Anda di halaman 1dari 6

Anion

Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion
diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu
atau kelompok anion yang memiliki sifat sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan
proses analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari
anion umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu
dan tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu
analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Berdasarkan data pengamatan, reaksi awal untuk sampel A setelah penambahan
AgNO3, tidak terbentuk endapan walaupun penambahannya telah berlebih. Hal tersebut
diduga karena pada sampel memang tidak terdapat anion-anion ferisianida sebagai
Ag3[Fe(CN)6] , anion sulfat sebagai Ag2SO4, dan anion kromat sebagai AgCrO4. Dugaan
selanjutnya adalah terbentuknya senyawa kompleks dan kurangnya konsentrasi AgNO3 yang
digunakan sehingga tidak mampu mngendapkan larutan. Berdasarkan teori, endapan
terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan ke larutan (S) satu
endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya. Jelas terlihat bahwa konsentrasi pelarut
sangat berpengaruh dengan proses pengendapan, konsentrasi pereaksi yang kurang tidak
menjenuhkan larutan, artinya nilai dari kspnya lebih besar dari nilai hasil kali kelarutannya.
Hasil kali kelarutan secara umum dilambangkan dengan Qc dan cara menghitungnya sama
dengan Ksp yaitu merupakan hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam suatu garam
sukar larut. Perbedaannya, nilai Qc menunjukkan hasil kali kelarutan pada keadaan yang
belum bisa dipastikan apakah larutan tersebut belum jenuh, tepat jenuh atau lewat jenuh
(terbentuk endapan) sedangkan Ksp adalah hasil kali konsentrasi ion-ion yang terurai dalam
suatu garam sukar larut pada keadaan maksimum (tepat jenuh). Ketentuannya sebagai berikut
:
Jika nilai Qc
Jika nilai Qc=Ksp maka larutan tersebut tepat jenuh.
Jika nilai Qc>Ksp maka larutan tersebut lewat jenuh (ditandai dengan terbentuknya
endapan karena pelarut tidak mampu lagi melarutkan zat terlarut yang dalam hal ini adalah
garam sukar larut)
Karena tidak terbentuk endapan otomatis kami tidak bisa melakukan uji identifikasi
kromat, sulfat dan ferisianida. Pada percobaan kemarin kami hanya melakukan uji nitrat dan
permanganat. Berdasarkan hasil percobaan yang telah kami lakukan, anion yang positif pada
sampel A adalah anion Nitrat dengan penandaan berupa terbentuknya gas amoniak. Dalam
hal ini nitrat berfungsi sebagai zat pengoksidasi atau oksidator, karena mengubah NH4OH
menjadi NH3, terjadi kehilangan ion hidrogen pada NH4OH.
Pada pengujian sampel B, dilakukan tiga uji identifikasi, yaitu identifikasi karbonat,
asetat dan hidroksida, dari ketiga uji tersebut yang hasilnya positif adalah pada identifikasi
asam cuka. Asam cuka memiliki rumus kimia sebagai berikut CH3COOH atau bisa disebut
juga asam asetat. Cara identifikasi asetat ini bisa dibilang mudah, karena terbukti dengan
timbulnya bau cuka yang menyengat. Sampel yang mengandung anion asetat akan bereaksi
dengan asam sulfat dan terjadi pertukaran ion, asam sulfat yang mengandung ion H+ akan
bergabung dengan ion asetat (CH3COO-) pada sampel membentuk asam asetat atau asam
cuka.

H. Kesimpulan dan Saran :


Kesimpulan
Dari praktikum tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Anion adalah atom yang bermuatan negatif bila kelebihan elektron. Analisis anion diawali
dengan uji pendahuluan untuk memperoleh gambaran ada tidaknya anion tertentu atau
kelompok anion yang memiliki sifat sifat yang sama. Selanjutnya diikuti dengan proses
analisis yang merupakan uji spesifik dari anion tertentu. Pemisahan secara fisik dari anion
umumnya tidak penting, karena uji spesifik anion hanya peka terhadap anion tertentu dan
tidak peka untuk anion lainnya. Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan alam suatu
analisis anion oleh anion lain, maka diperlukan langkah awal proses pemisahan.
Pemakaian zat pereaksi yang terlalu benyak, mungkin tidak akan terjadi endapan karena
terbentuknya ion kompleks, sehingga pemakaian zat pereaksi secara berlebihan tidak berguna
dan merupakan pemborosan, juga dapat menyulitkan proses analisa.
Larutan pencuci endapan berguna untuk membersihkan endapan dengan cara melarutkan
kotoran yang terdapat dalam endapan. Dalam hal ini adalah air hangat dan HCl encer.
Berdasarkan teori, endapan terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan ke larutan (S) satu endapan, menurut defenisi adalah sama dengan konsentrasi
molar dari larutan jenuhnya.
Kelarutan tergantung pada berbagai kondisi seperti suhu, tekanan, konsentrasi bahan-bahan
lain dalam larutan itu dan pada komposisi pelarutnya.
Berdasarkan hasil percobaan sampel A teridentifikasi ada anion Nitrat, dan sampel B
teridentifikasi ada anion Asetat.
http://wiwiksatrianiputrijb.blogspot.co.id/2012/06/identifikasi-anion.html

