Anda di halaman 1dari 10

Kebiasaan Mencontek di Kalangan Siswa

Kata menyontek mungkin tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Bahkan mungkin diantara
kita sudah ada yang melakoninya, terutama saat ujian. Menyontek adalah kebiasaan buruk yang
harus dihindari dikalangan pelajar. Menyontek merupakan suatu tindakan yang tidak jujur dan
dilakukan dalam keadaan sadar untuk menciptakan keuntungan sehingga mengabaikan prinsip
keadilan.
Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa-siswi disekolah hanya mendapatkan nilai tinggi
dan lulus ujian, kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor. Inilah yang membuat mereka
mengambil jalan pintas yaitu dengan menyontek.
Jika tidak ada sanksi, maka orang akan cenderung mengulangi lagi. Jelas ini merugikan siswa-
siswi yang rajin belajar, karena objektivitas penilaian tidak ada sama sekali dilihat hasil ujian
bukan keseluruhan proses dalam pembelajaran. Siswa yang jujur dalam menjawab pertanyaan
sering mendapatkan nilai rendah dibandingkan siswa yang menyontek. Akibatnya dia frustasi,
dendam, marah pada dirinya sendiri, marah kepada teman yang menyontek, dan marah kepada
guru yang memberi nilai tidak objektif.
Tetapi ada juga guru yang memiliki pengalaman luas dan mengetahui karakteristik siswanya.
Sang guru akan curiga jika siswa tersebut dalam kesehariannya biasa-biasa saja, tetapi pada saat
ulangan atau ujian nilainya bagus.
Anehnya perbuatan contek-menyontek dikalangan pelajar sampai saat ini masih ada, bahkan
lebih canggih. Tidak ada sanksi, skorsing dan lain sebagainya.
Satu hal lagi yang merugikan siswa adalah system penilaian guru sangat subjektif, kebanyakan
melihat hasil jawaban siswa saja, tanpa melihat proses bagaimana siswa mendapatkan nilai
tersebut, sehingga menimbulkan kerugian tidak hanya pada siswa yang pintar, tetapi juga bagi
siswa yang malas.
Jika ini terus dibiarkan saja oleh kita sebagai guru, orang tua, pemerhati pendidikan, pejabat
pemerintah dan semua komponen masyarakat lainnya, maka dunia pendidikan tidak akan maju,
bahkan menciptakan manusia tidak jujur, malas, yang cenderung mengambil jalan pintas dan
akhirnya menjadikan manusia yang selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan.
Dalam konteks pendidikan, yang termasuk dalam kategori siswa menyontek antara lain, meniru
pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan test ataupun ujian,
membawa catatan pada kertas atau pada anggota badan, menerima dropping jawaban dari pihak
luar, saling tukar jawaban dari teman, mencarai bocoran soal, menyuruh orang lain mengerjakan
tugas ujian dikelas ataupun tugas pekerjaan rumah, bahkan saat ini telah berkembang teknologi
canggih melalui handphone dengan memakai jaringan GSM atau Bluetooth.

1. Rumusan masalah

Siswa yang memiliki kebisaan menyontek


Cara mengatasi siwa yang memiliki kebisaan menyontek
Manfaat kejujuran bagi pengembangan pribadi siswa

1. Cara pemecahan dan teori yang relevan


Menyontek adalah suatu perbuatan yang tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Menyontek dapat diketegorikan menjadi dua antara lain,
menyontek dengan usaha sendiri dan kerjasama.

Siswa yang Memiliki Kebiasaan Menyontek

1. Faktor siswa

Siswa yang sudah memiliki kebiasaan menyontek akan mengentengkan materi pelajaran,
karena menganggap walaupun tidak belajar bisa mendapatkan nilai yang tinggi.
Siswa yang malas belajar disebabkan karena terlalu asyik dengan kegiatan yang lain.
Siswa yang kurang merasa percaya diri akan kemampuan dirinya sendiri, mereka berpikir
bahwa jawabannya itu kurang tepat dan masih ragu-ragu.
Siswa memiliki teman untuk berbagi jawaban, kebiasaan ini dilakukan karena sudah menjadi
sesuatu hal yang sudah menjadi tradisi dikalangan siswa.
Siswa yang terlalu mengendalikan teman, karena siswa itu sendiri yakin dengan jawaban
temannya yang belum tentu pasti benar.

