Anda di halaman 1dari 38

KEMENTERIAN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN


DAN KESEHATAN HEWAN

PEDOMAN
BERANI
KATAKAN
PELAKSANAAN
NO KAWASAN
untuk KORUPSI AGRIBISNIS
UNGGAS
LOKAL
WBK
KEMENTERIAN PERTANIAN

Informasi lebih lanjut hubungi


DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK
Kantor Pusat Kementerian Pertanian Gedung C Lantai 9 Wing A DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK
Jl. Harsono RM No. 3 Ps. Minggu - Jakarta Selatan
Telp./Fax. : 021 - 7815782 Website : http;//www.ditjennak.go.id 2012
e-mail : budidayaternakunggas@yahoo.co.id
KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWAN

PEDOMAN PELAKSANAAN
KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL

DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK


2013

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal i


KATA PENGANTAR

Unggas (ayam dan itik) merupakan komoditas yang sangat berperan


dalam penyediaan protein hewani serta mendukung perekonomian masyarakat
di pedesaan karena melibatkan kurang lebih 20,9 juta rumah tangga peternak
serta menyumbang 64,7% terhadap produksi daging nasional. Peluang
pengembangan usaha budidaya unggas, khususnya unggas lokal masih
sangat terbuka dan mempunyai prospek yang baik. Pengembangan budidaya
unggas lokal dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan potensi
unggas lokal seperti tersedianya sumber daya genetik yang sangat banyak,
tersedianya pakan lokal, tidak membutuhkan lahan yang luas dan tenaga kerja
yang tersedia di pedesaan.
Kegiatan pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal merupakan
salah satu upaya pemerintah dalam rangka mengembangkan unggas lokal
yang dikelola secara terpadu/terintegrasi melalui pendekatan kelompok pada
satu kawasan/wilayah pengembangan unggas lokal. Kegiatan ini diharapkan
dapat meningkatkan efisiensi, efektifitas dan nilai ekonomis usaha budidaya
yang dilakukan oleh peternak sehingga populasi, produksi dan produktivitas
ternak dapat ditingkatkan.
Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan acuan kegiatan guna mendukung
kelancaran operasionalisasi di daerah. Hal ini penting dicermati agar tujuan
dan sasaran pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal dapat tercapai.
Oleh karenanya diperlukan optimalisasi peran pendampingan dari Daerah
termasuk kompetensi dan dedikasi para pendamping agar masyarakat di
lokasi pengembangan kawasan unggas lokal dapat menerima manfaat dari
adanya fasilitasi Pemerintah.
Jakarta, Januari 2013
Direktur Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan

Ir. Syukur Iwantoro MS, MBA


NIP. 19590530 198403 1 001

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................. 3
C. Ruang Lingkup.......................................................................... 4
D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan................................................... 4
E. Jadwal Pelaksanaan................................................................. 4
F. Pengertian................................................................................ 5
II. ORGANISASI PELAKSANA.......................................................... 7
A. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan........... 7
B. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi ................. 7
C. Dinas Peternakan dan Kesehatan Kab./Kota........................... 8
D. Kelompok.................................................................................. 9

III. PELAKSANAAN............................................................................. 10
A. Sosialisasi ................................................................................ 10
B Seleksi...................................................................................... 10
1. Kriteria Lokasi....................................................................... 10
2. Kriteria Kelompok................................................................. 11
3. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok....................... 12
C. Pengembangan Budidaya Babi Ramah Lingkungan................ 13
IV. PENGADAAN SARANA PRODUKSI............................................. 15
A. Sarana Produksi Budidaya Babi Ramah Lingkungan............... 15
B. Proses Pengadaan................................................................... 16
C. Serah Terima/Distribusi Sapronak............................................ 18
V. PEMBINAAN................................................................................... 19
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN....................................................... 20

VII. MONITORING DAN EVALUASI..................................................... 22
A. Monitoring dan Evaluasi........................................................... 22
B. Pelaporan................................................................................. 23
VIII. PENUTUP....................................................................................... 24
IX. LAMPIRAN..................................................................................... 25

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal iii


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan............................................... 4

Tabel 2 Proporsi penggunaan dana bansos Kawasan Agribisnis


Unggas Lokal berdasarkan jenis ternak unggas lokal
dan kegiatan......................................................................... 15

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal iv


DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Perjanjian Kerjasama.......................................... 25


Lampiran 2 Berita Acara Penitipan Barang...................................... 30
Lampiran 3 Berita Acara Serah Terima Barang................................ 31
Lampiran 4 Laporan Perkembangan Kawasan Agribisnis Unggas
Lokal (Kaul) Tahun 2012............................................... 32

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal v


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Unggas lokal (ayam lokal dan itik) merupakan salah satu komoditas
yang berperan cukup besar dalam penyediaan protein hewani, serta
mendukung perekonomian masyarakat di pedesaan. Dilihat dari data
total rumah tangga pertanian sebesar 52,9 juta RTP, sebesar 60,9%
merupakan rumah tangga peternakan, dimana 65,7% merupakan rumah
tangga yang melakukan kegiatan budidaya unggas (1,5% ayam ras,
98,5% ayam buras dan itik). Budidaya unggas lokal yang dilakukan para
peternak di pedesaan belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan konsep Good Farming Practice (GFP).

