PEDOMAN
BERANI
KATAKAN
PELAKSANAAN
NO KAWASAN
untuk KORUPSI AGRIBISNIS
UNGGAS
LOKAL
WBK
KEMENTERIAN PERTANIAN
PEDOMAN PELAKSANAAN
KAWASAN AGRIBISNIS UNGGAS LOKAL
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
DAFTAR TABEL....................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v
I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan dan Sasaran ................................................................. 3
C. Ruang Lingkup.......................................................................... 4
D. Dasar Pelaksanaan Kegiatan................................................... 4
E. Jadwal Pelaksanaan................................................................. 4
F. Pengertian................................................................................ 5
II. ORGANISASI PELAKSANA.......................................................... 7
A. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan........... 7
B. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi ................. 7
C. Dinas Peternakan dan Kesehatan Kab./Kota........................... 8
D. Kelompok.................................................................................. 9
III. PELAKSANAAN............................................................................. 10
A. Sosialisasi ................................................................................ 10
B Seleksi...................................................................................... 10
1. Kriteria Lokasi....................................................................... 10
2. Kriteria Kelompok................................................................. 11
3. Seleksi, Verifikasi dan Penetapan Kelompok....................... 12
C. Pengembangan Budidaya Babi Ramah Lingkungan................ 13
IV. PENGADAAN SARANA PRODUKSI............................................. 15
A. Sarana Produksi Budidaya Babi Ramah Lingkungan............... 15
B. Proses Pengadaan................................................................... 16
C. Serah Terima/Distribusi Sapronak............................................ 18
V. PEMBINAAN................................................................................... 19
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN....................................................... 20
VII. MONITORING DAN EVALUASI..................................................... 22
A. Monitoring dan Evaluasi........................................................... 22
B. Pelaporan................................................................................. 23
VIII. PENUTUP....................................................................................... 24
IX. LAMPIRAN..................................................................................... 25
Halaman
Halaman
A. Latar Belakang
Unggas lokal (ayam lokal dan itik) merupakan salah satu komoditas
yang berperan cukup besar dalam penyediaan protein hewani, serta
mendukung perekonomian masyarakat di pedesaan. Dilihat dari data
total rumah tangga pertanian sebesar 52,9 juta RTP, sebesar 60,9%
merupakan rumah tangga peternakan, dimana 65,7% merupakan rumah
tangga yang melakukan kegiatan budidaya unggas (1,5% ayam ras,
98,5% ayam buras dan itik). Budidaya unggas lokal yang dilakukan para
peternak di pedesaan belum sepenuhnya dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan konsep Good Farming Practice (GFP).
Melihat potensi dan peran unggas lokal (ayam lokal dan itik) yang cukup
signifikan mendukung penyediaan bahan pangan sumber protein yang
mudah didapat dengan harga yang terjangkau di samping sebagai
penyedia lapangan pekerjaan di pedesaan, maka pengembangan unggas
lokal sudah selayaknya menjadi perhatian pemerintah. Pengembangan
unggas lokal yang dilakukan secara terintegrasi/terpadu dalam suatu
wilayah/kawasan merupakan salah satu pilihan agar usaha dibidang
unggas lokal dapat dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis. Usaha
dilakukan secara tersistem sehingga dalam satu kawasan terdapat
kegiatan pada aspek hulu, on farm dan hilir yang merupakan sub sistem
dari sistem usaha secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu dilakukan
peningkatan skala usaha kelompok menjadi skala usaha yang ekonomis.
3. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari pengembangan kawasan agribisnis
unggas lokal adalah terlaksananya usaha budidaya unggas lokal
C. Ruang Lingkup
E. Jadwal Pelaksanaan
BULAN
NO KEGIATAN
J F M A M J J A S O N D
1 Persiapan
Koordinasi dan
2
Sosialisai
3 Pelaksanaan CP/CL
4 Penetapan Kelompok
Terpilih
5 Pengadaan Barang
6 Monitoring dan
Pembinaan
7 Pelaporan
c. Budidaya Unggas :
Adalah semua kegiatan /proses produksi yang dilakukan untuk
memproduksi hasil-hasil ternak unggas sesuai dengan tujuannya.
d. Unggas Lokal :
Adalah ayam bukan ras/ ayam kampung/ayam lokal maupun itik lokal
yang berasal dari ayam/itik asli Indonesia yang telah didomestikasi
untuk tujuan produksi telur dan daging.
f. Pakan :
Adalah campuran dari beberapa bahan pakan, baik yang sudah
maupun yang masih akan dilengkapi, yang disusun secara khusus
untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis dan umur ternak.
