Anda di halaman 1dari 12

PRESENTASI KASUS

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION (CPD)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Temanggung

Disusun oleh :

Sonia Afika Aziza

20120310100

Pembimbing :

dr. Agung Budi Setyanto, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017
A. PENGALAMAN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Suprapti Tanggal Masuk RS : 18 Juli 2017
Usia : 29 tahun No RM : 24****
Alamat : Pandemulyo, Bulu

SUBYEKTIF
- Keluhan Utama :
Kenceng-kenceng
- Anamnesis :
G1P0A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh kenceng-kenceng yang semakin sering dan
bertambah kuat sejak 3 hari SMRS.Keluhan disertai keluarnya cairan bening dari jalan
lahir sejak 1 hari SMRS.2 hari sebelum masuk RS pasien periksa ke dr. Agung Budi,
Sp.OG dikatakan bahwa pasien sudah pembukaan 1 cm, tetapi kontraksi belum optimal
dan kepala bayi tidak masuk panggul.Keluarnya lendir darah dari jalan lahir belum
dirasakan ibu.Gerakan anak masih dirasakan ibu.
HPHT : 10/10/2016
HPL : 17/07/2017
UK : 40 minggu 1 hari
Riwayat Menikah : 1 kali, 1 tahun yang lalu
Suami lulusan SMA (31 tahun)
Istri lulusan SMP (29 tahun)
Riwayat KB : belum pernah
Riwayat Haid : teratur, Menarche usia 15 tahun
Riwayat Medis : Hipertensi disangkal, DM disangkal, Penyakit jantung disangkal
Riwayat ANC : Bidan 3x, Dokter kandungan 1x

OBYEKTIF
KU : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Antropometri : TB : 143 cm
BB : 102 kg
Vital Sign : TD : 120/90 mmHg Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,5C RR : 20x/menit
Mata : conjungtiva anemis (-/-)
Leher : Limfonodi tak teraba, JVP tak meningkat
Thorax : Cor : S1 S2 reguler
Pulmo : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
Abdomen : Supel, BU (+)
Ekstremitas :edema - - akral dingin - -
- - - -

Status Obstetri
Pemeriksaan Leopold :
- Leopold I : fundus uteri terletak 3 jari dibawah processus xyphoideus, teraba bagian
lunak janin
- Leopold II : janin tunggal, letak memanjang, teraba pungung pada bagia kanan (puka)
- Leopold III : bagian janin teraba keras dan bulat (kepala) masih bisa digoyangkan
- Leopold IV : konvergen, kepala belum masuk panggul, teraba 5/5 bagian
TFU : 31 cm
TBJ : 2945 gram
DJJ : 132x/menit
His : (+)
Px dalam : v/v : tenang, dinding vagina licin
Portio : dibelakang
: 1 cm
STLD : (-)

Pemeriksaan Laboratorium
Hb :13.1 gr%
AL : 7.7 ribu/ul
AT : 156 ribu/ul
HMT : 39.6%
Gol.Darah : B
HBsAg : non reaktif
ASSESMENT
G1P0A0 hamil aterm kala I fase laten dengan CPD

PLANNING
- Rencana SC
- Pasang infus rl 20 tpm
- Observasi TTV, His, dan DJJ

Laporan Tindakan
- Tindakan : Sectio cesaria
- Pelaksana : dr. AB Setyanto, Sp.OG
- Diagnosis : G1P0A0 dengan Cephalopelvic disproportion
- Dasar Diagnosis : Anamnesis dan pemeriksaan fisik
- Indikasi Tindakan : Membantu persalinan pada ibu
- Tata Cara : Mengiris dinding perut dan rahim ibu untuk mengeluarkan janin
dari rahim
- Tujuan : Melahirkan janin secepatnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut pada ibu dan bayi
- Resiko : Luka kandung kemih
- Prognosis : Ad bonam

Status Perinatologi

- Lahir Tanggal/Pukul : 18 Juli 2017 / 20.20


- Jenis Kelamin : Laki-laki
- BB/PB : 3100 gram/50 cm
- LK : 31 cm
- LD : 31 cm
- LLA : 10 cm
- LP : 28 cm
- Apgar Score : 9-10-10
- Kelainan yang dijumpai : Anus paten : (+), Palatum paten : (+), Tali pusat segar : (+)
- Diagnosis : Neonatus aterm, BBLC
B. DOKUMENTASI
Tanggal 18/07/2017
19.00 persiapan pre operasi
20.00 pasien masuk ruang operasi, dilakukan prosedur operasi SC
20.20 bayi lahir per abdominal berturut-turut kepala bokong kaki
Jenis kelamin laki-laki, BB 3100 gram, PB 50 cm, LK 31 cm, LD 31 cm, LLA 10 cm, 20.30
plasenta lahir per abdominal, lengkap 21.00 operasi selesai

