HERNIA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
pada penulis sehingga mampu menyelesaikan refreshing ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Refreshing ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas kepaniteraan stase ilmu bedah
serta penyusun berharap pembaca bisa mengetahui serta memahami lebih dalam tentang
pembahasan penyusun yaitu tentang dasar-dasar ilmu kedokteran (preklinik) yang berkaitan
dengan hernia.
Penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
serta bagi pembaca pada umumnya.
Sekarwangi,Juni 2017
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian yang lemah dari lapisan muskulo aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi
melalui celah yang lemah atau kelemahan pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh
peningkatan tekanan intra abdominal yang berulang atau berkelanjutan.
Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan
hernia dapatan. Hernia berdasarkan letaknya, terletak pada inguinal, femoral dan
umbilikal. Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi, hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk, usus dapat keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Hernia
ireponibel bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut.
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia femoralis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis
dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak
dua pertiga dari hernia ingunalis medialis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar
dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis
(kanalis inguinalis berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum
pada perempuan) dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum sehingga disebut
hernia skrotalis.
Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol
langsung ke depan melalui segitiga Hesselbach (Hesselbach, Franz K. 1788-1856, ahli
ilmu anatomi, Jerman). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar keluar melalui
kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin
hernia longgar.
BAB II
LANDASAN TEORI
EMBRIOLOGI INGUINAL
Hernia mungkin dapat disebabkan oleh faktor kongenital, terutama pada anak-
anak. Untuk mengetahui etiologi hernia maka perlu memahami embriologi, terutama
bagian inguinal untuk menentukan penatalaksanaan yang tepat. Ligamentum
gubernakulum turun pada kedua sisi abdomen dari polus inferior gonad ke permukaan
internal labium-skrotal. Gubernakulum berjalan melewati dinding abdominal pada
area yang nantinya akan menjadi kanalis inguinalis. Prosesus vaginalis adalah
evaginasi divertikular peritoneum yang membentuk bagian ventral berhadapan dengan
gubernakulum secara bilateral dan melewati dinding abdomen bersama
gubernakulum.
Pada laki-laki, testis umumnya terletak di peritoneal, dan dengan prosesus
vaginalis, struktur-struktur ini turun ke skrotum ketika gubernakulum berkontraksi.
Pada perempuan, ovarium turun ke pelvis dan menuju aspek inferior gubernakulum,
menjadi ligamentum rotundum, yang melewati lingkaran interna dan menuju labia
major. Prosesus vaginalis umumnya menutup, sehingga menghilangkan perpanjangan
kavitas peritoneum melewati lingkaran interna. Pada laki-laki, sisa-sisa prosesus
vaginalis menempel pada testis sehingga disebut tunika vaginalis; jika prosesus
vaginalis masih tetap ada, maka dapat terjadi hidrokel dan hernia indirek. Jika
prosesus vaginalis masih terbuka pada wanita, maka akan memanjang menuju labia
mayora sehingga disebut canal of Nuck. Insidensi tetap terbukanya prosesus vaginalis
adalah sebanyak 60% pada usia 2 bulan dan 40% pada umur 2 tahun.
Proses Desensus testis
1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan
sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis ini
akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama dengan
aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka membentuk
sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus eksternus menjadi batas
superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca
anterior superior ke tuberculum pubicum. Ligamentum inguinale (Poupart)
merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang pubis. Lakunare
(Gimbernati) merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias.
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda muskulus
obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah bergabung dengan
serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus abdominis membentuk
conjoined tendon.
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus obliquus
internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke depan. Serabut
tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama dari muskulus
obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon.
5. Lemak extraperitoneal Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak
dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum
parietale.
6. Peritoneum parietale Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan
melanjutkan diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis.
Ramus anterior enam nervus thorakal bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding anterior
vagina muskuli recti abdominis.
Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari anulus
ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas ligamentum
inguinale dan symphisis pubica
Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri thoracica
interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior
Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen anterior
dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.
Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding abdomen.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tata letak canalis
inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:
1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut muskulus
obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat di
belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-
serabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae
fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior
dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior abdomen
dilindungi oleh tungkai atas.