Kation

Analisis kation merupakan pendekatan yang sistematis. Umumnya dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu pemisahan dan identifikasi. Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan
suatu kelompok kation dari larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari
larutan dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan
yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk
kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa
kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil,
sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation. Pada praktikum ini
bertujuan agar mahasiswa dapat memisahkan dan mengidentifikasi kation-kation dalam
sampel. Kation-kation yang digunakan dalam percobaan ini, tidak ditentukan jenis-jenis
kation apa saja yang digunakan, sebab kation yang digunakan tergabung dalam larutan
sampel. Dari larutan sampel tersebut, kita bisa mengidentifikasi jenis-jenis kation apa saja
yang ada dalam larutan sampel.

Pada percobaan pertama yaitu sampel yang ditambahkan larutan NaCl kemudian terbentuk
endapan, endapan yang terbentuk adalah endapan berwarna putih. Dari hasil pengamatan
dapat diketahui bahwa kation dalam endapan itu adalah Ag dan Pb. Kation dalam endapan
tersebut merupakan kation golongan I yang mengendap sebagai garam klorida yang berwarna
putih karena bereaksi dengan NaCl 1 M. Reaksi yang terjadi yaitu :

Endapan PbCl2 akan larut dengan kenaikkan suhu. Kenaikkan suhu umumnya dapat
memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat,
berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar
pemisahan kation. Oleh karena itu, PbCl2 dapat dipisahkan dari kation yang lain dengan
menambahkan H2O panas kemudian mensentrifus dan memisahkannya dari larutan. Adanya
filtrat Pb dapat diidentifikasi dengan penambahan K2CrO4 membentuk endapan kuning atau
dengan H2SO4 membentuk endapan yang berwarna putih. Reaksi yang terjadi yaitu :

Pada percobaan kedua yaitu filtrat B ditambahkan dengan larutan NaOH berlebih dan
terbentuk endapan coklat. Kemungkinan kation dalam endapan tersebut yaitu Fe dan Mn.
Saat larutan dari filtrat B ditambahkan dengan NaOH, kation Fe bereaksi dengan NaOH dan
menyebabkan mengendapnya kation Fe sebagai hidroksidanya Fe(OH)3 coklat.
Selanjutnya pada penambahan NH3 berlebih + HNO3, terbentuk endapan coklat merah seperti
gelatin Fe(OH)3. Apabila kedalam endapan tersebut ditambahkan NaOH berlebih,
menyebabkan endapannya menjadi tidak larut. Hal tersebut dikarenakan NaOH yang bersifat
basa kuat sehingga sulit bereaksi dengan Fe(OH)3 dan mengakibatkan endapan tidak larut.
Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran
larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan
endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam praktiknya ini
dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan
pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan efek yang sebaliknya yaitu
melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukkan kompleks yang dapat larut
dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan endapan
menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing.
Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat menyebabkan
endapan menjadi larut kembali. Sedangkan pada Mn terbentuk endapan MnO(OH)2 yang
berwarna coklat bila ditambahkan dengan NaOH berlebih. Pada dasarnya, Mn bila
ditambahkan NaOH (tanpa berlebih) akan membentuk endapan putih Mn(OH)2, dan jika
ditambahkan lagi dengan NaOH berlebih, endapan menjadi tidak larut. Namun, dengan
adanya udara bebas menyebabkan Mn(OH)2 teroksida dengan cepat membentuk endapan
coklat MnO(OH)2. Selanjutnya pada penambahan NH3 berlebih + HNO3, endapan
MnO(OH)2 menjadi larut, diakibatkan konsentrasi pereaksi yang berlebih.

Pada percobaan ketiga yaitu filtrat C ditambahkan dengan NH3 dan HNO3 membentuk
endapan putih, sehingga kemungkinan kation yang ada yaitu Al. Pada penambahan NH3
terbentuk endapan Al(OH)3 berwarna putih. Hidroksida aluminium ini bersifat amfoter
sehingga dapat larut dalam NaOH. Jika NaOH ditambahkan pada hidroksida aluminium,
maka hidroksida selanjutnya dari kation tersebut akan terbentuk. Tetapi aluminium yang
bersifat amfoter akan larut membentuk kompleks Al(OH)4. Pada penambahan HNO3 dalam
filtrat C terdapat kation Al dan apabila ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih Al(OH)3.