Diagnosis Post SC atas indikasi Cephalopelvic Disproportion G1P0A0


Terapi Post SC
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
- Asam mefenamat 3x500 mg p.o
Tanggal 19/07/2017
Subyektif :
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi. Kentut (+), BAB (-). ASI belum keluar.
Obyektif :
KU : CM
TD : 110/80 mmHg
N : 82x/menit
S : 36,5C
RR : 20x/menit
Kepala : cpa (-/-)
Leher : Limfonodi tak teraba, JVP tak meningkat
Thorax : Cor : S1 S2 reguler
Pulmo : SDV (+/+)
Abdomen : supel, BU (+)
Ext : edema - - akral dingin - -
- - - -

Assesment :
P1A0 Post SC hari 1
Planning :
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
- Asam mefenamat 3x500 mg p.o
Tanggal 20/07/2017
Subyektif :
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi berkurang.Kentut (+), BAB (+).ASI sudah
keluar.
Obyektif :
KU : CM
TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5C
RR : 18x/menit
Kepala : cpa (-/-)
Leher : Limfonodi tak teraba, JVP tak meningkat
Thorax : Cor : S1 S2 reguler
Pulmo : SDV (+/+)
Abdomen : supel, BU (+)
Ext : edema - - akral dingin - -
- - - -

Assesment :
P1A0 Post SC hari 2
Planning :
- Aff DC
- Inj. Ceftriaxon 2x1 gram
- Inj. Metronidazol 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500 mg p.o
Tanggal 21/07/2017
Subyektif :
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi berkurang.BAK (+) normal, BAB (+).ASI
sudah keluar.
Obyektif :
KU : CM
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/menit
S : 36,5C
RR : 18x/menit
Kepala : cpa (-/-)
Leher : Limfonodi tak teraba, JVP tak meningkat
Thorax : Cor : S1 S2 reguler
Pulmo : SDV (+/+)
Abdomen : supel, BU (+)
Ext : edema - - akral dingin - -
- - - -
Assesment :
P1A0 Post SC hari 3
Planning :
- Aff infus
- Medikasi dan ganti perban

C. MASALAH YANG DIKAJI


Apakah pengertian dan bagaimana diagnosis Cephalopelvic Disproportion (CPD)?
Bagaimana penanganan CPD?

D. PEMBAHASAN
1. Definisi
Cephalopelvic Disproportion adalah ukuran pelvis yang tidak proporsional dengan ukuran
besar kepala bayi untuk dilalui bayi pada proses persalinan. Disproporsi bisa terjadi akibat
pelvis sempit dengan kepala bayi normal, atau pelvis normal dengan bayi besar, atau
kombinasi antara bayi besar dan pelvis sempit.

2. Faktor-Faktor CPD
a. Faktor panggul ibu
Terdapat pangul-panggul sempit yang umumnya disertai peubahan dalam
bentuknya.Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
- Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul
Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
- Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
- Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
- Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.
Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul,
pintu tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
b. Berdasarkan pintu masuk panggul
- Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit bila diameter anteroposterior terpendeknya
kurang dari 10 cm, atau diameter taransversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada
pangul sempit kemungkinan besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
menyebabkan serviks uteri kurang mengaami tekanan kepala sehingga dapat
menyebabkan inersia uteri dan lambatnya pembukaan serviks.
- Kesempitan panggul tengah
Apabila ukurannya distansia interpinarum kurang dari 9,5 cm diwaspadai akan
kemungkinan kesukaran dalam persalinan, ditambah agi bila ukuran diameter
sagitalis juga pendek.
- Kesempitan pintu bawah panggul
Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang
mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Bila distansia tuberum
dengan diameter sagitalis posterior kurangdari 15 cm, maka dapat timbul kemacetan
pada kelahiran ukuran normal.
c. Kelainan bentuk janin
- Pertumbuhan yang berlebihan
Berat neonates normal pada kehamilan aterm berkisar 2500-4000 gram. Yang
dinamakan bayi besar jika berat lahirnya melebihi 4000 gram.Pada janin besar,
faktor keturunan memegang peranan penting.Pada wanita hamil dengan diabetes
mellitus, pada postmaturitas dan pada grandemultipara juga dapat mengakibatkan
janin besar.Menentukan besarnya janin secara klinis memang sulit dilakukan.
Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak adanya kemajuan
dalam persalinan pada panggul normal dan his yang kuat.Walaupun panggul ibu
luas dan dapat dilewati janin lebih dari 4000 gram sebaiknya dilakukan persalinan
perabdominal dengan pertimbangan jalan lahir lunak ibu. Disebut makrosomia bila
lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk persalinan pervaginam dilakukan pada
janin engan lingkar kepala <37 cm.
- Hidrosefalus
Hidrosefalus dalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak, sehingga
kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran-pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Cairan yang tertimbun di ventrikel biasanya antara 500-1500 ml, akan tetapi
kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak
dapat berakomodasi di bagia bawah uterus, maka sering ditemukan dalam letak
sungsang.Pada presentasi kepala, hidrosefalus dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan dalam dimana teraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang melebar dan
tegang, sedangkan tulang kepala sangat tipis dan mudah ditekan.
- Mal presentasi kepala
Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir berada
dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
malpresentasi kepala seperti presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan
presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam persalinan. Hal ini
dimungkinkan karena kepala tidak dapat masuk PAP karena diameter kepala pada
malpresentasi lebih besar dibanding ukuran panggul khususnya panjang diameter
anteroposterior panggul.

