Anda di halaman 1dari 32

PENYAKIT KULIT AKIBAT BAKTERI

Bakteri dalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme (bakteri) dalam jaringan


tubuh yang dapat menghasilkan gejala dan tanda seperti respon imun. Bakteri
tersebut dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan serangga, ingesti,
injeksi, sensual transmission dan inhalasi. Dalam kasus tingkat keparahan infeksi
bakteri, tergantung pada daya tahan tubuh, patogenesitas dan jumlah
mikroorganisme. Terdapat beberapa macam jenis penyakit kulit yang disebabkan
oleh bakteri yaitu :
1) Selulitis
a) Pengertian
Infeksi umum pada kulit dan jaringan lunak di bawah kulit. Hal ini
terjadi ketika bakteri menyerang kulit yang rusak atau normal dan
mulai menyebar di bawah kulit dan ke dalam jaringan lunak. Hal ini
menyebabkan infeksi dan peradangan. Peradangan merupakan sebuah
proses di mana tubuh bereaksi terhadap bakteri. Peradangan dapat
menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri, dan / atau terasa
hangat pada perabaan.
b) Epidemiologi
Setiap orang memiliki risiko mengalami selulitis terutama bagi mereka
dengan trauma pada kulit atau masalah medis lainnya seperti :
. Diabetes / kencing manis
. Peredaran darah yang kurang lancar yakni kurangnya pasokan darah
ke tungkai, aliran balik vena dan drainase limfatik yang terhambat,
seperti pada varises.
. Penyakit hati seperti hepatitis kronis atau sirosis

1
. Gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, penyakit menular yang
menyebabkan lesi kulit seperti cacar air , atau jerawat yang parah.
c) Etiologi
Bakteri yang menyebabkan selulitis antara lain bakteri streptococcus
grup A, streptococcus grup B hemolitikus, staphylococcus aureus,
bakteri batang gram negatif (Aeromonas hydrophyla), pneumococcus,
haemophilus influenzae tipe B. Selulitis terjadi manakala bakteri
tersebut masuk melalui kulit yang bercelah terutama celah antara
selaput jari kaki, pergelangan kaki, dan tumit, kulit terbuka, bekas
sayatan pembedahan (lymphadenectomy, mastectomy,
postvenectomy). Kondisi-kondisi yang berisiko terjadinya infeksi
merupakan faktor penyebab dari selulitis ini, diantaranya :
. Cedera yang menembus kulit
. Infeksi yang berhubungan dengan prosedur pembedahan
. Perlukaan atau lesi kulit yang kronis seperti eksim dan psoriasis
. Benda asing di kulit
. Infeksi tulang di bawah kulit
d) Gejala dan tanda
Selulitis dapat terjadi di hampir setiap bagian tubuh. Paling sering terjadi
di daerah-daerah yang telah rusak atau meradang karena sebab lain,
misalnya cedera meradang, luka terkontaminasi, dan daerah dengan
kondisi kulit dengan sirkulasi yang buruk. Gejala yang sering muncul pada
selulitis diantaranya :
. Kemerahan pada kulit yang dapat menjadi sangat luas
. Pembengkakan
. Hangat pada perabaan pada kulit yang terlibat
. Sakit atau nyeri
. Drainase atau bocornya cairan bening kuning atau nanah dari kulit,
dapat pula membentuk luka yang lebar

2
. Pembengkakan Kelenjar getah bening di dekat daerah yang terkena
. Demam dapat terjadi jika infeksi menyebar ke tubuh melalui darah

e) Diagnosa
Dengan melakukan cek laboratorium yaitu :
. CBC (Complete Blood Count), menunjukkan kenaikan jumlah
leukosit dan rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan
adanya infeksi bakteri
. BUN level
. Creatinin level
. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
. Mengkultur dan membuat apusan Gram, dilakukan secara terbatas
pada daerah penampakan luka namun sangat membantu pada area
abses atau terdapat bula.

Pemeriksaan laboratorium tidak dilaksanakan apabila penderita belum


memenuhi beberapa kriteria; seperti area kulit yang terkena kecil, tidak
tersasa sakit, tidak ada tanda sistemik (demam, dingin, dehidrasi, takipnea,
takikardia, hipotensi), dan tidak ada faktor resiko.
Selain dengan melakukan pemeriksaan laboratorium, selulitis dapat
didiagnosis dengan pemeriksaan imaging, yaitu :
. Plain-film Radiography, tidak diperlukan pada kasus yang tidak
lengkap (seperti kriteria yang telah disebutkan)
. CT (Computed Tomography), Baik Plain-film Radiography maupun
CT keduanya dapat digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent
osteomyelitis.
. Jika sulit membedakan selulitis dengan necrotizing fascitiis, maka
pemeriksaan yang dilakukan adalah dengan MRI (Magnetic
Resonance Imaging), Sangat membantu pada diagnosis infeksi

3
selulitis akut yang parah, mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing
fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses
pada subkutaneus.

e) Pengobatan
Karena selulitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri maka
dokter akan memberikan resep antibiotik untuk mengontrol bakteri
penginfeksi atau disertai juga dengan analgesik untuk mengurangi rasa
sakit. Pengobatan antimikrobial antara lain :
. Ciproflocaxin (750 mg / 12 jam), aman dan efektif bagi berbagai
variasi kulit dan infeksi struktur kulit
. Moxiflocaxin (400 mg / hari), efektif pada kulit yang tidak sukar dan
infeksi jaringan lunak.
. Cephalexin (500 mg 3 kali / hari), sama seperti Moxiflocaxin.
. Penisilin dosis tinggi (1,2-2,4 juta unit selama 14-21 hari)
. Eritromisin (4 x 1 gram selama 14-21 hari)