Jadi, dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui kation-kation yang ada dalam
sampel yang digunakan yaitu Ag, Pb, Fe, Mn, dan Al.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Endapan PbCl akan larut dalam air panas karena memiliki kelarutan yang tinggi.
2. Reaksi spesifik ion Ag + Cl AgCl(s) putih.
3. Reaksi spesifik ion Pb + Cl PbCl(s) putih.
4. Reaksi spesifik ion Fe + 3OH Fe(OH)3(s) coklat.
5. Reaksi spesifik ion Mn + 2OH MnO(OH)2(s) coklat.
6. Pb dapat diidentifikasi dengan K2CrO4 membentuk endapan berwarna kuning,
karena terbentuk PbCrO4 setelah sebelumnya diidentifikasi dengan NaCl yang
membentuk endapan putih PbCl2 .
7. Fe dapat diidentifikasi dengan NaOH membentuk endapan Fe(OH)3 yang berwarna
coklat.
8. Pada endapan-endapan tertentu dapat dipengaruhi oleh kenaikan suhu. Kenaikkan
suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa
endapan.
9. Al(OH)3 bersifat amfoter sehingga dapat larut dalam NaOH membentuk kompleks.
Reaksi yang terjadi adalah :
10. Kelarutan dalam suatu endapan dapat dipengaruhi oleh sifat dan konsentrasi bahan
yang ada dalam campuran larutan itu. Kelarutan endapan berkurang dengan adanya
pereaksi yang berlebih. Namun, dalam beberapa senyawa terjadi sebaliknya yaitu
dapat melarutkan endapan.
11. Dari percobaan yang dilakukan, dapat diketahui kation-kation yang terdapat dalam
larutan sampel yang digunakan yaitu Ag, Pb, Fe, Mn, dan Al.

http://rifnotes.blogspot.co.id/2013/06/laporan-dasar-kimia-analitik.html

Argentometri

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis


dengan menggunakan perak nitrat (AgNO3),biasanya ioin-ion yang di tentukan
dalam titrasi ini adalah ion iodide.
Dalam percobaan digunakan larutan baku AgNO3,KCl sebagai zat uji
dan indicator K2CrO4. Pada zat uji yang pertama dengan berat sampel adalah 180
mg,volume titrasi yang di dapatkan adalah 27,8 ml,dengan perubahan warna yang
terjadi adalah dari warna kuning menjadi warna merah bata. Pada uji yang ke dua
dengan berat sampel 180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 28,8 ml,dengan
perubahan warna dari warna kuning menjadi merah bata.Pada uji yang ke tiga
dengan 180 ml,volume titrasi yang di dapatkan adalah 34,3 ml dan dengan
perubahan warna dari warna kuning menjadi warna merah bata.
Pada percobaan ini juga di dapatkan mg dan %kadar dari larutan KCl
yaitu : Pada percobaan pertama,mg yang di dapatkan sebesar 207,245 dan % kadar
yang di dapatkan adalah 115,136%. Pada percobaan ke dua,mg yang didapatkan
sebesar 214,704 dan % kadar yang didapatkan adalah 119,28 % Pada percobaan
ke tiga, mg yang didapatkan sebesar 225,706 dan % kadar yang didapatkan adalah
142,05%.Dan mg rata-rat yang didapatkan adalah 215,88 dan %kadar rata-rata
adalah 125,84 %. Pada percobaan ini % kadar KCl yang didapatkan lebih besar
daripada % kadar KCl pada literature yang menyatakan bahwa KCl mengandung
tidak kurang dari 99,0% KCl.
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi kesalahan pada saat
praktikum adalah :
a. Alat yang digunakan tidak steril
b. Bahan yang digunakan sudah terkontaminasi dengan zat yang lain
c. Kurangnya ketelitian praktikan pada saat melakukan percobaan baik pada saat
penimbangan maupun pada saat titrasi
d. Kurang teliti pada saat membaca volume titrasi

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pada percobaan pertama,mg yang di dapatkan sebesar 207,245 dan % kadar yang
di dapatkan adalah 115,136%. Pada percobaan ke dua,mg yang didapatkan sebesar
214,704 dan % kadar yang didapatkan adalah 119,28 %. Pada percobaan ke tiga,
mg yang didapatkan sebesar 225,706 dan % kadar yang didapatkan adalah
142,05%.Dan mg rata-rat yang didapatkan adalah 215,88 dan %kadar rata-rata
adalah 125,84 %.
2. % kadar KCl yang didapatkan tidak sesuai dengan literature Karena %kadar yang
didapatka lebih besar daripada % kadar KCl pada literature yang menyatakan bahwa
KCl mengandung tidak kurang dari 99,0% KCl.

Anda mungkin juga menyukai