Anda di halaman 1dari 12

JOURNAL READING

Diagnostic Radiology of Colon and Rectal Cancer

Diajukan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Radiologi
Di RSUD R. Soedjati Soemodiardjo Purwodadi

Di Susun Oleh :
Muhammad Dhiya Rahadian
(30101206667)

Pembimbing :
dr. Rona Yulia, Sp.Rad

BAGIAN RADIOLOGI
RSUD R. SOEDJATI SOEMODIARDJO PURWODADI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
Radiologi Diagnostik Kolon dan Kanker Rektum

Evaluasi Neoplasma Kolorectal dengan pencitraan radiografi yang


berkelanjutan memiliki peran penting dalam mendeteksi dan menentukan derajat
kanker pada saluran cerna bagian bawah. Bermacam jenis pencitraan dapat digunakan
untuk menentukan derajat, deteksi dan follow-up pasien dengan karsinoma colorectal.
Dalam menegakkan diagnosis dari kanker colon yang biasa digunakan adalah barium
enema atau colonoscopy. CT Scan biasanya digunakan dalam mengevaluasi pasien
neoplasma kolorectal yang telah diketahui sebelumnya atau yang diketahui dari tumor
colorectal pada pasien dengan permasalahan abdominal yg nonspesifik. Virtual
colonoscopy merupakan metode yang relatif baru dalam pencitraan mukosa colon
yang menggunakan software virtual reality dan CT. Magnetic Resonance Imaging
sangat membantu dalam mendeteksi dan menentukan karakteristik pada kasus curiga
metastase hepar sekalipun pada CT Scan tidak ditemukan. MRI juga efektif dalam
menentukan derajat tumor untuk penyebaran secara local. USG transrectal mulai
terkenal dalam menentukan derajat tumor dengan penyebaran local karena mampu
untuk menunjukkan macam macam lapisan dari dinding kolon. Positron Emission
Tomography (PET) sangat membantu dalam menindaklanjuti pasien dengan
neoplasma kolorectal dan mengukur respon hasil dari terapi.