Tingkat konsumsi protein masyarakat Indonesia tahun 2011 mencapai


56,25 gram/kapita/hari yang terdiri dari protein nabati sebesar 40,04 gram
dan protein hewani sebesar 16,21 gram. Konsumsi protein hewani dari
pangan asal ternak sebesar 7,17 gram/kapita/hari yang meliputi daging
3.92 gram, telur 2,15 gram, susu 1,10 gram. Kontribusi daging unggas
terhadap daging nasional terus meningkat dari 20% pada tahun 70-an
menjadi 67,1% pada tahun 2010 dan di antaranya 13% berasal dari
unggas lokal.

Tingkat konsumsi ini diproyeksikan akan semakin meningkat dengan


meningkatnya populasi penduduk Indonesia, peningkatan pendapatan,
urbanisasi, perubahan gaya hidup serta meningkatnya kesadaran akan
pentingnya protein hewani dalam meningkatkan kecerdasan anak bangsa.
Unggas merupakan salah satu sumber protein hewani yang mudah dan
murah didapat.

Kendala utama yang sering di hadapi peternak dalam meningkatkan


efisiensi dan produktivitas usaha adalah masalah ketersediaan bibit dan

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 1


berfluktuasinya harga bahan pakan, disamping masalah penyakit unggas
terutama penyakit Avian Influenza (AI) dan ND. Ketersediaan pakan baik
secara kuantitas dan kualitas yang baik dan dengan harga yang murah
akan sangat dominan dalam mendorong perkembangan usaha unggas
lokal. Sementara ketersedian bibit unggas lokal yang berkualitas dengan
jumlah yang cukup juga merupakan kendala utama bagi pengembangan
dan peningkatan efisiensi usaha. Dalam rangka mengatasi permasalahan
tersebut pemerintah telah mencanangkan Program Restrukturisasi
Perunggasan (RP) untuk mendukung peningkatan efisiensi dan
produktivitas ternak unggas lokal melalui penataan kembali sistem usaha
pada semua aspek baik aspek hulu (pembibitan, pakan), aspek on farm
(budidaya) dan aspek hilir terkait dengan aktivitas pasca panen termasuk
masalah transportasi dan pengolahan.

Melihat potensi dan peran unggas lokal (ayam lokal dan itik) yang cukup
signifikan mendukung penyediaan bahan pangan sumber protein yang
mudah didapat dengan harga yang terjangkau di samping sebagai
penyedia lapangan pekerjaan di pedesaan, maka pengembangan unggas
lokal sudah selayaknya menjadi perhatian pemerintah. Pengembangan
unggas lokal yang dilakukan secara terintegrasi/terpadu dalam suatu
wilayah/kawasan merupakan salah satu pilihan agar usaha dibidang
unggas lokal dapat dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Usaha
dilakukan secara tersistem sehingga dalam satu kawasan terdapat
kegiatan pada aspek hulu, on farm dan hilir yang merupakan sub sistem
dari sistem usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan skala usaha kelompok menjadi skala usaha yang ekonomis.

Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) merupakan


salah satu upaya untuk mendorong agar usaha budidaya unggas lokal
dapat dilakukan secara terpadu/terintegrasi dalam suatu kawasan atau
wilayah tertentu yang disesuaikan dengan Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR) dan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan menerapkan konsep
Tata Cara Beternak yang Baik atau Good Farming Practice (GFP) secara

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 2


maksimal. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya mendukung
berkembangnya usaha peternakan unggas lokal yang terlaksana secara
efektif, efisien, ekonomis serta menghasilkan unggas dan produk unggas
yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH) serta terbebas dari penyakit
unggas terutama penyakit AI sejalan dengan upaya melestarikan unggas
lokal asli Indonesia. Agar pelaksanaan kegiatan kawasan unggas lokal
berjalan sesuai dengan harapan maka disusun petunjuk pelaksanaan
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL).

B. Tujuan, Sasaran dan Keluaran

1. Tujuan Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal bertujuan:

a. Menumbuhkan kawasan agribisnis unggas lokal yang di dalamnya


terdapat kelompok/peternak unggas lokal yang melakukan usaha
secara terintegrasi/terpadu dengan menerapkan prinsip tata cara
beternak yang baik (Good Farming Practice/GFP) yang optimal.
b. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan nilai ekonomis usaha
budidaya serta peningkatan populasi, produksi dan produktivitas
unggas lokal.
c. Mendukung upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit,
terutama wabah AI secara bertahap di Indonesia;

2. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai yaitumeningkatnya pengetahuan semua
pemangku kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya secara
optimal dalam pengembangan budidaya unggas secara terintegrasi
dan berada dalam satu wilayah/kawasan.

3. Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari pengembangan kawasan agribisnis
unggas lokal adalah terlaksananya usaha budidaya unggas lokal

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 3


yang dikelola secara terpadu/terintegrasi melalui pendekatan
kelompok dalam satu kawasan/wilayah tertentu yang ditetapkan
sebagai kawasan pengembangan agribisnis unggas lokal.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk pelaksanaan pengembangan budidaya unggas di


pedesaan ini meliputi : pelaksanaan kegiatan, rencana usaha, pencairan
dan penggunaan dana, organisasi pelaksana, pembinaan, monitoring,
evaluasi dan pelaporan.

D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan

1. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan


Tahun 2011 2014.
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal
Peternakan Kementerian Pertanian Tahun 2013.

