Disusun Oleh:
30101206672
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
30101206672
Dosen Pembimbing,
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 67 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Secang
Pekerjaan : IRT
Tanggal Periksa : 5 Juli 2017
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Mata kanan dan kiri terasa kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RST dr. Soedjono Magelang dengan keluhan
penglihatan kabur. Pasien mengeluh mata kanan dan kiri terasa kabur, namun
dirasakan lebih kabur mata kiri. Pasien mengaku sudah mengeluh penglihatannya
kabur dan melihat awan-awan pada mata kirinya sejak sekitar 1 tahun ini namun pada
2 bulan ini penglihatan semakin kabur, pasien melihat orang jadi tidak jelas, pasien
tidak berobat ke dokter karena merasa belum terlalu parah. Mata kanan pasien tidak
sekabur mata kiri, mata kanan hanya ada bayangan awan namun masih dapat melihat
lebih jelas dari pada mata kiri. Jika mata pasien melihat sinar, mata kiri dan kanannya
tidak bisa melihat. Pasien mengatakan lebih enak dan jelas melihat pada malam hari.
Pasien tidak pernah memakai kacamata sebelumnya. Riwayat trauma pada mata
seperti terbentur, terkena pukul, atau terkena benda tajam disangkal, riwayat sakit
gula (DM) disangkal, riwayat infeksi pada mata disangkal. Nrocos (-), tidak merah (-),
gatal (-),kotoran (-), tidak lengket saat bangun tidur, tidak silau jika melihat cahaya
terang, tidak melihat pelangi disekitar lampu. Pasien tidak merasakan sakit kepala,
tidak mual ataupun muntah. Pasien tidak merokok, karena semakin memburuk pasien
memeriksakan diri ke dokter spesialis mata.
Riwayat Pengobatan :
Pasien menyangkal pernah memakai obat-obatan seperti phenotiazin,
amiodarone, phospoline iodine, fenitoin.
Vital Sign
Pemeriksaan OD OS
Bulbus Oculi
Gerak bola mata Baik ke Segala arah Baik ke Segala arah
Strabismus - -
Eksoftalmus - -
Enoftalmus - -
Palpebra Superior
Edema - -
Hematom - -
Hiperemi - -
Entropion - -
Ektropion - -
Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Ptosis - -
Palpebra Inferior
Edema - -
Hematom - -
Hiperemi - -
Entropion - -
Ektropion - -
Konjungtiva
Injeksi
konjungtiva - +
Injeksi siliar - -
Sekret - -
Perdarahan - -
subkonjungtiva
Bangunan
patologis - -
Semblefaron - -
Kornea
Kejernihan Jernih Jernih
Mengkilat - -
Edema - -
Lakrimasi - -
Infiltrat - -
Keratic Precipitat - -
- -
Ulkus
- -
Sikatrik
Bangunan - -
patologis
COA
Kedalaman Tidak dangkal Dalam
Hipopion - -
Hifema - -
Tyndall Efect - -
Iris
Kripta + +
Edema - -
Sinekia - -
Atrofi - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Diameter 3 mm 3 mm
Reflek pupil + +
Sinekia - -
Lensa
Kejernihan Hampir keruh total Keruh total
Iris shadow Ditemukan +
Funduskopi (-)
RF (+) suram Sulit dinilai
Papil Sulit dinilai Sulit dinilai
Vasa Sulit dinilai Sulit dinilai
VII. TERAPI
Non Medikamentosa
o Tidak ada
Medikamentosa
o Oral
Multi Vitamin 1x1 malam hari
o Topikal
Catarlent (CaCl anhidrat 0,075 gr, kalium iodide 0,075 gr,
natrium tiosufa 0,00075 gr, fenil merkuri nitrat 0,3 mg) 3x1 tetes
OD
Cendo Tropin 2x1 tetes ODS
Cendo Xitrol 1x1 tetes ODS
o Parenteral
Tidak diperlukan
o Operatif
OD EKEK + IOL
VIII. EDUKASI
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa penglihatan kabur pada mata disebabkan
oleh lensa yang keruh yang disebut katarak. Dikarenakan pertambahan umur
yang dialami oleh pasien.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa OD masih belum perlu dioperasi
menunggu sampai katarak matur.
c. Menjelaskan bahwa obat-obatan yang diberikan hanya untuk memperlama
proses penebalan pada lensa OD.
d. Menjelaskan bahwa katarak OS sudah matang, maka harus dilakukan operasi
supaya penglihatan pasien membaik, apabila katarak OS tidak diobati akan
berkembang menjadi katarak hipermatur dan dapat membahayakan OS.
e. Menjelaskan bila nanti pasien melihat cahaya merasa ada pelangi pada OD
segera periksa ke dokter.