Barium Enema
Barium enema dapat digunakan karena aman, akurat dan efektif sebagai sarana
di dalam mendiagnosis polip kolon dan kanker. Polip yang berukuran diameter 1 cm,
memiliki kemungkinan 10% untuk berubah menjadi keganasan. Oleh karena itu
sensitifitas dalam pemeriksaan kolon dipertimbangkan dari kemampuannya dalam
mendeteksi lesi dengan ukuran tersebut. Sensitivitas dalam penemuan polip ukuran 1
cm, dilaporkan 90 - 95% oleh pemeriksaan barium enema. Hasil penelitian pada
barium enema kontras tunggal dan kontras ganda menunjukkan sensitivitas yang sama
dalam mendeteksi polip berukuran 1-cm. Bagaimanapun, penelitian kontras ganda
lebih sering mendeteksi polip yang lebih kecil dengan reliabilitas yang lebih tinggi.
Persiapan usus yang memadai diperlukan sebelum dilakukan pemeriksaan
barium enema. Sebagaimana dalam pemeriksaan CT dan Virtual Colonoscopy, adanya
material fekal adalah alasan tersering penyebab hasil positif palsu. Di institusi kami,
pasien diminta untuk memakan diet non-residu 24 jam sebelum pemeriksaan dan
kemudian meminum laruan magneium citrate. Magnesium citrate, magnesium
hydroxide, dan sodium fosfat adalah larutan hiperosmolar yang bekerja sebagai
laksatif dengan menarik cairan kedalam lumen usus dan meningkatkan peristaltik.
Konsumsi cairan yang adekuat selama proses ini penting untuk mencegah dehidrasi.
Tablet Bisacodyl dianjurkan saat waktu tidur untuk meningkatkan peristaltik usus.
Pada pagi hari pemeriksaan, pasien diminta untuk tidak makan dan minum dan untuk
menggunakan suppositoria.
Pemilihan barium kontras tunggal atau kontras ganda tergantung pada
kemampuan pasien untuk berkooperasi dengan pemeriksaan. Pasien tua yang tak
mampu bergerak sendiri diatas meja fluoroskopi biasanya bukan merupakan kandidat
untuk pemeriksaan kontras ganda. Kontras ganda, bagaimanapun, lebih disukai oleh
kebanyakan radiologist karena reliabilitas yang lebih tinggi dalama mendeteksi lesi
kecil (<1cm). Tindakan penekanan dengan teliti disepanjang colon selama
pemeriksaan kontras tunggal telah diakui memiliki keefektifan yang sama untuk
deteksi lesi. Barium enema tidak seharusnya dilakukan pada pasien dengan megacolon
toksik. Risiko perforasi oleh barium enema dilaporkan 1:2.500 sampai 1:12.500.
Tingkat kematian oleh barium dilaporkan 1:50.000
Barium enema kontras tunggal dilakukan setelah penempatan kateter pada
rektum dan penginfusan barium dengan berat rendah per volume. Glukagon intravena
dapat diberikan untuk membantu mencegah spasme selama pemeriksaan. Distensi
colon yang adekuat dengan kontras diikuti dengan kompresi hati-hati dari seluruh usus
adalah pertimbangan teknis yang sangat penting. Titik radiografi diambil selama
pemeriksaan dari semua temuan yang mencurigakan. Postevacuation film dilakukan
untuk mendeteksi lesi yang mungkin telah dikaburkan oleh barium. Postevacuation
film juga membantu dalam deteksi kontras yang mengalami ekstravasasi.
Barium enema kontras ganda dilakukan setelah pemberian barium kental.
Udara atau karbon dioksida kemudian diberikan untuk melapisi dinding usus besar
dengan lapisan tipis barium. Pasien bermanuver di beberapa posisi di atas tabel
fluoroscopic untuk memaksimalkan teknik. Titik pandangan didapatkan dari temuan
yang mencurigakan.
Polip biasanya muncul sebagai filling defect kecil pada barium enema.
Polip memiliki berbagai bentuk dan penampilan, termasuk melingkar, oval atau
berbatang. Ukuran tangkai dari polip penting untuk dievaluasi. Tangkai yang lebih
panjang dari 2 cm biasanya tidak berhubungan dengan invasi ganas ke dinding usus.
Ukuran polip antara 0,6 dan 1 cm seharusnya dilanjutkan dengan biopsi. Neoplasma
kolorektal memiliki berbagai penampilan morfologis. Lesi biasanya muncul sebagai
daerah annular dengan distensibilitas rendah dan telah disamakan dengan penampilan
inti apel (Gambar 7-2). Lesi ini memiliki titik transisi yang tajam ke usus yang terlihat
lebih normal. Perubahan tajam biasanya menandakan lesi. Lesi juga dapat memiliki
penampilan semiannular atau sadel. Neoplasma scirrhous dapat menghasilkan tanda
penebalan dinding usus. Ekstravasasi kontras yang menunjukkan tanda double-tract
juga telah dilaporkan sebagai neoplasma usus besar. Barium enema dan kolonoskopi
harus dipertimbangkan sebagai pemeriksaan pelengkap. Barium enema dan
kolonoskopi memiliki tingkat sensitivitas yang sama untuk mendeteksi lesi dalam
colon. Colonoscopy membawa risiko lebih besar untuk perforasi, dengan angka yang
dilaporkan antara 1: 200 dan 1: 5,000. Colonoscopy adalah sekitar 3 sampai 5 kali
lebih mahal dari barium enema. Meskipun colonoscopist berpengalaman mencapai
sekum di 95 persen pasien, tingkat operator yang kurang berpengalaman dapat sangat
bervariasi. Studi barium jarang berhasil dalam mencapai sekum. Kolonoskopi,
bagaimanapun, memiliki keuntungan tambahan dari tingkat kesalahan positif palsu
lebih rendah karena teknik ini mudah membedakan polip dari tinja. Dengan
mengoptimalkan kombinasi pemeriksaan untuk masing-masing pasien, akurasi deteksi
karsinoma kolorektal dapat dicapai dengan manfaat maksimal kepada pasien