E. Jadwal Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Kawasan Agribisnis Unggal Lokal Tahun 2013,


sebagai berikut:
Tabel -1: Jadwal pelaksanaan kegiatan

BULAN
NO KEGIATAN
J F M A M J J A S O N D
1 Persiapan
Koordinasi dan
2
Sosialisai
3 Pelaksanaan CP/CL
4 Penetapan Kelompok
Terpilih
5 Pengadaan Barang

6 Monitoring dan
Pembinaan
7 Pelaporan

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 4


F. Pengertian

a. Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) :


Kawasan Agribisnis Unggas Lokal adalah usaha budidaya unggas
lokal (ayam lokal dan itik) yang dilakukan secara terintegrasi dari hulu
ke hilir yang dilakukan oleh beberapa kelompok pada suatu wilayah
hamparan (kawasan) yang potensial untuk pengembangan unggas
lokal dengan menerapkan prinsip tata cara beternak yang baik (Good
Farming Practice/GFP).

b. Good Farming Practice (GFP) :


Budidaya Ternak yang Baik, dalam pedoman ini dimaksudkan sebagai
cara budidaya ternak ayam buras atau itik yang baik berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian.

c. Budidaya Unggas :
Adalah semua kegiatan /proses produksi yang dilakukan untuk
memproduksi hasil-hasil ternak unggas sesuai dengan tujuannya.

d. Unggas Lokal :
Adalah ayam bukan ras/ ayam kampung/ayam lokal maupun itik lokal
yang berasal dari ayam/itik asli Indonesia yang telah didomestikasi
untuk tujuan produksi telur dan daging.

e. Unggas Lokal Unggul Berkualitas:


Adalah unggas lokal ayam atau itik yang memiliki keunggulan baik
berasal dari ternak asli maupun dari hasil persilangan dan telah
dilepas baik secara ekonomis maupun teknis sebagai Galur atau
Rumpun yang dihasilkan oleh pembibit (breeder) yang telah terdaftar
atau dibina oleh Dinas Peternakan.

f. Pakan :
Adalah campuran dari beberapa bahan pakan, baik yang sudah
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis dan umur ternak.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 5


g. Vaksin :
Adalah bibit penyakit yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan
prosedur tertentu, digunakan untuk merangsang pembentukan zat
kekebalan tubuh, sehingga tubuh dapat menahan serangan penyakit.

h. Vaksinasi :
Adalah memberikan vaksin atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan prosedur tertentu kepada ternak, untuk
merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, sehingga tubuh
dapat menahan serangan penyakit

i. Kelompok Usaha :
Adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis
untuk mencapai tujuan yang sama

j. Pemberdayaan :
Adalah suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang
kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong
untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri
dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar
untuk menciptakan kondisi yang kondusif.

k. Pendampingan :
Adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada
masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik
(better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 6


BAB II
ORGANISASI PELAKSANA

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan fasilitasi dan pemberdayaan kelompok


dengan komoditi yang dikembangkan ternak unggas lokal, dibentuk Tim
Pelaksana baik di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian maupun di masing-masing Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan Kabupaten/Kota, dengan
tugas dan peran masing-masing sebagai berikut:

A. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan


Tugas dan Peran sebagai berikut:
1. Menyusun Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
(KAUL);
2. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota dalam rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
kegiatan.
3. Melakukan validasi calon kelompok pelaksana bersama dengan tim
pembina tingkat provinsi
4. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu
menyelesaikan permasalahan yang tidak mampu diselesaikan oleh
Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Provinsi
5. Melaporkan kinerja pelaksanaan kegiatan kepada Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan.


B. Dinas Membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi
Tugas dan peran sebagai berikut:
1. Pedoman Pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal diharapkan selanjutnya dijabarkan kedalam Petunjuk
Pelaksanaan untuk mengakomodir aspek-aspek yang spesifik di
daerah;

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 7


2. Melakukan koordinasi dan sosialisasi dengan Kabupaten/Kota dalam
rangka efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan dengan instansi
terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota;
3. Melaksanakan verifikasi dan validasi kelompok sasaran bersama
dengan tim pusat;
4. Menetapkan kelompok pelaksana kegiatan melalui SK Kepala Dinas;
5. Menetapkan kriteria/persyaratan teknis sarana produksi peternakan
yang diadakan;
6. Membentuk tim pembina kegiatan, tim pegadaan dan tim penerima
barang
7. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta membantu
menyelesaikan permasalahan yang tidak mampu diselesaikan oleh
Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Kabupaten/Kota;
8. Menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan kepada
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

C. Dinas Membidangi Peternakan Kabupaten/Kota


Tugas dan peran sebagai berikut :
1. Memberikan rekomendasi terhadap usulan kelompok ternak calon
pelaksana kegiatan pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas
Lokal;
2. Melakukan seleksi kelompok sasaran (CP/CL) bersama dengan tim
provinsi ;
3. Mengusulkan calon kelompok ternak pelaksana kegiatan Kawasan
Agribisnis Unggas Lokal kepada Dinas Provinsi
4. Melakukan pembinaan dan bimbingan kepada kelompok agar dapat
menjalankan usaha agribisnis peternakan dengan mengacu pada
Good Farming Practices (GFP).
5. Melakukan monitoring dan evaluasi serta membantu menyelesaikan
permasalahan yang timbul di lapangan;
6. Melaporkan perkembangan kegiatan kepada Dinas yang membidangi

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 8


fungsi peternakan dan kesehatan hewan Provinsi dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq.
Direktur Budidaya Ternak

