Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGAEM

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS MANGGIS I
Jl. Raya Ulakan-Manggis ( 0363 ) 41625

PANDUAN KEWASPADAAN
UNIVESAL DI UPTD PUSKESMAS MANGGIS I
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya Panduan Kewaspadaan Universal Di UPTD
Puskesmas Manggis I Tahun 2017 ini dapat diselesaikan.
Panduan ini memuat tentang kewaspadaan universal di UPTD Puskesmas
Manggis I yang diciptakan sebagai usaha perlindungan tehadap resiko penularan yang
dapat tejadi. Prinsip kewaspadaan univesal di pelayanan kesehatan adalah menjaga
hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, serta sterilisasi peralatan.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu proses penyusunan panduan ini. Besar harapan dari panduan ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan untuk
membantu para petugas kesehatan dalam mengurangi resiko infeksi pada diri sendiri,
pasien, dan masyarakat di UPTD Puskesmas Manggis I.

Ulakan, 2 Januari 2017


Kepala UPTD Puskesmas Manggis I

dr. Ni Wayan Putu Suati


NIP. 19720418 200604 2 017
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................
1
1.2. Tujuan....................................................................................................................
2
1.3. Manfaat.................................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
2.1. Pengertian............................................................................................................ 3
2.2. Kewaspadaan Univesal......................................................................................... 3
2.3. Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan................................................ 4
2.4. Kewaspadaan Khusus........................................................................................... 5
2.5. Kewaspadaan Univesal di Unit Tertentu.............................................................. 5

BAB III TATA LAKSANA........................................................................................ 7


3.1. Cuci Tangan........................................................................................................... 7
3.2. Alat Perlindungan Diri........................................................................................... 8
3.3. Pengelolaan Alat Kesehatan.................................................................................. 9
3.4. Pengelolaan Limbah............................................................................................... 10
3.5. Kecelakaan Kerja.................................................................................................. 11

BAB IV TINDAK LANJUT........................................................................................ 12


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sejak tahun 80an indonesia menerapkan kategori isolasi yaitu pernapasan, saluran
cerna, pelindungan, dan blood precaution.
Kewaspadaan Univesal yaitu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh
seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan
pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan penyakit, baik
berasal dari pasien maupun petugas kesehatan.
Saat ini hampir diseluruh rumah sakit besar di Indonesia telah membentuk dan
memiliki Panitia Medik pengembalian infeksi, dengan tugas utamanya untuk mencegah
dan mengendalikan infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial tidak hanya dapat merugikan
penderita, tetapi juga merugikan pihak rumah sakit serta perusahaan atau pemerintah
dimana penderita bekerja.
Hasil survei tentang upaya pencegahan infeksi di puskesmas masih didapatkan
beberapa tindakan petugas yang potensial meningkatkan penularan penyakit kepada
tenaga kesehatan, pasien yang dilayani dan masyarakat luas, yakni cuci tangan yang
kurang tepat, penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman, pembuangan peralatan
tajam secara tidak aman, teknik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat, dan
praktik kebersihan ruangan yang belum memadai.
Kewaspadaan umum ( universal precaution ) merupakan salah satu upaya
pengendalian infeksi dirumah sakit yang telah dikembangkan oleh Departemen
Kesehatan sejak tahun 1980. Kewaspadaan umum merupakan upaya pencegahan infeksi
sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi petugas kesehatan
dan pasien.
Kewaspadaan universal diciptakan sebagai upaya perlindungan terhadap resiko
penularan yang dapat terjadi. Cara penularan yang paling umum adalah tertusuk jarum
suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa resiko penularan rata rata dalam kasus pasien yang
terinveksi HIV adalah kurang lebih 0,3% daripada resiko untuk luka dalam 15 kali lebih
tinggi daripada luka superfisial.
Lingkungan Puskesmas dapat mengandung berbagai dampak negatif yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan manusia terutama petugas kesehatan. Salah satu cara
pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya di lingkunga Puskesmas
adalah meningkatkan kewaspadaan umum / Universal Pecaution. Penerapan
kewaspadaan umum diharapkan dapat menurunkan resiko penularan patogen melalui
darah dan cairan tubuh lain dari sumber yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
Penerapan ini merupakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang harus rutin
dilaksanakan terhadap semua pasien dan di semua fasilitas pelayanan kesehatan.
Prinsip kewaspadaan universal ( Universal Precaution ) di pelayanan kesehatan
adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygienen sanitasi ruangan, serta sterilisasi
peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian besar yang terinfeksi virus lewat darah
seperti HIV dan HIB tidak menunjukan gejala fisik. Kewaspadaan universal diterapkan
untuk melindungi setiap orang ( pasien dan petugas kesehatan ) apakah mereka terinfeksi
atau tidak. Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi ( kecuali
keringat ), luka pada kulit, dan selaput lendir.