1. Faktor guru

Guru yang kurang tegas kepada siswa sehingga siswa menganggap remeh sang guru.
Guru yang mematok nilai tinggi akan membuat siswa merasa tertekan dan akan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan nilai tertinggi.
Guru yang memanjakan siswa, hal ini akan membuat siswa menganggap remeh karena ia
menganggap bahwa guru tersebut memanjakannya dan tidak akan melakukan apa-apa atas apa
yang telah ia lakukan.
Guru yang menyampaikan materi yang kurang jelas, akan membuat siswanya kurang paham
dan kurang mendalami materi yang dijelaskan guru.

1. Faktor materi pelajaran

Belum tuntasnya materi pelajaran, membuat siswa tidak mengerti bahan yang nantinya
diujikan.
Jumlah materi yang terlalu banyak membuat siswa akan terbebani dengan itu, tak heran
beberapa siswa memilih kepekaan, untuk mempermudah proses menjawab soal.
Factor penilaian, yang meliputi standar nilai yang terlalu tinggi dan perbedaan skor tiap soal.

1. Factor orangtua

Kurangnya pengawasan orangtua


Orangtua yang terlalu yakin dan percaya dengan anaknya, membuat orangtua jarang mengawasi
anaknya dalam belajar. Sehingga anaknya, sering menyalahgunakan kepercayaan yang sudah
diberikan orangtua.
Terlalu menuntut anak
Kebanyakan, orangtua terlalu menuntut anaknya untuk mendapat nilai yang bagus. Bisa karena
orangtua gengsi, atau sebagainya. Tapi orangtua tersebut tidak pernah mencoba untuk
membimbing anaknya dalam belajar. Sehingga anaknya merasa tertekan dan akhirnya
menggunakan segala cara untuk memenuhi target nilai orangtua.
Kurangnya kepedulian orang tua
Umumnya orangtua memiliki kesibukan masing-masing dengan karirnya. Sehingga orangtua
jarang mengawasi perilaku dan kebiasaan anaknya. Dan akhirnya anaknya pun tidak peduli
dengan nilainya, karena orangtua itu sendiri juga tidak peduli dengan nilai anaknya.
Kurangnya prinsip kejujuran dalam keluarga.
Prinsip kejujuran dalam keluarga sebenarnya sudah ditanamkan, namun terkadang dalam
kenyataannya orang tua melanggar prinsip tersebut. Hal ini menyebabkan tertanamnya prinsip
kejujuran dalam diri anak berkurang. Sehingga anak menjadi meremehkan prinsip kejujuran itu
sendiri.

Cara mengatasi siswa yang memiliki kebiasaan menyontek

1. Faktor pribadi

Membangkitkan rasa percaya diri.


Mengarahkan self concept ke arah yang lebih proposional.
Membiasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.
Menumbuhkan kesadaran hati nurani yang mampu mengontrol naluri beserta desakan logis
rasionalistis jangka pendek yang bermuara kepada perilakunya.
Menanamkan kebenaran firman Tuhan bahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa.
Belajar menerima kekurangan hidup sebagai bagian proses perkembangan yang harus
dilewati.
Membuat system belajar yang menarik bagi dirinya.

1. Faktor lingkungan dan kelompok

Menciptakan kesadaran disiplin dan etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

1. Faktor system evaluasi

Membuat instrument evaluasi yang tetap dan tepat.


Menerapkan cara pemberian skor penilaian yang objektif.
Melakukan pengawasan yang ketat tanpa pilih kasih.
Bentuk soal dilakukan sesuai perkembangan kematangan siswa.

1. Faktor guru

Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.