D. Kelompok
Tugas dan peran sebagai berikut:
1.
Mengajukan proposal permohonan kegiatan pengembangan
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal kepada Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi melalui Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/
Kota;
2. Melaksanakan kegiatan pengembagan Kawasan Agribisnis Unggas
Lokal sesuai dengan pedoman
3. Mengelola dan memanfaatkan sarana produksi untuk pengembangan
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal;
4. Melaksanakan usaha budidaya ternak unggas lokal dengan mengacu
pada good farming practices (GFP);
5. Meningkatkan kapasitas usaha dan kelembagaan kelompok melalui
peningkatan populasi ternak unggas lokal;
6. Menerima saran/rekomendasi teknis, kewirausahaan dan manajemen
usaha dari petugas pendamping, Penyuluh Pertanian, Tim Teknis
Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Kabupaten Kota, BPTP,
Perguruan Tinggi dan pihak yang berkompeten lainnya
7. Melakukan pencatatan perkembangan usaha Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal
8. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal secara berkala kepada Dinas yang membidangi fungsi
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 9


BAB III
PELAKSANAAN

Pelaksanaan kegiatan Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal


sebagai berikut :

A. Sosialisasi

Sosialisasi kegiatan pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal


dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan populasi, produksi dan
produktifitas ternak unggas lokal sehingga meningkatkan minat dan
motivasi kelompok dalam pengembangan usaha termasuk sanksi bagi
pihak yang melanggar ketentuan dan aturan yang berlaku.

Kegiatan sosialisasi dilaksanakan oleh Tim pembina di tingkat Pusat dan


Provinsi serta Tim Teknis Kabupaten/Kota.

B. Seleksi

Kelompok Tani Ternak yang mengajukan proposal dan mendapat


rekomendasi dari kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan
kesehatan hewan kabupaten/kota dan memenuhi persyaratan lokasi dan
kelompok dapat diproses untuk mengikuti seleksi.

1. Kriteria Lokasi
a. Kondisi agroekosistem, sesuai untuk pengembangan kawasan
ternak unggas lokal
b. Daerah/lokasi pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal
berada pada kawasan produksi atau yang diarahkan untuk
pengembangan kawasan produksi ternak unggas lokal
c. Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek teknis,
sosial dan ekonomi masyarakat setempat
d. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan/sentra pengembangan

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 10


agribisnis unggas lokal tidak menyalahi dan dengan
mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
e.
Kawasan mempunyai daya dukung infrastruktur yang dapat
mendukung berkembangnya usaha budidaya unggas lokal dalam
kawasan, di samping itu juga tersedia data dan informasi yang
lengkap mengenai profil perunggasan di wilayah tersebut
f. Lokasi dan sekitarnya bukan daerah endemis penyakit unggas

2. Kriteria Kelompok
a. Kelompok merupakan kelompok peternak unggas lokal yang sudah
terdaftar/dikukuhkan dan kelompok masih aktif mengembangkan
budidaya unggas lokal;
b. Kelompok diprioritaskan pada kelompok peternak unggas lokal
yang telah melaksanakan kerja sama atau memiliki jaringan baik
dengan sesama kelompok tani maupun dengan peternak mandiri
atau stakeholder terkait yang dapat mendukung kesinambungan
usaha.
c. Kelompok harus melakukan kerjasama antar kelompok dalam
suatu kawasan sehingga terjalin kerja sama antar subsistem secara
terintegrasi
d. Kelompok telah mengembangkan usaha budidaya ternak unggas
lokal memiliki sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya
manusia (SDM) untuk pengembangan kawasan ternak unggas
lokal.
e. Mempunyai lahan/sarana untuk pengembangan kawasan ternak
unggas lokal.
f. Kelompok peternak unggas lokal yang mendapatkan bantuan/
fasilitasi harus menata usaha budidayanya untuk dikembangkan
menjadi usaha yang terpadu/terintegrasi dan dikelola secara
professional dengan orientasi agribisnis. Untuk itu skala kepemilikan
ternak kelompok dan anggota kelompok ditingkatkan menjadi skala
usaha yang ekonomis

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 11


g. Dalam satu KAUL, kelompok sasaran dapat terdiri dari 1 sampai 3
kelompok
h. Mempunyai struktur organisasi yang jelas (Identitas kelompok,
pengurus dan anggota),
i. Pengurus kelompok bukan berasal dari kerabat dekat terutama
Ketua kelompok dan bendahara
j. Pengurus dan anggota kelompok profesinya adalah petani peternak
k. Mempunyai kelengkapan administrasi kelompok,
l. Bersedia mengikuti aturan dan bimbingan yang ditetapkan oleh Tim
Teknis/Dinas yang membidangi fungsi peternakan Kabupaten/Kota,
m. Membuat proposal usaha pengembangan budidaya unggas lokal
dan direkomendasi oleh Kepala Dinas Peternakan/Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/
Kota.

3. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok

a. Berdasarkan proposal yang masuk dari kelompok ke Kabupaten/


Kota selanjutnya dilakukan seleksi melalui CP/CL oleh tim teknis
Kabupaten/Kota. Hasil seleksi CP/CL direkomendasikan oleh
kepala dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan
hewan Kabupaten/Kota ke Provinsi sebagai usulan calon kelompok
pelaksana kegiatan pengembangan unggas lokal di pedesaan.
b. Berdasarkan usulan dari Kabupaten/Kota selanjutnya dinas provinsi
melakukan penilaian dan dilakukan verifikasi.
c. Hasil verifikasi lapangan antara tim provinsi dengan tim pusat
selanjutnya diusulkan kepada Kepala Dinas Provinsi untuk
ditetapkan sebagai kelompok pelaksana kegiatan
d. Penetapan kelompok dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala
Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan
Provinsi sebagai kelompok pelaksana kegiatan pengembangan
budidaya unggas lokal tahun 2013

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 12


C. Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal

Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) yang


dilaksanakan oleh kelompok-kelompok peternak diarahkan untuk
menjadi unit usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak,
disamping menumbuhkan dan memperkuat sentra-sentra unggas lokal.
Sejalan dengan tujuan kegiatan pengembangan budidaya unggas
lokal dilakukan dalam bentuk usaha budidaya yang produktif seperti
pembesaran untuk menghasilkan produksi daging atau pemeliharaan
untuk produksi telur. Disamping itu kelompok juga harus mulai
mempersiapkan sumber input khususnya ternak yaitu dengan melakukan
pengembangbiakan unggas lokal unggul yang berkualitas.

