Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian.

Menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan

tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali

atau lebih dalam sehari.

Diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan

dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar

satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai

atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses

inflamasi pada lambung atau usus.


B. Klasifikasi Diare

Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi

empat kelompok yaitu:

1. Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari

(umumnya kurang dari tujuh hari)

2. Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,

3. Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari

secara terus - menerus,

4. Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan

persisten) mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi

atau penyakit lainnya.

C. Etiologi

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral;

infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,

meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus,

Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,

G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).


b. Infeksi parenteral;

merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan

diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis

dan sebagainya.

2. Faktor Malabsorbsi

Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).

Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan

anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

3. Faktor Makanan

Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi

terhadap jenis makanan tertentu.

4. Faktor Psikologis

Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

E. Manifestai Klinik

Pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi (kekurangan cairan),

tanda-tandanya : Berak cair 1-2 kali sehari, muntah ( - ), haus ( - ), nafsu

makan tidak berkurang, masih ada keinginan untuk bermain


Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan/sedang.

Tanda-tandanya : Berak cair 4-9 kali sehari, Kadang muntah 1-2 kali sehari,

suhu tubuh kadang meningkat, Haus, tidak ada nafsu makan, Badan lesu lemas

Pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat.Tanda-

tandanya: Berak cair terus-menerus, Muntah terus-menerus, Haus, Mata

cekung, Bibir kering dan biru, Tangan dan kaki dingin, Sangat lemah, Tidak

ada nafsu makan, Tidak ada keinginan untuk bermain, Tidak BAK selama 6

jam atau lebih, Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam,

tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal

dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian

akibat dehidrasi yang menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan

biokimiawi berupa asidosis metabolik yang berlanjut. Seseorang yang

kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan berkurang, ubun ubun dan

mata cekung, membrane mukosa kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,

turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun) serta suara menjadi serak. Keluhan

dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang isotonik.


F. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya

sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare pula.

Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin

dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan

menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:

1. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.

Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan

ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih

sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi

karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan

adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika

kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada

anak-anak.

4. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

disebabkan oleh:
a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat.

b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan

susu yang encer ini diberikan terlalu lama.

c) Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,

akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis

bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun

dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

Derajat dehidrasi menurut WHO modifikasi FK Unhas:

Skor
Yang dinilai
1 2 3

Gelisah, lemas,
Keadaan umum Baik Lesu, haus
mengantuk / syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kurang
Pernapasan < 30 x/m 30 40 x/m > 40 x/m
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi < 120 x/m 120-140 x/m > 140 x/m
G. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. :

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b. PH dan kadar gula dalam tinja

c. Bila perlu diadakan uji bakteri untuk mengetahui organisme

penyebabnya, dengan melakukan pembiakan terhadap contoh tinja.

2. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan

jumlah sel darah putih.

3. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, bila

memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah

atau astrup.

4. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

5. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik

atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare

kronik.
H. Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,

perubahan pada elektro kardiagram).

d. Hipoglikemia.

e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa, usus halus.

f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.

g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga

mengalami kelaparan.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a) Dehidrasi ringan

Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.

b) Dehidrasi Sedang

Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor

kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok, nadi cepat dan dalam.
c) Dehidrasi Berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik

seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun,

apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.


Konsep Dasar keperawatan

II. Pengkajian

. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih
imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik
dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status
ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
b. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
c. Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
ISPA, ISK, OMA campak.
e. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
g. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan
tempat tinggal.
h. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

1) Pertumbuhan
Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB 6-
10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan
seterusnya.
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring,
seluruhnya berjumlah 14 16 buah
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
2) Perkembangan
Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
3) Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya,
cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah
latihan kebersihan, perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Autonomy vs Shame and doundt
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan
dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug).
Melalui dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua
terlalu over protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa
malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat
berkembang pada diri anak.
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur
2-3 tahun :
a) berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan (GK)
b) Meniru membuat garis lurus (GH)
c) Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
d) Melepasa pakaian sendiri (BM)
Pemeriksaan Fisik
1) pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar
kepala, lingkar abdomen membesar,
2) keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
3) Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1
tahun lebih
4) Mata : cekung, kering, sangat cekung
5) Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
6) Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
7) Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
8) Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat >
375 derajat celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time
memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
9) Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ),
frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
10) Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang
berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon
yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a) Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan


cairan sekunder terhadap diare.
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diareatau
output berlebihan dan intake yang kurang
c) Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
d) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

3. RENCANA KEPERAWATAN
1) Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan
dan elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil :
- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
- Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit
R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan
pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk
memperbaiki defisit
2) Pantau intake dan output
R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak
adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
3) Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan
cairan 1 lt
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal
(kompensasi).
- Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang,
antispasmolitik untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri
berspektrum luas untuk menghambat endotoksin.
2) Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya intake dan out put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan
nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat
-BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi
lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah,
sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
5) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
3) Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi
peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1) Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2) Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3) Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4) Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas
kulit tidak terganggu
Kriteria hasil : Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
- Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan
benar
Intervensi :
1) Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan
keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi
iskemi dan iritasi .

Anda mungkin juga menyukai