PENDAHULUAN
Jadi Hutang Piutang yaitu merupakan kegiatan antara orang yang berhutang
denga orang lain/ pihak lain pemberi hutang atau disebut pelaku Piutang,
dimana kewajiban untuk melakukan suatu prestasi yang dipaksakan melalui
perjanjian ataupun melalui pengadilan. Atau dengan kata lain ;
Merupakan hubungan yang menyangkut hukum atas dasar seseorang
mengharapkan prestasi dari seseorang yang lain jika perlu dengan
perantaraan hukum.
Rumusan Pembahasan :
1. Aspek-aspek Hutang Piutang
2. Jenis-jenis Hutang Piutang
3. Hal-hal mengenai Hutang Piutang
4. Perjanjian Hutang Piutang
5. Pinjam Meminjam hubungannya dengan Hutang Piutang
6. Pengakuan Hutang
7. Penanggungan Hutang
8. Jaminan Hutang
9. Pelunasan Hutang
10. Penyelesaian Hutang piutang
11. Contoh Kasus Hutang Piutang
BAB II
PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Piutang :
1. Piutang Dagang :
Yaitu piutang yang timbul dari penjualan kredit barang atau jasa yang
merupakan usaha pokok perusahaan.
2. Wesel Tagih :
Yaitu Piutang yang secara formil didukung oleh perjanjian untuk
membayar secara tertulis..
3. Piutang Non Dagang :
Yaitu piutang yang timbul akibat penjualan asset, pemberian pinjaman
kepada pihak tertentu. Contohnya: Pinjaman karyawan,
Khusus piutang yang berasal dari badan negara diatur secara khusus dalam
UU No. 49 Prp. 1960 tentang PUPN. Di dalam Pasal 8 Undang-undang
nomor 49 Prp. Tahun 1960 tanggal 14 Desember 1960 tentang Panitia
Urusan Piutang Negara disebutkan bahwa :
yang dimaksud dengan piutang Negara atau hutang kepada Negara
ini, ialah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Negara atau Badan-badan
yang baik secara langsung atau tidak langsung dikuasai oleh Negara
berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab apapun.
Piutang Negara non perbankan berupa tagihan dari lembaga atau instansi
atau badan pemerintah pusat dan daerah selain bank seperti
tagihan macet Telkom, PLN, Tuntutan Ganti Rugi, dll.
Hutang Piutang dianggap sah secara hukum apabila dibuat suatu perjanjian.
Yaitu perjanjian yang berdasarkan Hukum yang diatur dalam Hukum Perdata
pasal 1320KuhPerd, bab XIII Perjanjian Pinjam Meminjam, meliputi ;
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Bahwa semua pihak
menyetujui materi yang diperjanjikan, tidak ada paksaan atau dibawah
tekanan.
2. Cakap untuk membuat perjanjian. Kata mampu dalam hal ini adalah
bahwa para pihak telah dewasa menurut hokum, tidak di bawah
pengawasan karena perilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang
yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian
tertentu
3. Mengenai suatu hal tertentu. Maksudnya Perjanjian yang dilakukan
menyangkut objek/hal yang jelas
4. Suatu sebab yang halal, adalah bahwa perjanjian dilakukan dengan
idtikat baik bukan ditujukan untuk suatu kejahatan.
Akta Pengakuan Hutang adalah suatu akta yang berisi pengakuan hutang
sepihak, dimana Debitur mengakui bahwa dirinya mempunyai kewajiban
membayar kepada Kreditur sejumlah uang dengan jumlah yang pasti (tetap).
Suatu grosse akta yang pada bagian kepala aktanya dicantumkan irah-irah;
Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mempunyai
kekuatan mengikat dan mempunyai kekuatan eksekutorial, dimana apabila
pihak debitur wanprestasi, pihak kreditur dapat langsung memohon eksekusi
kepada Ketua Pengadilan Negeri tanpa melalui proses gugatan perdata.
Mengenai grosse akta ini diatur dalam Pasal 224 Herzein Inlandsch
Reglement (HIR). Berdasarkan Pasal 224 HIR di atas, suatu grosse akta
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Apabila diperhatikan definisi tersebut, maka jelaslah bahwa ada tiga pihak
yang terkait dalam perjanjian penanggungan utang, yaitu pihak kreditur,
debitur, dan pihak ketiga. Kreditur di sini berkedudukan sebagai pemberi
kredit atau orang berpiutang, sedangkan debitur adalah orang yang
mendapat pinjaman uang atau kredit dari kreditur. Pihak ketiga adalah orang
yang akan menjadi penanggung utang debitur kepada kreditur, manakala
debitur tidak memenuhi prestasinya.
Alasan adanya perjanjian penanggungan ini antara lain karena si
penanggung mempunyai persamaan kepentingan ekonomi dalam usaha dari
peminjam (ada hubungan kepentingan antara penjamin dan peminjam),
misalnya si penjamin sebagai direktur perusahaan selaku pemegang seham
terbanyak dari perusahaan tersebut secara pribadi ikut menjamin hutang-
hutang perusahaan tersebut dan kedua perusahaan induk ikut menjamin
hutang perusahaan cabang.
c.Bila utangnya sudah dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang telah
ditetapkan untuk pembayarannya;
d.Setelah lewat sepuluh tahun, jika perikatan pokok tidak mengandung suatu
jangka waktu tertentu untuk pengakhirannya, kecuali bila perikatan pokok
sedemikian sifatnya, sehingga tidak dapat diakhir sebelum lewat waktu
tertentu.