Untuk mengembangkan usaha budidaya produktif baik untuk
menghasilkan telur dan daging fasilitasi yang di berikan dapat berupa
pengadaan ternak siap telur untuk pullet atau pengadaan anak ayam
untuk pembesaran, pakan ternak, vaksin, obat-obatan, bahan dan
peralatan biosekuriti.

Usaha pengembangbiakan dalam rangka meningkatkan populasi ternak


milik kelompok dan menjadikan kelompok mandiri dari ketergantungan
kepada pihak lain dalam pengadaan ternak, menghasilkan replacement
stock ternak unggas lokal unggul berkualitas dan selanjutnya dapat
mensuplay kelompok-kelompok atau peternak lain. Untuk itu fasilitasi
ternak harus benar-benar ternak unggas lokal unggul dalam bentuk
DOC/DOD disamping pakan ternak, vaksin dan obat-obatan, bahan dan
peralatan biosekuriti.

Agar Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) yang dilaksanakan oleh


kelompok dapat berjalan dengan lancar serta di dalam membangun
dinamika kelompok perlu diatur proporsi usaha budidaya produktif dan
usaha pengembangbiakan. Fasilitasi sarana produksi untuk usaha
budidaya produktif sebesar 45% dari alokasi anggaran nyang disediakan

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 13


yang digunakan untuk pembelian unggas lokal (pullet atau DOC/DOD)
dan pakan konsentrat. Untuk usaha pengembangbiakan sebesar 30%
dari alokasi anggaran yang disediakan untuk pengadaan DOC/DOD
unggas lokal unggul yang berkualitas dan pakan konsentrat. Disamping
itu untuk menunjang kelancaran usaha perlu ditunjang dengan sarana
agroinput penunjang sebesar 25% dari alokasi anggaran disediakan
untuk pengadaan obat dan vaksin, bahan dan alat biosekuriti, peralatan
kandang, serta mesin tetas. Rincian alokasi penggunaan dana dapat
dilihat pada Tabel 2.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 14


BAB IV
PENGADAAN SARANA PRODUKSI

A. Sarana Produksi Pengembangan Unggas Lokal

Dalam rangka memperkuat pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas


Lokal dilakukan melalui penguatan sarana usaha yang meliputi pengadaan
ternak unggas, bantuan sarana perbaikan kandang, peralatan kandang,
pengadaan pakan, vaksin dan obat-obatan, bahan dan alat biosekuriti.

Tabel -2. Proporsi penggunaan dana Kawasan Agribisnis Unggas Lokal


(KAUL) berdasarkan jenis usaha unggas lokal

PROPORSI
NO JENIS KEGIATAN VOLUME
%
A. USAHA PRODUKTIF*) 45 %
1. - Pembelian Pullet 750 - 850 ekor 60 %
- Pembelian DOC/DOD 7.500 - 8.500 ekor
2. Pakan Konsentrat 6.000 - 6.800 Kg 40 %
B. PENGEMBANGBIAKAN 30%
1. Pembelian DOC/DOD 3.500 - 4.000 ekor 50%
unggas lokal unggul
berkualitas
2. Pakan Konsentrat 4.500 - 6.000 Kg 50%
C. AGROINPUT PENUNJANG 25%
1. Obat dan vaksin
1 paket 15%
2. Bahan dan Alat
1 paket 25%
Biosekuriti
1 paket 17%
3. Peralatan Kandang
2 unit 43%
4. Mesin Tetas
Keterangan : *) Untuk usaha produktif pembelian ternak disesuaikan
dengan jenis usaha yang akan dikembangkan, dapat untuk pembelian
Pullet untuk usaha produksi telur atau DOC/DOD untuk usaha
penggemukan

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 15


B. Proses Pengadaan

Proses pengadaan sarana produksi tersebut dilakukan melalui proses


lelang yang mengacu kepada Peraturan Presiden Nomor. 70 tahun 2012.
Tahapan proses pengadaan meliputi :

1. Persiapan
Agar proses kegiatan berjalan dengan lancar, efektif dan efisien
pengadaan harus direncanakan dengan matang. Rencana pengadaan
sarana produksi ini dituangkan dalam kerangka acuan kegiatan (KAK)
yang di susun oleh tim teknis. Di dalam KAK di jelaskan tentang tujuan
kegiatan, sasaran kegiatan, waktu pelaksanaan, jenis dan jumlah
barang, sfesifikasi teknis barang, besarnya total perkiraan biaya
pekerjaan dan waktu pelaksanaan.