Bersikap rasional dan tidak melakukan kecurangan dalam memberikan tugas tes atau ujian.
Menunujukkan keteladanan dalam perilaku moral.
Memberikan umpan balik atas setiap penugasan.
Menyusun metode belajar-mengajar yang tidak monoton dan dikemas dengan cara
penyampaian yang menarik.
Guru perlu memahami tujuan atau target pemahaman dari suatu materi pelajaran dan
diimplementasikan pada saat mengajar, sehingga siswa dapat mencerna dari setiap materi yang
disampaikan.
Menumbuhkan sifat positif dari siswa
Untuk mengurangi ketegangan murid sebelum ujian atau tes maka sebaiknya para guru telah
menjelaskan sedini mugkin fungsi ujian atau tes kepada murid-murid dan sistem penilaian yang
akan diterapkan. Informasikan kepada para murid bahwa ulangan/test akan membantu
memfokuskan proses belajar murid. Ujian atau tes merupakan kesempatan untuk
mengekspresikan pengetahuan yang telah dipelajari dan ujian atau tes akan membantu guru
mengetahui topik yang belum dikuasai murid.
Membuat kalender jadwal ulangan.
Menanyakan kepada siswa topik mana yang dianggap paling susah untuk dikuasai dan juga
rencana belajar mereka untuk memecahkan masalah tersebut.

Manfaat Kejujuran

1. Dia akan merasa bangga dan puas dengan hasilnya sendiri.


2. Membuat perasaan menjadi tenang dan bahagia.
3. Disukai banyak orang.
4. Banyak orang ingin bergaul dengan kita.
5. Dipercaya banyak orang.
6. Menjadi modal sukses bagi orang itu sendiri.
7. Siswa akan menjadi biasa bersikap jujur dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja.
8. Membuat hidup kita menjadi terarah dan teratur.
9. Orang jujur akan sukses di karirnya nanti.

1. Rencana Implementasi

Penulis sebagai calon guru akan berusaha menjauhkan siswa dari sifat menyontek dan
memberikan motivasi bagi siswa agar percaya diri, yakin akan kemampuannya dan selalu
berbuat jujur. Untuk menentukan nilai siswa hasil ujian atau test bukan menjdi ukuran, namun
yang pantas dihargai adalah siswa yang bersifat jujur dalam segala hal. Sehingga guru harus
mempunyai catatan tentang kemampuan siswa, karakteristik siswa, data-data keluarga dan lain
sebagainya. Penulis sebagai guru akan memberikan test lisan karena cara ini lebih efektif.
Pemberian test lisan ini akan diberikan secara bertahap, tidak sekaligus pada saat ujian atau test.
Disamping itu, test tertulis juga akan digunakan sebagai pembanding kemampuan siswa-
siswinya.

1. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan

Siswa menyontek pada dasarnya karena kurang adanya motivasi dari sang siswa untuk berlatih
jujur, kurangnya dukungan dari orang tua karena para orang tua siswa sibuk akan karirnya
masing-masing tapi mereka menuntut anaknya untuk mendapat nilai bagus dan prestasi yang
membanggakan sehingga siswa merasa tertekan akan tuntunan orang tua yang salah tersebut.
Ditambah lagi dengan materi yang terlalu banyak dan sulit yang diberikan guru, membuat
pikiran siswa terbebeani dan akhirnya siswa cenderung menghalalkan segala cara baik jelek
maupun baik demi mendapat nilai yang optimal, salah satunya adalah menyontek. Walau
terpaksa mereka melakukannya dengan rasa terpaksa.
menyontek dapat diatasi dari siswa sendiri seperti mempersiapkan diri dan mental fisik
maupun psikis sebelum menghadapi tes, dan juga percaya pada diri sendiri dengan tidak
mengandalkan teman. Dari segi guru dan materi, guru seharusnya dapat memberi materi
pelajaran lebih mendalam hingga para siswa dapat mengerti sepenuhnya, dan sebaiknya guru
meningkatkan pengawasan juga memberi sanksi pada siswa yang menyontek. Dari segi orangtua,
lebih baik orangtua mau ikut campur dalam membimbing siswa, juga lebih menerapkan prinsip
kejujuran dalam keluarga.
Dengan mengembangkan pribadi jujur, kita akan terbiasa jujur. Kita pun menjadi dipercaya
orang lain dan perasaan selalu tenang. Dengan kejujuran kita dapat memperoleh hasil yang
memuaskan. Jadi kejujuran itu sangat penting karena kejujuran adalah kepastian untuk menuju
hidup yang diidamkan. Hendaklah mulai dari saat ini juga kita bersama-sama menerapkan
perilaku hidup jujur.