h. Vaksinasi :
Adalah memberikan vaksin atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan prosedur tertentu kepada ternak, untuk
merangsang pembentukan zat kekebalan tubuh, sehingga tubuh
dapat menahan serangan penyakit
i. Kelompok Usaha :
Adalah kumpulan beberapa orang yang mempunyai usaha sejenis
untuk mencapai tujuan yang sama
j. Pemberdayaan :
Adalah suatu proses dimana masyarakat, khususnya mereka yang
kurang memiliki akses kepada sumberdaya pembangunan, didorong
untuk menjadi mandiri melalui usaha-usaha yang dilakukan sendiri
dengan potensi dan kemampuan sendiri dan difasilitasi pihak luar
untuk menciptakan kondisi yang kondusif.
k. Pendampingan :
Adalah salah satu bentuk fasilitasi Pemerintah atau pihak lain kepada
masyarakat dalam menjalankan usaha budidaya yang lebih baik
(better farming) untuk meningkatkan taraf kehidupannya (better living).
B. Dinas Membidangi Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi
Tugas dan peran sebagai berikut:
1. Pedoman Pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal diharapkan selanjutnya dijabarkan kedalam Petunjuk
Pelaksanaan untuk mengakomodir aspek-aspek yang spesifik di
daerah;
D. Kelompok
Tugas dan peran sebagai berikut:
1.
Mengajukan proposal permohonan kegiatan pengembangan
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal kepada Dinas yang membidangi
fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi melalui Dinas yang
membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/
Kota;
2. Melaksanakan kegiatan pengembagan Kawasan Agribisnis Unggas
Lokal sesuai dengan pedoman
3. Mengelola dan memanfaatkan sarana produksi untuk pengembangan
Kawasan Agribisnis Unggas Lokal;
4. Melaksanakan usaha budidaya ternak unggas lokal dengan mengacu
pada good farming practices (GFP);
5. Meningkatkan kapasitas usaha dan kelembagaan kelompok melalui
peningkatan populasi ternak unggas lokal;
6. Menerima saran/rekomendasi teknis, kewirausahaan dan manajemen
usaha dari petugas pendamping, Penyuluh Pertanian, Tim Teknis
Dinas yang membidangi fungsi Peternakan Kabupaten Kota, BPTP,
Perguruan Tinggi dan pihak yang berkompeten lainnya
7. Melakukan pencatatan perkembangan usaha Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal
8. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan Kawasan Agribisnis
Unggas Lokal secara berkala kepada Dinas yang membidangi fungsi
Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten/Kota
A. Sosialisasi
B. Seleksi
1. Kriteria Lokasi
a. Kondisi agroekosistem, sesuai untuk pengembangan kawasan
ternak unggas lokal
b. Daerah/lokasi pengembangan kawasan agribisnis unggas lokal
berada pada kawasan produksi atau yang diarahkan untuk
pengembangan kawasan produksi ternak unggas lokal
c. Mempunyai potensi untuk dikembangkan, dilihat dari aspek teknis,
sosial dan ekonomi masyarakat setempat
d. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan/sentra pengembangan
2. Kriteria Kelompok
a. Kelompok merupakan kelompok peternak unggas lokal yang sudah
terdaftar/dikukuhkan dan kelompok masih aktif mengembangkan
budidaya unggas lokal;
b. Kelompok diprioritaskan pada kelompok peternak unggas lokal
yang telah melaksanakan kerja sama atau memiliki jaringan baik
dengan sesama kelompok tani maupun dengan peternak mandiri
atau stakeholder terkait yang dapat mendukung kesinambungan
usaha.
c. Kelompok harus melakukan kerjasama antar kelompok dalam
suatu kawasan sehingga terjalin kerja sama antar subsistem secara
terintegrasi
d. Kelompok telah mengembangkan usaha budidaya ternak unggas
lokal memiliki sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya
manusia (SDM) untuk pengembangan kawasan ternak unggas
lokal.
e. Mempunyai lahan/sarana untuk pengembangan kawasan ternak
unggas lokal.