Computed Tomography
CT scanning telah menjadi modalitas diagnostik pasti dalam pencitraan untuk
mendeteksi kanker saluran pencernaan bagian bawah. Ini adalah cara yang efisien
memperoleh penilaian global seluruh perut dan panggul. Selain itu, CT scan dapat
menentukan ketebalan dinding kolon yang terlibat dengan tumor dan menggambarkan
hubungan neoplasma dengan struktur sekitarnya. Metastasis ke struktur yang
berdekatan, kelenjar adrenal, kelenjar getah bening, hati, struktur tulang, dan otot
dapat dipastikan. Beberapa penelitian secara konsisten mengindikasikan bahwa CT
adalah pemeiksaan yang baik untuk dengan cepat menentukan staging tumor
kolorektal primer atau sekunder. Sensitivitas untuk mendeteksi metastasis hepar telah
terbukti dengan baik dalam literatur, dengan rate antara 85 hingga 90 persen. Angka
Akurasi telah dilaporkan sekitar 70 persen untuk menentukan ekstensi tumor lokal. CT
scanning sangat berguna dalam staging pasien dengan lesi Dukes D. Biasanya,
bagaimanapun, CT dapat understage pasien dengan invasi mikro pada lemak perikolon
atau perirectal atau fokus tumor kecil pada nodus dengan ukuran normal. Sensitivitas
deteksi nodus limfatikus dilaporkan serendah 25.9 persen. Keuntungan dalam
teknologi CT telah memungkinkan scanner untuk mendapatkan gambar dalam kurang
dari 1 detik per potongan. CT scanning helical memproduksi informasi CT 3 dimensi
dengan memungkinkan meja untuk bergerak terus melalui radiograf yang berputar.
Informasi kemudian dapat diatur dalam bermacam ketebalan potongan karena helix,
atau volume dari informasi, telah didapatkan. Waktu scan yang lebih cepat, reduksi
pergerakan organ pasien, dan kemampuan untuk mendapatkan gambar dengan cepat
setelah pemasukan kontras IV adalah keuntungan dari CT scan generasi terbaru.
Bermacam teknik imaging dapat digunakan untuk meningkatkan gambar yang
dihasilkan CT. Kontras intravena sangat penting untuk mendapatkan perbedaan
dengan jelas antara jaringan normal dan abnormal. Dua jenis media kontras yang
biasanya tersedia : ionic dan non-ionic. Kontras Nonionik secara umum lebih dipilih
karena jumlah kejadian reaksi alergik yang lebih rendah. Opasifikasi yang adekuat dari
saluran cerna dibutuhkan untuk penilaian detail mukosa pada colon. Distensi adekuat
pada kolon biasanya bisa didapat ketika pasien mendapatkan kontras 700cc per oral.
Pemberian kontras per rektal juga terbukti membantu dalam deteksi dan staging
neoplasma colorectal.
Dinding colon normal yang terdistensi biasanya terukur kurang dari atau sama
dengan 3mm. Pengukuran diameter dinding > 6mm dipertimbangakan abnormal.
Penyebaran tumor ekstracolon didukung dengan kehilangan gambaran hitam normal
dari lemak pericolon. Densitas jaringan lunak yang bergaris-garis iregular dapat
terlihat menutupi lemak perikolon oleh tumor. Tumor dapat bermanifestasi sebagai
massa irregular, dan penyebaran ekstracolonic dapat dipastikan jika terlihat ada invasi
ke otot, tulang atau organ terdekat. Daerah densitas rendah pada massa
mengindikasikan nekrosis tumor. Kalsifikasi pada tumor dapat mendukung
adenocarcinoma musinosa. Densitas udara abnormal di struktur sekitar dapat
menunjukkan saluran berfistul yang berhubungan dengan tumor. Metastasis hepar
bermanifestasi sebagai fokus dari gambaran densitas rendah atau kontras nonintravena
dan akan menunjukkan peningkatan seragam setelah pemberian kontras intravena.
Karsinomatosa peritoneal muncul sebagai massa dengan densitas jaringan lunak dan
iregular pada omentum dan peningkatan garis peritoneal setelah pemberian kontras
intravena. CT scanning adalah pemeriksaan yang hemat biaya untuk mengevaluasi
seluruh lapang abdomen dan pelvis. Biaya rata-rata untuk CT scan abdomen dan pelvis
diantara US$300 hingga US$1,000. Kemudahan untuk melakukan dan penjadwalan
CT menyebabkan peningkatan 75 persen jumlah pemeriksaan dalam 5 tahun terakhir
di institusi kami. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, CT kurang baik dalam
kemampuannya untuk mendeteksi fokus mikroskopik sebuah penyakit dengan akurat.
Gambaran dari CT scan dapat menurun dengan adanya artefak. Sebagai contoh,
artefak yang mengeras dari prosthesis panggul dapat mengganggu evaluasi dari pelvis.
CT scanning, bagaimanapun, berlanjut sebagai modalitas imaging yang terpilih di
institusi kami untuk staging neoplasma colorectal.