2. Pembentukan Tim Pengadaan


Mengacu kepada Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 bahwa
pengadaan barang dilaksanakan oleh tim yang di bentuk oleh pimpinan
unit organisasi (KPA). Dalam proses pengadaan barang yang harus
dibentuk meliputi : tim pengadaan dan tim penerima hasil pekerjaan/
barang.

a. Tim pengadaan.
Pembentukkan tim pengadaan barang terdiri dari 3-5 orang yang
memenuhi persyaratan yaitu sudah memiliki sertifikat pengadaan
barang dan jasa. Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:
1) Menyusun rencana pemilihan penyedia barang;
2) Menetapkan Dokumen pengadaan;
3) Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
4) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-
masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 16


serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal
Pengadaan Nasional;
5) Menilai kualifikasi penyedia barang melalui prakualifikasi atau
pascakualifikasi;
6) Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap
penawaran yang masuk.

b. Tim Penerima Hasil Pekerjaan


Pembentukkan tim disesuaikan dengan kebutuhan dan volume
pekerjaan dengan diutamakan petugas yang menangani penata
usaha barang disamping unsur teknis.
Tugas tim penerima barang.
1) Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pengadaan barang
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak yang
dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Barang.
2) Menerima hasil pengadaan barang setelah melalui pemeriksaan/
pengujian.
3) Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil
Pekerjaan.

3. Proses Pengadaan
Proses pangadaan barang dilakukan melalui sistem pengadaan
secara elektronik (LPSE) ataui e-procurement.
Tahapan pengadaan barang berdasarkan sistem LPSE sebagai
berikut:
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat (RKS);
b. Pengumuman lelang;
c. Pemasukkan dokumen penawaran;
d. Evaluasi dan penilaian dokumen;
e. Penetapan dan pengumuman pemenang;

Dalam proses pengadaan, khsususnya untuk pengadaan pakan


konsentrat yang relatif mudah berubah kualitasnya jika disimpan
terlalu lama, maka perlu direncanakan dengan baik jadwal waktu

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 17


pengadaannya disesuaikan dengan kebutuhan agar tetap diperoleh
kualitas pakan konsentrat yang tetap terjaga kualitasnya.

C. Serah Terima/Distribusi Sapronak

Pemberdayaan terhadap kelompok peternak terpilih dilakukan melalui


fasilitasi dalam bentuk natura (sarana produksi peternakan) yang
diserahkan kepada kelompok untuk selanjutnya dikembangkan.
Penyerahan sarana produksi yang dilakukan oleh pihak Rekanan atas
nama Pemerintah kepada kelompok dibuktikan dengan Berita Acara
Penitipan Barang (BAPB) dari Kelompok. Selanjutnya pihak rekanan
mengajukan penyelesaian pekerjaan kepada Pemerintah yang dilampiri
dengan Berita Acara Penitipan Barang dari kelompok. Sebelum
menerbitkan Berita Acara Serah Terima (BAST), Tim Penerima wajib
melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan kesesuaian dari BAPB
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak kerja.

Apabila dari hasil pengecekan barang sesuai dengan BAPB, selanjutnya


dibuat Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) antara PPK atas nama
pemerintah kepada Kelompok Peternak Terpilih sebagai pelaksana
kegiatan kawasan agribisnis unggas lokal di pedesaan. Di dalam SPK
di jelaskan tentang : para pihak yang melakukan perjanjian, waktu dan
tempat, dasar pelaksanaan, lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan,
jumlah dan jenis barang, pengembangan usaha, sanksi, perselisihan,
force major, dan lain-lain.

Setelah penyerahan barang/sarana produksi peternakan kepada


kelompok terpilih yang dituangkan dalam BAST, maka dalam waktu
sesegera mungkin atau selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak BAST
harus dilakukan penghibahan dari Dinas Provinsi kepada kelompok
penerima bantuan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 18


BAB V
PEMBINAAN

Pembinaan bertujuan untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas


ternak unggas lokal.

Pembinaan teknis meliputi pengembangan budidaya ternak unggas lokal


yang dapat dilakukan dalam bentuk usaha pembesaran, pengembangbiakan,
penetasan, atau kombinasi diantaranya, dan dapat dikembangkan sebagai
usaha khusus maupun terintegrasi dengan usaha subsektor/ sektor lain.

Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan dapat dilakukan


kerjasama dengan peternak maju, baik dalam hal pengadaan, tatalaksana,
maupun pemasaran.

Pembinaan usaha oleh pemerintah difokuskan kepada pengembangan usaha


budidaya ternak unggas lokal. Jenis-jenis usaha yang dikembangkan oleh
kelompok peternak budidaya ternak unggas lokal searah dengan program
pengembangan kawasan usaha peternakan yang telah ditetapkan.

Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) di daerah akan


berhasil secara optimal apabila pemerintah daerah, swasta dan masyarakat
memberikan dukungan sepenuhnya. Pemerintah daerah harus mampu
membuka peluang usaha bagi masyarakat peternakan melalui peraturan dan
kebijakan daerah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti jalan,
saluran irigasi, pasar, listrik, serta alokasi dana yang memadai bagi kegiatan
pendampingan kelompok. Kegiatan pendampingan harus dilakukan secara
berkelanjutan. Disamping itu pemerintah daerah juga bertanggung jawab
dalam pembinaan lanjutan bagi kelompok peternak sasaran dalam bentuk
supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 19


BAB VI
INDIKATOR KEBERHASILAN

Evaluasi keberhasilan terhadap implementasi kegiatan perlu dilakukan sebagai


umpan balik penyempurnaan kegiatan dan akuntabilitas publik. Penilaian
kegiatan ini dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain :

1. Aspek teknis

a. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam sekitar lokasi kelompok,


seperti: bibit ternak, limbah tanaman untuk pakan ternak, bahan pakan
lokal;
b. Rekayasa teknologi produksi yang diaplikasikan secara efektif dan efisien
seperti: mesin tetas, obat-obatan, alat dan mesin dsb;
c. Perkembangan jumlah populasi dan kepemilikan ternak;
d. Peningkatan produksi dan produktivitas ternak melalui peningkatan
populasi dan berkurangnya resiko kematian terhadap populasi ternak di
kelompok tersebut.