1.2. TUJUAN
Secara khusus maka Panduan Penerapan Kewaspadaan Universal bertujuan untuk :
1. Menjadi penuntun bagi petugas kesehatan hingga mampu memberikan pelayanan
kesehatan dimana resiko terjadinya infeksi dapat di tekan.
2. Menjadi acuan bagi para penentu kebijakan dalam perencana logistic di sarana
kesehatan.
3. Menjadi acuan di kalangan non medis yang mempunyai resiko terpajan infeksi
dalam pekerjaannya.
4. Menjadi bahan acuan tenaga kesehatan dalam memberikan penyuluhan kepada
pasien tentang tindakan pencegahan infeksi.

1.3. MANFAAT
Panduan Penerapan Kewaspadaan Universal dimaksudkan untuk meningkatkan
pengetahuan tenaga kesehatan dan untuk membantu para petugas kesehatan dalam
mengurangi resiko infeksi pada diri sendiri, pasien dan masyarakat.

BAB III
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Kewaspadaan Universal merupakan ( Universal Precaution ) adalah kewaspadaan
terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan terhadap setiap
pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya.
Kewaspadaan Universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di
sarana pelayanan kesehatan. Merupakan salah satu cara untuk mencegah penularan
penyakit dari cairan tubuh, baik dari pasien ke petugas kesehatan atau sebaliknya.
Dasar Kewaspadaan Universal ini meliputi pengelolaan alat kesehatan, cuci
tangan guna mencegah inveksi silang, pemakaian alat pelindung diantaranya sarung
tangan untuk mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain,
pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan, serta pengelolaan limbah.
Dalam menggunakan Kewaspadaan Universal petugas kesehatan memberlakukan
semua pasien sama, tanpa memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa
resiko atau infeksi berbahaya.
Dalam semua sarana kesehatan, termasuk rumah sakit, puskesmas dan praktek
dokter gigi, tindakan yang dapat mengakibatkan luka atau tumpahan cairan tubuh, atau
penggunaan layanan kesehatan dan pasien lain. Jadi seharusnya ada pedoman untuk
mencegah kemungkinan penularan terjadi.
Pedoman ini disebut sebagai kewaspadaan universal. Harus ditekankan bahwa
pedoman tersebut dibutuhkan tidak hanya untuk melindungi terhadap penularan HIV,
tetapi yang tidak kalah penting terhadap infeksi lain yang dapat berat dan sebetulnya
lebih mudah menular.