Kolonoskopi virtual
Visualisasi endoskopik dari colon adalah teknik pencitraan baru yang
digunakan untuk mengevaluasi organ berongga kental. Virtual colonoscopy
memanfaatkan algoritma komputer spesifik dari set data CT helical untuk memperoleh
gambar yang dapat dilihat dua dimensi atau tiga-dimensi. Ahli radiologi dapat melihat
usus besar seakan mengamati gerak mirip dengan endoskopi konvensional. Teknik
kolonoskopi virtual membutuhkan pembersihan usus memadai dan insuflasi udara
melalui tabung enema rektal. Glukagon intravena biasanya diberikan untuk
meringankan spasme dan mengurangi
artefak gerak. Gambar perut dan panggul biasanya diperoleh dalam satu kali menahan
napas, dengan ketebalan irisan scan 5 mm yang dapat direkonstruksi
pada interval 2-mm. CT Data kemudian dapat di-download ke komputer workstation
yang dilengkapi dengan perangkat lunak yang mampu menghasilkan analisis berupa
volume.
Studi awal mengenai akurasi, sensitivitas, dan spesifisitas colonoscopy virtual
telah dilakukan. Sebuah studi baru secara prospektif mampu mengidentifikasi dan
melokalisasi 100 persen dari kanker di 38 pasien yang dievaluasi. Semua polip yang
lebih besar dari 6 mm juga teridentifikasi dalam studi. Penelitian lain menggunakan
teknik colonographic CT mendeteksi 100 persen dari semua polip yang lebih besar
dari 1 cm, 71 persen dari polip antara 0,5 dan 0,9 cm, dan hingga 28 persen dari polip
kecil dari ukuran 0,5 cm. Virtual colonoscopy memungkinkan untuk visualisasi yang
memadai dari seluruh usus di 92 persen dari kasus, yang lebih baik dibandingkan
dengan endoscopy konvensional. Polip yang terdeteksi berada proksimal dari
konstriksi karsinoma di segmen usus tidak dapat diakses oleh endoskopi.
Banyak keuntungan potensial menakjubkan dari colonoscopy virtual. Ini
adalah pengetesan noninvasif untuk evaluasi seluruh colon. Risiko perforasi rendah,
sekitar 0.075 persen. Tak ada anestesia atau sedasi yang diperlukan dan waktu scan
dimungkinkan < 60 detik. Lesi dapat dideteksi di bagian buta dari lipatan haustra
karena colonoscopy virtual tidak memiliki keterbatasan arah pandang. Seluruh usus
dapat dievaluasi dan penyakit diluar mukosa usus dapat
terdeteksi dari kumpulan data heliks CT konvensional.
Colonoscopy virtual adalah teknik pencitraan dalam evolusi. Ada keterbatasan
melakukan pemeriksaan dalam bentuknya sendiri. Penumpukan tinja bisa sering
meniru dan menyamar seperti patologi usus. Distensi usus yang kurang atau berlebih
dengan udara dapat mengakibatkan artefak. Dosis radiasi rendah di sekitar 0.44 Rems
per akuisisi, yang kira-kira setara dengan dua foto polos abdomen. Pemeriksaan harus
dihindari pada anak-anak dan wanita hamil. Kolonoskopi masih diperlukan untuk
mengkonfirmasi temuan dan untuk biopsi.
Sebagai teknologi perangkat lunak komputer yang mampu memproduksi
gambaran render permukaan, CT Colonoscopy virtual dapat menjadi alat skrining rutin
untuk penyakit colorectal. Percobaan skala besar, prospektif, multicenter diperlukan
untuk menentukan akurasi sebenarnya dari metode pencitraan ini. Sampai saat itu, CT
Colonoscopy virtual adalah teknik pencitraan baru dengan kemampuan menjanjikan
yang besar untuk skrining usus besar tepat waktu, hemat biaya, dan cara non-invasif.