1. Rekomendasi

Mencermati kasus sendiri dan pengalaman penulis sendiri sebagai pelajar dan mahasiswa,
sepertinya perbuatan menyontek ini sulit dihilangkan dan sudah membudidaya dari zaman
dahulu. Paling tidak penulis sebagai pendidik dapat meminimalisir perbuatan menyontek tersebut
sesuai dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis mengharapkan ada kesepakatan bersama semua komponen yang terlibat langsung dalam
dunia pendidikan untuk memerangi masalah menyontek bagi siswa dalam ujian atau test yang
diberikan oleh guru, sekolah maupun pemerintah (Ujian Nasional). Karena sistem sekarang ini
masih menggunakan penilaian nasional, maka yang terpenting kita sebagai subyek pendidikan
yang berlaku jujur dalam mengelola pendidikan. Guru dalam menilai harus jujur, pengawas
harus jujur mengawasi para siswa, kepala sekolah harus jujur dan bijaksana dalam mengambil
keputusan. Jangan malu dan takut dikatakan gagal meluluskan siswa-siswinya dalam ujian.
Diposkan 24th May 2012 oleh Qurotun' Aini
0

Add a comment

Seputar Kota Magelang

Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide

Kebiasaan Mencontek di Kalangan Siswa

Kebiasaan Mencontek di Kalangan Siswa


Kata menyontek mungkin tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Bahkan mungkin diantara
kita sudah ada yang melakoninya, terutama saat ujian. Menyontek adalah kebiasaan buruk yang
harus dihindari dikalangan pelajar. Menyontek merupakan suatu tindakan yang tidak jujur dan
dilakukan dalam keadaan sadar untuk menciptakan keuntungan sehingga mengabaikan prinsip
keadilan.
Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa-siswi disekolah hanya mendapatkan nilai tinggi
dan lulus ujian, kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor. Inilah yang membuat mereka
mengambil jalan pintas yaitu dengan menyontek.
Jika tidak ada sanksi, maka orang akan cenderung mengulangi lagi. Jelas ini merugikan siswa-
siswi yang rajin belajar, karena objektivitas penilaian tidak ada sama sekali dilihat hasil ujian
bukan keseluruhan proses dalam pembelajaran. Siswa yang jujur dalam menjawab pertanyaan
sering mendapatkan nilai rendah dibandingkan siswa yang menyontek. Akibatnya dia frustasi,
dendam, marah pada dirinya sendiri, marah kepada teman yang menyontek, dan marah kepada
guru yang memberi nilai tidak objektif.
Tetapi ada juga guru yang memiliki pengalaman luas dan mengetahui karakteristik siswanya.
Sang guru akan curiga jika siswa tersebut dalam kesehariannya biasa-biasa saja, tetapi pada saat
ulangan atau ujian nilainya bagus.
Anehnya perbuatan contek-menyontek dikalangan pelajar sampai saat ini masih ada, bahkan
lebih canggih. Tidak ada sanksi, skorsing dan lain sebagainya.
Satu hal lagi yang merugikan siswa adalah system penilaian guru sangat subjektif, kebanyakan
melihat hasil jawaban siswa saja, tanpa melihat proses bagaimana siswa mendapatkan nilai
tersebut, sehingga menimbulkan kerugian tidak hanya pada siswa yang pintar, tetapi juga bagi
siswa yang malas.
Jika ini terus dibiarkan saja oleh kita sebagai guru, orang tua, pemerhati pendidikan, pejabat
pemerintah dan semua komponen masyarakat lainnya, maka dunia pendidikan tidak akan maju,
bahkan menciptakan manusia tidak jujur, malas, yang cenderung mengambil jalan pintas dan
akhirnya menjadikan manusia yang selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu
yang diinginkan.
Dalam konteks pendidikan, yang termasuk dalam kategori siswa menyontek antara lain, meniru
pekerjaan teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan test ataupun ujian,
membawa catatan pada kertas atau pada anggota badan, menerima dropping jawaban dari pihak
luar, saling tukar jawaban dari teman, mencarai bocoran soal, menyuruh orang lain mengerjakan
tugas ujian dikelas ataupun tugas pekerjaan rumah, bahkan saat ini telah berkembang teknologi
canggih melalui handphone dengan memakai jaringan GSM atau Bluetooth.

