Anda di halaman 1dari 11

BIOGRAFI SINGKAT

JAMALUDDIN AL-AFGHANI

Makalah

Disampaikan dalam Forum Seminar Kelas


Mata Kuliah Pemikiran Kalam Pasca Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd
Semester II Tahun Akademik 2013-2014

Oleh :

NURDIN
NIM. 80100213100

Dosen Pemandu :

Prof. Dr. H. Usman Jafar, M.Ag


Dr. H. Muhammad Amri, MA

PROGRAM PASCASARJANA (S2)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

Abad ke 18 M. hingga awal abad ke 19 M. Dunia Islam berada dalam

situasi yang sangat kritis. Hampir seluruh negara atau wilayah Islam jatuh ke

tangan para penjajah Barat. Penjajahan yang dilakukan oleh Barat atas dunia

Islam, menyadarkan bangsa-bangsa muslim dari keterlenaan mereka terhadap

pengaruh yang dibawa. Kaum muslimin mulai menyadari kelemahan dan

ketertinggalan umat Islam. Bangsa yang pertama merasakan ketertinggalan itu

adalah Turki Usmani. Itu disebabkan karena kerajaan ini yang pertama dan yang

utama menghadapi kekuatan Eropa. Kesadaran itu memaksa para penguasa dan

pejuang Turki Usmani untuk belajar dari kemajuan bangsa-bangsa Barat.

Pembaharuan yang dilakukan oleh kerajaan Turki Usmani pada masa itu,

bukan dalam bidang pemikiran, tetapi lebih diutamakan pada persoalan pranata

sosial politik dan militer. Untuk itu, kerajaan Turki Usmani mendatangkan

seorang pelatih militer dari Perancis bernama De Rochefort tahun 1717 M.

Kemudian pada tahun 1729 M. Datang lagi seorang perwira militer dari Perancis

bernama Comte De Bonneval. Karena sering berkenalan dengan para penguasa

dan tentara Islam, ia kemudian memutuskan masuk Islam dan mengganti

namanya menjadi Humbaraci Pasha.

Kerja keras para penguasa dalam upaya memodernisasi kerajaan Turki

Usmani membawa dampak yang lebih baik bagi gerakan modern di negara-

negara Islam lainnya, seperti Mesir.

2
Untuk menggapai lebih dari itu semua, maka umat Islam harus lebih

kreatif berpikir secara objektif dan realistis, bahwa Barat telah maju. Oleh karena

itu, perlu diadakan gerakan modernisasi dalam dunia Islam yang harus

diekplorasi secara menyeluruh.

Kehadiran para tokoh modernis Islam itu pada umumnya untuk

membangkitkan kesadaran keagamaan dan intelektual umat Islam, salah satu

diantaranya adalah Jamaluddin Al-Afghani yang akan kita bedah dan kaji dalam

makalah ini mengenai biografi singkat dan prinsip pemikirannya seperti apa?

Berawal dari sepak terjang Jamaluddin al-Afghani, gerakan pembaharuan

Islam abad modern di mulai. Sebagai tokoh dengan kepribadian menarik,

berhasil menghipnotis pribadi-pribadi pembaharu pada abad tersebut karena

sosok seperti dialah yang sangat dibutuhkan yang mampu bersuara dengan

lantang membangunkan tidur panjang dan mengembalikan harapan lama yang

telah hilang direnggut penjajahan. Penjajahan yang membuat umat Islam pasrah,

putus asa dan rela dengan takdirnya untuk tidak bisa bangkit dari

kepeterpurukannya. Maka datanglah Jamaluddin al-Afghani memberikan

semangat dan membangkitkan optimisme dan kepercayaan mereka pada

kemampuan umat Islam untuk bangkit kembali.1

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Biografi Singkat Jamaluddin Al-Afghani


2. Bagaimana Prinsip pemikiran Jamaluddin Al-Afghani?
3. Apakah Jamaluddin al-Afghani Sunni atau Syiah?

1.http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/04/pembaruan-pemikiran-jamaluddin-al-afghani.
diakses pada tanggal, 30 Maret 2014.
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat Jamaluddin Al-Afghani

Nama lengkapnya adalah Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Ia lahir di