2.2. KEWASPADAAN UNIVERSAL


Kewaspadaan universal merupakan bagian dari upaya pengendalian infeksi di
sarana pelayanan kesehatan. Penerapan kewaspadaan universal didasari pada keyakinan
bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik yang berasal
dari pasien maupun petugas kesehatan.
Prinsip utama prosedur kewaspadaan universal pelayanan kesehatan adalah
menjaga hygiene sanitasi individu, ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip
tersebut dijabarkan menjadi 5 kegiatan pokok yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang.
2. Pemakaian alat perlindungan diri ( APD ) diantaranya pemakaian sarung tangan
untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan infeksius yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai.
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk pencegahan perlukaan.
5. Pengelolaan limbah sanitasi ruangan.
2.3. KEWASPADAAN UNIVERSAL DI PELAYANAN KESEHATAN
2.3.1. Penerapan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan
Banyak petugas layanan kesehatan dan pemimpin rumah sakit masih menuntut tes
HIV wajib untuk semua pasien yang dianggap anggota kelompok resiko tinggi infeksi
HIV, misalnya pengguna narkoba suntikan.
Karena alat sulit untuk mengetahui apakah pasien terinfeksi atau tidak, petugas
layanan kesehatan harus menerapkan kewaspadaan universal secara penuh dalam
hubungan dengan semua pasien, dengan menggunakan tindakan berikut :
1. Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah membuka sarung
tangan.
2. Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh.
3. Menggunakan sarung tangan bila mungkin ada hubungan dengan cairan tubuh.
4. Menggunakan masker dan kacamata pelindung jika kemungkinan terdapat
percikan cairan tubuh.
5. Buang jarum suntik dan alat tajam lain secara aman ( yang sekali pakai, tidak
boleh dipakai ulang ).
6. Bersihkan tumpahan cairan tubuh dengan bahan yang cocok.
7. Patuhi standar sterilisasi alat medis.
8. Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh sesuai dengan prosedur.
9. Buang limbah sesuai dengan prosedur.
Penerapan Kewaspadaan Universal ( Universal Precaution ) didasarrkan pada
keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh sangat potensial menularkan penyakit, baik
yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan. Prosedur Kewaspadaan Universal ini
juga dapat dianggap sebagai pendukung program Kesehatan Keselamatan Kerja bagi
petugas kesehatan.
Dengan menerapkan Kewaspadaan Universal, setiap petugas kesehatan akan
terlindung secara maksimal dari kemungkinan terkena infeksi penyakit yang ditulakan
melalui darah / cairan tubuh, baik dari kasus yang terdiagnosa maupun yang tidak
terdiagnosis.

2.3.2. Alasan Kewaspadaan Universal Sering Diabaikan


Ada banyak alasan mengapa kewaspadaan universal tidak diterapkan, termasuk :
1. Kurangnya pengetahuan petugas pelayan kesehatan.
2. Kurang dana untuk menyediakan pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung
tangan dan masker.
3. Kurangnya pasokan penyedia yang dibutuhkan.

2.3.3. Resiko Jika Kewaspadaan Universal Kurang Diterapkan


Kewaspadaan Universal ditetapkan untuk melindungi terhadap kecelakaan yang
dapat terjadi. Kecelakaan yang paling umum adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum
suntik yang dipakai pada pasien menusuk kulit seorang petugas layanan kesehatan.
Kewaspadaan Universal yang tidak sesuai dapat menghasilkan bukan hanya
resiko pada petugas layanan kesehatan dan pasien lain, tetapi juga peningkatan pada
stigma dan diskriminasi yang dihadapi oleh ODHA.

2.4. KEWASPADAAN KHUSUS


Kewaspadaan khusus tersebut merupakan tambahan pada kewaspadaan universal,
yaitu terdiri dari 3 ( tiga ) jenis kewaspadaan, yaitu :
1. Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara ( airborne )
Kewaspadaan terhadap penularan melalui udara ( airborne ) digunakan untuk
pasien yang diketahui atau diduga menderita penyakit seperti campak, varisela,
dan TBC yang menular melalui percikan halus di udara. Kewaspadaan ini
bertujuan untuk menurunkan penyakit melalui udara.
2. Kewaspadaan terhadap penularan melalui percikan
Kewaspadaan tehadap penularan melalui percikan ditujukan untuk pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit serius dengan percikan yang besar
terjadi dari orang yang terinfeksi mengenai lapisan mukosa hidung, mulut atau
konjungtiva mata. Percikan terjadi saat seseorang berbicara, batuk, bersin atau
pemeriksaan jalan nafas seperti intubasi / bronkoskopi.
3. Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak
Kewaspadaan terhadap penularan melalui kontak digunakan untuk pasien yang
diketahui atau diduga menderita penyakit yang ditularkan melalui kontak
langsung.