3. Pemeriksaan Disproporsi Kepala Panggul


Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit,
namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat
memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi berat
badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalam dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas pintu
bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina
ischiadika.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr. Pada metode Osborn, satu tangan
menekan kepala janin dari atas kearah rongga panggul dan tangan yang lain diletakkan
pada kepala untuk menentukan apakah kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin dan
menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk ke
vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu jari
yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

4. Penanganan
a. Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secara elektif atau primer, yakni sebelum persalina
mulai atau pada awal fase persalinan, dan secara sekunder yakni sesudah persalinan
berlangsung selama beberapa waktu. Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dulu
dan dalakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup
berat atau karena terdapat disproporsi kepala panggul yang cukup nyata. Selain itu,
seksio sesarea dilakukan pada kesempitan pangul ringan apabila ada faktor-faktor lain
yang merupakan komplikasi seperti primigravida tua, kelainan letak janin yang tidak
dapat diperbaiki, kehamila pada wanita yang mwngalami masa infertilitas yang lama
dan riwayat penyakit jantung.Seksio sesarea sekunder dilakukan karena partus
percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan
selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalianan per vaginam tidak atau belum
terpenuhi.
b. Partus percobaan
Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaaan pada hamil tua diadakan
penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan
hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada
harapan bahwa persalinan dapat berlangsung pervaginam dengan selamat, dapat
diambil keputusan untuk dilakukan persalinan percobaan. Persalinan ini merupakan
suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin.
Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukan dengan
cermat.Janin harus berada pada presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari
42 minggu.
c. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis.Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
d. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi.Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan
seksio sesarea.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan lmu obstetric sosial, ibu yang akan melahirkan secara pervaginam normal harus
memiliki tinggi badan lebih atau sama dengan 145 cm, karena dengan tinggi 145 cm
seimbang bila dilewati janin dengan berat 2500 gram. Pasien memiliki tinggi badan 143 cm
kemungkinan besar pasien ini mengalami ketidakseimbangan antara panggul dan besar janin
sehingga terjadi diproporsi kepala panggul. Pada pasien ini tindakan yang dilakukan adalah
seksio sesarea dan bukan dengan partus percobaan.Dilakukan seksio sesaria kemungkinan
dikarenakan kepala janin belum masuk kedalam pintu atas panggul pada kehamilan aterm.
Resiko terhadap janin akan semakin besar jika persalinan semakin maju sehingga diputuskan
segera dilakukan seksio sesarea. Setelah dilakukan seksio sesarea dilahirkan bayi
perabdominal dengan berat 3100 gram. Bila pada pasien ini dilakukan persalinan pervaginam
maka akan sangat beresiko terhadap ibu dan janin.
F. DAFTAR PUSTAKA
Hakimi, R. 2003. Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Media
Mochtar, R. 2005. Sinopsis Obsetetri. Jakarta: EGC Norwitz, Errol & John, Schorge (2008). At a
Glance Obstetri dan Ginekologi.Edisi 2. Jakarta: Erlangga
Prawirohardjo, Sarwono. (2007). Ilmu Kebidanan.Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai