Anda di halaman 1dari 15

BAB I12345

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup
manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan
dankehidupan. Salah satu kelainan kulit adalah eritroderma.(1)

Eritroderma berasal dari bahasa Yunani, yaitu erythro-(red = merah) dan derma,
dermatos( skin= kulit), merupakan keradangan kulit yang mengenai 90% atau lebih
pada permukaan kulit yang biasanya disertai skuama. Pada beberapa kasus, skuama tidak
selalu ditemukan, misalnya pada eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara
sistemik, padamulanya tidak disertai skuama. Pada eritroderma yang kronik, eritema tidak
begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Nama lain penyakit ini adalah
dermatitis eksfoliativa generalisata, meskipun sebenarnya mempunyai pengertian yang agak
berbeda. Kata eksfoliasi berdasarkan pengelupasan skuamayang terjadi, walaupun kadang-
kadang tidak begitu terlihat, dan kata dermatitisdigunakan berdasarkan terdapatnya reaksi
eksematus.Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis,
dan pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan histopatologi dapat membantu menentukan
penyakit yang mendasarinya. Diagnosis yang akurat dari penyakit ini merupakan suatu
proses yang sistematis di mana dibutuhkan pengamatan yang seksama, evaluasi serta
pengetahuan tentang terminology, dermatologi, morfologi serta diagnosis banding.
Pengobatannya disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya, namun tetap
memperhatikan keadaan umum seperti keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh,
memperbaiki hipoalbumin dan anemia, serta pengendalian infeksi sekunder. Eritroderma
bukan merupakan kasus yang sering ditemukan, namun masalah yang ditimbulkannya cukup
parah. Diagnosis yang ditegakkan lebih awal, cepat dan akurat serta penatalaksanaan yang
tepat sangat memengaruhi prognosis penderita.

BAB II

ERITRODERMA

2.1. DEFINISI

Definisi Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata maupun universal yang mencakup 90% permukaan tubuh
yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu dan biasanya disertai
pembentukan skuama. Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim dengan eritroderma.(2). Bila
lesi eritema hanya berkisar antara 50%-90% dapat digolongkan kedalam pre-eritroderma.
Erithroderma dapat disertai dengan gejala demam, malaise, dan limfadenopati.(1)

Terdapat dua tahapan pada erithroderma yaitu akut dan kronis. Pada fase akut dan subakut
timbul gejala yang umumnya berlangsung cepat, berawal dari munculnya gambaran klinis
berupa eritema dan skuama halus disertai dengan adanya gejala prodromal seperti, panas dan
dingin, menggigil, dan demam. Pada erithroderma yang kronis, eritema tidak begitu jelas,
karena bercampur dengan hiperpigmentasi. Pada definisi tersebut yang mutlak harus ada
adalah gambaran klinis berupa lesi erithema, sedangkan skuama tidak selalu ada pada
erithroderma. Misalnya pada erithroderma karena alergi obat secara sistemik, pada mulanya
tidak disertai skuama, baru kemudian pada stadium penyembuhan akan terlihat adanya
skuama.

Penyebab erithroderma terbanyak adalah karena adanya kelainan kullit sebelumnya


diantaranya adalah, (dalam urutan frekuensi) psoriasis, dermatitis atopik, reaksi obat yang
merugikan kulit, limfoma, dermatitis kontak alergi, dan pityriasis rubra.

2.2. ETIOLOGI

Etiologi Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, dan penyakit sistemik termasuk keganasan.(3)

a. Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat biasanya secara sistemik.

Untuk menentukan apakah keakuratan diagnosa erithroderma akibat obat perlu


dilakukan anamnesa yang teliti. Yang dimaksud alergi obat secara sistemik adalah masuknya
obat-obatan ke dalam tubuh dengan cara suntikan, melalui rektum dan vagina. Selain itu
alergi juga dapat karena obat mata, obat kumur, dan melalui kulit sebagai obat topikal.