1. Rumusan masalah

Siswa yang memiliki kebisaan menyontek


Cara mengatasi siwa yang memiliki kebisaan menyontek
Manfaat kejujuran bagi pengembangan pribadi siswa

1. Cara pemecahan dan teori yang relevan

Menyontek adalah suatu perbuatan yang tidak jujur, curang dan menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. Menyontek dapat diketegorikan menjadi dua antara lain,
menyontek dengan usaha sendiri dan kerjasama.

Siswa yang Memiliki Kebiasaan Menyontek

1. Faktor siswa

Siswa yang sudah memiliki kebiasaan menyontek akan mengentengkan materi pelajaran,
karena menganggap walaupun tidak belajar bisa mendapatkan nilai yang tinggi.
Siswa yang malas belajar disebabkan karena terlalu asyik dengan kegiatan yang lain.
Siswa yang kurang merasa percaya diri akan kemampuan dirinya sendiri, mereka berpikir
bahwa jawabannya itu kurang tepat dan masih ragu-ragu.
Siswa memiliki teman untuk berbagi jawaban, kebiasaan ini dilakukan karena sudah menjadi
sesuatu hal yang sudah menjadi tradisi dikalangan siswa.
Siswa yang terlalu mengendalikan teman, karena siswa itu sendiri yakin dengan jawaban
temannya yang belum tentu pasti benar.

1. Faktor guru

Guru yang kurang tegas kepada siswa sehingga siswa menganggap remeh sang guru.
Guru yang mematok nilai tinggi akan membuat siswa merasa tertekan dan akan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan nilai tertinggi.
Guru yang memanjakan siswa, hal ini akan membuat siswa menganggap remeh karena ia
menganggap bahwa guru tersebut memanjakannya dan tidak akan melakukan apa-apa atas apa
yang telah ia lakukan.
Guru yang menyampaikan materi yang kurang jelas, akan membuat siswanya kurang paham
dan kurang mendalami materi yang dijelaskan guru.

1. Faktor materi pelajaran

Belum tuntasnya materi pelajaran, membuat siswa tidak mengerti bahan yang nantinya
diujikan.
Jumlah materi yang terlalu banyak membuat siswa akan terbebani dengan itu, tak heran
beberapa siswa memilih kepekaan, untuk mempermudah proses menjawab soal.
Factor penilaian, yang meliputi standar nilai yang terlalu tinggi dan perbedaan skor tiap soal.