Asadabad dekat Kanar di Distrik Kabul, Afghanistan, pada tahun 1838 M (1254

H). 2 Masa kecilnya ia habiskan untuk belajar alquran. Hingga Pada usia 8 tahun

Jamaluddin al-Afghani telah memperlihatkan kecerdasannya yang sangat luar biasa,

ia sangat tekun mempelajari bahasa Arab, sejarah, matematika, filsafat, dan ilmu-

ilmu keislaman. Hingga akhirnya Jamaluddin al-Afghani dikenal karena

kejeniusannya bak ensiklopedia.3

Menurut Nikki R. Keddie4 bahwa tak ada sumber yang mendukung bahwa

tempat lahir atau besarnya Jamaluddin al-Afghani adalah di Afgan, seperti yang

biasa diakuinya. Kini banyak sumber yang memperlihatkan bahwa dia tak mungkin

orang Afghani, tetapi lahir dan mendapat pendidikan Syiah di Iran. Sumber-sumber

ini antara lain surat untuk kemenakan Irannya, yang menulis satu-satunya biografi

awal yang berdasar pada masa lahir dan kanak-kanaknya yang sebenarnya. Berbagai

buku dan risalah bertahun yang ditemukan diantara tulisan-tulisan Afghani,

memperlihatkan bahwa akibat dididik di Iran, dan hampir pasti di kota-kota suci

Syiah di Irak, dia piawai dalam filsafat Islam dan juga dalam Syiah mazhab Syaikhi,

2. Saiful Hadi, 125 Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, Jakarta : Insan Cemerlang
3. http://fospi.wordpress.com/2007/09/24/jamaluddin-al-afghani-dan-kontribusinya-pada-
kebangkitan-dunia-islam. diakses pada tanggal, 23 April 2014.
4. Nikki R. Keddie, merupakan professor sejarah di UCLA. Ia juga telah menulis beberapa
buku, salah satu diantaranya adalah Sayyid Jamaluddin Al-Afghani: A Political Biography ; An
Islamic Response to Imperialism; Roots of Revolution. Lihat juga Ali Rahnema, Para Perintis
Zaman Baru Islam, (Cet.III. Bandung : Mizan, 1998)
4
yang merupakan ragam syiah yang sangat filosofis pada abad kedelapan belas dan

kesembilan belas.

Ketika di Jamaluddin al-Afghani ke Istanbul, pada tahun1869-1870, dia

mengajarkan kepada murid-muridnya tentang rasionalisme serta mengajarkan

kepada muridnya untuk membedakan antara apa yang perlu diajarkan kepada elite

intelektual (kebenaran rasional), dan apa yang perlu disampaikan kepada massa (apa

yang sesuai dengan pemahaman dan emosi mereka).5

Karena itu, jika ingin mengetahui lebih dalam tentang riwayat hidupnya,

perlu mempelajari Jamaluddin al-Afghani dengan pikiran terbuka, dan membaca

karya-karyanya yang berdasar pada sumber-sumber yang tak bergantung pada kata-

katanya dan yang sezaman dengan hayatnya apalagi yang hanya bersifat mitos yang

lebih lazim dikenal dengan istilah hagiografi6 ketimbang sejarah akurat. Sekalipun

metologi yang sering mengelilinginya telah disingkirkan, Jamaluddin al-Afghani

tetap merupakan tokoh dengan gagasan-gagasan pentingnya, dan mempunyai

pengaruh besar serta berkelanjutan.

Sejak tahun 1897, Jamaluddin al-Afghani merupakan salah satu tokoh yang

pertama kali menyatakan kembali tradisi Islam dengan cara yang sesuai dengan

berbagai problem penting yang muncul akibat westernisasi yang semakin mengusik

dunia Timur Tengah di abad kesembilan belas. Dengan menolak tradisionalisme

murni yang mempertahankan warisan Islam secara tidak kritis disatu pihak, dan

peniruan membabi buta terhadap budaya barat dilain pihak. Jamaluddinn al-Afghani

5. Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Cet.III. Bandung : Mizan, 1998), h. 20
6. Hagiografi adalah kisah tentang hayat dan legenda wali atau tokoh

5
menjadi perintis penafsiran ulang terhadap Islam yang secara kualitas diperlukan di

dunia modern, seperti penggunaan akal, aktivisme politik, serta kekuatan militer.7

Sejak usia yang masih relatif muda, di umur 20 tahun ia sudah menjadi

pembantu Pangeran Dostn Muhammad Khan di Afganistan, dan tahun 1864 M.

