PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berintaksi satu sama lain, baik itu dengan
kenyataanya sering kali kita tidak bias menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan
diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat intraksi tersebut, seperti masalah
perkembangan teknologi, kebiasaan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal
daerah atau cara yang menjadi kebiasaan (bagasa, teradisi,norma) dari suatu daerah
belajar. Apa yang kita pelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan sosial dan
budaya. Dari semua aspek belajar manusia , komuniksi merupakan aspek yang paling
B. Rumusan masalah
Bagaimana peroses geger budaya dan masalah penyesuaian diri dalam lingkungan
baru ?
1
C. Tujuan
Makalah ini disusun agar pembaca dapat lebih mengerti dan menambah wawasan
tentang Komunikasi Lintas Budaya, pembaca juga dapat mengetahui tentang dampak
positif dan negatif dari banyaknya perbedaan Suku dan Budaya di sekitar kita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima pesan
seseorang yang berbeda budayanya tidak mungkin dihindari. Terlebih lagi dalam era
budaya asing. Baik berada di negara sendiri maupun di Negara asing. tetap ada
budaya dan bahasa. Intraksi lintas budaya terjadi dalam komunikasi internal maupun
yang berasal dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Sementara dalam komunikasi
pesaing dari berbagai negara. Untuk mempermudah komunikasi, pekerja tidak hanya
dituntut mampu menggunakan bahasa yang berlaku secara internasional, tetapi juga
Budaya adalah symbol, keyakinan, sikap, nilai,harapan, dan norma tingkah laku yang
dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga diartikan sebagai konvensi-
konvensi kebiasaan. sikap, dan perilaku sekelompok orang (Heart, 2004:125). Semua
Beberapa budaya terdiri atas beberapa kelompok budaya yang beragam dan
berbeda. Kelompok budaya utama terdiri atas beberapa kelompok budaya yang
homogen. Kelompok budaya yang cenderung homogeny yang ada dalam suatu budaya
utama disebut subudaya. Misalnya, budaya Indonesia terdiri atas subudaya etnik jawa,
Sunda, Bali, Betawi, Dayak, dan lain-lain. Selain itu, terdapat kelompok-kelompok
masyarakat yang tidak memenuhi keriteria sebagai subudaya, tetapi memiliki cirri-ciri
yang mencolok. Kelompok itu sering disebut subkelompok yang menyimpang (deviant
subculture). Contoh kelompok itu adalah kaum homoseks, wariya, pecandu obat bius,
Komunikasi lintas budaya terjadi dalam berbagai situasi, yang berkisar dari
intraksi antara orang-orang yang budayanya berbeda secara ekstrim hingga dalam
subklompok budayanya berbeda. Besarnya perbedaan antara budaya yang satu dengan
lintas budaya yang efektif. Komunikasi lintas budaya yang efektif bergantung pada
perusahaan.
4
2.1 MENGENAI PERBEDAAN BUDAYA
menggunakan asumsi budaya sendiri dan menganggap orang lain memiliki budaya,
bahasa, dan persepsi seperti dirinya. Perbedaan budaya semakin besar akan berakibat
Perbedaan budaya muncul dalam nilai-nilai social, gagasan mengenai status, kebiasaan
pembuat kputusan, sikap terhadap waktu, penggunaan ruang, konteksw budaya, bahasa
tubuh, sopan santun, dan tingkah laku etis(Bovee dan thill, 2003:69).
a) Nilai-nilai social
Pada umumnya, penduduk Amerika Serikat menjunjung tinggi kerja keras dan
kerja modern dianggap lebih baik daripada menggunakan empat pekerja, tetapi dengan
seperti India dan Pakistan, menciptakan pekerjaan lebih penting dibandingkan bekerja
secaara efisien.
Banyak negara, wanita belum memainkan peran yang menonjol dalam bisnis. Apabila
ada eksekutif wanita yang berkunjung ke negara tersebut, bias jadi disepelekan atau
dianggap tidak serius. Budaya juga menentukan cara seseorang dalam menunjukkan
rasa hormat pada atasan. Misalnya, atasan disapa Mr. Robert atau Mr. Black di
Amerika Serikat.
5
Konsep status juga berbeda-beda. Misalnya, manajer puncak di Amerika Serikat
memiliki ruang kerja kusus, karpet tebal, meja paling mahal, dan asesoris raling
mewah.
