FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
OLEH:
PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, SpOK
PENDAHULUAN
Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber bahaya yang dapat
mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Hampir tak ada tempat kerja
yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Potensi bahaya di tempat kerja dapat
ditemukan mulai dari bahan baku, proses kerja, produk dan segala macam limbah yang
dihasilkan. Seperti pada indusrti mebel bahaya akan paparan debu kayu dan cat yang
terus menerus akan mengkakibatkan besarnya potensi karyawan untuk terkena penyakit
yang serius. Masalah kesehatan potensial yang mungkin terjadi pada pekerja sangat
beragam, seperti kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, penyakit tidak menular, dan
penyakit menular.1 Kesehatan kerja diartikan sebagai lapangan kesehatan yang
mengurusi masalah-masalah kesehatan secara menyeluruh bagi masyarakat pekerja,
menyeluruh dalam arti usaha-usaha preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif,
higine, penyesuaian faktor manusia terhadap pekerjaannya dan sebagainya. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam
usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2
1.2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Survei ini dilakukan untuk mengetahui tentang aspek kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pada karyawan industri mebel.
B. Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami karyawan industry mebel.
ii. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu
kesehatan karyawan industry mebel.
iii. Untuk mengetahui alat pelindung diri yang digunakan karyawan industry mebel.
iv. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai
peraturan (sebelum kerja, berkala, berkala khusus) pada karyawan industry
mebel.
v. Untuk mengetahui keluhan atau penyakit yang dialami yang berhubungan
dengan pekerjaan pada karyawan industry mebel.
vi. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan (misalnya penyuluhan,
pelatihan, pengukuran atau pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah
diadakan).
vii. Untuk mengetahui alur pengelolaan dan pelayanan industry mebel.
viii. Untuk mengetahui denah dari ruang bekerja ditempat industri mebel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kesehatan kerja menurut joint ILO/WHO Committee 1995 ialah penyelenggaraan dan
pemeliharaan derajat setinggi-tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosialenaga kerja di
semua pekerjaan,pencegahan gangguan kesehatan tenaga kerja yang disebabkan kondisi kerja
terhadap resiko fakto-faktor yang menganggu kesehatanp, penempatan dan pemeliharaan
tenaga di lingkungan kerja. Manakala menurut Sumakmur (1988) kesehataan kerja adalah
spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun
sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit dan gangguan-
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja.5
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan (Sumakmur, 1993). Manakala menurut Malthis dan Jackson(2002),
keselamatan kerja menunjuk kepada perlindungan kesejahteraan fisik dengan tujuan mencegah
terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan. Pendapat lain menyebutkan bahwa
keselamatan kerja beerti proses merencakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan
dalam bekerja (Rika Ampuh Hadiguna ,2009). 6
Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) memiliki beberapa tujuan dalam
pelaksanaanya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Terdapat 3 tujuan penerapan K3 berdasarkan undang-undang tersebut yaitu:6
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional
2.2 Perajin Industri Meubel Kayu
Lingkungan fisik meliputi keadaan fisik seperti kebisingan, radiasi, getaran, iklim
(cuaca) kerja, tekanan udara, penerangan, bau-bauan serta hal-hal yang berhubungan di tempat
kerja. Bahaya yang mungkin terdapat pada lingkungan fisik di industry mebel adalah seperti
kebisingan. 7
Bising dalam kesehatan kerja bisa diertikan sebagai suara yang dapat menurunkan
pendengaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif berkaitan dengan factor intensitas,
frekuensi, durasi dan pola waktu. Kebisingan adalah semua suara atau bunyi yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada
tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmennaker, 1999). Sesuai
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999 adalah 85 desi Bell A(dBA),
untuk waktu pemajanan 8 jam perhari. Dan untuk kebisingan lebih dari 140 dBA walaupun
sesaat pemajanan tidak diperkenankan. Suara bising yang terdapat dalam industri meubel
berasal dari peralatan yang digunakan, seperti compressor,alat penghalus / grinda, alat bor,
Palu, Gergaji. Semua kebisingan yang ditimbulkan oleh peralatan tersebut di atas tidak akan
mengganggu kenyamanan serta tidak akan merusak pendengaran jika tidak melebihi dari nilai
ambang batas.7
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil
dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,125 mikron.