f. Kelompok peternak unggas lokal yang mendapatkan bantuan/
fasilitasi harus menata usaha budidayanya untuk dikembangkan
menjadi usaha yang terpadu/terintegrasi dan dikelola secara
professional dengan orientasi agribisnis. Untuk itu skala kepemilikan
ternak kelompok dan anggota kelompok ditingkatkan menjadi skala
usaha yang ekonomis
PROPORSI
NO JENIS KEGIATAN VOLUME
%
A. USAHA PRODUKTIF*) 45 %
1. - Pembelian Pullet 750 - 850 ekor 60 %
- Pembelian DOC/DOD 7.500 - 8.500 ekor
2. Pakan Konsentrat 6.000 - 6.800 Kg 40 %
B. PENGEMBANGBIAKAN 30%
1. Pembelian DOC/DOD 3.500 - 4.000 ekor 50%
unggas lokal unggul
berkualitas
2. Pakan Konsentrat 4.500 - 6.000 Kg 50%
C. AGROINPUT PENUNJANG 25%
1. Obat dan vaksin
1 paket 15%
2. Bahan dan Alat
1 paket 25%
Biosekuriti
1 paket 17%
3. Peralatan Kandang
2 unit 43%
4. Mesin Tetas
Keterangan : *) Untuk usaha produktif pembelian ternak disesuaikan
dengan jenis usaha yang akan dikembangkan, dapat untuk pembelian
Pullet untuk usaha produksi telur atau DOC/DOD untuk usaha
penggemukan
1. Persiapan
Agar proses kegiatan berjalan dengan lancar, efektif dan efisien
pengadaan harus direncanakan dengan matang. Rencana pengadaan
sarana produksi ini dituangkan dalam kerangka acuan kegiatan (KAK)
yang di susun oleh tim teknis. Di dalam KAK di jelaskan tentang tujuan
kegiatan, sasaran kegiatan, waktu pelaksanaan, jenis dan jumlah
barang, sfesifikasi teknis barang, besarnya total perkiraan biaya
pekerjaan dan waktu pelaksanaan.
a. Tim pengadaan.
Pembentukkan tim pengadaan barang terdiri dari 3-5 orang yang
memenuhi persyaratan yaitu sudah memiliki sertifikat pengadaan
barang dan jasa. Tugas pokok dan kewenangan Kelompok Kerja
ULP/Pejabat Pengadaan meliputi:
1) Menyusun rencana pemilihan penyedia barang;
2) Menetapkan Dokumen pengadaan;
3) Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran;
4) Mengumumkan pelaksanaan pengadaan barang di website
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masing-
masing dan papan pengumuman resmi untuk masyarakat
3. Proses Pengadaan
Proses pangadaan barang dilakukan melalui sistem pengadaan
secara elektronik (LPSE) ataui e-procurement.
Tahapan pengadaan barang berdasarkan sistem LPSE sebagai
berikut:
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Syarat (RKS);
b. Pengumuman lelang;
c. Pemasukkan dokumen penawaran;
d. Evaluasi dan penilaian dokumen;
e. Penetapan dan pengumuman pemenang;
1. Aspek teknis
2. Aspek Kelembagaan
ANTARA
DENGAN
TENTANG
Pada hari ini ............... tanggal ................. bulan ..................... tahun dua
ribu dua belas bertempat di Kantor Dinas....Prov/Kab/Kota, Jalan ..........No.
Prov...Kab/Kota...... kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Pasal 1
DASAR PELAKSANAAN
Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN
Pasal4
SANKSI
Pasal 5
PERSELISIHAN
Pasal 6
FORCE MAJEURE
1. Jika timbul keadaan memaksa (force majeure) yaitu hal-hal yang diluar
kekuasaan PIHAK KEDUA sehingga mengakibatkan tertundanya
pelaksanaan kegiatan, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan
secara tertulis kepada kepada PIHAK PERTAMA dengan tembusan
kepada DinasKab/KotaProvinsi.dalam waktu 4 X 24 jam;
2. Keadaan memaksa (force majeure) yang dimaksud pasal 8 ayat (1) adalah :
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir besar, kebakaran
yang bukan disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA;
b. Peperangan;
c. Perubahan kebijakan moneter berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Pasal 7
LAIN-LAIN
1. Bea materai yang timbul akibat pembuatan surat perjanjian kerjasama ini
menjadi beban PIHAK KEDUA;
3. Perubahan atas surat perjanjian kerjasama ini tidak berlaku kecuali terlebih
dahulu telah mendapatkan persetujuan kedua belah pihak.
Surat perjanjian kerjasama ini ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan
penuh kesadaran dan tanggungjawab tanpa adanya paksaan dari manapun
dan dibuat rangkap 2 (dua) yang kesemuanya mempunyai kekuatan hukum
yang sama untuk digunakan sebagaimana mestinya.
..................................... .........................................
NIP..................................
Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan penitipan barang ..
antara :
Demikian berita acara penitipan barang ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
(nama) (nama)
Jabatan. .......................................(ketua klp)
Pada hari ini ..tanggal ..bulan tahun Dua Ribu Tiga Belas,
bertempat .. telah dilakukan serah terima ..
antara :
Demikian berita acara serah terima pekerjaan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
(nama) (nama)
........................................(Jabatan) NIP.................................................
Nama Kelompok :
Kab/Kota, Provinsi :
Laporan Triwulan : I / II / III / IV
..
Email : budidayaternakunggas@yahoo.co.id
32