kapasitas produksinya. Dengan diketahui diameter casing, maka dapat pula
dipilih metode produksi yang digunakan, yaitu dengan melihat ukuran dan volume atau
kapasitas produksinya.
170
Sedangkan metode linier completion yaitu metode komplesi sumur yang merupakan
pengembangan dari metode open hole dan perforated completion, dimana dengan
menambahkan linier yang diturunkan ke dalam sumur lalu digantung dan diletakkan di
depan zona produktif. Metode linier completion ini ada dua macam yaitu yaitu linier
yang disemen lalu diperforasi dan linier yang tergantung bebas dan tidak disemen.
Metode linier completion ini digunakan untuk mengatasi adanya problem khusus
dalam sumur, misalnya problem kepasiran. Pada problem kepasiran biasanya dipasang
suatu saringan (screen) yang berfungsi untuk menahan aliran pasir dari formasi yang
tidak kompak (unconsolidated).
Adanya macam-macam metode komplesi sumur ini akan mengakibatkan aliran fluida
dari formasi ke lubang sumur terganggu, sehingga kapasitas fluidanya tidak mencapai
maksimum. Hal ini bisa terjadi pada perforated dan linier completion, sedangkan untuk
open hole completion pangaruhnya sedikit kecuali jika terjadi kerusakan formasi.
Dengan demikian dengan adanya pengaruh kapasitas produksi ini, maka komplesi
sumur dapat mempengaruhi cara produksi dari sumur tersebut.
171