1. Factor orangtua

Kurangnya pengawasan orangtua


Orangtua yang terlalu yakin dan percaya dengan anaknya, membuat orangtua jarang mengawasi
anaknya dalam belajar. Sehingga anaknya, sering menyalahgunakan kepercayaan yang sudah
diberikan orangtua.
Terlalu menuntut anak
Kebanyakan, orangtua terlalu menuntut anaknya untuk mendapat nilai yang bagus. Bisa karena
orangtua gengsi, atau sebagainya. Tapi orangtua tersebut tidak pernah mencoba untuk
membimbing anaknya dalam belajar. Sehingga anaknya merasa tertekan dan akhirnya
menggunakan segala cara untuk memenuhi target nilai orangtua.
Kurangnya kepedulian orang tua
Umumnya orangtua memiliki kesibukan masing-masing dengan karirnya. Sehingga orangtua
jarang mengawasi perilaku dan kebiasaan anaknya. Dan akhirnya anaknya pun tidak peduli
dengan nilainya, karena orangtua itu sendiri juga tidak peduli dengan nilai anaknya.
Kurangnya prinsip kejujuran dalam keluarga.
Prinsip kejujuran dalam keluarga sebenarnya sudah ditanamkan, namun terkadang dalam
kenyataannya orang tua melanggar prinsip tersebut. Hal ini menyebabkan tertanamnya prinsip
kejujuran dalam diri anak berkurang. Sehingga anak menjadi meremehkan prinsip kejujuran itu
sendiri.

Cara mengatasi siswa yang memiliki kebiasaan menyontek

1. Faktor pribadi

Membangkitkan rasa percaya diri.


Mengarahkan self concept ke arah yang lebih proposional.
Membiasakan mereka berpikir lebih realistis dan tidak ambisius.
Menumbuhkan kesadaran hati nurani yang mampu mengontrol naluri beserta desakan logis
rasionalistis jangka pendek yang bermuara kepada perilakunya.
Menanamkan kebenaran firman Tuhan bahwa menyontek itu adalah perbuatan dosa.
Belajar menerima kekurangan hidup sebagai bagian proses perkembangan yang harus
dilewati.
Membuat system belajar yang menarik bagi dirinya.

1. Faktor lingkungan dan kelompok

Menciptakan kesadaran disiplin dan etik kelompok yang sarat dengan pertimbangan moral.

1. Faktor system evaluasi

Membuat instrument evaluasi yang tetap dan tepat.


Menerapkan cara pemberian skor penilaian yang objektif.
Melakukan pengawasan yang ketat tanpa pilih kasih.
Bentuk soal dilakukan sesuai perkembangan kematangan siswa.

1. Faktor guru

Berlaku objektif dan terbuka dalam pemberian nilai.


Bersikap rasional dan tidak melakukan kecurangan dalam memberikan tugas tes atau ujian.
Menunujukkan keteladanan dalam perilaku moral.
Memberikan umpan balik atas setiap penugasan.
Menyusun metode belajar-mengajar yang tidak monoton dan dikemas dengan cara
penyampaian yang menarik.
Guru perlu memahami tujuan atau target pemahaman dari suatu materi pelajaran dan
diimplementasikan pada saat mengajar, sehingga siswa dapat mencerna dari setiap materi yang
disampaikan.
Menumbuhkan sifat positif dari siswa
Untuk mengurangi ketegangan murid sebelum ujian atau tes maka sebaiknya para guru telah
menjelaskan sedini mugkin fungsi ujian atau tes kepada murid-murid dan sistem penilaian yang
akan diterapkan. Informasikan kepada para murid bahwa ulangan/test akan membantu
memfokuskan proses belajar murid. Ujian atau tes merupakan kesempatan untuk
mengekspresikan pengetahuan yang telah dipelajari dan ujian atau tes akan membantu guru
mengetahui topik yang belum dikuasai murid.
Membuat kalender jadwal ulangan.
Menanyakan kepada siswa topik mana yang dianggap paling susah untuk dikuasai dan juga
rencana belajar mereka untuk memecahkan masalah tersebut.

Manfaat Kejujuran

1. Dia akan merasa bangga dan puas dengan hasilnya sendiri.


2. Membuat perasaan menjadi tenang dan bahagia.
3. Disukai banyak orang.
4. Banyak orang ingin bergaul dengan kita.
5. Dipercaya banyak orang.
6. Menjadi modal sukses bagi orang itu sendiri.
7. Siswa akan menjadi biasa bersikap jujur dimana saja, kapan saja, dan pada siapa saja.
8. Membuat hidup kita menjadi terarah dan teratur.
9. Orang jujur akan sukses di karirnya nanti.