Debu inhalabel adalah debu dengan ukuran < 10 micro m. Debu ini sangat berbahaya terhadap
saluran nafas karena dapat terhirup oleh alat pernafasan. Debudengan ukuran >10 micro
m,akan dikeluarkan dari saluran nafas.Debu respirabel adalah debu dengan ukuran 5 micro m
yang dapat terhirup sampai ke alveoli paru dan terjadi penimbunan yang dipengaruhi oleh
kecepatan aliran udara dan bentuk anatomi saluran nafas. Debu termasuk dalam golongan
partikulat yaitu zat padat atau cair yang halus dan tersuspensi di udara. Sebagai contohnya,
partikel debu dari industri mebel terhasil dari penggergajian dan pengamplasan. Proses
pengamplasan dibagi menjadi dua macam yaitu pengamplasan kasar dan pengamplasan halus.8
Bagian pengamplasan kasar, yaitu bagian yang memperhalus meubel
dengan amplas yang kasar. Bagian ini harus diulang dengan pengamplasan
halus. Proses ini menghasilkan debu yang kasar.
Bagian pengamplasan halus, yaitu bagian yang melakukan penghalusan
meubel yang sudah dihaluskan dengan amplas kasar yang kemudian
dihaluskan dengan amplas halus. Bagian ini juga menghasilkan debu halus.
Debu kayu yang dihirup melalui saluran pernapasan akan masuk ke dalam alveoli dan
terjadi reaksi hipersentivitas yang boleh mengakibatkan asma. Hampir semua debu yang
mencapai alveoli akan diikat oleh makrofag, dikeluarkan bersama sputum atau ditelan dan
mencapai interstitial. Mekanisme clearance alveoli sangat efisien dan efektif dalam
mengeleminasi debu. Kelainan paru karena adanya deposit debu dalam jaringan paru disebut
pnemokoniasis. Menurut definisi dari International Labor Organization (ILO) pnemokoniosis
adalah akumulasi debu dalam jaringan paru dan reaksi jaringan paru terhadap adanya
akumulasi debu tersebut. Debu yang terhasil dari proses pengamplasan dan penggergajian juga
bisa menyebabkan penyakit mata seperti konjuktivitis yang merupakan peradangan pada
lapisan konjuctiva di mata dan juga rhinitis. Rhinitis akibat kerja adalah inflamasi pada hidung
dengan karakteristik gejala yan bersifat intermitten atau persisten, berupa bersin-bersin
beringus, hidung gatal dan hipersekresi yang disebabka oleh kondisi lingkungan kerja dimana
gejala akan membaik jika berada di luar tempat kerja. 9 Pemaaran debu kayu dalam jangka masa
yang lama juga bisa penyakit akibat kerja seperti dermtitits kontak iritant. 10
Potential hazard lingkungan fisiologis dari industri mebel adalah ergonomi. Ergonomi
adalah penyesuaian manusia dengan suasana kerja mereka. Hal yang meliputi ergonomi adalah
lingkungan kerja yang meliputi kebersihan, tata letak, sushu, pencahayaan, sirkulasi udara dan
desain peralatan. Persyaratan fisik dan psikologis pekerja untuk melakukan sebuah pekerjaan
seperti pendidikan,postur badan, pengalaman kerja, umur dan lainnya. Interaksi antara pekerja
dengan peralatan kerja: kenyamanan kerja, kesehatan dan keselamatan kerja, kesesuaian
ukuran alat kerja dengan pekerja, standar operasional prosedur dan lainnya. 8
Dalam industri mebel, ergonomic juga memainkan peranan penting. Ini dapat dilihat
dari kesesuaian posisi pada saat bekerja. Sebagai contohnya, pekerja yang mengangkat barang
dengan posisi yang salah akan mendorong kearah penyakit nyeri punggung.8 Selain itu, cara
kerja yang cara kerja yang lama seperti di industry mebel yaitu dalam proses penggergajian,
penggunaan gergaji yang lama akan menimbulkan rasa sensari kesemutan atau nyeri pada
tangan dan menyebabkan Carpal Tunel Syndrome. 11
Alat Pelindung Diri (APD) ialah kelengkapan wajib yang digunakan saat bekerja sesuai
dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga kerja itu sendiri maupun
orang lain di tempat kerja. APD adalah usaha terakhir untuk melindungi tenaga pekerja.