Berikut ini adalah beberapa contoh obat-obatan yang dapat menyebabkan erithroderma:
Allopurinol Codeine Mercurials Sulfasalazine
Aminoglycosides Cyanamide Mesna Sulfonamides
Aminophylline Dapsone Methylprednisolone Sulfonylureas
Amiodarone Dideoxyinosine Minocycline Tar preparations
Amonafide Diflunisal Mitomycin C Terbinafine
Ampicillin Diphenylhydantoin Omeprazole Terbutaline
Antimalarials Ephedrine Penicillin Thalidomide
Arsenicals Ethambutol Pentostatin Thiacetazone
Aspirin Ethylenediamine Peritrate and glyceryl Thiazide diuretics
trinitrate
Aztreonam Etretinate Pheneturide Ticlopidine
Bactrim Fluorouracil Phenolphthalein Timolol maleate
eyedrops
Barbiturates GM-CSF Phenothiazines Tobramycin
Bromodeoxyuridine Gold Phenylbutazone Tocainide
Budenoside Herbal medications Phenytoin Trimetrexate
Calcium channel Indeloxazine Phototherapy Trovafloxacin
blockers hydrochloride
Captopril Indinavir Plaquenil Tumor necrosis
factor
Carbamazepine Interleukin 2 Practolol Vancomycin
Carboplatin Iodine Quinidine Yohimbine
Cefoxitin Isoniazid Ranitidine Zidovudine
Cephalosporins Isosorbide dinitrate Retinoids
Cimetidine Lansoprazole Ribostamycin
Cisplatin Lidocaine Rifampicin
Clodronate Lithium St. Johns wort
Clofazamine Mefloquine Streptomycin
Waktu mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi, dapat segera sampai
2 minggu. Bila ada obat yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh, maka yang
diduga sebagai penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.(1)

b. Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit atau Eritroderma et causa
psoriasis.

Psoriasis dapat menjadi erithroderma karena 2 hal: disebabkan oleh penyakitnya itu
sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat, misalnya pengobatan dengan ter dengan
konsentrasi tinggi. Sangat sulit membedakan antara psoriasis dengan erithroderma karena
kedua penyakit ini memiliki gejala klinis yang hampir sama.Maka dari itu perlu dilakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat untuk menegakkan diagnosis erithroderma.
Pada anamnesa perlu ditanyakan apakah ada riwayat penyakit psoriasis sebelumnya.

Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang juga dikenal
sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia penderita berkisar 4-20
minggu.(3)

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula menjadi
eritroderma. Selain itu yang dapat menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus,
dermatitis atopic dan liken planus.(4)

PENYEBAB PERSENTASE

Undetermined or unclassified 23
Psoriasis 23
Atopic dermatitis, eczema 16
Drug allergy 15
Lymphoma, leukemia 11
Allergic contact dermatitis 5
Seborrheic dermatitis 5
Stasis dermatitis with id reaction 3
Pityriasis rubra pilaris 2
Pemphigus foliaceus 1
*Berikut adalah beberapa penyakit yg bisa menjadi penyebab erithroderma
c. Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan

Berbagai penyakit atau kelainan organ dalam, termasuk infeksi fokal dapat memberi
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak termasuk akibat
alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari penyebabnya, yang berarti perlu
pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan laboratorium dan foto toraks), untuk
melihat adanya infeksi penyakit pada alat dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat
leukositosis namun tidak ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bacterial yang
tersembunyi (occult infection) yang perlu diobati.(1)

Harus lebih diperhatikan komplikasi sistemik akibat eritroderma seperti hipotermia, edema
perifer, dan kehilangan cairan dan albumin, dengan takikardia dan kelainan jantung harus
mendapatkan perawatan yang serius. Pada eritroderma kronik dapat mengakibatkan kakesia,
alopesia, palmoplantar keratoderma, kelainan pada kuku dan ektropion. Salah satu
penyebabnya adalah sindrom sezary. Penyakit ini termasuk limfoma, diduga berhubungan
dengan infeksi virus HTLV-V dan dimasukkan ke dalam CTCL ( Cutaneus T-Cell
Lymphoma). Yang diserang adalah orang dewasa, pada pria rata-rata berumur 64 tahun,
sedangkan pada wanita 53 tahun.

2.3. Epidemiologi

Insidens eritroderma sangat bervariasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita,
namun paling sering pada pria dengan rasio 2: 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 50
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia. Insiden eritroderma makin
bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya
insiden psoriasis.(1)

Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan lebih dari setengah kasus dari
eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit lebih dari seperempat kasus.
Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus adalah psoriasis berat.(4)

Pada anak-anak erithroderma biasanya disebabkan oleh pitiriasis rubra pilaris ataupun
dermatitis atopik.
2.4. Patofisiologi

Mekanisme terjadinya eritroderma belum diketahui dengan jelas. Pathogenesis eritroderma


berkaitan dengan pathogenesis penyakit yang mendasarinya, dermatosis yang sudah ada
sebelumnya berkembang menjadi eritroderma. Penelitian terbaru imuno patogenesis infeksi
yang dimediasi toksin menunjukkan bahwa lokus patogenesitas staphylococcus mengkodekan
superantigen. Lokus-lokus tersebut mengandung gen yang mengkodekan toksin dari toxic
shock syndrome dan staphylococcol scalded-skin syndrome. Kolonisasi S. aureus atau
antigen lain merupakan teori yang mungkin saja seperti toxic shock syndrome toxin-1,
mungkin meminkan peranan pada pathogenesis eritroderma. Pasien-pasien dengan
eritroderma biasanya mempunyai kolonisasi S. aureus sekitar 83% dan pada kulit sekitar
17%, bagaimanapun juga hanya ada satu dari enam pasien yang memiliki toksin S. aureus
yang positif.(4)