1. Rencana Implementasi

Penulis sebagai calon guru akan berusaha menjauhkan siswa dari sifat menyontek dan
memberikan motivasi bagi siswa agar percaya diri, yakin akan kemampuannya dan selalu
berbuat jujur. Untuk menentukan nilai siswa hasil ujian atau test bukan menjdi ukuran, namun
yang pantas dihargai adalah siswa yang bersifat jujur dalam segala hal. Sehingga guru harus
mempunyai catatan tentang kemampuan siswa, karakteristik siswa, data-data keluarga dan lain
sebagainya. Penulis sebagai guru akan memberikan test lisan karena cara ini lebih efektif.
Pemberian test lisan ini akan diberikan secara bertahap, tidak sekaligus pada saat ujian atau test.
Disamping itu, test tertulis juga akan digunakan sebagai pembanding kemampuan siswa-
siswinya.

1. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Kesimpulan

Siswa menyontek pada dasarnya karena kurang adanya motivasi dari sang siswa untuk berlatih
jujur, kurangnya dukungan dari orang tua karena para orang tua siswa sibuk akan karirnya
masing-masing tapi mereka menuntut anaknya untuk mendapat nilai bagus dan prestasi yang
membanggakan sehingga siswa merasa tertekan akan tuntunan orang tua yang salah tersebut.
Ditambah lagi dengan materi yang terlalu banyak dan sulit yang diberikan guru, membuat
pikiran siswa terbebeani dan akhirnya siswa cenderung menghalalkan segala cara baik jelek
maupun baik demi mendapat nilai yang optimal, salah satunya adalah menyontek. Walau
terpaksa mereka melakukannya dengan rasa terpaksa.
menyontek dapat diatasi dari siswa sendiri seperti mempersiapkan diri dan mental fisik
maupun psikis sebelum menghadapi tes, dan juga percaya pada diri sendiri dengan tidak
mengandalkan teman. Dari segi guru dan materi, guru seharusnya dapat memberi materi
pelajaran lebih mendalam hingga para siswa dapat mengerti sepenuhnya, dan sebaiknya guru
meningkatkan pengawasan juga memberi sanksi pada siswa yang menyontek. Dari segi orangtua,
lebih baik orangtua mau ikut campur dalam membimbing siswa, juga lebih menerapkan prinsip
kejujuran dalam keluarga.
Dengan mengembangkan pribadi jujur, kita akan terbiasa jujur. Kita pun menjadi dipercaya
orang lain dan perasaan selalu tenang. Dengan kejujuran kita dapat memperoleh hasil yang
memuaskan. Jadi kejujuran itu sangat penting karena kejujuran adalah kepastian untuk menuju
hidup yang diidamkan. Hendaklah mulai dari saat ini juga kita bersama-sama menerapkan
perilaku hidup jujur.

1. Rekomendasi

Mencermati kasus sendiri dan pengalaman penulis sendiri sebagai pelajar dan mahasiswa,
sepertinya perbuatan menyontek ini sulit dihilangkan dan sudah membudidaya dari zaman
dahulu. Paling tidak penulis sebagai pendidik dapat meminimalisir perbuatan menyontek tersebut
sesuai dengan kemampuan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis mengharapkan ada kesepakatan bersama semua komponen yang terlibat langsung dalam
dunia pendidikan untuk memerangi masalah menyontek bagi siswa dalam ujian atau test yang
diberikan oleh guru, sekolah maupun pemerintah (Ujian Nasional). Karena sistem sekarang ini
masih menggunakan penilaian nasional, maka yang terpenting kita sebagai subyek pendidikan
yang berlaku jujur dalam mengelola pendidikan. Guru dalam menilai harus jujur, pengawas
harus jujur mengawasi para siswa, kepala sekolah harus jujur dan bijaksana dalam mengambil
keputusan. Jangan malu dan takut dikatakan gagal meluluskan siswa-siswinya dalam ujian.
Diposkan 24th May 2012 oleh Qurotun' Aini
0

Add a comment

Tambahkan komentar

Anda mungkin juga menyukai