20
10 6.6
ANALISA KASUS MATERNAL RESIKO TINGGI PONKESDES MANYAR SIDORUKUN TAHUN 2016
- Kasus resiko tinggi kehamilan, kelompok factor resiko APGO terbanyak terjadi pada kasus
KEK sejumlah 7 orang
Anemia 1 orang dan
HBsAg positif 1 orang.
- Kelompok factor resiko AGO pada kasus
Riwayat pernah gagal hamil 4 orang
Terlalu cepat hamil lagi 2 orang dan
Terlalu pendek 145 cm 1 orang.
- Kelompok factor resiko AGDO 0 / Kosong
- Dari analisa diatas dapat di indikasikan bahwa resiko tinggi kehamilan dan komplikasi kebidanan
di ponkesdes manyar sidorukun masih tinggi. Untuk itu kewaspadaan dan peningkatan skrining
penjaringan resiko tinggi perlu pengawasan khusus terlebih lagi karena semua ibu hamil
berpotensi menjadi resiko tinggi.
- Kepatuhan petugas dalam mengambil keputusan perlu peningkatan serta pendampingan selama
kehamilan, ANC, INC dan PNC oleh bidan dan dibantu oleh pengamatan kader pendampingan
resiko tinggi.
- Kerja sama dengan BPM, Klinik swasta, bidan luar wilayah dan rumah sakit lebih di tingkatkan.
grafik
Tempat persalinan tertinggi di ponkesdes sejumlah 45 orang dan persalinan di rumah sakit sejumlah 18
orang dengan rincian
- SC 14 orang
- VE 1 orang
- Drip 3 orang.
- Adanya bayi yang keluar dari wilayah manyar sidorukun (pulang kampung) setelah lahir.
Kasus neonatal resiko tinggi tentunya sangat erat hubungannya dengan kasus resiko kehamilan maupun
kasus maternal yang ditemukan.
Kasus neonatal resti terbanyak yang ada di ponkesdes manyar sidorukun karena infeksi ringan sebanyak
6 neonatal. Hal ini disebabkan karena persalinan dengan SC. Tindakan di rumah sakit diberikan suntikan
antibiotic selama 3 hari.
Untuk kasus icterus neonatorum sebanyak 1 kasus dengan persalinan di rumah sakit dan dilakukan foto
therapie.
Dibandingkan dengan besarnya kasus resiko tinggi kehamilan maupun kasus maternal dengan kasus
neonatal resiko tinggi lebih kecil. Hal ini bisa menjadi gambaran bahwa penangan kasus kehamilan baik
standard kompetensi maupun proses rujukan sudah sesuai dengan standard. Tetapi tetap perlu
peningkatan petugas dan kader pendampingan dalam deteksi potensial terjadinya resiko tinggi melalui
kunjungan rumah dan MTBM, sehingga kasus kematian neonatal dapat ditekan seminimal mungkin.