Disusun Oleh :
IRMA
14/16874/THP
Dosen Pembimbing
1. Ngatirah, SP.MP
2. Ir. Kusumastuti , MSc
IRMA
14/16874/THP
Usulan penelitian ini diajukan kepada ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta untuk
memenuhi salah satu persyaratan penelitian guna memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian (S.TP)
Disetujui oleh
DosenPembimbing I DosenPembimbing II
Mengetahui,
( Ngatirah, SP, MP )
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan deterjen sebagai pembersih peralatan rumah tangga maupun
industri meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk di dunia
khususnya di Indonesia. Limbah buangan hasil cucian yang mengandung
deterjen seringkali dibuang secara langsung ke perairan baik sungai maupun
laut. Kadar deterjen yang tinggi dalam perairan dapat bersifat toksik bagi
organisme perairan sehingga menimbulkan kerusakan ekosistem dan air tanah
yang nantinya dapat berdampak pada kehidupan manusia (Lewis, 1991)
Kandungan deterjen yang utama adalah surfaktan. Surfaktan merupakan
zat aktif permukaan (surface active agent) yang dapat menurunkan tegangan
permukaan suatu media, karena mempunyai kemampuan untuk
menggabungkan bagian antar fase yang berbeda seperti udara dan air ataupun
fase yang mempunyai kepolaran yang berbeda seperti minyak dan air. Sifat
ini disebabkan struktur ampifilik surfaktan yang memiliki gugus hidrofilik
(polar) dan gugus hidrofobik (Mehlin, dkk., 2007).
Surfaktan umumnya diproduksi dari bahan baku minyak bumi
(petroleum). Contohnya adalah surfaktan anionik seperti LAS (linier
alkylbenzene sulphonate) dan ABS (alkylbenzene sulphonate). Surfaktan
LAS yang sangat sering digunakan oleh masyarakat secara luas menimbulkan
masalah yakni LAS dapat membentuk fenol yang bersifat toksik bagi biota
perairan. Surfaktan ABS juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan
karena sulit terdegradasi secara alami oleh mikroorganisme (Utomo, 2010).
Selain itu, bahan baku minyak bumi yang digunakan merupakan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbaharui sementara kebutuhan deterjen semakin
meningkat. Data kebutuhan akan surfaktan di Indonesia sekitar 95.000 ton
per tahun, sedangkan kapasitas produksi dalam negeri sekitar 55.000 ton per
tahun dan 45.000 ton masih diimpor yang diproduksi dari petroleum yang
tidak ramah lingkungan (Wuryaningsih, 2006). Oleh karena itu, diperlukan
alternatif bahan baku terbarukan yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan
surfaktan, yakni dari minyak nabati salah satu surfaktan dari minyak nabati
adalah MES (Metil Ester Sulfonat).
Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang bermuatan
negatif pada gugus hidrofilik atau bagian aktif permukaan (Hui,1996). Bahan
baku metil ester sulfonat bersumber dari minyak transesterifikasi menjadi
metil ester metanolisis dan netralisasi.
Menurut Matheso (1996), metil ester sulfonat ini memperlihatkan
karakteristik dispersi yang baik, sifat penyabunan yang baik terutama pada air
dengan tingkat kesadahan yang tinggi, toleransi lebih baik terhadap
keberadaan kalsium, tidak ada fosfat, bersifat mudah didegradasi, pada
konsentrasi MES yang lebih rendah daya penyabunan sama dengan
petroleumsulfonat, memberikan tingkat detergensi terbaik karena memiliki
asam lemak C14, C16, dan C18 yang bersifat mudah didegradasi (good
biodegradability). Dan dapat mempertahankan aktifitas enzim.