IX. RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran
lainnya karena dari pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan yang berkaitan
dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
X. PROGNOSA
Prognosis Oculus Dexter Oculus Sinister
Quo ad visam Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
Katarak
1. Definisi
Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai
pada orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Kata
katarak berasal dari Yunani katarraktes yang berarti air terjun. Katarak sendiri
sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein
sehingga memberikan gambaran area berawan atau putih.
2. Epidimiologi
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa.
Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak
congenital pada negara maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak
laki-laki dan perempuan sama besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami
kebutaan akibat katarak.
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa
mata menjadi keras dan keruh. Pengeruhan lensa dapat dipercepat oleh faktor risiko
seperti merokok, paparan sinar UV yang tinggi, alkohol, defisiensi vit E, radang
menahun dalam bola mata, dan polusi asap motor/pabrik yang mengandung timbal.
Cedera pada mata seperti pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, dan trauma
kimia dapat merusak lensa sehingga menimbulkan gejala seperti katarak.
Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, disebut sebagai katarak congenital.
Katarak congenital terjadi akibat adanya peradangan/infeksi ketika hamil, atau
penyebab lainnya. Katarak juga dapat terjadi sebagai komplikasi penyakit infeksi dan
metabolic lainnya seperti diabetes mellitus.
4. Patofisiologi
Katarak Senilis
2. Patofisiologi
Komposisi lensa sebagian besar berupa air dan protein yaitu kristalin. Kristalin dan
adalah chaperon, yang merupakan heat shock protein. Heat shock protein berguna untuk
menjaga keadaan normal dan mempertahankan molekul protein agar tetap inaktif
sehingga lensa tetap jernih. Lensa orang dewasa tidak dapat lagi mensintesis kristalin
untuk menggantikan kristalin yang rusak, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
kekeruhan lensa.
a. Katarak senilis kortikal
Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan penurunan
asam amino dan kalium, yang
mengakibatkan kadar natrium
meningkat. Hal ini menyebabkan lensa
memasuki keadaan hidrasi yang diikuti
oleh koagulasi protein.
Pada katarak senilis kortikal terjadi
derajat maturasi sebagai berikut:
- Derajat separasi lamelar
Terjadi demarkasi dari serat kortikal
akibat hidrasi. Tahap ini hanya dapat
diperhatikan menggunakan slitlamp
dan masih bersifat reversibel.
- Katarak insipien
Merupakan tahap dimana kekeruhan
lensa dapat terdeteksi dengan adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan
dapat dimulai dari ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari
sentral (kupuliform).
- Katarak imatur
Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa. Volume
lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik, bahan lensa yang
degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.
- Katarak matur
Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa. Deposisi
ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat maturasi ini. Bila
terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.
- Katarak hipermatur
Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair. Cairan
keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.
- Katarak Morgagni
Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa
menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan terus
dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.
b. Katarak senilis nuklear
Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa menjadi keras
dan kehilangan daya akomodasi.
Maturasi pada katarak senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa
kehilangan daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan
akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa mata.
Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi akibat adanya
deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna coklat (katarak
brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen dan jarang berwarna
merah (katarak rubra).
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi secara
progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan bervariasi,
tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.
Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Penurunan visus
2. Silau
3. Perubahan miopik
4. Diplopia monocular
5. Halo bewarna
6. Bintik hitam di depan mata
Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
2. Pemeriksaan iluminasi oblik
3. Shadow test
4. Oftalmoskopi direk
5. Pemeriksaan sit lamp
Derajat kekerasan nukleus dapat dilihat pada slit lamp sebagai berikut.