Magnetic Resonance Imaging


Magnetic Resonance Imaging menjadi semakin populer dalam diagnosis dan
staging kolorektal kanker. Munculnya teknik pencitraan baru, seperti superior array
bertahap pada pelvis dan kumparan endorectal, serta agen kontras melalui anus, telah
meningkatkan kualitas gambar. Kemampuan pencitraan multiplanar dari MRI
menawarkan keuntungan dari modalitas ini.
Gambar yang dihasilkan oleh MRI didasarkan pada interaksi antara proton
dalam jaringan dalam suatu medan magnet. Proton hidrogen terkesitasi ketika
frekuensi radio tertentu (RF) telah diterapkan. Proton ini kemudian kembali ke
ekuilibrium (relaksasi), mengakibatkan pelepasan energi RF yang disebut gema.
Relaksasi hidrogen proton menjadi seimbang disebut T1 dan T2. Gambar MRI dapat
bervariasi dengan mengubah interval antara pancaran RF (TR) dan waktu antara
pancaran RF dan penerimaan sinyal (TE). Gambar yang T1-weighted terbentuk
dengan menjaga TR dan TE lebih pendek; Gambar T2-weighted diproduksi dengan
menjaga TR dan TE lebih panjang. Jaringan biologis yang berbeda memiliki
karakteristik Penampilan MRI. Air bebas, seperti terlihat pada edema, memiliki waktu
relaksasi T1 dan T2 panjang dan akan muncul dengan intensitas sinyal rendah pada
gambar T1-weighted dan intensitas sinyal tinggi pada gambar T2-weighted. Lemak
berperilaku berbeda dan menunjukkan waktu relaksasi T1 pendek. Oleh karena itu
lemak muncul dengan intensitas sinyal tinggi di gambar T1-weighted. Gadolinium
adalah agen kontras paramagnetik yang menyebabkan pengurangan waktu relaksasi T1
dan T2, menghasilkan sinyal lebih tinggi di gambar T1.
Penelitian telah menunjukkan keefektifan MRI sama dalam staging tumor
kolorektal jika dibandingkan dengan CT. Secara keseluruhan akurasi staging telah
dilaporkan di 74 - 82 percent. Meskipun hanya beberapa studi dengan populasi pasien
kecil telah dilaporkan menggunakan kumparan endorectal untuk staging kanker
kolorektal, Hasil awalnya memuaskan, dengan sensitivitas dilaporkan di 92 persen
untuk penilaian pembesaran lokal tumor. MRI telah terbukti sangat berguna dalam
mencari metastasis hati ketika hasil CT secara teknis tidak memuaskan atau ketika
evaluasi klinis bertentangan dengan hasil CT yang berkualitas bagus. Hasil yang
menguntungkan telah dilaporkan dalam staging pasien dengan neoplasma colorectal
berulang, dengan akurasi dilaporkan dalam kisaran 95 persen. MRI, seperti CT,
memiliki kesulitan dalam mendiagnosis keterlibatan metastasis kelenjar getah bening
lokal, dengan akurasi kebenaran untuk mendiagnosis kelenjar getah bening dilaporkan
sekitar 60 persen. Infiltrasi lemak peirectal juga sulit untuk diagnosis, dengan akurasi
dilaporkan hanya 71 persen untuk tumor T3. Neoplasma kolorektal biasanya muncul
sebagai bidang penebalan dinding, dengan intensitas sinyal yang sama atau sedikit
lebih tinggi dari otot rangka pada gambar T1-weighted. Peningkatan dengan
gadolinium menghasilkan definisi tumor yang lebih baik sehingga menghasilkan
intensitas sinyal yang lebih tinggi pada gambar T1-weighted. Intensitas sinyal tumor
biasanya meningkat relatif untuk otot rangka pada putaran gema gambar T2-weighted.
Gambar T2-weighted biasanya tidak terlalu berguna dalam mendeteksi ekstensi tumor
ekstrakolon karena waktu relaksasi T2 relatif panjang untuk lemak perirectal dan
tumor yang mengakibatkan perbedaan kontras yang buruk. Untuk kanker rektum, MRI
dilakukan pada bidang koronal dapat membantu dalam menentukan apakah tumor
melibatkan sfingter dekat pintu anal. Lesi metastatik hati meningkat dengan gadolinum
dan biasanya muncul dengan intensitas sinyal tinggi pada gambar T1. Di gambar T2-
weighted, metastase ke hati dari neoplasma kolorektal muncul dengan intensitas sinyal
tinggi. Metastasis tulang biasanya mudah dideteksi dengan MRI dan digambarkan
sebagai hilangnya sinyal sumsum normal. MRI dan CT harus dipertimbangkan sebagai
pelengkap dalam mendiagnosis neoplasma kolorektal. MRI biasanya tidak digunakan
sebagai pencitraan modalitas langkah pertama. Seperti disebutkan sebelumnya, MRI
sangat bermanfaat bila ada kecurigaan klinis yang tinggi pada metastasis hati
meskipun hasil CT scan berkualitas tinggi negatif. MRI dan CT membantu dalam
menentukan apakah suatu pasien akan mendapatkan keuntungan dari radiasi sebelum
operasi dan dapat dilakukan di carcinoma. CT dan MRI juga membantu dalam
merancang port radiasi pasien. Dengan aksesibilitas dan teknik pencitraan yang terus
meningkat, MRI tidak diragukan lagi akan memainkan peran lebih besar dalam
evaluasi masa depan neoplasma kolorektal.