Menjadi penasehat Sher Ali Khan, dan menjadi Perdana Menteri pada masa

pemerintahan Muhammad Azham Khan. Hal itu disebabkan karena kecerdasan dan

kepribadiannya yang menarik. Ia banyak memperoleh pengalaman dalam

pengembaraannya ke beberapa negara. Mula-mula ke India, lalu ke Mesir memberi

kuliah dihadapan kaum intelektual di Al-Azhar. Diantara muridnya yang paling

terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.8

Karena persoalan politik di Mesir, Jamaluddin Al-Afghani pergi ke Paris. Di

kota ini ia mendirikan sebuah organisasi bernama al-Urwatul Wutsqa yang

beranggotakan muslim militan dari India, Mesir, Syiria dan Afrika Utara, yang

bertujuan memperkuat persaudaraan Islam, membela dan mendorong umat Islam

untuk mencapai kemajuan. Dari organisasi tersebut ia menerbitkan koran dengan

nama yang sama al-Urwatul Wutsqa yang mendapat subsidi dari para pengagum,

dan dibagikan gratis kepada tokoh terkemuka di seluruh dunia muslim. Dalam koran

tersebut, Jamaluddin al-Afghani menyiratkan polemik anti Inggrisnya, khususnya

menentang serbuan Inggris di Mesir dan Sudan. Ia juga mengemukakan pentingnya

persatuan umat Islam diseluruh dunia demi membendung serangan-serangan asing

lainnya.9

7. Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Cet.III. Bandung : Mizan, 1998), h. 18
8. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas 3 MA, (Kurikulum 1994. Semarang :
Karya Toha Putra, 2003), h. 176

9. Ali Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Cet.III. Bandung : Mizan, 1998), h. 25
6
B. Prinsip Pemikiran dan Pandangan-pandangannya

Jamaluddin al-Afghani berpendapat bahwa kemunduran umat Islam

disebabkan antara lain karena umat Islam telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam

yang sebenarnya. Ajaran-ajaran qada dan qadar telah berubah menjadi ajaran

fatalisme yang menjadikan umat menjadi statis. Sebab yang lain adalah perpecahan

di kalangan umat Islam sendiri, lemahnya persaudaraan antar umat Islam. Untuk

mengatasi problem yang dihadapa umat Islam menurut Jamaluddin al-Afghani

adalah :

1. Umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang benar, mensucikan

hati, memuliakan akhlak, berkorban demi kepentingan umat serta

memahami Islam harus dengan rasionalitas akal, alquran dan hadis.

2. Corak pemerintahan otokrasi dan absolut harus diganti dengan

pemerintahan demokratis yang dilandasi dengan musyawarah mufakat.

3. Menghidupkan kembali Pan-Islamisme (Solidaritas Islam) yakni,

Menghendaki terjalinnya kerjasama antar negara-negara Islam serta

mengingikan adanya persatuan umat Islam baik yang sudah merdeka

maupun yang masih terjajah dalam 10

Ide pembebasan dari kendali bangsa Barat, merupakan tujuan perjuangan

politik Jamaluddin al-Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapannya banyak

dikutip oleh kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang

mendukung kebebasan seperti itu. Jamaluddin al-Afghani bagi sebagian kalangan

memiliki daya pikat tersendiri karena kehidupan politiknya yang luar biasa, bukan

hanya di dunia Islam, dunia barat pun mengakui kehebatannya.

10. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas 3 MA, (Kurikulum 1994. Semarang :
Karya Toha Putra, 2003), h. 177

7
Kebesaran Jamaluddin al-Afghani terlihat dari cara pandangnya terhadap

dunia, ia ingin menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman

yang tajam dan berkualitas. Ia telah membangkitkan kesadaran politik umat Islam

menghadapi Barat dan mencoba membuka jalan bagaimana menghadapi arus

modernisme yang luar biasa11.

Menurut L. Stoddard, Jamaluddin al-Afghani merupakan orang pertama

yang menyadari sepenuhnya akan dominasi Barat dan bahayanya. Oleh karena itu,

dia mengabdikan dirinya untuk memperingatkan dunia Islam akan hal itu dan

melakukan usaha-usaha yang teliti untuk pertahanan. 12 Demi kebangkitan dunia

Islam, berkat itu semua, akhirnya Jamaluddin al-Afghani dikenal sebagai bapak

nasioanlisme dalam Islam.13

C. Jamaluddin al-Afghani, Sunni atau Syiah?

Ada yang menarik dari perjalanan hidup dan kebesaran Jamaluddin al-

Afghani yang menyangkut dengan asal-muasal keluarga dan pribadi Jamaluddin al-

Afghani. Ada perdebatan yang unik mengenai tempat kelahirannya. Orang Iran

mengkalim bahwa Jamaluddin al-Afghani kelahiran Asadabad Iran. Sementara orang

India menjadikan desa Syirut sebagai tanah kelahiran Jamaluddin al-Afghani.

Sedang orang Turki menganggap Jamaluddin adalah kelahiran Azerbaijan.

