Anda di halaman 1dari 3

Validasi dan Verifikasi Metode

Metode analisis memiliki beberapa atribut, seperti ketepatan, ketelitian, spesifisitas,


sensitivitas, kemandirian, dan kepraktisan, yang harus dipertimbangkan ketika akan digunakan
(Garfield et al. 2000). Garfield FGE, Klesta dan J Hirsch. 2000. Quality Assurance Principles
for Analytical Laboratories. USA:AOAC International.
Informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan harus seimbang
dengan pertimbangan praktis seperti biaya, waktu, risiko, kesalahan, dan tingkat keahlian yang
diperlukan. Selain itu suatu laboratorium yang akan menerapkan suatu metode perlu
mempertimbangkan apakah data validasi yang ada mengenai metode tersebut cukup memadai
atau apakah masih membutuhkan tindakan validasi ulang sebelum metode itu digunakan.
Selanjutnya jika data validasi telah cukup memadai, laboratorium perlu mengetahui apakah
level performa yang ditunjukkan oleh data validasi tersebut mampu dilaksanakan. Untuk
mencapai level performa itu dibutuhkan analis yang kompeten serta peralatan dan fasilitas yang
memadai (Jelita 2011). Jelita K. 2011. Verifikasi Metode Analisis Serat Pangan dengan Metode
AOAC dan ASP terhadap Parameter Repeatabilitas, Selektivitas dan Ruggedness. [Skripsi].
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor.
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu,
berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi persyaratan untuk penggunaannya (Harmita, 2004). Berdasarkan Harvey (2000),
validasi merupakan suatu proses evaluasi kecermatan dan keseksamaan yang dihasilkan oleh
suatu prosedur dengan nilai yang dapat diterima. Sebagai tambahan, validasi memastikan
bahwa suatu prosedur tertulis memiliki detail yang cukup jelas sehingga dapat dilaksanakan
oleh analis atau laboratorium yang berbeda dengan hasil yang sebanding. Menurut AOAC
(2002) validasi metode menunjukkan apakah suatu metode sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Dalam praktiknya, memungkinkan untuk merancang percobaan yang akan
dilakukan sehingga karakteristik validasi yang sesuai dapat diterapkan untuk mendapatkan
hasil yang cukup dan menyeluruh mengenai kemampuan suatu prosedur analisis, seperti:
spesifisitas, linearitas, rentang, akurasi (kecermatan), dan presisi (keseksamaan) (EMA, 1995).
Harmita. 2004. Petunjuk pelaksanaan validasi metode dan cara perhitungannya. Majalah Ilmu
Kefarmasian 1(.3): 117 135.

Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill Companies, Inc., USA.

[EMA] The European Agency for the Evaluation of Medicinal Products. 1995. ICH Topic
Q2B. Validation of Analytical Procedures: Methodology.
http://www.pharmacontract.ch/support/pdf_support/Q2a.pdf. [17 Maret 2010]

2.4.1. Akurasi
Akurasi atau kecermatan adalah seberapa dekat suatu hasil pengukuran kepada nilai
sebenarnya. Terkadang masalah dalam menentukan akurasi adalah ketidaktahuan terhadap
nilai yang sebenarnya. Dalam beberapa tipe sampel kita dapat menggunakan sampel yang telah
diketahui nilainya dan mengecek metode pengukuran yang kita gunakan untuk menganalisis
sampel itu sehingga kita mengetahui akurasi dari prosedur yang diujikan, metode ini disebut
dengan CRM (Certified Reference Method). Pendekatan lain adalah dengan membandingkan
hasilnya dengan hasil yang dilakukan oleh lab lain (Smith, 2010) atau dengan menggunakan
metode referen (Walton 2001). Akurasi juga dapat diketahui dengan melakukan uji rekoveri
(Walton 2001). Hasil uji ini akurasi dapat dinyatakan sebagai persen perolehan kembali
(recovery) analat yang ditambahkan pada sampel. Sampel ditambahkan (spiking) dengan
standar yang telah diketahui jumlah dan kadarnya (EMA, 1995). Rentang nilai penerimaan
kecermatan suatu metode akan bervariasi sesuai kebutuhannya (FAO, 1998).

Smith, JS. 2010. Evaluation of analytical data. Di dalam: S. Nielsen (eds). 2010. Food
Analysis. New York: Springer Science.

Walton RM. 2001. Validation of laboratory tests and methods. Seminars in Avian and Exotic
Pet Medicine 10(2):59-65.