FUNIKULUS SPERMATIKUS
1.Vas deferens
2. Arteria testikularis
3. Vena testikularis
5. Saraf-saraf otonom
7. Arteria cremasterica
SEGITIGA HASSELBACH
Segitiga Hasselbach dibentuk oleh ligamen inguinal pada sisi lateral, selubung
rektus di bagian medial, dan pembuluh darah epigastrik inferior pada sisi superior.
Hernia direk terjadi jika ada penonjolan terhadap dinding kanalis inguinalis pada
segitiga Hasselbach (medial sampai inferior pembuluh darah epigastrik). Sehingga,
hernia direk adalah penonjolan peritoneum melewati fasia transversalis (berdekatan
dengan korda spermatika). Kantung hernianya keluar kanal bersamaan dengan korda
spermatika melewati lingkaran externa menuju ke skrotum. Kantung hernia indirek
umumnya ditemukan pada aspek anteromedial korda spermatika.
Gambar Segitiga Hasselbach
CANALIS FEMORALIS
HERNIA
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah
suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)
yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)
dan Hernia Ingunalis Medialis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.
Selain hernia indirek nama yang lain adalah hernia oblique yang artinya kanal yang
berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri
mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral vasa epigastrica inferior.
Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang
didapat. Hernia inguinalis medialis (HIM) atau hernia direk hampir selalu disebabkan
oleh peninggian tekanan intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di
trigonum Hesselbach.
KLASIFIKASI
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
3. Menurut sifatnya
a. Hernia Reponible
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri atau mengedan,
masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut
b. Hernia Ireponible
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini
biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia.
c. Hernia Strangulasi
Hernia Ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
d. Hernia inkarserata
Hernia Ireponibel yang disertai gangguan pasasse
ETIOLOGI
Hernia dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus
internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain
itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia antara lain:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran
kencing
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema,
alergi
2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.
3. Prosesus vaginalis yang terbuka
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIK
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring.
Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau
para umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi
karena nekrosis atau gangren.
DIAGNOSIS
Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat
hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari
lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat
paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan
atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba
mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih berada
di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti
hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia
inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua
kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi
mungkin meraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Laboratorium
Untuk mendukung kearah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.
B. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha
atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis. Pada
pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of
Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan
kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe pembagian
reduction of hernia en masse:
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
PENATALAKSANAAN
Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
-
Bassini technique
d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi
juga menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki
dengan menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum.
Teknik ini ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel
karena paparan usus terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic
herniorhappies dilakukan menggunakan salah satu pendekatan transabdominal
preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan
dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan memperbaiki
regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian ditutupi
dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik
langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
KOMPLIKASI
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi
terlalu besar, atau terjadi perlekatan.
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulasi
yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi parsial atau total
seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau kaku, sering
terjadi jepitan parsial.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam
hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah
terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat
serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses
lokal, fistel, hingga peritonitis.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah
strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan gambaran menjadi sangat serius.
Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang
peroitoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali
disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses local. Dalam hal ini
hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.
HERNIA FEMORALIS
Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia masuk
ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang kurang lebih 2 cm.
Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi, kecuali kalau ada kelainan
lokal atau umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Prinsip operasi hernia femoralis:
herniotomi dengan eksisi komplit dari kantong hernia, menggunakan benang yang tidak
diserap dan hernioplasti dengan reparasi defek fasia transversalis dengan ligamentum
cooper atau mesh dengan tujuan mempersempit anulus femoralis.
HERNIA LAINNYA
1. Hernia umbilikalis
Hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tetutup peritoneum dan kulit
akibat penutupan yang inkomplet dan tidak adanya fasia umbilikalis. Hernia ini
terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi prematur.
Hernia umbilikalis merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang
masuk melalui cincin umbilikus, paling sering berisi omentum, bisa juga terisi usus
halus atau usus besar akibat peningkatan tekanan intraabdomen, biasanya ketika bayi
menangis.
Bila cincin hernia kurang dari 2 bulan diameternya, umumnya regresi spontan
akan terjadi sebelum bayi berumur enam bulan, kadang cincin baru menutup ketika
umur 1 tahun. Pada cincin hernia yang lebih besar dari 2cm, jarange terjadi regresi
spontan dan sukar diperoleh penutupan dengan tindakan konservatif. Pada dewasa
terapi hernia umbilikalis hanya dengan pembedahan, caranya defek ditutup dengan
mesh, dapat melalui operasi terbuka maupun operasi laparoskopi yang memberikan
nyeri minimal dan pemulihan yang cepat pasca operasi dibandingkan dengan operasi
terbuka.