4. Diagnosa
Diagnosa katarak senilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan kelainan jantung.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas lensa
tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris, bilik
mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran lensa
harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil, posisi
lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan
metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan shadow test dilakukan untuk
menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan ofthalmoskopi
direk dan indirek dalam evaluasi dari intergritas bagian belakang harus dinilai.
5. Tatalaksana
c. Phacoemulsification
6. KOMPLIKASI
Berikut ini adalah komplikasi besar intraoperatif yang ditemukan selama operasi
katarak, yaitu :
Berikut ini merupakan komplikasi besar post operatif yang ditemukan segera
selama operasi katarak, yang sering terlihat dalam beberapa hari atau minggu
setelah operasi, yaitu :
Berikut ini adalah komplikasi besar post operatif yang lambat, terlihat dalam
beberapa minggu atau bulan setelah operasi katarak :
1. DEFINISI
2. ETIOPATOGENESIS
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya daya
kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur secara sempurna.
Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata elastisitasnya berkurang pada usia
lanjut akibat proses sklerosis yang terjadi pada lensa mata. Pada mekanisme akomodasi
yang normal terjadi peningkatan daya refraksi mata karena adanya perubahan
keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan kapsul sehingga lensa menjadi
cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa menjadi lebih keras (sklerosis) dan
kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung. Dengan demikian kemampuan melihat
dekat makin berkurang.
3. KLASIFIKASI
d. Presbiopi Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya
berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan
e. Presbiopi Nokturnal Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap
disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
4. GEJALA KLINIK
Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi pada pasien berusia di atas 40 tahun ini
adalah keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur dan membaca harus
dibantu dengan penerangan yang lebih kuat (pupil mengecil), serta mata menjadi cepat
lelah. Keadaan ini bila tidak dikoreksi akan menimbulkan gejala astenopia yaitu mata lekas
lelah, berair, pusing, cepat mengantuk. Pemeriksaan presbiopia mempergunakan tes
Jaeger.
5. DIAGNOSIS BANDING
Presbiopi oleh karena degenerasi lensa sehingga akomodasi menjadi lambat dan
perubahan pungtum proksimum Hipermetropia oleh karena sinar sejajar jauh jatuh di
belakang retina dan sinar sejajar dekat jatuh lebih jauh di belakang retina.
6. PEMERIKSAAN PRESBIOPIA
2. Pasien diukur visus jauhnya dengan kartu snellen bila dengan mata satu per satu, mulai
dengan mata kanan dan menutup mata yang tidak diperiksa.
3. Pasien diukur visus dekatnya menggunakan kartu jaeger dengan menggunakan dioptri
yang sesuai dengan umur pasien (1.0 D untuk usia 40 tahun, +1.5 D untuk usia 45 tahun,
+2.0 D untuk usia 50 tahun, +2.5 D untuk usia 55 tahun,+3.0 D untuk usia 60 tahun) dan
target yang bisa terbaca yaitu pada J6, pemeriksaaan dilakukan satu per satu mulai
dengan mata kanan dan menutup mata yang tidak diperiksa.
7. PENATALAKSANAAN
8. Komplikasi
-
DAFTAR PUSTAKA
The Eye M.D. Association. Fundamentals and Principles of ophthalmology. In: Basic and
Clinical Science Course American Academy of Ophthalmology. Section 2. Singapore : LEO;
2008.
Crick RP, Khaw PT. Practical Anatomy and Physiology of The Eye and Orbit. In: A Textbook
of Clinical Ophtalmology. 3thEd. Singapore : FuIsland Offset Printing (S) Pte Ltd; 2003. P
5-7.
Guyton AC, Hall JE. Fluid System of the Eye. In: Textbook of Medical Physiology. 11th Ed.
Pennyslvania: Elsevier Inc; 2006. P 623-25.
Junqueira, Luiz Carlos.& Jose Carneiro. 2010. Histologi Dasar ;Teks dan Atlas .Edisi 10.
Jakarta. EGC.
Budiono S, Djiwatmo, Hermawan D, Wahyuni I. Lensa dan Katarak dalam Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press. 2013
Kanski JJ. Clinical Ophtamology: A systematic approach. Sixth Edition. China: Elsevier.
2007.
Khalilullah SA. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak Senilis. Jakarta. 2010.
Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC. 2009.