2.5. KEWASPADAAN UNIVERSAL DI UNIT TERTENTU


2.5.1. Unit Kamar Bersalin
Prosedur kerja di kama bersalin meliputi :
1. Perawatan alat alat di kamar bersalin harus teliti.
2. Lantai dipel minimal 1 kali sehari dengan deterjen dan air.
3. Setiap ada percikan atau tumpahan darah segera dekontaminasi dengan larutan
klorin 0,5% selama 10 menit lalu dilap hingga kering dan dipel kembali dengan
deterjen dan air.
4. Lingkungan selalu dijaga dalam keadaan bersih dari debu.
5. Linen dijaga bersih untuk setiap pasien.

2.5.2. Unit Pelayanan Gigi


Pelayanan gigi dan mulut merupakan tindakan yang beresiko terpajan cairan
tubuh pasien. Resiko tersebut semakin jelas dengan penemuan berbagai mikoorganisme
dai cairran oral. Penularannya terjadi dengan cara :
1. Kontak langsung dengan lesi terinfeksi atau dengan ai liur / darah yang terinfeksi.
2. Penularan tidak langsung melalui alat terkontaminasi.
3. Percikan atau tumpahan darah, air liur, secret nasofringeal langsung pada kulit
yang tidak utuh atau selaput lendir.
4. Penularan lewat udara atau aerosol.

2.5.3. Unit Pelayanan Laboratorium


Pelaksanaan kewaspadaan univerrsal di laboratorium sangat penting karena
laboratorium merupakan tempat yang beresiko tinggi untuk penularan infeksi HIV,
Hepatitis dan agen lainnya.

2.5.4. Unit Pelayanan Sterilisasi dan Desinfeksi


Tujuan dari unit pelayanan sterilisasi dan desinfeksi adalah menyediakan semua
bahan steril yang diperlukan untuk perawatan pasien. Fungsi unit pelayanan sterilisasi
dan desinfeksi meliputi : pengumpulan dan penerimaan bahan bekas pakai pada
perawatan pasien, dekontaminasi, pemrosesan, mensterilkan, menyimpan dan
mendistribusikannya ke seluruh bagian puskesmas.

2.5.5. Unit Pelayanan Gizi


Pengelolaan makanan di unit pelayanan gizi harus memperhatikan sanitasi dan
hygiene perorangan yang tinggi dan sarana yang ada di unit pelayanan gizi harus terawat
dan terpelihara dengan baik.

2.5.6. Ambulance Gawat Darurat


Kendaraan ambulance selalu digunakan dalam keadaan rapi dan bersih, bagian
belakang, penumpang, brankar harus dibersihkan dengan desinfektan sebelum dan setelah
digunakan, tumpahan bahan / cairan harus segera didekontaminasi dan setelah itu
dibersihkan kembali dengan desinfektan, dan perlengkapan P3K dan ambubag tersedia
dalam ambulance.

BAB III
TATA LAKSANA
3.1. CUCI TANGAN
Tiga cara cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu :
a. Cuci tangan hygiene atau rutin.
b. Cuci tangan aseptik.
c. Cuci tangan bedah ( surgical handscrub ).

3.1.1. Indikasi Cuci Tangan


Cuci tangan harus dilakukan pada saat yang diperkirakan mungkin akan terjadi
perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan suatu tindakan yang
kemungkinan terjadi pencemaran, seperti :
1. Sebelum melakukan tindakan.
2. Setelah melakukan tindakan.

3.1.2. Sarana Cuci Tangan


a. Air Mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran pembuangan
atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir tersebut maka
mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci
tangan akan terhalau dan tidak menempel lagi di pemukaan kulit.
b. Sabun dan Deterjen
Bahan tersebut tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat dan
mengurangi jumlah mikroorganisme dengan jalan mengurangi tegangan
perrmukaan sehingga mikroorganisme telepas dari permukaan kulit dan mudah
terbawa oleh air.
c. Larutan Antiseptik
Larutan antiseptik atau disebut juga antimikroba topikal, dipakai pada kulit atau
jaringan hidup lainnya untuk menghambat aktivitas atau membunuh
mikroorganisme pada kulit.