Permasalahan yang terjadi kebanyakan dalam pembuatan liquid soap ini
tidak menyatunya larutan liquid soap, oleh karena itu perlu penambahan
emulsi, salah satu emulsi yang harus di tambahkan adalah ekstrak lerak, hal
ini di karenakan emulsi dari buah lerak sifatnya biodegradability (ramah
lingkungan), sedangkan jika menggunakan emulsi dari bahan kimia sifatnya
tidak ramah lingkungan. Buah lerak adalah Tanaman tropis di Indonesia
(terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera) yang mengandung
saponin dalam jumlah tinggi salah satu diantaranya adalah Sapindus rarak
atau lebih dikenal dengan pohon lerak. Saponin berasal dari bahasa latin soap
yang berarti sabun karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin
merupakan senyawa kimia yang berasal dari metabolit sekunder yang banyak
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan. Struktur kimia saponin yang terdiri dari
senyawa polar dan non-polar menjadikan buah lerak dikenal sebagai
soapberry atau soapnut. Saponin memiliki sifat berasa pahit, berbentuk busa
stabil dalam air, bersifat racun bagi hewan berdarah dingin (seperti :
ikan,siput, dan serangga), dapat menstabilkan emulsi, dan menyebabkan
hemolisis (rusaknya sel darah merah). Dan penstabil emulsi yang di gunakan
dalam pembuatan sabun cuci cair ini berasal dari buah lerak yang di gunakan.
(Syahroni (2013).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini meliputi :
1. Mengetahui pengaruh penambahan MES (Metil Ester Sulfonat) dan
penambahan ekstrak buah lerak dalam pembuatan sabun cuci cair
(Liquid Soap).
2. Mengetahui penambahan MES (Metil Ester Sulfonat) dan ekstrak buah
lerak yang paling baik.
C. Manfaat penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menjawab masalah lingkungan yang
ditimbulkan oleh deterjen, dengan formulasi deterjen menggunakan surfaktan
MES (Metil Ester Sulfonat) yang lebih mudah didegradasi, diharapkan dapat
tercipta deterjen yang ramah terhadap lingkungan. Pada penelitian ini akan
dikaji pengaruh konsentrasi surfaktan MES terhadap daya deterjensi deterjen,
sehingga deterjen yang dihasilkan mempunyai daya deterjensi yang baik,
lebih aman dan ramah lingkungan dan juga penambahan buah lerak dapat
menambah nilai ekonomis dalam pemanfaatan buah lerak yang banyak
mengandung saponifikasi yang tinggi, juga merupakan saponifikasi yang
ramah lingkungan. Selain itu dengan memanfatakan buah lerak sebagai
detergen liquit yang ramah lingkungan konsumen juga mendapat bahan
detergen yang tidak merusak produk konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Blok II
1 2 3
A1B2 A2B3 A3B3
5 6
A3B1 4 A2B1 A2B2
7 4 9
A1B3 A1B1 A3B2
Keterangan :
1, 2, 3..... n = menunjukan urutan eksperimental
A&B = menunjukan urutan perlakuan
1 &2 = blok /ulangan
C. Cara Penelitian
Pelaksanaan penelitian dilakukan berurutan berdasarkan Tata Letak
Urutan Eksperimental (TLUE). Berdasarkan TLUE perlakuan pertama
yang dilakukan adalah A3B3 (MES 25 % dan ekstrak lerak 24 %).
Tahapan awal yang dilakukan yaitu
1. Pembuatan MES (Metil Ester Sulfonat)
pembuatan MES (metil ester sulfonat) yaitu dengan cara
membuat Metil Ester Sulfonat (MES) sebagai bahan baku yang
mempunyai karakteristik (mampu menurunan tegangan permukaan
dan tegangan antar muka) sesuai yang dibutuhkan untuk pembuatan
deterjen cair ramah lingkungan. MES dibuat dengan cara reaksi
sulfonasi metil ester dengan NaHSO3. Perbandingan berat antara
metil ester dan NaHSO3 yang digunakan adalah 1:1,5. Reaksi
sulfonasi terjadi di dalam sebuah labu reaktor leher empat yang
dilengkapi dengan pendingin balik, thermometer, dan rotor sebagai
pengaduk. Cara pembuatan MES dilakukan dengan memanaskan
metil ester diatas penangas dan terus diaduk dengan kecepatan
putaran 1000 rpm. Kemudian pereaksi (NaHSO3) dimasukkan ke
dalam reaktor berisi metil ester yang telah bersuhu 40C sedikit
demi sedikit hingga mencapai suhu 100C. Setelah suhu reaksi
mencapai 100C, reaktor didiamkan untuk proses sulfonasi selama
4,5 jam. Pemisahan antara MES dengan residu pereaksi dilakukan
dengan sentrifugasi selama 15 menit (Savitri, 2003). Selanjutnya
dilakukan pemurnian MES yang dihasilkan dengan menambahkan
metanol pada suhu 50C sebanyak 30 % dari jumlah MES, selama
1,5 jam. Pemurnian MES tersebut dilakukan dengan menggunakan
alat rotary evaporator. Kemudian dilakukan pemisahan antara MES
dan metanol dengan menguapkan metanol pada suhu antara 70 -
80C selama 15 menit atau hingga tidak ada lagi aliran metanol
yang telah terkondensasi.
2. Pembuatan Ekstrak Lerak
Tahapan pembuatan ekstrak buah lerak dengan cara melakukan
tahapan penimbang buah lerak sebanyak 3 kg, selanjutnya
melakukan pencucian dan perendaman 30 menit, selanjutnya
melakukan peremasan buah lerak dengan perbandingan (1:1) antara
air dan buah lerak lalu melakukan penyaringan dan di diamkan
selama 30 menit dan lakukan pemisahan antara air lerak dan
ekstrak lerak yang di dapatkan sebanyak 3 liter .
3. Pembuatan Sabun Cuci Cair
Pembuatan sabun cuci cair dengan cara Berikut ini yaitu dengan
menambahkan MES (metil ester sulfonat) kedalam elemayer dengan
konsentrasi berbeda-beda, tahapan selanjutnya penambahan
Surfaktan natrium sebanyak (100 gr), Karbonat natrium sebanyak
(50 gr), Surfaktan natrium (50 gr), dan Lypozime sebanyak (50 gr) ,
selanjutnya dilakukan pengadukan secara homogen. Kemudian
tambahkan ekstrak buah lerak (B3) sebanyak 120 gram. Dilakukan
homogenisasi dengan melakukan pemanasan dan pengadukan 30
menit, angkat dan lakukan penambahan carboxy mettyl
cellulosa/CMC sebanyak 25 gram daan Natrium silika 50 gram, lalu
lakukan pemanasan sambil diaduk hingga 30 menit dan angkat
kemudian dinginkan dan tambahkan parfum sebanyak 5 gram dan
dihomogenisasi dan didapatkan deterjen liquid, sempel sebanyak
500 ml untuk dilakukan analisa stabilitas emulsi, derajat keasaman
(pH), bobot jenis/densitas, Viskositas, Stabilitas busa/daya busa dan
daya deterjensi.
Metil Ester
Metanol Pemurnian
suhu 500C
selama 1,5 jam
Penguapan metanol
Suhu 77-780C Metanol
Selama 15 menit
Analisa :
- Derajat
keasaman /pH
- Bobot
jenis/densitas
- Tegangan
Permukaan
ekstrak lerak
Pendinginan Analisa :
- Stabilitas emulsi
Penambahan parfum 1% - Derajat keasaman
(pH)
Penghomogenisaisan - Bobot jenis/
(pengadukan) densitas
- Viskositas
Detergen liquid - Stabilitas
busa/daya busa
- Daya detergensi
SE (%) = 100%
Daya deterjensi = T2 T1 - OD
Adindari. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Metanol dan Las Reaksi Pada
Proses Pemurnian Metil Ester Sulfonat Terhadap Karakteristik
Deterjen Bubuk. Skripsi Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
Bogor . Bogir
Ahmad Salmiah. 2006. Methly Ester Sulfonates Industry Poll. Biorenewble
Resources no. 3 Chemitho.
Badan Standarisasi Nasional. 1996, SNI Nomor 06-4075-1996 tentang dterjen
cuci cair. Badan Standarisai Nasional. Jakarta.
Bird, T. 1993. Kimia Fisika untuk Universitas. PT. Gramedia, Jakarta.
Durian DJ, Weitz DA. 1993. Foams. Di dalam: Kroschwitz Jl, editor.
Encyclopedia of Chemical Technology. Ed Ke-4. Volume ke-11. New
York: Wiley Interscienece. hlm. 783-802.
Fitrawati, Juni. 2007. Skripsi Efek Antifungal BerbagaiSediaan dari Buah Lerak
Terhadap Candida albicans(Penelitian In Vitro). Medan : Fakultas
KedokteranUniversitas Sumatera Utara.
Flanagan, J. and Singh, H., 2006. Microemulsions: a potential delivery system for
bioactives in food. Critical Reviews in Food Science and Nutrition. 46:
221-237.
Gomez, K.A dan A.A Gomez, 1984. Staiatical Procedures For Agricultural
Research 2ndEdition, Wiley. Pp.100-104.
Ketaren, S., 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.