Di Amerika Serikat dan Kanada, pelaku bisnis berusaha mencapai keputusan secepat
dan seefisien mungkin. Manajer puncak cukup memikirkan hal pokok saja, sedangkan
Berbeda konsep mengenai waktu dapat menimbulkan salah pengertian. Bagi eksekutif
amerika Serikat dan Jerman , waktu waktu menjadi penentu rencana kerja agar bias efisien dan
fokus pada suatu kegiatanpada periode tertentu. Pengaturan berbagai aktivitas dibagi oleh
waktu. Bagi eksekutif di Asia, membangun fondasi bisnari jauh lebih penting dari pada
menepati batas waktu atau jadwal yang ketat. Waktu yang diperlukan untuk saling mengenal
Ruang memiliki arti yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Orang Kanada dan
Amerika Serikat biasanya berdiri terpisah sekitar 5 kaki ketika berbicara tentang bisnis. Jarak
tersebut terlalu dekat bagi orang Jerman dan Jepang. Akan tetapi bagi orang Arab dan Amerika
Latin. Jarak tersebut terlalu jauh. Bagai mana bila orang Jerman berbicara bisnis? Akan
terjsdidansa budaya, dimana orang Jerman selalu bergerak menjauh dan orang Arab selalu
bergerak mendekat. Akibatnya, orang Jerman tidak merasa nyaman karena selalu didekati
6
f) Konteks Budaya
dua tingkat, yaitubudaya konteks yang tinggi (high context culture) dan budaya
konteks rendah (low context culture). Budaya konteks tinggi misalnya cendrung lebih
memperhatikan petunjuk yangb bersipat nonverbal (ekspresi muka, bahasa tubuh) dari
pada verbal. Sebaliknya, budaya konteks rendah persetujuan tertulis dianggap lebih
g) Bahasa Tubuh
membingungkan. Namun, bahasa tubuh bias jadi penyebab adanya salah pengertian
antara budaya. Menguasai bahasa suatu budaya tidak berate juga menguasai bahasa
tubuhnya.
Aturan mengenai tingkah laku sopan bervariasi antara satu negara dengan negara yang
lain. Memberikan hadiyah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan oleh orang
Arab. Menaikkan kaki ke atas meja dan memberikan sesuatu dengan tangan kiri
dianggap biasa oleh orang Amerika Serikat, tetapi dianggap sebagai penghinan oleh
orang mesir. Di Spanyol, jabatan tangan berlangsung lima sampai tujuh kali ayunan,
pemerintah untuk mendapatkan kontrak pemerintah. Hal itu sudah menjadi kebiasaan
7
rutin dan tidak dianggap illegal. Namun di Amerika Serikat hal ini dipandang sebagai
j) Budaya Perusahaan
yang menyangkut perubahan dalam bisnis, dan bagai mana cara pandang terhadap
perusahaan tersebut. Lebih dari separuh kemitraan perusahaan gagal karena adanya
benturan peusahaan.
Dalam komunikasi lintas bahasa, pesan yang disampaikan banyak yang dikacaukan oleh
bahasa idiom (ungkapan), gaul dan aksen setempat. Bahasa tidak diterjemahkan dari satu
bahasa kebahasa lain atas dasar kata-kata. Bahasa bersipat idomatik, yang artinya disuse
dengan ungkapan dan pengelompokan kata yang dapat bertentangan dengan pola umum
dari kerangka bahasa itu dan dapat memiliki arti yang jauh berbeda dari komponen
Apabila berhubungan dengan orang yang sama sekali tidak mengerti bahasa kita
ada tiga pilihan yang dapat dilakikan, yaitu mempelajari bahasa orang lain,
kita. Jika memiliki hubungan bisnis jangka panjang dengan orang budaya lain,
mempelajari budaya dan bahasa mereka akan lebih bermanfaat. Untuk mempelajari
8
2.3 MENGHADAPI REAKSI ETNOSENTRIS
Tidak ada budaya inferior dan tidak ada budaya superior. Selain itu, tidak
ada budaya yang salah dan tidak ada budaya yang paling benar.
diperlakukan. Cara itu lebih mudah dilakukan karena tidak perlu melakukan
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Komunikasi bisnis lintas budaya adalah proses mengirim dan menerima pesan bisnis
komunikasi yang paling sulit diatasi. Budaya adalah symbol, keyakinan, sikap, nilai,harapan,
dan norma tingkah laku yang dimiliki bersama (Bovee dan Thill, 2003:68). Budaya juga
diartikan sebagai konvensi-konvensi kebiasaan. sikap, dan perilaku sekelompok orang (Heart,
2004:125). Semua anggota suatu budaya memiliki asumsi serupa mengenai bagaimana
seharusnya berpikir, bertingkah laku, dan berkomunikasi. Mereka bertindak cenderung dengan
10
DAFTAR PUSTA
Maletzke, Gerhad. 1978. Intercultural and International Communication. Dalam Heins Dietrich
Fishcer dan John C. Merill (ed) Intercultural & International Communication. New York:
- Porter, Richard E. dan Larry A. Samovar. 2003. Suatu Pendekatan terhadap Komunikasi
Antar Budaya, dalam Deddy Mulyana dan Jalaludin Rahmat (ed). Komunikasi Antar Budaya
11