3.1.3. Prosedur Cuci Tangan Hygiene


1. Basahi tangan setinggi pertengahan lengan bawah dengan air mengalir.
2. Taruh sabun dibawah telapak tangan yang telah basah. Buat busa secukupnya
tanpa percikan.
3. Gerakan cuci tangan terdiri dari gosokkan tangan telapak dengan telapak,
telapak kanan diatas punggung tangan kiri dan telapak kiri diatas punggung
tangan kanan, telapak dengan telapak dan jari saling terkait, letakkan
punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci, jempol
kanan digosok memutar oleh telapak kiri dan sebaliknya, jari kiri menguncup
gosok memutar ke kanan dan ke kiri pada telapak kanan dan sebaliknya,
pegang pergelangan tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya gerakan
memutar.
4. Proses berlangsung selama 10 15 detik.
5. Bilas kembali dengan air sampai bersih.
6. Keringkan tangan dengan handuk atau kertas bersih atau tisu atau handuk
katun sekali pakai.
7. Matikan keran dengan kertas atau tisu.
8. Pada cuci tangan aseptik / bedah diikuti larangan menyentuh permukaan yang
tidak steril.

3.1.4. Prosedur Cuci Tangan Aseptik


Cuci tangan aseptik biasanya dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptik
pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita pada keadaan tertentu misalnya
penderita dengan imunisasi rendah. Persiapan atau prosedur pada cuci tangan aseptik
sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan hygiene hanya saja bahan deterjen
atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh
bahan yang tidak steril.

3.2. ALAT PERLINDUNGAN DIRI

3.2.1. Jenis jenis Alat Perlindungan


a. Sarung tangan.
b. Pelindung wajah / masker / kacamata.
c. Penutup kepala.
d. Gaun pelindung ( baju kerja / celemek )
e. Sepatu pelindung ( sturdy foot wear )

3.2.2. Indikasi Pemakaian Alat Pelindung


Tidak semua alat pelindung tubuh harus dipakai. Jenis pelindung tubuh yang
dipakai tergantung pada jenis tindakan atau kegiatan yang akan dikerjakan. Sebagai
contoh, untuk tindakan bedah minor ( misalnya vasektomi, memasang / mengangkat
impant ) cukup memakai sarung tangan steril atau DTT saja. Namun untuk kegiatan
operatif dikamar bedah, atau melakukan pertolongan persalinan, sebaiknya semua
pelindung tubuh dipakai oleh petugas untuk mengurangi kemungkinan terpajan darah /
cairan tubuh lainnya.

3.3. PENGELOLAAN ALAT KESEHATAN


Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 3 tahap kegiatan, yaitu :
a. Dekontaminasi
Dekontaminasi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan, yaitu suatu
bahan atau larutan kimia yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada
benda mati, dan tidak digunakan untuk kulit dan jaringan mukosa. Dapat dijumpai
berbagai macam desinfektan dipasaran dengan daya kerja masing masing. Salah
satu yang biasa dipakai terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah
larutan klorin 0,5% atau 0,05% sesuai dengan intensitas cemaran dan jenis alat
atau permukaan yang akan didekontaminasi.
b. Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )
Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT ) merupakan alterrnatif penatalaksanaan alat
kesehatan apabila sterilisator tidak tersedia atau tidak mungkin dilaksanakan.
DTT dapat membunuh semua mikroorganisme termasuk virus Hepatitis B dan
HIV, namun tidak dapat membunuh endospora dengan sempurna seperti tetanus
atau gas gangren. Pada situasi dimana tetanus masih sering ditemukan, semua
peralatan harus di sterilisasi. Ada beberapa cara melakukan desinfeksi tingkat
tinggi, diantaranya adalah dengan cara :
Merebus dalam air mendidih selama 20 menit.
Merebus tidak memerlukan peralatan yang mahal dan selalu tersedia maka
cara tersebut adalah cara yang lebih disukai di klinik kecil atau daerah
terpencil.
Rendam dengan desinfektan kimiawi seperti glutaraldehid, formaldehid
8%.
DTT dengan uap ( steamer )
Cara ini adalah yang terbaik untuk DTT sarung tangan.
c. Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pengelolaan suatu alat atau bahan dengan tujuan
mematikan semua mikroorganisme termasuk endospora. Sterilisasi adalah cara
yang paling aman dan paling efektif untuk pengelolaan alat kesehatan yang
berhubungan langsung dengan darah atau jaringan dibawah kulit secara normal
bersifat steril.
Sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Fisik, seperti pemanasan atau radiasi, fitrasi.
2. Kimiawi, menggunakan bahan kimia dengan cara merendam ( mis : dalam
larutan glutaraldehid ). Dan menguapi dengan gas kimia ( diantaranya dengan
gas etilin oksida ).