Jika dengan pengobatan oral tanda dan gejala selulitis tidak juga
menghilang, meluas, atau menjdi demam tinggi, maka perlu perawatan
rumah sakit secara intensif dan mengonsumsi antibiotik melalui intravena.
Obat-obat yang digunakan antara lain :
. Levoflocaxin dosis tinggi (750 mg sekali / hari), pada kulit dengan ciri
khusus yang rumit dan infeksi struktur kulit.
. Ticarcillin-clavulanate (3,1 gram / 4-6 jam), sama seperti Levoflocaxin
dosis tinggi
. Linezolid (600 mg / 12 jam), pada penderita dengan komplikasi kulit
dengan lesi, penekanan immun, atau pembuluh darah yang tidak cukup
. Oxacillin (2 gram / 6 jam), sama seperti Linezolid
f) Pencegahan

4
Jika memiliki luka :
. Oleskan antibiotik
. Tutupi luka dengan perban
. Sering-sering mengganti perban tersebut
. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
Jika kulit masih normal :
. Lembabkan kulit secara teratur
. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
. Lindungi tangan dan kaki
. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superfisial
g) Prognosis
Perawatan biasanya berlangsung selama 7-10 hari. Selulitis dapat menjadi
parah jika telah kronis dan memiliki potensi mudah terserang infeksi
(immunosuppressed). Namun jika selulitisnya tidak memiliki komplikasi
atau tidak begitu rumit maka prognosisnya baik. Dan antibiotik memiliki
keefektifan lebih dari 90% pada pasien.

2) Impetigo
Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah
digunakan untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang
biasa nampak pada daerah permukaan kulit. Impetigo adalah salah satu
contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit . Impetigo
biasanya juga mengikuti trauma superficial dengan robekan kulit dan
paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari
Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada insect bites.
Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang
umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka
merah pada wajah, khususnya disekitar hidung dan mulut. Meskipun ini
biasa terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melaluui kulit yang

5
rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat. Impetigo
mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial).dengan dua macam
gambaran klinis, impetigo krustosa ( tnpa gelembung, cairan dengan
krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi
cairan).
Impetigo contagiosa. Merupakan bentuk paling umum dari impetigo,
yang biasanya dimulai dengan noda merah pada wajah, paling sering
di sekitar hidung dan mulut. Luka dengan cepat memecah dan
mengeluarkan cairan atau nanah yang kemudian membentuk kerak
berwarna kuning. Luka tersebut mungkin gatal, akan tetapi tidak terasa
sakit.
Bullous impetigo. Umumnya diderita oleh bayi dan anak dibawah usia
2 tahun. Impetigo ini tidak menyebabkan rasa sakit dan berisi cairan
biasanya pada pinggul, lengan atau leher. Kulit disekitarnya biasanya
merah dan gatal tetapi tidak terluka. Benjolan berisi cairan ini dapat
pecah dan menyisakan kerak berwarna kekuningan, dapat besar atau
kecil, dan dapat hilang lebih lama daripada impetigo jenis lainnya.
Ecthyma. Merupakan jenis impetigo yang lebih serius yang terdapat di
lapisan dalam kulit (dermis). Tanda dan gejala antara lain luka berisi
cairan atau nanah yang terasa sakit, biasanya pada kaki. Kemudian
memecah dengan kerak yang berwarna kuning keabu-abuan dank eras.
Bekas akan tertinggal setelah luka sembuh. Ecthyma dapat juga
menyebabkan pembengkakan kelenjar limpa pada area yang terkena.
a) Epidemiologi
Impetigo adalah penyakit infeksi kulit yang sangat menular yang
umumnya terjadi pada bayi dan anak-anak. Impetigo biasanya berupa luka
merah pada wajah, khususnya disekitar hidung dan mulut. Meskipun ini
biasa terjadi ketika bakteri masuk ke dalam tubuh melaluui kulit yang

6
rusak atau terluka, ini juga dapat terjadi pada kulit yang sehat. Distribusi
impetigo :
Menurut Orang : Impetigo terjadi di seluruh Negara di dunia dan
angka kejadiannya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di
Amerika Serikat Impetigo merupakan 10% dari masalah kulit
yang dijumpai pada klinik anak.
Menurut umur : Impetigo adalah infeksi kulit yang sering terjadi
pada anak-anak. Impetigo umumnya mengenai anak usia 2-5
tahun.
Menurut tempat dan Waktu : Penderita terbanyak pada daerah
yang jauh lebih hangat, yaitu pada daerah tenggara Amerika
(Provider synergies, 2:2007).
Kelompok masyarakat yang pling banyak terkena penykit ini adalah
kelompok bayi dan anak anak. Dengan penyebab yang umum ialah
bakteri gram positif, yakni streptokokus dan stafilokokus. Impetigo dapat
timbul sendiri (primer) atau komplikasi dari kelainan lain (sekunder) baik
penyakit kulit (gigitan binatang, varizela, infeksi herpes simpleks,
dermatitis atopi) atau penyakit sistemik yang menurunkan kekebalan tubuh
(diabetes melitus, HIV)
b) Etiologi
Ada dua jenis bakteri yang menyebabkan impetigo staphylococcus aureus
dan streptococcus pyogenes. Kedua jenis bakteri ini dapat hidup di kulit
anda sampai mereka masuk ke dalam tubuh melalui luka dan menyebabkan
infeksi. Pada orang dewasa, impetigo biasanya disebabkan dari cedera
pada kulit sering disebabkan oleh kondisi kulit lain seperti dermatitis.
Anak-anak umumnya terinfeksi melalui luka atau gigitan serangga, tetapi
mereka juga bisa mengalami impetigo tanpa memiliki cedera kulit apapun.
c) Gejala

7
Impetigo berawal sebagai luka terbuka yang menimbulkan gatal, kemudian
melepuh, mengeluarkan isi lepuhannya lalu mengering dan akhirnya
membentuk keropeng.. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari seukuran
kacang polong sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini berisi
carian kekuningan disertai rasa gatal. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi. Tanda lain nya yaitu :
Noda merah yang dengan cepat pecah dan mengeluarkan cairan dalam
beberapa hari, kemudian membentuk bekas yang kuning kecokelatan
Gatal
Benjolan berisi cairan yang tidak terasa sakit
Pada bentuk yang lebih serius, luka yang berisi cairan atau nanah yang
masuk ke dalam bisul
Hanya terdapat pada anak, tidak disertai dengan gejala umum. Keluhan
utama adalah rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa
berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel.

c) Cara penularan
Impetigo merupakan penyakit menular, yang ditularkan melalui cairan
yang berasal dari lepuhannya. Besarnya lepuhan bervariasi, mulai dari
seukuran kacang polong sampai seukuran cincin yang besar. Lepuhan ini
berisi carian kekuningan disertai rasa gatal. Impetigo menyebar melalui
kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat
lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk
lesi. Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat
penitipan anak dan juga pada tempat dengan higiene yang buruk atau
tempat tinggal yang padat penduduk. Anda terkena bakteri yang
menyebabkan impetigo ketika anda secara sengaja atau tidak melakukan

8
kontak dengan mereka yang terinfeksi atau dengan benda yang mereka
gunakan, seperti pakaian, kasur, handuk dan bahkan mainan.

d) Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan
bahwa penyebabnya adalah stafilokokus atau streptokokus, bisa dilakukan
pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi di laboratorium. Bila
diperlukan dapat memeriksa isi vesikel dengan pengecatan gram untuk
menyingkirkan diagnosis banding dengan gangguan infeksi gram negative.
Bisa dilanjutkan dengan tes katalase dan koagulase untuk membedakan
antara Staphylococcus dan Streptococcus
e) Pengobatan
Untuk infeksi ringan, diberikan salep antibiotik (misalnya erythromycin
atau dicloxacillin). Antibiotik per-oral (ditelan) bisa mempercepat
penyembuhan. Untuk melepaskan keropeng, kulit sebaiknya dicuci dengan
sabun anti-bakteri beberapa kali/hari. Perawatan Umum :
1. Memperbaiki higien dengan membiasakan membersihkan tubuh
dengan sabun, memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian.
2. Perawatan luka
3. Tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi
(handuk, pakaian, dan alat cukur)

3) Folikulitis
a) Pengertian
Folikulitis adalah peradangan yang terjadi pada folikel rambut, yaitu
lubang kecil pada kulit tempat rambut tumbuh. Karena itu, penyakit
ini tidak akan muncul pada telapak tangan atau telapak kaki.

9
http://www.alodokter.com/folikulitis
b) Epidemiologi
Folikulitis dapat terjadi pada semua golongan usia, terutama pada
anak-anak.
c) Etiologi
Setiap rambut tubuh tumbuh dari folikel, yang merupakan suatu kantong
kecil di bawah kulit.Selain menutupi seluruh kulit kepala, folikel juga
terdapat pada seluruh tubuh kecuali telapak tangan, telapak kaki dan
membran mukosa seperti bibir.
Etiologi yang paling sering menyebabkan folikulitis adalah kuman
staphylococcus aureus koagulase-positif. Penyebab lainnya dapat
meliputi :
Klabsiella, Enterobacter, atau Proteus (mikroorganisme ini
menyebabkan folikulitis gram negatif pada pasien yang
mendapat terapi antibiotik jangka panjang)
Pseudomonas aeruginosa (mikroorganisme yang hidup dalam
lingkungan hangat dan memiliki PH tinggi serta kandungan
klorin yang rendah).
d) Gejala
Pada folikel rambut yang mengalami peradangan akan muncul benjolan-
benjolan kecil (mungkin sebesar jerawat) yang berisi nanah dan memiliki
titik kuning pada bagian tengah. Benjolan tersebut terkadang pecah
kemudian mengering dan membentuk koreng. Di samping benjolan, kulit
umumnya akan memerah dan menjadi sensitif atau terasa sakit. Sensasi

10
terbakar dan gatal juga terkadang menyertai munculnya folikulitis.
Folikulitis yang ringan jarang membutuhkan penanganan khusus dan bisa
sembuh dengan sendirinya. Namun, periksakanlah diri Anda ke dokter jika
gejala tidak kunjung sembuh atau bertambah parah.

e) Patofisiologi
Mikroorganisme penyebab ini memasuki tubuh dan biasanya lewat retakan
sawar kulit (serta tempat luka). Kemudian mikroorganisme tersebut
menyebabkan reaksi inflamasi dalam folikel rambut.
f) Diagnosa
Folikulitis dapat didiagnosis melalui kondisi kulit pasien (khususnya
benjolan yang muncul). Riwayat kesehatan pasien juga akan menjadi
bahan pertimbangan dalam menentukan diagnosis. Dokter akan mengambil
sampel nanah jika inflamasi tetap berlanjut meski pasien sudah menjalani
pengobatan. Langkah ini dilakukan untuk memastikan jenis bakteri yang
memicu infeksi.
g) Pengobatan
Metode pengobatan untuk folikulitis ditentukan berdasarkan jenis dan
tingkat keparahan kondisi pasien. Folikulitis yang termasuk ringan
umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 1 minggu hingga 10 hari
sehingga jarang yang membutuhkan penanganan khusus. Anda bisa
mengoleskan krim pelembap dengan kandungan antibakteri. Ada juga
beberapa cara sederhana lain yang bisa dilakukan di rumah untuk
membantu pemulihan dan mencegah inflamasi yang bertambah parah,
seperti membersihkan kulit yang mengalami infeksi dengan sabun

11
antibakteri, jangan mengenakan pakaian yang ketat, dan hindari bercukur
pada kulit yang terinfeksi. Kompres air hangat juga akan bermanfaat.
Sementara pada folikulitis yang parah, tidak kunjung sembuh, atau
kambuhan biasanya akan ditangani dengan beberapa obat oles dan obat
minum. Sejumlah obat-obatan yang mungkin dianjurkan oleh dokter
adalah antibiotik, obat antijamur, dan obat untuk mengurangi inflamasi.

4) Furunkel (bisul)
a) Pengertian
Suatu radang setempat yang bernanah pada kulit dan jaringan di bawah
kulit, yang secara awam disebut bisul. Kuman penyebab paling sering
adalah staphylococcus. Infeksi dimulai pada sebuah folikel rambut, tunggal
atau multiple dan berulang, kemudian meluas dan menjadi abses yang
menipiskan dan merobek kulit di atasnya. Radang ini dapat timbul dimana
saja di kulit, tetapi paling sering di daerah yang lembab berambut seperti
muka, leher, ketiak, selangkangan, tungkai dan lipatan bawah payudara.
Walaupun kebanyakan dapat sembuh dengan sendirinya dan mumgkin
meninggalkan parut kecil, namun kadang-kadang bernanah ini daapat
menyebbar dan menimbulkan komplikasi septik, sperti yang sering
ditemukan pada penderita diabetes melitus.

http://journal-kesehatan.blogspot.co.id/2011/11/furunkel.html
b) Epidemiologi

12
Furunkel atau bisul biasnya terjadi pada anak-anak dan dewas muda.
Prevalensi kejadian sama banyaknya pada pria maupun wanita dengan
sumber infeksi utama adalah Staphylococcus aureus.
c) Etiologi
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus),
diameter 0,5- 1,5m, susunan bergerombol seperti anggur, tidak
mempunyai kapsul, nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan
gram tampak berwarna ungu. 5. Bakteri lain atau jamur. Paling
sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha dan bokong. Akan
terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung, telinga,
atau jari-jari tangan.
d) Gejala
Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi, bergantung pada
beratnya penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah
sebagai berikut :
1. Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk
halus, berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnya
2. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk
kerucut dan memiliki pustule
3. Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui
lobus minoris resistensiae

13
4. Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan
sebagian dapat menghilang dengan sendirinya
5. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat
mencapai 3-10 cm atau bahkan lebih
6. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat
7. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan
membentuk lubang yang kuning keabuan pada bagian tengah dan
sembuh perlahan dengan granulasi
8. Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mg 9. Jaringan parut
permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
e) Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis)
yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus (nanah) yang dekat
sekali dengan kulit disebut pustula. Pustula ini menyebabkan kulit
diatasnya sangat tipis, sehingga pus di dalam dapat dengan mudah
mengalir keluar. Sementara itu, bisulnya (furunkel) sendiri berada pada
daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang pus yang berada di dalam bisul
diserap sendiri oleh tubuh, tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui
lubang yang ada di kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk
melalui luka, goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host
terhadap infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN
ketempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi.
Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti
formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (tumor necrosis
factor) dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan
makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan
terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).
f) Diagnosa
Anamnesa

14
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran
nodul tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien
mengeluh demam dan malaise.
Pemeriksaan
Fisik Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi
terjadi setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran
keluar tunggal (single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan
kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler
pada bagian tengah dan sembuh perlahan.
g) Pengobatan
Penatalaksanaan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel
bergantung pada keadaan penyakit yang dialaminya. Asuhan yang biasanya
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan
sembuh dengan sendirinya
2. Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah
sekitarnya
3. Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk
mengurangi nyeri dan melunakan nodul. Kompres hangat dapat
dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke
daerah lainnya
4. Jangan memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah hidung
dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman
secara hematogen
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, seperti pada
hidung atau telinga, maka brkolaborasilah dengan dokter untuk
melakukan insisi
6. Jika memungkinkan untuk membuka furunkel, maka lakukanlah
dengan cara berikut :

15
Beri penjelasan pada keluarga mengenai tindakan yang akan
dilakukan atau berikan informed consent
Minta seseorang untuk memegangi anak
Ambillah sebuah pisau bedah steril dan insisi furunkel dengan
segera pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit
dalam luka dan bukalah penjepitnya untuk membuat jalan
keluar bagi pus. Dengan cara ini, pus akan keluar tanpa
mengganggu sesuatu. Perhatikan pisau bedah, jangan sampai
masuk ke dalam karena dapat melukai pembuluh darah saraf
d. Berikan analgesik, misalnya aspirin atau parasetamol untuk
mengatasi nyeri

5) Eritrasma
a) Pengertian
Erythrasma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh minutissimum
bakteri Corynebacterium.Penyakit ini mempengaruhi lapisan atas kulit,
tidak meluas ke rambut dan kuku.Jika Anda memeriksa kulit di bawah
lampu Wood, daerah yang terkena akan merah.Paling sering
mempengaruhi laki-laki erythrasma.

https://infokulitkelamin.blogspot.co.id/2013/08/eritrasma-pencegahan-
dan-pengobatannya.html

16
b) Epidemiologi

Eristrasma lebih sering terjadi pada orang dewasa daripada anak-anak dan
prevalensinya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Penelitian Trujillo dkk., (2008) dan Badri dkk., (2014) menyatakan bahwa
usia rerata pasien yang diteliti berada di kisaran 43,5 sampai 44,6 tahun di
mana wanita lebih banyak menderita eritrasma (83,33%) daripada pria
(16,67%). Berbeda dengan penelitian Inci dkk. (2012) yang menyatakan
bahwa eritrasma lebih banyak terjadi pada pria.

Berdasarkan studi geografis, pada saat iklim tropis, sebanyak 20% subjek
penelitian menderita eritrasma yang terlihat melalui pemeriksaan lampu
Wood. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang berperan pada
eritrasma seperti higienitas yang buruk, hiperhidrosis, obesitas, pasien
imunokompromais, dan diabetes melitus. Dari 13 pasien yang menderita
eritrasma, 8 pasien terbukti menderita diabetes. Trujillo dkk. (2008)
menemukan bahwa dari 24 pasien eritrasma, 3 pasien terbukti menderita
diabetes (dengan risiko relatif 1,6) dan 12 pasien termasuk dalam kategori
obesitas.

c) Gejala

Sering ditemukan di daerah dimana kulit bersentuhan dengan kulit,


misalnya di bawah payudara dan ketiak, sela-sela jari kaki dan daerah
kelamin (terutama pada pria, dimana kantung zakar menyentuh paha).
Infeksi menyebabkan terbentuknya bercak-bercak pink dengan bentuk
yang tidak beraturan, yang kemudian akan berubah menjadi sisik-sisik
halus berwarna coklat. Pada beberapa penderita, infeksi menyebar ke
batang tubuh dan daerah anus. Bisa timbul rasa gatal yang sifatnya ringan.

17
d) Diagnosa
Mendiagnosis erythrasma atas dasar pemeriksaan pasien dan lesi radiografi
bawah lampu Wood. Di bawah sinar daerah yang terkena lampu yang
karang-rona merah karena evolusi bakteri porfirin yang larut dalam
air.Perlu diingat bahwa sebelum erythrasma diagnosis menggunakan lampu
Wood tidak dapat dicuci atau sesuatu untuk menangani daerah-daerah,
sebagai pigmen pewarna, yang diisolasi mikroorganisme dapat dicuci off.
Tentukan pangkal paha erythrasma dapat dicirikan oleh proyeksi di
tepi.Kulit demikian maserasi diamati, peradangan, lecet muncul.
selangkangan erythrasma harus dipisahkan dari pangkal paha
rubromikoza.Gejalanya mirip, tapi tepi rubromikoze intermiten dan
erythrasma inguinal memiliki tepi lesi solid.
e) Pengobatan
Untuk mengobati erythrasma digunakan desinfektan salep, seperti sulfat
atau eritromitsinovaya Tar. pengobatan erythrasma menggunakan salep
berlangsung tujuh hari, selama periode ini harus dua kali sehari untuk
menggosok salep ke tempat-tempat yang terkena.Ketika Anda bergabung
infeksi dapat diobati lesi 5% alkohol salisilat atau 2% tingtur alkohol
yodium.
Jika penyakit ini luas daerah yang terkena, melakukan erythrasma
pengobatan dengan antibiotik. Untuk mencapai efek terbaik dalam
pengobatan erythrasma merekomendasikan tanning di bawah sinar
matahari atau ultraviolet belanja radiasi. Mereka berkontribusi pengeringan
kulit dan penyembuhan lebih cepat. Dalam mengidentifikasi erythrasma
semua selimut, handuk dan pakaian yang digunakan oleh pasien, harus
didesinfeksi.Selama perawatan erythrasma pakaian bahwa pasien perlu
untuk mencuci dan menyeterika besi panas setiap hari.kulit Untuk

18
mencegah infeksi ulang setiap hari selama satu bulan setelah pemulihan
harus diperlakukan lipatan 2% alkohol salisilat dan taburi bedak.

6) Acne Vulgaris
a) Pengertian
Acne merupakan inflamasi yang paling sering terjadi pada kelenjar
keringat pilosebaceous yang dikarakteristikkan dengan produksi berlebihan
sebum dan keberadaan komedo, papul, pustul, dan kista. Inflamasi kronis
Acne vulgaris terpengaruh pada daerah seborrheic, terutama pada dada
(15%), wajah (99%), dan punggung (60%). Lesi yang muncul ditandai
dengan keberadaan komedo, erupsi papular, erupsi pustular, kista purulen,
dan skar.

https://www.dermquest.com/image-
library/image/5044bfd0c97267166cd65677
b) Epidemiologi
Acne vulgaris adalah penyakit kulit yang paling sering diderita oleh
masyarakat. Prevalensi Acne vulgaris yang terjadi di berbagai negara
umumnya terjadi pada remaja dengan persentase lebih dari 80% (Rzany
2006; Bergler-Czop et al.2013; Jankovic 2012). Penelitian yang dilakukan

19
di Jerman (Ghodsi 2009) memperlihatkan secara umum prevalensi Acne
pada murid sekolah menengah atas sebesar 93,3% dengan 94,4%
merupakan siswa laki-laki dan 92% pada siswa perempuan. Tingkat
keparahan sedang hingga keparahan yang berat ada 14%.
c) Etiologi
Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai
dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah
predileksi seperti muka, bahu, bagian atas dari ekstremitas superior dada
dan punggung. Akne vulgaris menjadi masalah pada hampir semua remaja.
Acne minor adalah suatu bentuk akne yang ringan dan dialami oleh 85%
remaja. Gangguan ini masih dapat dianggap sebagai proses fisiologik. 15%
remaja menderita acne major yang cukup hebat sehingga mendorong
mereka untuk berobat ke dokter. Etiologi (penyebab) pasti dari jerawat ini
belum diketahui tetapi banyak faktor yang berpengaruh yaitu : sebum,
bakteria, herediter, hormon, diet, iklim, psikis, kosmetika, bahan-bahan
kimia.

d) Gejala
Tempat pembentukan jerawat adalah di muka, bahu, dada bagian atas dan
punggung bagian atas. Lokasi kulit lain, misalnya leher, lengan atas dan glutea
kadang kadang terkena. Erupsi kulit polimorfi, dengan gejala komedo, papul
yang tidak berkembang, dapat juga disertai rasa gatal. Komedo adalah gejala bagi
jerawat berupa papul miliar yang ditengahnya merupakan sumbatan sebum, bila
berwarna hitam akibat mengandung melanin disebut komedo hitam atau komedo
terbuka. Bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak
mengandung melanin disebut sebagai komedo putih atau tertutup.

20
e) Patofisiologi
Akne Vulgaris mulai timbul pada masa pubertas, pada wanita antara 14-17
tahun dan pada pria antara 16-19 tahun. Penyebab yang pasti tidak
diketahui, tetapi terdapat 4 hal yang ada hubungannya dengan patofisiologi
dari akne vulgarius.
1. Kenaikan eksresi dari sebum atau sebore. Hal ini mungkin
disebabkan karena konversi dari hormon testosteron ke bentuk
yang lebih aktif 5 alfa dihidrotes-tosteron.
2. Hiperkeratinisasi dari saluran pilosebasea.
3. Proliferasi dari kuman proprionibakterium Aknes.
4. Adanya keradangan yang disebabkan karena dihasilkannya faktor-
faktor kemotaktik, protease dan aktivasi dari komplemen.
Patologi (hormonal,stres,genetik,bakteri) > masa pubertas > Hormon
androgen menstimulasi kelenjar sebasea > kelenjar sebasea membesar
dan mensekresikan sebum > sebum merembas naik hingga puncak folikel
rambut > mengalir keluar pada pemukaan kulit > duktus pilosebaseus
tersumbat sebum >lesi obstruktif >di latasi folikel sebasea dampaknya
dibagi 2 yaitu : 1. penipisan dinding folikular 2. >penipisan dinding
folikular > pecah >isi folikular keluar dan mengiritasi dermis > lesi
baru >infeksi berulang>risiko infeksi > mikro komedo dibagi 2 yaitu :
> komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris epitel
> komedo tertutup >perembasan isi folikel ke dermis > inflamasi lesi
akne dampak lesi akne di bagi 3: >papula eritematosa \\ ====> gangguan
integritas kuli, gangguan citra tubuh, ansietas > kista inflamatorik // >
pustyla

21
http://diseaseinfonow.blogspot.co.id/2016/09/patofisiologi-acne-vulgaris-
untuk.html
f) Diagnosa
Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif,
biasanya pasien mengeluh timbul bintik bintik merah, rasa sakit, dan
sangat menganggu dalam hal estetika.
Pemerikasaan Klinis
Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa
komedo, dan bila terjadi peradangan akan terbentuk ruam berupa
papul, pustul, nodul dan kista di tempat predileksinya.
Pemeriksaan Histopatologi
Memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa sebukan sel
radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum
dalam folikel. Pada kista, radang telah telah menghilang diganti
dengan jaringan ikat pembatasan massa cair sebum yang bercampur
dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas.

22
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai
peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan di
laboraturium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian,
namun hasilnya sering tidak memuaskan.
Pemerikasaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit ( skin surface
lipids ) dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada acne vulgaris
kadar asam lemak bebas ( free fatty acid ) meningkat dan karena itu
pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.
g) Pengobatan
Acne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial yang memberi efek
signifikan pada masyarakat. Modifikasi gaya hidup, termasuk konseling
diet, memiliki hubungan dengan perkembangan Acne. Kombinasi terapi
topikal biasanya diperlukan pada pasien yang memiliki inflamasi
campuran dan Acne komedo, sementara medikasi oral biasanya pada kasus
yang lebih berat dan luas seperti pada dada ataupun punggung (Bowe &
Kober 2014).
Ada beberapa terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi Acne (Vyas et
al. 2014):
Terapi topikal: terdiri dari antibiotik, retinoid, dan kombinasinya.
Terapi topikal secara konvensional dapat berupa lotion yang
mengandung benzoyl peroxide, clindamycin, tretinoin,
erythromycin, glycolic acid, dan tertinoin. Terapi topikal juga
dapat berupa krim, seperti Adapalene, tazarotene, azelaic acid, tea
oil,dan clindamycin. Bentuk sediaan lainnya dapat berupa gel,
seperti salicylic acid, erythromycin, benzoyl peroxide, adapalene,

23
dan dapsone. Sediaan emollient sebagai terapi topikal contohnya,
sodium sufacetamide-sulfur.
Terapi sistemik : termasuk antibiotik oral, retinoids, terapi
hormonal. Terapi sistemik diindikasikan untuk penanganan Acne
dengan tingkat keparahan sedang/moderat dan berat. Terapi
sistemik juga dipakai untuk Acne yang resisten dengan
penanganan topikal ataupun Acne yang sudah menyelimuti
sebagian besar permukaan tubuh. Terapi sistemik dapat berupa
antibiotik oral tetracyclines (doxycycline, minocycline,
lymecycline) dan macrolides (erithromycin dan azithromycin).
Sementara untuk terapi hormonal dexamathasone, dapat berupa
cyproterone spironolactone, acetat/ethinyl prednisone,
estradiol(oral contraceptives), levonorgestrel/ethinyl estradiol.
Terapi lainnya : di luar dua kategori di atas, seperti pembentukan
permukaan chemical baru (resurfacing, peels), xenografts,
pengelupasan heterograft, (dermabrasion autograft, dan
transplantasi lemak. Dalam penelitian yang sama juga
disampaikan mengenai pengobatan berbasis pembawa (Carrier-
based drug) sebagai pengobatan baru pada Acne. Pengobatan ini
melibatkan liposome, niosome, liposphere, microsponge,
microemulsion, microsphere, solid lipid nanopraticles,
hydrogel,dan aerosol foams.

7) Karbunkel
a) Pengertian
Karbunkel adalah infeksi yang dalam oleh S.aureus pada sekelompok
folikel rambut yang berdekatan. Karbunkel merupakan gabungan beberapa
furunkel yang dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan

24
subkutan yang padat. Perkembangan dari furunkel menjadi karbunkel
bergantung pada status imunologis penderita. Karbunkel merupakan nodul
inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih
dalam daripada furunkel.
b) Epidemiologi
Insidensi karbunkel agak jarang. Insidensinya terutama pada usia setelah
pubertas yaitu remaja dan dewasa muda. Karbunkel jarang didapatkan
pada anak-anak kecuali terdapat keadaan imunodefisiensi (misalnya dapat
muncul pada anak wanita dengan sindrom stafilokokal hiperimunoglobulin
E [sindrom Job]). Insidensi pada laki-laki sama dengan perempuan.
Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002
dan2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke
Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan
karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan
rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan
46% pasien adalah perempuan. Usia rata-rata dari pasien yang berobat
adalah 37 tahun. 72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun.
c) Etiologi
Karbunkel biasanya terbentuk ketika satu atau beberapa folikel rambut
terinfeksi oleh bakteri stafilokokus (Stafilokokus aureus). Bakteri ini, yang
merupakan flora normal pada kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan
dan saluran hidung. Sekitar 25-30% populasi membawa bakteri ini pada
hidungnya tanpa menjadi sakit dan sekitar 1% populasi membawa MRSA
(methicillin resistant staphylococcusaureus). MRSA merupakan strain dari
S.aureus yang resisten terhadap antibiotik beta-laktam, termasuk
methicillin, penisilin, amoksisilin, oxacilllin dan nafcillin sehingga sering
menyebabkan infeksi kabunkel yang serius dan sering berulang. Bakteri
S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 1,5 m,

25
memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul,
nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna
ungu. Bakteri ini bertanggung jawab untuk sejumlah penyakit penyakit
serius seperti pneumonia, meningitis, osteomielitis dan endokarditis.
Bakteri ini juga merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan
penyakit yang didapat dari makanan.
Bakteri stafilokokus yang menyebabkan furunkel atau karbunkel umumnya
masuk melalui luka, goresan, atau robekan pada kulit. Respon primer host
terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk
kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke
tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau
peptidoglikan dan sitokin TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL)
1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi.
Hal ini menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus
(gabungan dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati).
d) Faktor Resiko
Setiap orang termasuk orang yang sehat dapat terkena furukel atau
karbunkel, beberapa faktor ini dapat meningkatkan resiko terjadinya
karbunkel :
S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina)
Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga
membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi
Higiene yang buruk
Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang
ketat dapat menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah
untuk masuk ke dalam tubuh

26
Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit,
masalah kulit seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis
membuat kulit rentan menjadi karbunkel
Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek
kortikosteroid berupa supresi sistem imun tubuh
Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat
kemoterapi atau mendapat obat omeprazole
Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa
kronik, sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme
C3, hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan
imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich
e) Gambaran Klinis
Karbunkel biasanya pertama muncul sebagai tonjolan yang nyeri,
permukaannya halus, berbentuk kubah dan berwarna merah. Tonjolan
tersebut biasanya juga indurasi. Ukuran tonjolan tersebut meningkat dalam
beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih.
Supurasi terjadi setelah kira-kira5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui
saluran keluar yang multipel (multiple follicular orifices). Demam dan
malaise sering muncul dan pasien biasanya tampak sakit berat. Karbunkel
yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan
ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi.
Walaupun beberapa karbunkel menghilang setelah beberapa hari,
kebanyakan memerlukan waktu dua minggu untuk sembuh. Jaringan parut
permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas
f) Pemeriksaan laboratorium
Karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. S.aureus merupakan
penyebab utama. Pemeriksaan histologis dari karbunkel menunjukkan
proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan lemak subkutan.

27
Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan
ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel rambut,
mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis.
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang
dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri. Pewarnaan gram
akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) dan
kultur bakteri pada medium agar darah domba memberikan gambaran
koloni yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna
kuning keemasan.
g) Diagnosa Banding
Diagnosa banding yang paling utama dari karbunkel adalah kista epidermal
yang mengalami inflamasi. Kista epidermal yang mengalami inflamasi
dapat dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya
bertambah dalam satu atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa
banding karbunkel.
Diagnosa banding berupa kista epidermal yang mengalami inflamasi ini
dapat disingkirkan berdasarkan terdapatnya riwayat kista sebelumnya pada
tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan
penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau
tidak sedap sedangkan pada karbunkel mengeluarkan material purulen.
Diagnosa banding seperti hidradenitis suppurativa (apokrinitis) juga sering
membuat salah diagnosis karbunkel. Berbeda dengan karbunkel, penyakit
ini ditandai oleh abses steril dan sering berulang. Selain itu, daerah
predileksinya berbeda dengan karbunkel yaitu pada aksila, lipat paha,
pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang lama, adanya
sinus dan fistel serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis
penyakit ini dan juga membedakannya dengan karbunkel.

28
Diagnosa banding yang lain antara lain sporotrikosis, blastomikosis dan
aknekonglobata. Sporotrikosis merupakan infeksi kronik dari jamur
Sporotrichum schenkii dan ditandai oleh nodula berjejer sepanjang aliran
limfe. Blastomikosis ditandai nodula kronik dengan multipel fistula. Akne
konglobata ditandai oleh nodul-nodul merah hitam dengan kebanyakan
berada pada daerah punggung daripada wajah dan lengan
h) Komplikasi
Masalah utama pada karbunkel adalah penyebaran bakteremia dari infeksi
dan masalah rekurensi. Bakteri dari karbunkel dapat masuk kedalam aliran
darah dan berkelana menuju bagian tubuh yang lain. Manipulasi pada lesi
dapat memfasilitasi penyebaran infeksi ini melalui aliran darah. Infeksi
yang menyebar, umumnya diketahui sebagai septikemia dapat dengan
cepat mengancam nyawa.
Awalnya, septikemia memberikan tanda dan gejala seperti menggigil,
demam disertai gelisah, denyut jantung yang cepat dan perasaan menderita
sakit sangat berat. Tetapi kondisi ini dapat dengan cepat berkembang
menjadi syok, yang ditandai dengan turunnya tekanan darah dan
temperatur tubuh, bingung, serta manifestasi kelainan pembekuan dan
pendarahan pada kulit.
Septikemia merupakan keadaan emergensi medis yang bila tidak
ditangani dapat menyebabkan kematian. Invasi bakteri kedalam aliran
darah biasanya terjadi kapan saja, tidak dapat ditebak, menyebabkan
infeksi metastasis seperti endokarditis, vertebralosteomyelitis/discitis,
septik arthritis, abses splenik, mycotic aneurysms, meningitis, atau abses
jaringan.
Frekuensi infeksi metastasis selama bakteremia diperkirakan sekitar
31%. Manipulasi pada lesi berbahaya dan dapat memfasilitasi
penyebaraninfeksi melalui aliran darah. Untungnya, komplikasi seperti ini

29
jarang. Infeksi metastasis seperti endokarditis merupakan akibat tersering
dari bakteremia akibat S.aureus. Insidensi endokarditis disebabkan
S.aureus meningkat selama 20 tahun terakhir dan sekarang menjadi
penyebab utama endokarditis diseluruh dunia, terhitung sekitar 25-30%
kasus. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan penggunaan alat
TEE (Transesophageal Echocardiography) yang dikatakan memiliki
insidensi 25% dari seluruh kasus S.aureus bakteremia dan penggunaan
kateter intrvasular.
Faktor lain yang terkait dengan peningkatan resiko endokarditis adalah
penggunaan obat injeksi, hemodialisa, penggunaan alat prosetetik
intrvaskular dan keadaan system imun tubuh yang lemah. Lesi pada bibir
dan hidung menyebabkan bakteremia melalui vena-vena emisaria wajah
dan sudut bibir yang menuju sinus kavernosus.
Komplikasi yang jarang berupa trombosis sinus kavernosus dapat
terjadi. Masalah serius lainnya adalah timbulnya resistensi obat pada strain
Stafilokokus aureus. Stafilokokus aureus yang resisten methicillin
(methicillin-resistant Staphylococcus aureus/MRSA) sekarang meningkat
jumlahnya, terutama didapatkan pada siswa militer, penghuni penjara,
atlet, bahkan anak-anak.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention, sekitar 1 persen
orang amerika membawa MRSA pada tubuh mereka. MRSA sangat
menular dan menyebar dengan cepat pada daerah yang padat atau tidak
higienis atau dimana handuk atau peralatan atletik dipakai bersama-sama.
Walaupun MRSA memiliki respon baik terhadap beberapa antibiotik,
MRSA resisten terhadap penisilin dan sulit untuk diobati. Furunkulosis
rekuren menjadi masalah yang dapat berlanjut betahun-tahun

i) Pengobatan

30
Pengobatan karbunkel sama saja dengan pengobatan furunkel. Karbunkel
atau furunkel dengan selulitis disekitarnya atau yang disertai demam, harus
diobati dengan antibiotik sistemik. Untuk infeksi berat atau infeksi pada
area yang berbahaya, dosis antibiotik maksimal harus diberikan dalam
bentuk perenteral. Bila infeksi berasal dari methicillin resistent
Streptococcus aureus (MRSA) atau dicurigai infeksi serius, dapat diberikan
vankomisin (1 sampai 2 gram IV setiap hari dalam dosis terbagi). Pengobatan

antibiotik harus berlanjut paling tidak selama 1 minggu.

Tabel pengobatan karbunkel


Lini pertama Topikal Sistemik
Mupirocin 2x1 Dikloxacillin 250-500 mg PO 4x1 selama
Asam fusidat 2x1 5-7 hari
Amoksisilin + asam klavulanat
(cephalexin) 25 mg/kgBB 3x1: 250-500
mg 4x1
Lini kedua Azitromisin 500 mgx1, kemudian 250 mg
(bila alergi sehari selama 4 hari
penisilin) Klindamisin 15 mg/kgBB/hari 3x1
Eritromisin 250-500 mg PO 4x1 selama
5-7 hari
* Mencuci tangan dan menjaga kebersihan penting dalam semua regimen
Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase diperlukan. Bila
infeksi terjadi berulang atau memiliki komplikasi dengan komorbiditas,
kultur dapat dilakukan. Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai
semua bukti inflamasi berkurang dan berubah apalagi ketika hasil kultur
tersedia. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi
dan mencuci tangan harus sering dilakukan. Pasien dengan karbunkel
berulang memberikan masalah yang spesial dan sering menyulitkan.

DAFTAR PUSTAKA

31
1. Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
2. Edward T. Bobe, MD., Rick D. Kellerman. Conns Current Therapy. 2016.
3. Dipiro, J., 2008, Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach Sevent Edition:
Hypertension, The McGraw-Hill Companies Inc., USA
4. Katzung, B. G. 2007. Basic & Clinical Pharmacology, Tenth Edition. United
States : Lange Medical Publications
5. Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11 th ed.
Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.
6. Ganong, W.F. 2010. Review of Medical Physiology, Ganongs. 23rd edition. New
York: The McGraw-Hill Companies.Inc
7. Putz, R and Pabst, R, 2006. Sobotta Atlas of Human Anatomy Volume 2: Trunk,
Viscera and Lower Limb 14th Edition.
8. Bowe W., Kober M. 2014. Therapeutic Update; Acne.
9. Rzany B., Kahl C. 2006. Epidemiology of acne vulgaris.

32

Anda mungkin juga menyukai

  • Anestesi
    Anestesi
    Dokumen8 halaman
    Anestesi
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis
    Dermatitis
    Dokumen54 halaman
    Dermatitis
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • KULIT
    KULIT
    Dokumen20 halaman
    KULIT
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Antagonis H 1
    Antagonis H 1
    Dokumen6 halaman
    Antagonis H 1
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Defisiensi Imun
    Defisiensi Imun
    Dokumen5 halaman
    Defisiensi Imun
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • IMUNITAS
    IMUNITAS
    Dokumen10 halaman
    IMUNITAS
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • IOHEXOL
    IOHEXOL
    Dokumen5 halaman
    IOHEXOL
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Pityriasis Versicolor
    Pityriasis Versicolor
    Dokumen5 halaman
    Pityriasis Versicolor
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen6 halaman
    Sepsis
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Pityriasis Versicolor
    Pityriasis Versicolor
    Dokumen5 halaman
    Pityriasis Versicolor
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Faringitis Akut
    Faringitis Akut
    Dokumen4 halaman
    Faringitis Akut
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • KEJANG
    KEJANG
    Dokumen7 halaman
    KEJANG
    Fenna Meriyani
    Belum ada peringkat
  • Endokarditis Infektif
    Endokarditis Infektif
    Dokumen7 halaman
    Endokarditis Infektif
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen6 halaman
    Sepsis
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • BRONKITIS
    BRONKITIS
    Dokumen3 halaman
    BRONKITIS
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat
  • Sepsis
    Sepsis
    Dokumen6 halaman
    Sepsis
    fenna meriyani
    Belum ada peringkat