2. Aspek Kelembagaan

a. Perkembangan jumlah anggota atau kelompok yang menerima manfaat;


b.
Perkembangan partisipasi kelompok/anggota dalam pengambilan
keputusan;
c. Mengakomodasi aspirasi anggota kelompok serta masyarakat sekitarnya;
d. Meningkatnya kerjasama dengan stakeholder, seperti dalam pengadaan
pakan dan lain-lain;
e. Meningkatnya keterlibatan kelompok/anggota dalam menanggulangi
resiko usaha;
f. Kelompok mampu melakukan analisa, merencanakan dan memonitor
sendiri kegiatan-kegiatan yang dilakukannya;
g. Tidak ada lagi pendampingan secara rutin dari pemeritah (kelompok
mandiri);
h. Mengukuhkan dan memperkuat sistem dan usaha kelompok.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 20


3. Aspek Usaha

a. Perkembangan permodalan kelompok, baik interal (dari usaha yang


dilakukan oleh kelompok itu sendiri);
b. Kemampuan kelompok untuk mengakses sumber pembiayaan modal
usaha dari sumber eksternal (perbankan, investasi masyarakat dan
kemitraan, dll);
c. Meningkatnya kapasitas usaha dan peran masyarakat di sekitar kelompok
dalam mengembangkan usaha, memanfaatkan peluang usaha, seperti
usaha jasa, usaha pupuk kandang, usaha pembesaran karkas unggas,
usaha simpan pinjam, dsb;
d. Perkembangan peningkatan pendapatan anggota kelompok;
e. Perkembangan usaha dan peningkatan skala usaha kepemilikan ternak;
f. Perkembangan usaha agribisnis masyarakat di sekitar kelompok
tersebut.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 21


BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengembangan


Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) melalui penguatan sarana
usaha, dimaksudkan untuk mengetahui secara akurat realisasi fisik
dan keuangan, serta perkembangan usaha dan kelembagaannya,
serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan
penguatan sarana usaha, mulai dari pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
kelompok.

Monitoring dan Evaluasi dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai


dengan tahapan pelaksanaan kegiatan, dengan tujuan untuk
mengidentifikasi dan memberikan solusi pemecahan permasalahan yang
dihadapi pada masing-masing jenjang (pusat, provinsi, kabupaten/kota
dan kelompok)

Monitoring dan evaluasi dilakukan secara terkoordinasi oleh Direktorat


Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi dan Kabupaten/
Kota untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan. Sasaran
pembinaan, monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berjenjang
tersebut meliputi :
1. Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja
2. Permasalahan/potensi masalah yang dihadapi di tingkat kelompok,
kabupaten/kota dan provinsi.

Hasil monitoring dan evaluasi diformulasikan dalam bentuk laporan,


merupakan data dan informasi untuk bahan koreksi pelaksanaan kegiatan,
dan untuk perbaikan sistem pelaksanaan fasilitasi dan pemberdayaan
kelompok di masa yang akan datang.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 22


B. Pelaporan

Pelaporan sangat diperlukan untuk mengetahui kemajuan pengembangan


kinerja usaha kelompok di lapangan. Untuk itu perlu ditetapkan mekanisme
sistem pelaporan sebagai berikut :

1. Kelompok wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan


setiap bulan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan
Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
2. Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi seluruh laporan perkembangan
yang diterima dari kelompok pelaksana kegiatan untuk disampaikan ke
Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi setiap triwulan dengan ditembuskan ke Direktur Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan cq. Direktur Budidaya Ternak.
3. Dinas yang membidangi fungsi peternakan Propinsi melakukan
rekapitulasi seluruh laporan perkembangan yang diterima dari
Kabupaten/Kota dan selanjutnya setiap triwulan menyampaikan
kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan cq.
Direktur Budidaya Ternak.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 23


BAB VIII
PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal


(KAUL) ini disusun untuk dipedomani oleh pelaksana baik ditingkat pusat
maupun daerah dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan di
lapangan. Petunjuk pelaksanaan ini bilamana dipandang perlu dapat dijabarkan
lebih lanjut dalam bentuk petunjuk pelaksanaan oleh dinas provinsi.

Diharapkan dengan adanya Pedoman pelaksanaan ini, semua pelaksana


kegiatan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kelompok pelaksana serta
stakeholder terkait dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara baik
dan benar menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan dengan mengacu
pada ketentuan-ketentuan yang berlaku.

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN


DAN KESEHATAN HEWAN

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 24


Lampiran - 1

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA


NOMOR : ....................................

ANTARA

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


DINAS........ PROVINSI/KAB/KOTA

DENGAN

KELOMPOK TANI TERNAK ............................


DESA ....................., KECAMATAN ..................., KABUPATEN .................
PROVINSI .......................................................................

TENTANG

PENGEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL (KAUL)


TAHUN 2012

Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua
ribu dua belas bertempat di Kantor Dinas....Prov/Kab/Kota, Jalan ..........No.
Prov...Kab/Kota...... kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. ...................... : Pejabat Pembuat Komitmen Dinas ......Prov/Kab/


kota berdasarkan Keputusan No.................yang
berkedudukan di Jalan ........... yang untuk selanjutnya
disebut sebagai PIHAK PERTAMA.