Ultrasonografi
Ultrasonografi transrectal (TRUS) baru-baru ini menjadi populer dalam
staging keganasan kolon. TRUS memungkinkan visualisasi dari lapisan dinding usus;
Oleh karena itu, kedalaman ekstensi tumor dapat dipastikan. Node Pericolonic dan
ekstensi diluar serosa sering dapat didiagnosis dengan TRUS.
Kepekaan mulai 67-96 persen untuk deteksi tumor yang menyebar ke luar dinding
rektum telah dilaporkan. Deteksi adenopati lokal telah dilaporkan pada 50 sampai 75
persen. Meskipun infiltrasi perirectal tumor
biasanya terdeteksi dengan sensitivitas setinggi 97 persen, spesifisitas untuk
memeriksa wilayah perirectal rendah, dengan angka yang dilaporkan pada 24 persen.
Neoplasma lanjutan seringkali sulit untuk di evaluasi dengan TRUS dan umumnya
lebih baik dinilai dengan CT atau MRI.
Gambar yang dihasilkan dari TRUS muncul dari cincin yang memancar dari
transduser yang ditempatkan dalam lumen kolon. Transduser ditutupi dengan balon
diisi dengan air yang terlihat hypoechoic (Hitam). Berbagai lapisan dinding kolon
menghasilkan berbagai tingkat echogenisitas. Bagian terdalam cincin muncul sebagai
band hyperechoic (putih) dan mewakili antarmuka dari balon dengan mucosa. Lapisan
kedua terlihat muncul relatif hypoechoic dan mewakili muskularis mucosa. Lapisan
ketiga hyperechoic dan mewakili submucosa.Lapisan keempat yang terlihat adalah
hypoechoic dan mewakili muskularis propria. Lapisan kelima adalah hyperechoic dan
merupakan antarmuka antara lemak pericolonic dan serosa dari colon.
Neoplasma kolorektal sering muncul sebagai nodul hypoechoic dalam dinding
colon. Perluasan tumor dalam usus besar digambarkan oleh gangguan
dari berbagai lapisan ultrasonografi seperti dijelaskan sebelumnya. Meskipun
seringkali sulit untuk membedakan nodul ganas dan jinak
dengan TRUS, node ganas mungkin muncul hypoechoic dikelilingi oleh lemak lebih
echogenic. TRUS dikombinasikan dengan endoskopi menyediakan
metode unik untuk menilai neoplasma kolon. Lesi dapat dideteksi, dilakukan staging
untuk perluasan invasi lokal, dan dibiopsi dalam satu pengaturan. Kehadiran
atau tidak adanya node pericolonic sering mungkin. CT atau MRI, bagaimanapun,
diperlukan untuk penilaian metastases yang jauh.
Baru-baru ini teknik ultrasonografi baru, sonografi hydrocolonic, telah
diperkenalkan; Menggunakan pengisian air ke dalam colon. Kemudian abdomen
discan dengan teknik transabdominal tradisional. Pemeriksaan ini biasanya ditoleransi
dengan baik oleh pasien dan telah dilaporkan secara memadai memeriksa seluruh
tingkat usus besar di 97 persen pasien dalam percobaan prospektif 300 patients.
Sonografi Hydrocolonic mampu mendiagnosis 97 persen kanker kolorektal dan
mendeteksi 91 persen dari polip lebih dari 7 mm pada pemeriksaan ini. Sebuah
evaluasi rinci dari dinding kolon juga dimungkinkan. Deteksi metastasis jauh mungkin
karena pemeriksaan dilakukan transabdominal. Meskipun teknik ini tidak secara luas
digunakan di Amerika Serikat, perannya sebagai teknik skrining primer memiliki
potensi besar.