Kewajiban memakai alat pelindung diri sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departement Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri. 12
Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala
dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang
atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad
renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim seperti suhu panas. 12
Alat Pelindung Mata adalah untuk melindungi mata dari paparan bahan kimia
berbahaya, paparan partikel-partikel seperti debu, percikan benda-benda kecil, panas, atau uap
panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion,
pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.12
Masker (respirator) berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di
tempat dengan kualitas udara buruk misalnya debu kayu pada industry mebel kayu. 12
Pelindung tangan atau sarung tangan adalah alat pelindung yang berfungsi untuk
melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi
elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores,
terinfeksi zat patogen seperti virus dan bakteri dan jasad renik.12
Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan
dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas,
terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan melindungi dari tergelincir.12
Penutup telinga berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising yang bisa menyebabkan ketulian. 12
Gambar 2.4.6 : earplug
2.5.Pengendalian Teknis
Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu
melaui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat keparahan
suatu kecelakaan atau paparan. Pengendalian dilakukan dengan cara eliminasi memiliki tingkat
keefektifan, kehandalan dan proteksi tertinggi di antara pengendalian lainnya. Dan pada urutan
hierarki setelahnya, tingkat keefektifan, kehandalan dan proteksi menurun seperti
diilustrasikan pada gambar di bawah13 :
P3K adalah pertolongan pertama yang diberikan kepada seseorang yang menderita
sakit atau kecelakaan sebelum mendapat pertolongan dari dokter. Tujuan P3K adalah
mencegah kematian, mencegah agar tidak parah, mencegah cacat dan mencegah infeksi. Jadi,
kotak pertolongan pertaman kecelakaan seharusnya wajib dimiliki di setiap tempat kerja.13
2.7. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga lerja
diterima untuk melakukan pekerjaan. Tujuannya agar tenaga kerja yang diterima
berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya. 14
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga
kerja tertentu. Tujuannya untuk menilai adanya engaruh dari pekerjaan tertentu.
Dilakukan apabila terdapat keluhan di antara tenaga kerja. 14
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan pasti ada resiko terhadap kesehatan petugas
tersebut. Para pekerja ataupun pengurus atau pemilik usaha dapat mengalami jatuh dari atas
truk, tertimpa kayu, terjepit kayu, terkena gigitan atau sengatan hewan berbisa, dan terkena
gergaji mulai dari luka sayat sampai bagian jari tangan terputus. Pada pekerja yang sering
melakukan pekerjaan posisi sama bisa menderita nyeri punggung bawah. Pada pekerja yang
bertugas di bagian penggergajian pernah menderita nyeri pada tangan. Lokasi kerja
finishing yang terpapar dengan debu mengakibatkan banyak penyakit seperti asma, rhinitis,
pneumoconiosis, konjuctivitis,pterygium, dan dermatitis kontak. Secara teori, beberapa
kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bahwa suatu penyakit memang disebabkan
oleh agen di tempat kerja atau lingkungan kerja tertentu, yakni dengan pemeriksaan gejala
klinis dan perkembangannya sesuai diagnosis, mengamati hubungan sebab akibat antara
pajanan dan kondisi diagnosi atau diduga kuat berdasarkan kepustakaan medis,
epidemiologi atau toksikologi, dan dapat diindikasikan dari adanya pajanan yang diduga
sebagai penyebab penyakit serta tidak ditemukan diagnosis lain.
BAB III
METODOLOGI
B. Jadwal Survey
a. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan keselamatan kerja adalah UD. Pasar Mebel di Jalan
Bulukunyi, Makassar.
b. Waktu
Waktu pelaksanaan yaitu 5-8 Juni 2017 dengan agenda sebagai berikut.
2. 5 - 6 Juni 2017
- Walk through survey
e. Alur Kerja
Kami melakukan pengamatan pada sektor industri informal pengrajin mebel di UD
Pasar Mebel Makassar. Dari hasil yang kami dapatkan bahwa pengrajin melakukan
pembuatan rangka dan finishing ditempat berbeda. Adapun alur dan proses produksi yang
dilakukan yaitu:
Penggeregajian
Perakitan
Pengecatan
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai
Tidak terdapat kerusakan.
- Langit-langit
Tidak terdapat kerusakan.
- Pintu dan Jendela
Tidak terdapat kerusakan.
- Ventilasi baik
PEMERIKSAAN KESEHATAN
1. Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di p
uskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
2. Hasil pemeriksaan kesehatan dikatakan bahwa petugas tidak mengalami sakit berat
hanya karena capek.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 0
6 dari 21 aspek.
4.2.2 PENGGERGAJIAN
HASIL SURVEY
HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1. Kebisingan
Faktor kebisingan ada yaitu bunyi alat penyerutan digunakan saat menggergaji
kayu untuk membentuk rangka
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya matahari dan lampu.
3. Sumber getaran
Sumber getaran ada, mesin gergaji yang digunakan memberikan getaran
4. Temperatur
Suhu di ruangan menggunakan kipas angin
Faktor kimia
Tidak ada bahan kimia yang digunakan
Faktor biologi
Tidak ada faktor biologi
Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual misalnya menggunakan tangan untuk
menggergaji atau harus memegang mesin gergaji yang berat dalam jangka
masa yang lama
2. Postur dan posisi saat bekerja tergantung pada bahan yang mahu dikerjakan se
kiranya besar berdiri, sekiranya kecil harus duduk dan menunduk
- Faktor psikososial
1. Rasa emosi saat bekerja
Karyawan merasa tenang saat bekerja dan hanya capek sekiranya terdapat
banyak tempahan yang perlu disiapkn.
2. Kerja berlebih
Petugas bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam
08.00-17.00 atau sekitar 9 jam dalam sehari atau sekiranya terdapat tempahan y
ang perlu disiapkan harus bekerja lebih masa untuk menyiapkannya.
3. Hubungan sesama petugas baik.
4. Gaji para petugas setiap bulannya sesuai dengan kerjanya.
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai : Tidak ada
- Langit-langit : Tidak terdapat kerusakan.
- Pintu dan Jendela : Tidak ada
- Ventilasi : Terbuka
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 1
0 dari 21 aspek
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 1
0 dari 21 aspek
4.2.4 PERAKITAN
HASIL SURVEY
HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1. Kebisingan
Faktor kebisingan ada yaitu bunyi alat drill digunakan saat menyambungkan
bahan untuk membentuk rangka mebel.
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya matahari dan lampu.
3. Sumber getaran
Sumber getaran ada, alat drill yang digunakan memberikn getaran
4. Temperatur
Suhu di ruangan menggunakan kipas angin
Faktor kimia
Tidak ada bahan kimia yang digunakan
Faktor biologi
Tidak ada faktor biologi
Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual misalnya menggunakan tangan untuk
menggabungkan bahan menjadi mebel atau harus memegang alat drill yang
2. berat dalam jangka masa yang lama
3. Postur dan posisi saat bekerja tergantung pada bahan yang mahu dikerjakan se
kiranya besar berdiri, sekiranya kecil harus duduk dan menunduk
Faktor psikososial
1. Rasa emosi saat bekerja
Karyawan merasa tenang saat bekerja dan hanya capek sekiranya terdapat
banyak tempahan yang perlu disiapkn.
2.Kerja berlebih
Petugas bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam
08.00-17.00 atau sekitar 9 jam dalam sehari atau sekiranya terdapat tempahan y
ang perlu disiapkan harus bekerja lebih masa untuk menyiapkannya.
3.Hubungan sesama petugas baik.
4.Gaji para petugas setiap bulannya sesuai dengan kerjanya.
KELUHAN/ PENYAKIT YANG DIALAMI
- Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha,
kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi petugas bekerja
dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis
- Keluhan respirasi (batuk, flu, sesak) adalah keluhan yang sering dialami
karena sering terpapar dengan habuk kayu dan tidak memakai masker.
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai : Tidak terdapat kerusakan.
- Langit-langit : Tidak terdapat kerusakan.
- Pintu dan Jendela : Tidak terdapat kerusakan.
- Ventilasi : Terbuka
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 1
0 dari 21 aspek
4.2.5 PENGECATAN
HASIL SURVEY
HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1. Kebisingan
Tidak ada faktor kebisingan
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya matahari dan lampu.
3. Sumber getaran
Tidak ada sumber getaran
4. Temperatur
Suhu di ruangan menggunakan kipas angin
Faktor kimia
Bahan kimia yang digunakan cat, tiner, lem, dempul dan lain-lain
Faktor biologi
Bahan biologi yang muncul saat melakukan pengecatan adalah aerosol
Faktor ergonomis
- Pekerjaan yang dilakukan secara manual misalnya menggunakan tangan unt
uk mengecat dan juga menekan mesin untuk menyemprot cat yang hendak
digunakan
- Postur dan posisi saat bekerja tergantung pada bahan yang mahu dikerjakan
sekiranya besar berdiri, sekiranya kecil harus duduk dan menunduk
Faktor psikososial
- Rasa emosi saat bekerja
Karyawan merasa tenang saat bekerja dan hanya capek sekiranya terdapat
banyak tempahan yang perlu disiapkn.
- Kerja berlebih
Petugas bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam
08.00-17.00 atau sekitar 9 jam dalam sehari atau sekiranya terdapat tempahan y
ang perlu disiapkan harus bekerja lebih masa untuk menyiapkannya.
- Hubungan sesama petugas baik.
- Gaji para petugas setiap bulannya sesuai dengan kerjanya.
KELUHAN/ PENYAKIT YANG DIALAMI
- Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha,
kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi petugas bekerja
dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis
- Keluhan respirasi (batuk, flu, sesak) adalah keluhan yang sering dialami
karena sering terpapar dengan habuk kayu dan tidak memakai masker.
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai : Tidak terdapat kerusakan.
- Langit-langit : Tidak terdapat kerusakan.
- Pintu dan Jendela : Tidak terdapat kerusakan.
- Ventilasi : Terbuka
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 1
0 dari 21 aspek
4.2.6 PEMBENAHAN DAN PENJAHITAN
HASIL SURVEY
HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1. Kebisingan
Tidak ada faktor kebisingan
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya matahari dan lampu.
3. Sumber getaran
Tidak ada sumber getaran
4. Temperatur
Suhu di ruangan menggunakan kipas angin
Faktor kimia
Tidak ada bahan kimia yang digunakan
Faktor biologi
Tidak ada factor biologi
Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual misalnya menggunakan tangan untuk
membenah dan menjahit dalam jangka waktu yang lama
2. Postur dan posisi saat bekerja tergantung pada bahan yang mahu dikerjakan sek
iranya besar berdiri, sekiranya kecil harus duduk dan menunduk
Faktor psikososial
1. Rasa emosi saat bekerja
Karyawan merasa tenang saat bekerja dan hanya capek sekiranya terdapat
banyak tempahan yang perlu disiapkn.
2. Kerja berlebih
Petugas bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam
08.00-17.00 atau sekitar 9 jam dalam sehari atau sekiranya terdapat tempahan y
ang perlu disiapkan harus bekerja lebih masa untuk menyiapkannya.