2. : Ketua Kelompok Tani Ternak..dalam hal ini


bertindak untuk dan atas nama Kelompok Ternak.
yang berkedudukan di Desa/Kel
KecamatanKabupaten/Kota Provinsi
...yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 25


Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama yang
mengikat dan berakibat hukum bagi kedua belah pihak untuk melaksanakan
Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal (KAUL) Tahun 2013
kepada Kelompok, dengan ketentuan sebagai berikut :

Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN

1. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002, tentang Pedoman Pelaksanaan


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4212) sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden No. 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4418);
2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2013 Nomor:
018-06.1.238776 tanggal 5 Desember 2012
3. Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal
Tahun 2013
4. Keputusan Kepala Dinas.Prov/Kab/Kota Nomor.tanggal.
2013 tentang Penetapan Nama Kelompok dan lokasi Penerima Dana
Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal Tahun 2013.

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN

PIHAK PERTAMA memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA dan


PIHAK KEDUA telah setuju untuk menerima dan memanfaatkan
Dana Pengembangan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal Tahun 2013
sebagaimana terlampir dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Surat Perjanjian Kerjasama ini.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 26


Pasal 3
PELAKSANAAN KEGIATAN

1. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan dengan


mengerahkan segala kemampuan, pengetahuan dan pengalamannya;
2. PIHAK PERTAMA berwenang mengadakan pemantauan, pengawasan
dan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA;
3. PIHAK KEDUA wajib menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan
kegiatan pengembangan budidaya unggas lokal di pedesaan kepada
PIHAK PERTAMA, setiap bulan;
4. Dalam melaksanakan kegiatannya PIHAK KEDUA berkewajiban
mengembangkan usahanya sesuai petunjuk pelaksanaan dan peraturan
yang berlaku.

Pasal4
SANKSI

Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat melaksanakan kegiatan dan pemanfaatan


dana sarjana membangun desa sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2,
maka PIHAK PERTAMA berhak secara sepihak mencabut seluruh dana yang
diterima PIHAK KEDUA yang mengakibatkan Surat Perjanjian Kerjasama
batal.

Pasal 5
PERSELISIHAN

1. Apabila terjadi perselisihan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA


sehubungan dengan surat perjanjian kerjasama ini, maka akan diselesaikan
secara musyawarah untuk memperoleh mufakat;

2. Apabila dengan cara musyawarah belum dapat dicapai suatu penyelesaian,


maka kedua belah pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaiannya
Kepada Pengadilan Negeri., sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 27


3. Keputusan Pengadilan Negeri yang telah mempunyai kekuatan hukum
adalah mengikat kedua belah pihak.

Pasal 6
FORCE MAJEURE

1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar
kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga mengakibatkan tertundanya
pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan
secara tertulis kepada kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan
kepada DinasKab/KotaProvinsi.dalam waktu 4 X 24 jam;

2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 8 ayat (1) adalah :
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran
yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pasal 7
LAIN-LAIN

1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini
menjadi beban PIHAK KEDUA;

2. Segala lampiran yang melengkapi surat perjanjian kerjasama ini merupakan


bagian yang tak terpisahkan dan mempunyai kekuatan hukum yang sama;

3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih
dahulu telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 28


Pasal 8
PENUTUP

Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun
dan dibuat rangkap 2 (dua) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


Ketua Kelompok Pejabat Pembuat Komitmen
Dinas.......Prop/Kab/Kota......

..................................... .........................................
NIP..................................

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 29


Lampiran -2

BERITA ACARA PENITIPAN BARANG

Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan penitipan barang ..
antara :

1. N a m a : (Pimpinan Perusahaan Penyedia Barang)


Jabatan : ........................
Alamat :

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA


2. N a m a : .
Jabatan : Ketua Kelompok.
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA telah menyerahkan sarana


produksi .........................................(rincian terlampir) sesuai dengan SPK No.
. tanggal .. kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA telah menerima dari PIHAK PERTAMA sarana produksi dimaksud
dengan baik.

Demikian berita acara penitipan barang ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(nama) (nama)
Jabatan. .......................................(ketua klp)

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 30


Lampiran -3
BERITA ACARA SERAH TERIMA BARANG
Nomor : ..
Pekerjaan : Pengadaan Sarana Produksi....................................

Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan serah terima ..
antara :

1. N a m a : (Pimpinan Perusahaan Penyedia Barang)


Jabatan : .............................
Alamat :

Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA


Jabatan : ....... (Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan)
Alamat :
Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA
Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA telah menyerahkan sarana
produksi .........................................(rincian terlampir) sesuai dengan SPK No.
. tanggal .. kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK
KEDUA telah menerima dari PIHAK PERTAMA sarana produksi dimaksud
dengan baik.

Demikian berita acara serah terima pekerjaan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(nama) (nama)
........................................(Jabatan) NIP.................................................

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal 31


Lampiran - 4
2012
LAPORAN PERKEMBANGAN KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL (KAUL) TAHUN 2013

Nama Kelompok :
Kab/Kota, Provinsi :
Laporan Triwulan : I / II / III / IV

Jumlah Anggota Perkembangan Ternak (ekor) Produksi Telur (butir)


No. Permasalahan Keterangan
Kelompok Awal Lahir Mati Jual Akhir Ditetaskan Dijual
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pedoman Pelaksanaan Kawasan Agribisnis Unggas Lokal


., tgl

Pembina Teknis Kelompok Ketua Kelompok

..

Email : budidayaternakunggas@yahoo.co.id

32

Anda mungkin juga menyukai