Anda di halaman 1dari 14

A.

KONSEP HERNIA

1. Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi di
dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan meliputi
jaringan, peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop
usus atau organ-organ internal lainnya. Faktor yang termasuk pembedahan
mendadak pada peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi
selama mengangkat beban berat atau batuk yang lebih bertahap dan
berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen berhubungan
dengan kehamilan, obesitas, atau asites. (Seymour I. Schwartz, et.All. Principles
of Surgery. Companion handbook. Jakarta: EGC,2000).
Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah
segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia dapat
juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding abdominal,
melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya di rongga abdominal.
(Ignatavicius, Donna, et.All. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany,2000)
2. Etiologi
Etiologi hernia Inguinalis menurut Hidayat (2006) adalah:
a. Batuk
b. Adanya presesus vaginalis yang terbuka
c. Tekanan intra abdomen yang meningkatkan secara kronis seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites.
d. Kelemahan otot dinding perut dan degenerasi jaringan ikat karena usia
lanjut.
e. Kehamilan multi para dan obesitas.
3. Manifestasi Klinis
Menurut Oswari E. Pada buku Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia, 2000. Manifestasi klinik yang terdapat pada Hernia Inguinalis adalah:
a. Terdapat benjolan didaerah vaginal dan atau scrotal yang hilang dan timbul.
Timbul bila terjadi peningkatan tekanan peritonela misalnya mengedan,
batuk-batuk, menangis. Jika pasien tenang dan berstirahat, maka benjolan
akan hilang secara spontan.
b. Pada pemeriksaan terdapat benjolan dilipat paha atau sampai scrotum, pada
bayi bila menangis atau mengedan. Benjolan menghilang atau dapat
dimaksudkan kembali rongga abdomen.
c. Isi Hernia dapat kembali kerongga peritorium disebut Hernia Inguinal
reponibilitas, bila tidak dapat kembali disebut Hernia Inguinal ireponbilitis.
Bila usus tidak kembali karena jepitan oleh Annulus Inguinali, maka akan
terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang
terjepit. Keadaan ini disebut HerniaStrangulata.
d. Hernia strangulata lebih sering terjadi Hernia sebelah kanan. Insiden
tertinggi pada usia sekolah dibawah 1 tahun (31 %), namun rata-rata terjadi
pada 12 % kasusHernia.
e. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai
perasaan mual. Bila terjadi Hernia Inguinalis Stragulata perasaan sakit akan
bertambah hebat serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
f. Hernia Femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan di bawah sela paha.
g. Hernia Diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai
sasak nafas.
h. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Hernia akan bertambah
besar.
4. Komplikasi
Menurut Hidayat (2006)
a. Hernia berulang,
b. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
c. Pendarahan yang berlebihan / infeksi luka bedah,
d. Luka pada usus (jika tidak hati-hati),
e. Setelah Herniografi dapat terjadi Hematoma,
f. Fostes urin dan feses,
g. Residip,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
5. Patofisiologi dan Pathway
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu
selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang
cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2000).
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Manajemen medis
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan
jalan pembedahan. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa
ditegakkan.
b. Manajemen Keperawatan
1) Pre operasi :
Pengkajian : ditujukan pada nyeri, ada tonjolan pembengkakan
daerahinguinal, cemas, tingkat pengetahuan pasien tentang hernia dan
penanganannya. Pengkajian juga ditujukan pada riwayat.
Diagnosa keperawatan : masalah keperawatan yang bisa muncul
adalah gangguan kenyamanan, kecemasan, kurang pengetahuan dan
resiko tinggi terjadi infeksi.
Intervensi keperawatan (secara umum) ; beri posisi kepala tempat
tidur ditinggikan, bila hernia turun/menonjol dimasukan kembali secara
manual, anjurkan menggunakan sabuk hernia, beri analgesik sesuai
advis, hindari manuever yang bisa meningkatkan tekanan intra
abdominal : batuk kronik, angkat berat, mengedan secara kuat dan
anjurkan untuk kompres dingin pada daerah yang bengkak.
2) Post operasi
1) Hindari penyakit yang mungkin terjadi yaitu: Perdarahan, Syok,
Muntah, Distensi, Kedinginan, Infeksi, Dekubitus, Sulit buang air
kecil.
2) Observasi keadaan klien.
3) Cek TTV.
4) Cuci luka dan ganti balutan operasi sesuai pesanan dokter.
5) Perhatikan drainase.
6) Penuhi nutrisi.
7) Mobilisasi diri
- Perawatan tidur dengan sikap Fowler (sudut 450-600)
- Hari kedua boleh duduk (untuk herniotomi hari ke-5)
- Hari ketiga boleh jalan (untuk herniotomi hari ke-7)
8) Diet
Hari 0: Bila pengaruh obat anestesi hilang boleh diberi minum
sedikit-sedikit
Hari 1: Diet Vloiher (herniotomi diet sama dengan post laparatomi)
Hari 2: Diet bubur saring
Hari 3: Berturut-turut diet ditingkatkan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat kesehatan lalu: Biasanya kx dengan HIL akan mengalami
penyakit kronis sebelumnya. Missal : adanya batuk kronis, gangguan
proses kencing (BPH). Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu
merupakan factor predis posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
2) Riwayat kesehatan sekarang: Pada umunya penderita mengeluh merasa
adanya benjolan di selangkangan / di daerah lipatan pada benjolan itu
timbul bila penderita berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi
atau miksi mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri
pada benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain
seperti mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra
abdominal.
3) Riwayat kesehatam keluarga: Adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit HIL atau penyakit menular lainnya.
b. Pola Gordon
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan.
Persepsi terhadap arti kesehatan dan penatalaksanaan kesehatan,
kemampuan menyusun tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan.
2) Pola Nurtisi Metabolik
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan elektrolit.
Nafsu makan, pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir,
kesulitan menelan, mual / muntah, kebutuhan jumlah zat gizi, masalah /
penyembuhan kulit, makanan kesukaan.
3) Pola Eliminasi
Menjelaskan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit.
Kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah miksi
(oliguri,disuri dll), penggunaan kateter, frekuensi defekasi dan miksi.
Karakteristik urin dan feses, pola input cairan, infeksi saluran kemih,
masalah bau badan, perspirasi berlebih, dll.
4) Pola Latihan-Aktivitas
Menggambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pentingnya latihan / gerak dalam keadaan sehat dan sakit,
gerak tubuh dan kesehatan berhubungan satu sama lain
Kemampuan klien dalam menata diri apabila tingkat kemampuan 0:
mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3 : dibantu orang
dan alat 4 : tergantung dalam melakukan ADL.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau
dan kompensasinya terhadap tubuh. Sedangkan pola kognitif
didalamnya mengandung kemampuan daya ingat klien terhadap
persitiwa yang telah lama terjadi dan atau baru terjadi dan kemampuan
orientasi klien terhadap waktu,tempat, dan nama (orang,atau benda yang
lain).
6) Pola Istirahat-Tidur
Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepasi tentang energi.
Jumlah jam tidur pada siang dan malam, masalah selama tidur, insomnia
atau mimpi buruk, penggunaan obat, mengeluh letih
7) Pola Konsep Diri-persepsi Diri
Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan.
Kemampuan konsep diri antara lain gambaran diri, harga diri, peran,
identitas dan ide diri sendiri. Manusia sebagai system terbuka dimana
keseluruhan bagian manusia akan berinteraksi dengan lingkungannya.
Disamping sebagai system terbuka, manuasia juga sebagai mahkluk bio-
psiko-sosio-kultural spriritual dan dalam pandangan secara holistic.
Adanya kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri., dampak
sakit terhadap diri, kontak mata, asetif atau passive, isyarat non
verbal,ekspresi wajah, merasa tak berdaya,gugup / relaks.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau dirasakan
dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat
haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex, pemeriksaan
genital.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan
penggunaan system pendukung. Penggunaan obat untuk menangani
stress,interaksi dengan orang terdekat, menangis, kontak mata, metode
koping yang biasa digunakan, efek penyakit terhadap tingkat stress.
11) Pola Keyakinan Dan Nilai
Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai, keyakinan termasuk
spiritual. Menerangkan sikap dan keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya. Agama, kegiatan keagamaan
dan buadaya, berbagi dengan orang lain, bukti melaksanakan nilai dan
kepercayaan, mencari bantuan spiritual dan pantangan dalam agama
selama sakit.
c. Pemeriksaan Fisik
d. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik / Laborat)
1) Rontgen
Pemeriksaan foto abdomen : terdapat gambaran distensi usus.
2) Tes laboratorium
a) Darah
b) Sel darah putih >10000-18000/mm3
c) Sel darah merah mungkin meningkat (N=13-16 9/dl)
d) Elektrolit serum: hipolkasemia mungkin ada (N=3,5 - 5,5 mmol)
e) Kultur: Organisme penyebab mungkin teridentifikasi dari darah
eksudat, sekret / cairan asites.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut carpenito (2000) ,Daengoes,dkk (1999),Ester (2001) dan NANDA
(2005) diagnosa Kep.yang muncul antara lain :
a. Pre operasi
1) Nyeri akut bd.kondisi hermia antara intervensi pembedahan
2) Ansietas bd.prosedur pra operasi post operasi
3) Kurang pengetahuan bd.kurangnya informasi
b. Post operasi
1) Resiko terhadap konstipasi kolonik bd. Penurunan peristaltik
2) Nyeri akut bd.trauma jaringan
3) Resiko terhadap infeksi bd.prosedur invasik
4) Resiko berkurangnya volume cairan bd.haluaran urine berlebih
3. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Post Op:
Diagnosa 1
NOC : Bowel Konstipation
Tujuan : Setelah dilakukan tidakan keperawatan bowel management Konstipasi
sistemik tidak terjadi
Kriteria Hasil:
a. Pola eliminasi dalam batas normal
b. Konstipasi tidak ada
c. Kontrol perubahan eliminasi BAB
Keterangan Skala :
1. Berat
2. Baik
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Bowel Management
a. Monitor tanda gejala dari konstipasi
b. Catat data terakhir perubahan eliminasi BAB
c. Instruksikan pasien unuk makan makanan tinggi serat
d. Monitor perubahan BAB ( frekuensi,konsisten,volume,warna )