2. Hernia paraumbilikalis
Hernia yang melalui suatu celah di garis tengah di tepi kranial umbilikuus,
jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga
umumnya diperlukan tindakan operasi untuk koreksi.
3. Hernia epigastrika
Disebut juga hernia linca alba adalah hernia yang keluar melalui defek di linea
alba antara umbilikus dan prosesus xiphoideus. Isi hernia terdiri atas penonjolan
jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Pasien sering
mengeluh perut kurang enak, mual, muntah mirip keluhan pada kelainan kandung
empedu, tukak peptikum,pankreatitis atau hernia hiatus esofagus. Pada pemeriksaan
abdomen teraba massa tidak nyeri bila ditekan. USG abdomen atau CT-scan
abdomen perlu dilakukan untuk menunjang diagnosis terutama pada pasien gemuk.
Terapi bedah berupa reposisi isi hernia dan penutupan defek di linea alba.
4. Hernia ventralis
Nama umum dari hernia insisional dan hernia sikatriks. Yang merupakan
penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun lama. Sekitar
10% luka operasi menimbulkan hernia insisional. Faktor predisposisi hernia sikatriks
adalah infeksi luka operasi, dehisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang
kurang baik, jenis insisi, obesitas, distensi usus pasca bedah atau batuk.
Penatalaksanaan berupa pengelolaan konsevatif menggunakan alat penyangga atau
korset khusus yang dapat digunakan sementara. Terapi operatif berupa herniotomi
dan hernioplasti.
5. Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kosto-limbalis superior berbentuk segitiga terbalik dan
trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum ilioluumbalis berbentuk segitiga.
Hernia di kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan
teraba benjolan di pinggang di tepi bawah tulang rusuk XII. Tatalaksanan dengan
herniotomi dan hernioplasti.
6. Hernia littre
Jarang dijumpai. Hernia yang berisi divertikulum meckel, dianggap sebagai
hernia sebagian dinding usus halus. Penatalaksanannya disamping herniotomi dan
hernioplasti, juga dilakukan dengan eksisi divertikulum meckel.
7. Hernia spiegheli
Hernia spigelian melalui ligamen spigelian.yang terdiri dari lapisan
aponeurotic antara otot rektus media dan semilunaris lateral. Hampir semua hernia
spigelian terjadi dibawah garis arkuata.Kebanyakan hernia spigelian kecil (diameter
1-2 cm). Pasien sering datang dengan nyeri lokal di area tanpa tonjolan karena
hernia terletak dibawah aponeurosis m.oblikus. USG dan CT-Scan abdomen berguna
untuk menetapkan diagnosis.
8. Hernia obturatoria
Kanal obturatorium dibentuk oleh tulang kemaluan dan ischium. Kanal ini
ditutupi oleh membran di tusuk oleh n. Obturatorius melemahnya membran ini dapat
mengakibatkan pembesaran kanal dan pembentukan kantung hernia.Pasien datang
dengan adanya kompressi saraf obturatorius yang menyebabkan nyeri pada aspek
medial paha(tanda howship- romberg). Hampir setengah hernia obturatorius datang
dengan obstruksi usus lengkap atau parsial.
9. Hernia perinealis
Tonjolan hernia pada perineum melalui otot dan fasia, lewat defek dasar
panggul. Hernia keluar melalui dasar panggul yanng terdiri atas otot levator anus
dan otot sakrokoksigeus. Gejala klinis berupa benjolan di perineum yang dapat
dimasukan kembali, dapat meuncul dengan gejala nyeri, disuria disertai gejala
obstruksi usus. Tatalaksana operatif dianjurkan melakukan pendekatan
transabdominal dengan melakukan perbaikan fasia dan otot perineal secara adekuat.
KESIMPULAN
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi
hernia.
Hernia dapat dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi kalau isi terlalu
besar, atau terjadi perlekatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Norton, Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill.
3. Zinner, Michael J, seymour I. Schwartz dan harold ellis. 1997. Abdominal Operations.