Menurut L. Stoddard, Jamaluddin al-Afghani di Asadabad, dekat Hamazan

di Iran. Namun ia berkebangsaan Afghanistan, bukan Iran, seperti dinyatakan dalam

11. http://politik.kompasiana.com/2013/10/06/jamaluddin-al-afghani-sunni-dan-syiah-pun -
berebut -memilikinya. diakses tanggal, 26 April 2014

12. Ahmad Syalabi, Imperium Turki Usmani, (Jakarta : Kalam Mulia, 1988), h. 107. Lihat
juga L. Stoddard, Dunia Baru Islam, (Jakarta : Tanpa Penerbit, 1966), h. 32-33

13. Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. 25, Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 185

8
namanya. Gelar Sayyid menunjukkan bahwa ia adalah keturunan Rasulullah dan

darahnya bercampur dengan darah Arab. Sementara orang Syiah bahwa Jamaluddin

al-Afghani berkebangsaan Iran, Muhammad Hasan Itimaduddin, salah seorang

pengikut Syiah, seperti dikutip oleh Hamka, menegaskan bahwa Jamaluddin al-

Afghani sebagai orang Iran, ia dilahirkan di Asadabad di wilayah Iran. Ia menolak

pendapat tentang Jamaluddin al-Afghani berkebangsaan Afghanistan.

Bahkan salah satu tokoh Syiah penting lainnya, Murthada Mutahhari, tidak

mau menggunakan al-Afghani dibelakang namanya, ia menulis namanya dengan

Sayyid Jamaluddin Asadabadi. Mutahhari pun lebih banyak menggunakan kata

Sayyid dalam bukunya dan enggan menggunakan kata al-Afghani.

Adanya perbedaan dan perdebatan seputar tempat kelahirannya

menunjukkan bahwa Jamaluddin al-Afghani adalah sosok yang yang sangat

menakjubkan dan menjadi milik umat, maka pantas saja jika timbul saling klaim

tentang tempat kelahirannya dan berebut untuk saling memiliki di antara berbagai

negara (Afghanistan, Iran, India dan Turki) dan berbagai mazhab (Sunni dan

Syiah).14

14 . http://politik.kompasiana.com/2013/10/06/jamaluddin-al-afghani-sunni-dan-syiah-pun-
berebut-memilikinya. diakses tanggal, 26 April 2014. Baca juga Buku Pemikiran Politik Islam karya
Dr. Muhammad Iqbal, M.Ag)

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan singkat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

Jamaluddin al-Afghani adalah salah seorang pemimpin pergerakan Islam pada akhir

abad ke 19 M. Sayyid Sand adalah ayah Jamaluddin al-Afghani, yang dikenal

dengan gelar Shadar al-Husaini. Keluarganya tergolong bangsawan terhormat dan

mempunyai hubungan nasab dengan Husain bin Ali r.a. dari pihak Ali, At-Tirmidzi,

seorang perawi hadis. Oleh karena itu, di depan namanya diberi Sayyid.

Solidaritasnya yang kuat terhadap sesama muslim memiliki pengaruh yang

sangat besar terhadap kesadaran umat Islam untuk bangkit melawan tirani-tirani

bangsa Barat.

Menurutnya, bahwa faktor kemunduran umat Islam sangat dipengaruhi oleh

beberapa hal penting:

1. Umat Islam tidak kreatif dan telah meninggalkan ajaran-ajarannya

suci sebagai pegangan di masa depan.

2. Umat Islam tidak solid, sehingga solidaritas umat Islam harus

dihidupkan kembali.

3. Umat Islam telah memisahkan Agama dengan politik.

Sehingga dari alasan tersebut, Jamaluddin al-Afghani bangkit dan

menyegarkan kembali rasionalitas umat Islam terhadap nilai-nilai perjuangan yang

terkandung didalamnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://juraganmakalah.blogspot.com/2013/04/pembaruan-pemikiran-jamaluddin-al-
afghani..

http://fospi.wordpress.com/2007/09/24/jamaluddin-al-afghani-dan-kontribusinya-
pada-kebangkitan-dunia-islam.

http://politik.kompasiana.com/2013/10/06/jamaluddin-al-afghani-sunni-dan-syiah-
pun - berebut -memilikinya.

L. Stoddard, Dunia Baru Islam, (Jakarta : Tanpa Penerbit, 1966).

Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas 3 MA, (Kurikulum 1994. Semarang
: Karya Toha Putra, 2003)

Rahnema, Ali, Para Perintis Zaman Baru Islam, (Cet.III. Bandung : Mizan, 1998)

Saiful Hadi, 125 Ilmuwan Muslim Pengukir Sejarah, Jakarta : Insan Cemerlang

Syalabi, Ahmad, Imperium Turki Usmani, (Jakarta : Kalam Mulia, 1988).

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Cet. 25, Jakarta : Rajawali Pers, 2014).

11

Anda mungkin juga menyukai