Positron Emission Tomography (PET)


Fluor-18-fluoro-2-deoxyglucose (FDG) positron emission tomography (PET)
telah muncul sebagai modalitas yang berguna dalam pencitraan onkologi dalam
mengukur tanggapan pengobatan pasien. Kamera tubuh PET saat ini telah
dikembangkan, memungkinkan untuk aplikasi baru diluar penggunaan biasanya pada
sistem saraf pusat. FDG adalah radiofarmaka pemancar positron yang memancarkan
positron yang efektif dalam pencitraan tumor tubuh. FDG adalah analog glukosa yang
bersaing dengan glukosa pada situs transportasi glukosa di membran sel. FDG dan
glukosa menjalani fosforilasi oleh enzim heksokinase, yang digunakan untuk
menjebak spesies yang ada dalam sel. Peningkatan aktivitas heksokinase berkorelasi
dengan berbagai lesi neoplastik tumor tubuh pencitraan. Kejelasan tumor meningkat
dengan pencitraan PET setelah pemberian FDG. Gambar PET didapat setelah
menyuntikkan 5 hingga 10 mCi dari FDG. Mendapatkan segmen 9,7 cm umumnya
dianggap cukup dalam deteksi untuk neoplasma hati. Pencitraan diperoleh di 10 menit
interval berurutan selama periode 60 - 80 menit. Metastasis hati menunjukkan
kejelasan maksimum setelah sekitar 60 menit. Pencitraan PET sangat efektif dalam
mengidentifikasi metastasis hati pada pasien dengan neoplasma kolorektal. Penelitian
telah menunjukkan lesi yang lebih jelas dalam mendeteksi metastases hati
dibandingkan CT. Fitur morfologis metastasis telah terkarakterisasi dengan baik,
termasuk karakteristik konfigurasi cincin metastasis hati. Pencitraan PET telah
dianjurkan sebagai sarana evaluasi kelainan presacral pada pasien dengan kolorektal
neoplasma. PET sangat membantu dalam membedakan perubahan pasca operasi dan
perubahan post radiasi dari kekambuhan tumor.
Meskipun PET sebagian besar masih merupakan alat pencitraan di pusat-pusat
akademik besar, kegunaan klinis dalam mengikuti pasien setelah menerima
pengobatan yang kompleks seperti rejimen chemoembolization dan antibodydirected
tumor agent telah terlihat menjanjikan. Perbaikan lebih lanjut dengan kamera yang
mampu meningkatkan resolusi spasial yang akhirnya bisa menjadikan PET sebagai
alat utama pencitraan kolorektal.

Kesimpulan
Berbagai studi pencitraan radiologis tersedia dalam diagnosis neoplasma kolorektal.
Pemilihan penelitian yang tepat harus disesuaikan dengan masing-masing pasien.
Ketersediaan kelembagaan dan keahlian-lah yang sangat menentukan modalitas mana
yag harus digunakan. Saat ini, tidak ada satupun modalitas pencitraan yang mampu
mendeteksi dan menentukan stage neoplasma kolorektal dengan adekuat. Studi harus
mempertimbangkan pelengkap dan harus dibuat algoritma institusional untuk manfaat
pada pasien secara maksimum.

Anda mungkin juga menyukai