2.4.2. Presisi
Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual,
diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara
berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004).
Presisi dapat dibagi dalam dua kategori: keterulangan atau ripitabilitas (repeatability) dan
ketertiruan (reproducibility). Ripitabilitas adalah nilai presisi yang diperoleh jika seluruh
pengukuran dihasilkan oleh satu orang analis dalam satu periode tertentu, menggunakan
pereaksi dan peralatan yang sama dalam laboratorium yang sama. Ketertiruan adalah nilai
presisi yang dihasilkan pada kondisi yang berbeda, termasuk analis yang berbeda, atau periode
dan laboratorium yang berbeda dengan analis yang sama. Karena ketertiruan dapat
memperbanyak sumber variasi, ketertiruan dari analisis tidak akan lebih baik hasilnya dari nilai
keterulangan (Harvey, 2000). Presisi dalam hal ripitabilitas diukur dengan menghitung relative
standard deviation atau simpangan baku relatif (RSD) dari beberapa ulangan dengan
menggunakan rumus :

RSD = %

2.4.4. Limit Deteksi dan Limit Kuantitasi


Limit deteksi atau Limit of Detection (LOD) suatu metode analisis adalah jumlah
terkecil dari
analat yang dapat dideteksi namun jumlah ini belum tentu dapat dikuantisasi dengan presisi
yang baik oleh metode tersebut.
Limit kuantitasi atau Limit of Quantitation (LOQ) yang disebut juga limit determinasi
adalah konsentrasi terendah dari analat yang dapat ditentukan secara kuantitatif dengan presisi
dan akurasi yang dapat diterima (Ermer dalam Ermer dan Miller, 2005).
Giese (2004) menyatakan bahwa terdapat dua cara untuk menentukan LOD dan LOQ,
yaitu dengan menentukan kurva kalibrasi menggunakan sepuluh level konsentrasi, atau
melakukan analisis blanko berulang. Tetapi ada masalah dalam pendekatan menggunakan
blanko karena seringkali sulit diukur dan variasinya sangat tinggi. Lebih lanjut, nilai yang
didapat dengan pendekatan seperti ini tidak bergantung dari analat (AOAC 2002).
Limit deteksi hanya berguna untuk mengontrol ketidakmurnian yang tidak diinginkan
yang konsentrasinya harus tidak lebih dari level tertentu dan mengontrol kontaminan dengan
konsentrasi rendah, sedangkan materi yang bermanfaat harus ada pada konsentrasi yang cukup
tinggi agar dapat menjadi fungsional. Limit deteksi dan determinasi seringkali bergantung pada
kemampuan instrumen (AOAC 2002).

Ermer, J. 2005. Performance parameters, calculations and tests. Di dalam : Method Validation
in Pharmaceutical Analysis (J. Ermer dan J.H.McB.Miller, eds.). Weinheim: WILEY-VCH
Verlag GmbH & Co. KGaA.
Giese, G. 2004. Method Validation. Institute of Hygiene and Environment, City of Hamburg.
http://www.havakalitesi.cevreorman.gov.tr/english/training_46/paper_method_validation.pdf.

2.4.5. Linieritas
Linearitas metode analisis menunjukkan kemampuan suatu metode untuk memperoleh
hasil uji, yang baik langsung maupun dengan definisi transformasi matematis yang baik, \
proporsional dengan konsentrasi analat dalam sampel pada range tertentu (Leyva et al 2008).
Linieritas dapat diuji secara informal dengan membuat plot residual yang dihasilkan oleh
regresi linier pada respon konsentrasi dalam satu seri kalibrasi (Thompson et al. 2002).
Linieritas harus dievaluasi dengan pemeriksaan visual terhadap plot absorbansi yang
merupakan fungsi dari konsentrasi analat. Jika hubungannya linier, hasil uji dievaluasi lebih
lanjut secara statistik dengan perhitungan garis regresi. Dalam penentuan linieritas, sebaiknya
menggunakan minimum lima konsentrasi (EMA, 1995). Rentang penerimaan linieritas
tergantung dari tujuan pengujian. Pada kondisi yang umum, nilai koefisien regresi (r2) = 0,99.

Leyva A, Quintana A, Sanchez M, Rodriguez EN, Cremata J, Sanchez JC. 2008. Rapid and
sensitive Anthrone-sulfuric acid assay in microplate format to quantity carbohydrate in
biopharmaceutical product: method development and validation. Biologicals 36: 134-141

Thompson M, Ellison SLR dan Wood R. 2002. Harmonized guidelines for single laboratory
validation of methods of analysis (IUPAC Technical report). Pure Applied Chemistry 74(5):
835-855.

Anda mungkin juga menyukai