3. Hubungan sesama petugas baik.
4. Gaji para petugas setiap bulannya sesuai dengan kerjanya.
KELUHAN/ PENYAKIT YANG DIALAMI
- Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha,
kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi petugas bekerja
dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis
- Keluhan lenguh-lenguh, nyeri dan rasa kesterum di pergelangan tangan sete
lah bekerja lama
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai : Tidak terdapat kerusakan.
- Langit-langit : Tidak terdapat kerusakan.
- Pintu dan Jendela : Tidak terdapat kerusakan.
- Ventilasi : Terbuka
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 0
6 dari 21 aspek
4.2.6 PENGANGKUTAN DAN PENGHANTARAN
HASIL SURVEY
HAZARD LINGKUNGAN KERJA
Faktor fisik
1. Kebisingan
Tidak ada faktor kebisingan
2. Sumber cahaya
Sumber cahaya di tempat kerja bersumber dari cahaya matahari
3. Sumber getaran
Tidak ada sumber getaran
4. Temperatur
Suhu di ruangan menggunakan kipas angin
Faktor kimia
Tidak ada bahan kimia yang digunakan
Faktor biologi
Tidak ada factor biologi
Faktor ergonomis
1. Pekerjaan yang dilakukan secara manual misalnya saat mengangkat beban yang
berat menggunakan punggung belakang
2. Postur dan posisi saat bekerja tergantung pada beban berat yang mahu diangkat
dan juga postur mengangkat beban yang salah.
Faktor psikososial
- Rasa emosi saat bekerja
Karyawan merasa tenang saat bekerja dan hanya capek sekiranya terdapat
banyak tempahan yang perlu disiapkn.
- Kerja berlebih
Petugas bekerja 6 hari dalam seminggu dari Senin-Sabtu, bekerja dari jam
08.00-17.00 atau sekitar 9 jam dalam sehari atau sekiranya terdapat tempahan y
ang perlu disiapkan harus bekerja lebih masa untuk menyiapkannya.
- Hubungan sesama petugas baik.
- Gaji para petugas setiap bulannya sesuai dengan kerjanya.
KELUHAN/ PENYAKIT YANG DIALAMI
- Keluhan musculoskeletal pegal-pegal (nyeri bahu, pinggang, tangan, paha,
kaki) adalah keluhan yang sering dialami oleh karena posisi petugas bekerja
dalam waktu yang lama disertai posisi yang tidak ergonomis
KONSTRUKSI BANGUNAN
- Lantai : Tidak ada.
- Langit-langit : Tidak ada
- Pintu dan Jendela : Tidak.
- Ventilasi : Terbuka
PEMERIKSAAN KESEHATAN
- Pemeriksaan kesehatan rutin tidak dilakukan, petugas hanya memeriksakan diri di
puskesmas atau klinik jika ada gejala tertentu.
Berdasarkan daftar tilik Checklist Walk Through Survey di poliklinik didapatkan skor hazard 0
6 dari 21 aspek
BAB V
DISKUSI
2. Penggergajian
Perusahaan menyediakan bahan baku untuk menghasilkan rangka mebel sesuai
dengan kehendak dan citarasa pembeli.
4. Perakitan
Setelah komponen dihaluskan satu per satu rangka digabungkan untuk membuat
satu perabot yang diinginkan.
5. Pengecatan
Proses selanjutnya adalah pemberian warna pada barang atau biasa disebut
dengan plitur. Pemberian warna dilakukan dengan cara disemprot. Setelah
warna merata, mebel dikeringkan pada ruang terbuka kurang lebih satu hari.
1. Faktor Fisik
Pada proses penggergajian, bahaya fisik yang teridentifikasi adalah
terkena bilah gergaji, terkena tendang balik (kickbacks) dari serpihan kayu, dan
terkena tekstur kayu yang tajam. Manakala pada proses pembenahan, tak jarang
tenaga kerja kontak dengan alat dan material yang bisa menimbulkan
kecelakaan kerja apabila tenaga kerja kurang hati-hati dalam menggunakannya.
Bahaya fisik yang teridentifikasi adalah terkena pukulan palu.
2. Faktor Biologi
Dari semua alur kerja yang terdapat di perusahaan ini, terdapat
partikulat-partikulat yang dihasilkan dan tersuspensi di udara, misalnya debu
kayu, fumes, aerosol dan lain-lain. Apabila partikulat ini dihirup dan masuk ke
jaringan alveoli dapat menyebabkan reaksi inflamasi akut dan oedema paru.
Kelainan paru yang dapat timbul akibat deposit debu dalam jaringan paru
disebut pneumokoniasis. Menurut definisi dari International Labor
Organization (ILO) pneumokoniasis adalah akumulasi debu dalam jaringan
paru dan reaksi jaringan paru terhadap adanya akumulasi debu tersebut.
3. Bahaya Kimiawi
Pada proses finishing banyak bahan-bahan yang digunakan seperti cat,
tiner, lem, dempul dan lain-lain. Dalam hal ini, terjadi kontak langsung antara
bahan-bahan dengan kulit tenaga kerja. Penggunaan yang tidak benar serta
paparan terhadap kulit terlalu lama akan menimbulkan dermatitis kontak iritan.
4. Bahaya Ergonomis
Ergonomi mempunyai peran yang penting dalam industri pembuatan
mebel, ini dapat dilihat dari kesesuaian posisi pada saat bekerja. Dari hasil di
lapangan pekerja bekerja dengan posisi yang kurang stabil, misalnya berdiri
terlalu lama, duduk terlalu lama, membungkuk terlalu lama, jongkok,
mengangkat beban yang terlalu berat dan menahan beban yang terlalu berat.
Kondisi seperti ini apabila berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama
tanpa adanya pemeriksaan dan pengawasan dapat menimbulkan penyakit akibat
kerja seperti Low Back Pain, Carpal Tunnel Syndrome, Musculoskeletal
Disorder.
C. Upaya pengendalian
1. Mengontrol jam kerja semua pekerja, membagi mengikut shift kerja agar tidak
terlalu lelah.
2. Mewajibkan pemeriksaan menyeluruh dan berkala bagi semua tenaga kerja.
3. Sentiasa menggunakan alat pelindung diri misalnya masker saat pengecatan,
kaca mata pelindung saat pengamplasan.
4. Menjaga hubungan yang baik sesama majikan dan rekan kerja.
5. Tidak terlalu memaksa diri untuk melakukan kerja. Apabila tubuh terasa nyeri
segeralah istirahat.
6. Mempraktekkan cara mengangkat beban berat yang baik dan benar.
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
2. Faktor hazard yang dialami petugas mebel berupa kecelakaan ringan yaitu tergores serta
luka kecil, faktor biologis berupa partikulat-partikulat yang dihasilkan dan tersuspensi di
udara misalnya debu dari hasil penggergajian serta aerosol dari proses pengecatan yang
mampu menganggu sistem pernapasan petugas, faktor kimiawi berupa bahaya biologis
yang ditimbulkan yaitu dermatitis akibat kontak dengan bahan-bahan seperti lem,
dempul dan lain-lain saat proses finishing, factor ergonomis yang menyebabkan
gangguan musculoskeletal pada petugas seperti berdiri dan membungkuk dalam waktu
yang lama, faktor psikososial berupa pekerja kadang merasa cemas akan penyakit yang
kadang-kadang mereka derita seperti bersin, batuk, nyeri kepala.
Petugas mebel seharusnya senantiasa memakai APD sepanjang waktu bekerja untuk
mengelakkan masalah kesehatan yang berkaitan saluran pernapasan, kulit dan perlindu
ngan diri dari sebarang kecelakaan ringan dan berat seperti masker, penutup kepala, sa
rung tangan, alas kaki yang menutupi kaki serta kaca mata pelindung.
Sentiasa mengubah posisi berdiri dan duduk secara berkala demi mengelakkan nyeri p
Sekiranya terpaksa bekerja lebih waktu, pastikan petugas mendapat tidur dan istirahat
6. PENGECATAN
7. PEMBENAHAN DAN PENJAHITAN
8. PENGANGKUTAN
9. PENGHANTARAN
Checklist Walk Through Survey pada Karyawan Industri Mebel
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
Hanya memakai sandal
.6. Sepatu yang tidak menutup
kaki
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
Upaya lain perusahaan tentang K3
-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat
penyuluhan
Konstruksi bangunan
- Lantai
- Langit-langit
- Pintu dan jendela
- Ventilasi
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
1) APAR
2) Detector
3) alarm kebakaran
4) Hydran
5) Sprinkler
2) Penggergajian
No
Perkara Ya Tidak Ket
.
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai
- Apakah warna dinding ruangan yang terang
2 Apakah ada sumber bising? Dari bunyi gergaji
elektronik
3 Apakah ada sumber getaran? Dari gergaji
4 Apakah ada sumber radiasi ?
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ?
b. Faktor kimia
i. Desinfektan
ii. Cytotoxic
iii. Gas-gas anestesi
c. Faktor biologi
i Bakteri
ii. Virus
iii. Jamur
iv. Parasit
d. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual Mengangkat bahan baku
menggunakan cara
manual dan tenaga
sendiri
ii. Postur saat bekerja Berdiri dan sedikit
menunduk
iii. Pekerjaan yang berulang
e. Faktor Psikososial
i. Kerja bergilir
ii. Kerja berlebih Durasi kerja yang lama 9
jam/hari. Jika ada tempahan yang
banyak harus kerja extra hour
iii. Ancaman secara fisik Saat bekerja bisa tergergaji
anggota tubuh yang hampir
dengan bahan baku sekiranya cuai
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
11) APAR
12) Detector
13) alarm kebakaran
14) Hydran
15) Sprinkler
4) Perakitan
No
Perkara Ya Tidak Ket
.
Faktor Hazard
a. Faktor fisik
1 Pencahayaan ;
- Apakah ada pencahayaan cukup terang Cahaya lampu dan
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai ventilasi
- Apakah warna dinding ruangan yang terang
2 Apakah ada sumber bising? Bising dari alat drill
untuk menyambung
mebel menjadi satu
rangka
3 Apakah ada sumber getaran? Getaran dari alat yang
digunakan
4 Apakah ada sumber radiasi ?
5 Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi ?
b. Faktor kimia
i. Desinfektan
ii. Cytotoxic
iii. Gas-gas anestesi
c. Faktor biologi
i Bakteri
ii. Virus
iii. Jamur
iv. Parasit
d. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual Menggunakan tangan dan juga alat
drill
ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk Tergantung pada mebel yang mahu
dikerjakan sekiranya besar berdiri,
sekiranya kecil harus duduk dan
menunduk
iii. Pekerjaan yang berulang
e. Faktor Psikososial
i. Kerja bergilir
ii. Kerja berlebih Durasi kerja yang lama 9
jam/hari. Jika ada tempahan yang
banyak harus kerja extra hour
iv. Ancaman secara fisik Saat bekerja bisa terkena anggota
tubuh yang hampir dengan bahan
sekiranya cuai
Keluhan /penyakit yang dialami
i. Sistem Pernafasan Batuk-batuk
ii. Sistem Pencernaan
iii.. Sistem Reproduksi
iv. Sistem saraf
v. Orthopedi Sakit pada belakang
vii. Sistem Indera
vii Sistem Kardiologi
Alat pelindung diri
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
5) Pengecatan
1 Tutup kepala
2 Kacamata
Masker bedah
3 Masker digunakan bukan
masker khusus.
4. Celemek
5. Handscoen
.6. Sepatu
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
.6. Sepatu
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
- Ventilasi
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
7) APAR
8) Detector
9) alarm kebakaran
10) Hydran
11) Sprinkler
1 Tutup kepala
2 Kacamata
3 Masker
4. Celemek
5. Handscoen
.6. Sepatu
Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K
- Ventilasi
Kebakaran
Pencegahan dan pengendalian
a. APAR
b. Detector
c. alarm kebakaran
d. Hydran
e. Sprinkler