Diagnosa 2
NOC: Kontrol Nyeri
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan pain managemen selama
tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang/hilang
Kriteria Hasil: :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Menggunakan metode pencegahan non analgesik untuk mengurangi nyeri.
c. Menggunakan analgesik sesuai kebutuhan.
d. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan.
e. Mengenali gejala-gejala nyeri.
f. Mencatat pengalaman tentang nyeri sebelumnya.
Keterangan skala :
1. Tidak dilakukan sama sekali.
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan.
NIC: Pain Management
a. Kaji secara komprehensif tentang nyeri (lokasi karateristik, durasi, frekuensi,
kualitas)
b. observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan.
c. kaji pengalaman individu terhadap nyeri.
d. ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (ex. Relaksasi, terapi musik,
masase, dan lain-lain).
e. berikan analgesik sesuai anjuran.
f. anjurkan pasien untuk berdiskusi tentang pengalaman nyeri secara tepat.

Diagnosa 3
NOC: Risk kontrol
Tujuan: Setelah dilakukan tidakan keperawatan infection protection infeksi tidak
terjadi
Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Mnunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Menunjukan perilaku hidup sehat
Keterangan Skala
1. Tidak menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukan
NIC: infektion protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap penyakit menular
c. Inspeksi kondisi luka atau insisi bedah
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
e. Ajarkan cara menghindari infeksi

Diagnosa 4
NOC: Keseimbangan asam basa
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan fluid monitoring selama proses
keperawatan kekurangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil
a. Nadi dalam batas normal
b. Irama jantung dalam batas normal
c. Pernapasan dalam batas normal
d. Irama pernapasan dalam batas normal
Keterangan Skala
1. Berat
2. Baik
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC: Fluid monitoring
a. Monitor intake dan output
b. Monitor status nadi, pernapasan
c. Jaga catatan akurat intake cairan
d. Administrasi cairan,bila perlu

4. Evaluasi Keperawatan
Dari keempat diagnosa diatas, menunjukkan skala yang baik / normal.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges, M.E. Moorhouse, M.F.Geissles A.C. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Alih Bahasa : I Made Karrasa N, Made Sunarwati. Jakarta : EGC.
Ignatavicius, Donna, et.All. 2000. Medical Surgical Nursing. Philadelphia: W.B
SaundersCompany.
Nanda, A. 2000. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta :P
Prima Medika.
Oswari E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia.
Seymour I. Schwartz, et.All 2000. Principles of Surgery. Companion handbook.
Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat, R. Jong, W.D. 2006. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta :
EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA

Disusun oleh:

Endah Heni Madiyantiningtias


SN. 152059

PROGRAM STUDI PROFESI NERS S-1 KEPERAWATAN


STIKes KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016

Anda mungkin juga menyukai