d. Penyimpanan Alat Kesehatan


Penyimpanan yang baik sama pentingnya dengan proses sterilisasi atau disinfeksi
itu sendiri. Ada 2 macam alat dilihat dari cara penyimpanannya, yakni alat yang
dibungkus dan alat yang tidak dibungkus.

3.3.1. PENGELOLAAN LIMBAH


Limbah yang berasal dari sarrana kesehatan secara umum dibedakan atas :
1. Limbah rumah tangga, atau limbah non medis, yaitu limbah yang tidak kontak
dengan darah atau cairan tubuh sehingga disebut sebagai resiko rendah. Semua
limbah yang tidak kontak dengan tubuh pasien umumnya dikenal sebagai sampah
non medis, yakni sampah sampah yang dihasilkan dari kegiatan diruang tunggu
pasien atau penunjang, ruangan administrasi dan kebun. Sampah jenis ini meliputi
sisa makanan, sisa pembungkus makanan, plastik dan sisa pembungkus obat.
Sampah jenis ini dapat langsung dibuang melalui pelayanan pengelolaan sampah
kota.
2. Limbah medis, yaitu bagian dari sampah kesehatan yang berasal dari bahan yang
mengalami kontak dengan darah / cairan tubuh pasien dan dikategorikan sebagai
limbah beresiko tinggi dan berfungsi menularkan penyakit, limbah medis dapat
berupa :
a. Limbah klinis merupakan tanggung jawab sarana kesehatan lain dan
memerlukan perlakuan khusus. Karena berpotensi menularkan penyakit, maka
dikategorikan sebagai limbah beresiko tinggi. Cara penanggulangan limbah
klinis ini yaitu dengan cara sebelum dibawa ketempat pembuangan akhir /
pembakaran ( insenerator ) semua jenis limbah klinis ditampung dalam
kantong kedap air, biasanya berwarna kuning, dan diikat secara rapat kantong
yang sudah terisi 2/3 penuh.
b. Limbah laboratorium
Setiap jenis limbah yang berasal dari laboratorium dikelompokkan sebagai
limbah beresiko tinggi. Cara penanganan limbah laboratorium ini dengan cara
sebelum keluar dari ruangan laboratorium dilakukan sterilisasi dengan otoklaf
selanjutnya ditangani secara prosedur pembuangan limbah klinis, cara
penanganan terbaik untuk limbah medis adalah dengan insenerasi, dan cara
lain adalah menguburnya dengan metode kapurisasi.
3. Limbah berbahaya, adalah limbah kimia yang mempunyai sifat beracun. Limbah
jenis ini meliputi produk pembersihan, desinfektan, obat obatan sitotoksik dan
senyawa radioaktif. Upaya penanganan limbah di pelayanan kesehatan meliputi
penanganan limbah cair dan limbah padat ( sampah ). Adapun teknik penanganan
sampah melipusi pemisahan, penanganan, penampungan sementara, dan
pembuangan.

3.5. KECELAKAAN KERJA


Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik
bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat dan
tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi nosokomial
yang tidak diinginkan. Yang terpenting disini adalah segera mencucinya dengan sabun
antiseptik,dan usahakan untuk meminimalkan kuman yang masuk kedalam aliran darah
dan menekan luka hingga darah keluar. Bila darah mengenai mulut, ludahkan dan kumur
kumur dengan air beberapa kali, bila mengenai mata cucilah mata dengan air mengalir
( irigasi ) atau garam fisiologis atau bila percikan mengenai hidung hembuskan keluar
hidung dan bersihkan dengan air.
BAB IV
TINDAK LANJUT

Agar kewaspadaan universal berjalan dengan baik, ditindaklanjuti dengan


dilaksanakan sesuai Standar Operasional Prosedur ( SOP ).

Anda mungkin juga menyukai