Fisiologi Pendengaran
Disusun Oleh:
Adli Wafijabar
Putri Intan Nurrahma
Nadia Santika Ayu
Rani Rahamdiyanti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
2
BAB II
ISI
Gambar 1.1
Telinga terdiri dari telinga luar, telinga tengah atau cavitas tympani, dan
telinga dalam atau labyrinthus. Telinga dalam berisi organ pendengaran dan
keseimbangan.
1. Telinga Luar 2
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus exsternus.
Auricula mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan
getaran udara. Terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang
ditutupi kulit. Auricula mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik,
keduanya disarafi oleh nervus facialis.
1
Richard S. Sneel, MD, PhD. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta : EGC
2
Bab 18 Mata dan Telinga, Halaman 626
3
Gambar 1. 2
4
2. Telinga Tengah (Cavitas Tympani) 3
Gambar 1. 3
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis. Cavitas tympani berbentuk celah sempit yang dilapisi oleh
membrane mucosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membrane tympanica (gendang telinga) ke
perilympha telinga dalam. Di depan ruang ini berhubungan dengan
nasopharynx melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoideum.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding
posterior, dinding lateral, dan dinding medial.
a. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, disebut tegmen tympani, yang
merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini
memisahkan cavitas tympani dari meningen dan lobus temporalis cerebri
di dalam fossa cranii media.
b. Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin
sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan cavitas
tympani dari bulbus superior vena jugularis interna.
3
Bab 18 Mata dan Telinga, Halaman 627
5
c. Dinding anterior dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang yang
memisahkan cavitas tympani dari arteria carotis interna. Pada bagian atas
dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih
besar dan terletak lebih bawah menuju ke tuba auditiva, dan yang terletak
lebih atas dan lebih kecil menuju ke saluran untuk musculus tensor
tympani. Septum tulang tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini
diperpanjang ke belakang pada dinding medial, yang akan membentuk
tonjolan mirip kerang.
d. Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang
tidak beraturan, yaitu aditus ad antrum. Di bawah ini terdapat
penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, dan kecil disebut pyramis.
Dari puncak pyramis ini keluar tendo musculus stapedius.
e. Dinding lateral sebagian besar dibentuk oleh membrane tympanica.
f. Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian
terbesar dari dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut
promontorium yang disebabkan oleh lengkung pertama cochlea yang
ada di bawahnya. Diatas dan belakang promontorium terdapat fenestra
vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada
sisi medial fenestra terdapat perilympha scale vestibule telinga dalam. Di
bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membrane tympanica secundaria.
Medial dari fenestra ini terdapat perilympha pada ujung buntu scala
tympani.
Gambar 1. 4
6
Kerang tulang yang berkembang dari dinding anterior meluas ke
belakang pada dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra
vestibule. Kerang ini menyokong musculus tensor tympani. Ujung
posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik. Disebut processus
cochleariformis. Di sekeliling takik ini tendo musculus tensor tympani
membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersinya yaitu manubrium
mallei.
Membrana Tympanica
Gambar 1. 5
7
Membrane tympanica berbentuk bulat dengan diameter lebih kurang
1 cm. Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu,
sulcus tympanica, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi incisura
ini berjalan dua plica, plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju
ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membrane
tympanica yang dibatasi oleh plica-plica tersebut lemas dan disebut pars
placcida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei
dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membrane tympanica oleh
membrane mucosa.
8
dan dilekatkan pada dinding posterior cavitas tympani oleh sebuah
ligament.
c. Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput
kecil dan bersendi dengan crus longum incudis. Collum sempit dan
merupakan tempat insersi musculus stapedius. Kedua lengan berjalan
divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong. Pinggir basis
dilekatkan pada pinggir fenestra vestibule oleh sebuah cincin fibrosa,
yang disebut ligamentum annulare.
Otot-Otot Ossicula
Otot-otot ossicula adalah musculus tensor tympani dan musculus
stapedius.
Otot-otot ossicula, persarafannya, dan fungsinya diringkas dalam
tabel 1.
Tabel 1. Otot-otot Telinga Tengah
Nama otot Origo Insersi Persarafan Fungsi
Pyramis Meredam
M. (penonjolan Collum N. facialis getaran
Stapedius tulang pada stapedis stapes
dinding posterior
cavitas tympani)
Dari snell RS: Clinical Anatomy. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2004, p. 839.
9
Tuba Auditiva
Tuba auditiva menghubungkan dinding anterior cavitas tympani ke
nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya adalah tulang dan dua pertiga
bagian anteriornya adalah kartilago. Pada saat turun, tuba berjalan di pinggir
atas musculus constrictor pharynges superior. Tuba berfungsi
menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavitas tympani dengan
nasopharynx.
Antrum Mastoideum
Antrum mastoideum terletak di belakang cavitas tympani di dalam
pars petrosa ossis temporalis. Berhubungan dengan cavitas tympani melalui
aditus.
Cellulae Mastoideae
Processus mastoideus mulai berkembang dalam tahun kedua kehidupan.
Cellulae mastoideae adalah suatu seri rongga yang saling berhubungan di
dalam processus mastoideus, yang di atas berhubungan dengan antrum dan
cavitas tympani. Rongga-rongga ini dilapisi oleh membrane mucosa.
Gambar 1. 6
4
Bab 18 Mata dan Telinga, Halaman 635
10
Labyrinthus terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial
terhadap telinga tengah. Terdiri dari labyrinthus osseus, tersusun dari
sejumlah rongga di dalam tulang; dan labyrinthus mambranaceus, tersusun
dari sejumlah saccus dan ductus mambranosa di dalam labyrinthus osseus.
Labyrinthus Osseus
11
Cochlea berbentuk seperti rumah siput. Cochlea bermuara ke dalam
bagian anterior vestibulum.umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus
cochleae, dan modiolus ini dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak
dua setengah putaran.
Gambar 1. 7
Labyrinthus Membranaceus
Gambar 1. 8
12
B. FISIOLOGI PENDENGARAN 5
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membrane timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga
perilimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative
antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan
rangsang mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel
rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
5
Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan,
Kepala & Leher, Ed. 6. Jakarta : EGC
13
DAFTAR PUSTAKA
(1) Richard S. Sneel, MD, PhD. 2011. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Jakarta :
EGC
(2) Soepardi, Efiaty Arsyad dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorokan, Kepala & Leher, Ed. 6. Jakarta : EGC
(3) Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan
Bates, Ed 5. Jakarta : EGC
14