Hubungan antara para penanggung dengan debitur disajikan berikut ini. Jika
berbagai orang telah mengikatkan dirinya sebagai penanggung untuk
seorang debitur dan untuk utang yang sama, maka penanggung yang
melunasi hutangnya berhak untuk menuntut kepada penanggung yang
lainnya, masing-masing untuk bagiannya.
Istilah jaminan perorangan berasal dari kata borgtocht, dan ada juga yang
menyebutkan dengan istilah jaminan imateriil.
Pengertian jaminan perorangan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
adalah:
Menurut Soebekti juga, bahwa maksud adanya jaminan ini adalah untuk
pemenuhan kewajiban si berhutang, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya
atau sampai suatu bagian tertentu, harta benda si penanggung (penjamin)
dapat disita dan dilelang menurut ketentuan perihal pelaksanaan eksekusi
putusan pengadilan.
Beberapa hal yang mesti dicermati dalah masalah eksekusi hutang yaitu ;
. Hubungan hutang piutang dalam dunia usaha tidak luput pula dari
adanya friksi, namun setiap friksi senantiasa diupayakan untuk diselesaikan
melalui musyawarah dan apabila tidak dapat diselesaikan melalui
musyawarah maka penyelesaian melalui badan peradilan merupakan suatu
upaya terakhir yang dapat ditempuh. Pengadilan Niaga merupakan badan
peradilan di Indonesia yang dipergunakan untuk menyelesaikan sengketa
antara para pelaku usaha khususnya masalah yang berkaitan dengan utang
piutang yang bukan karena wanprestasi.
CONTOH KASUS 1 :
Pada pertengahan tahun 2006 saya meminjamkan uang kepada teman saya
( tanpa bunga ) karena niat saya untuk membantu, dimana teman saya
tersebut berjanji membayar dengan tempo 1 bulan. Tapi ternyata setelah 1
tahun 6 bulan, teman saya belum juga membayar.
Teman saya memberi saya 4 buah giro, tetapi ternyata rekening atas nama
dia sudah ditutup. Niat teman saya memang kurang bagus mengingat dia
masih memiliki 2 rumah mewah dan 2 mobil. Sedangkan hutang kepada saya
hanya 100 jt.
Pertanyaan.
JAWAB :
CONTOH KASUS 2 :
Pertanyaan saya :
1. Apakah masalah saya ini termasuk pidana atau perdata ? Selama ini saya
selalu memenuhi panggilan polisi dan juga sering menerima pihak pelapor di
rumah secara baik-baik, tidak pernah menghindar.
Jawab :
Permasalahan hutang piutang sesungguhnya merupakan lingkup hukum
perdata, terkecuali apabila ditemukan unsur-unsur pidana maka dapat masuk
dalam lingkup hukum pidana. Dalam masalah ini, sesungguhnya merupakan
masalah perdata murni dimana antara anda dengan pihak alumunium telah
terikat dalam suatu perikatan, terlebih-lebih dalam perikatan tersebut anda
telah memberikan panjar dan pihak alummunium telah sepakat untuk
memberikan kelonggaran sisa pembayaran.
Karena yang dipermasalahkan oleh si pihak almunium dalam laporan
polisi tersebut adalah sisa pembayaran yang belum dibayar oleh anda,
menurut hemat saya, laporan polisi tersebut sangat sumir akan unsur-unsur
pidana penipuannya. Apalagi dalam penyidikan perkara ternyata anda
membuat surat pernyataan untuk membayar hutang tersebut. Ini semakin
mempertegas bahwasanya perkara ini adalah perdata murni.
Tindakan polisi yang terkesan mengarahkan anda untuk membuat
surat pernyataan tentang hutang tersebut sesungguhnya merupakan
tindakan indispliner, yang sangat dilarang. Jika kelak BAP anda tetap
dipaksakan untuk diproses, anda bisa mengajukan praperadilan.
Terlepas dari tindakan polisi tersebut, saya menyarankan sebaiknya
anda mengangsur saja hutang tersebut. Besaran angsurannya bisa
dibicarakan dengan pihak almunium. Dengan adanya angsuran hutang, kelak
diharapkan penyelesaian hutang piutang tersebut tidak perlu sampai ke
pengadilan. Ada baiknya, mungkin tujuan dari tindakan polisi yang
mengarahkan anda untuk membuat surat pengakuan hutang adalah agar
anda tidak ditahan (sekali lagi, walaupun sumir unsur-unsur pidananya).
DAFTAR KELOMPOK V :
Ketua Yhudianto
Kelompok Beni Suhendro
Choiriyah
Erma Pujayanti
Dewi Sri Mulyati
Dian Sofi Anisa
Diaz Mufida
Doddy Nurcahyo
Dwi Agus Nugraha
Iwan Sujatmiko
Kharisma Bagus Eko Pujianto
Moko Prasetyo
Nur Cholis
Nur Fathoni F
Yulistina