Dapat diketahui bahwa akibat suatu agen dalam tubuh baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik maka tubuh memberikan reaksi berupa pelebaran
pembuluh darah kapiler (eritema) yang universal. Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan panas
bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada eritroderma kronis dapat
terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia akibat peningkatan perfusi kulit.
Penguapan cairan yang makin meningkat dapat menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan
meningkat, kehilangan panas juga meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas
menyebabkan hipermetabolismekompensator dan peningkatan laju metabolisme basal.
Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.(1)

Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein (hipoproteinemia) dengan berkurangnya albumin
dengan peningkatan relatif globulin terutama gamma globulin merupakan kelainan yang
khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh pergeseran cairan ke ruang
ekstravaskuler.(1)

Eritroderma akut dan kronis dapat mengganggu mitosis rambut dan kuku yang
menimbulkan gejala berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan kuku. Pada eritroderma
yang telah berlangsung berbulan-bulan, dapat terjadi perburukan keadaan umum yang
progresif.(1)
2.5. Gambaran Klinis

Mula-mula timbul bercak eritema yang dapat meluas ke seluruh tubuh dalam waktu 12-48
jam. Deskuamasi yang difus dimulai dari daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga
mengenai membrane mukosa, terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah
terkena, dapat terjadi alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat terlepas. Dapat terjadi
limfadenopati dan hepatomegali. Skuama timbul setelah 2-6 hari, sering mulai di daerah
lipatan.Skuamanya besar pada keadaan akut, dan kecil pada keadaan kronis. Warnanya
bervariasi dari putih sampai kuning. Kulit merah terang, panas, kering dan kalau diraba terasa
tebal. Pasien terkadang mengeluh kedinginan.(5)

Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang, sehingga sebagai kompensasi terhadap
kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas
metabolik.

Dahulu eritroderma dibagi menjadi primer dan sekunder. Pendapat sekarang semua
eritroderma ada penyebabnya, jadi eritroderma selalu sekunder. Eritroderma akibat alergi
obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat penyebabnya.
Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya kulit hanya eritem saja,
setelah penyembuhan barulah timbul skuama.(3)

Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan dermatitis seboroik
pada bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal yaitu: karena penyakitnya
sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.(3)

Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Eritroderma et causa
psoriasi merupakan eritroderma yang disebabkan oleh penyakit psoriasis atau karena
pengobatan kortikosteroid sistemik atau steroid topikal, komplikasi fototerapi, stress
emosional yang berat, penyakit terdahulunya misalnya infeksi.
Gambar 1. Eritroderma psoriasis

Dermatitis seboroik pada bayi (penyakit Leiner) terjadi pada usia penderita berkisar 4-
20minggu. Kelainan berupa skuama berminyak dan kekuningan di kepala. Eritema dapat
padaseluruh tubuh disertai skuama yang kasar.(3)

Gambar 2. Dermatitis seboroik

Ptiriasis rubra pilaris yang berlangsung selama beberapa minggu dapat pula
menjadieritroderma. Mula-mula terdapat skuama moderat pada kulit kepala diikuti perluasan
ke dahi dantelinga; pada saat ini akan menyerupai gambaran dermatitis seboroik. Kemudian
timbulhiperkeratosis palmoplantaris yang jelas. Berangsur-angsur menjadi papul folikularis
disekeliling tangan dan menyebar ke kulit berambut.(3)

Pemfigus foliaseus bermula dengan vesikel atau bula berukuran kecil, berdinding kendur
yang kemudian pecah menjadi erosi dan eksudatif. Yang khas adalah eritema menyeluruh
yangdisertai banyak skuama kasar, sedangkan bula kendur hanya sedikit. Penderita mengeluh
gataldan badan menjadi bau busuk.(3)
Dermatitis atopi dimulai dengan eritema, papul-papul, vesikel sampai erosi danlikenifikasi.
Penderita tampak gelisah, gatal dan sakit berat.

Permukaan timbulnya liken planus dapat mendadak atau perlahan-lahan; dapat berlangsung
berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan mungkin kambuh lagi. Kadang-kadangmenjadi
kronik. Papul dengan diameter 2-4 mm, keunguan, puncak mengkilat, polygonal.
Papulamungkin terjadi pada bekas garukan (fenomena Koebner). Bila dilihat dengan kaca
pembesar, papul mempunyai pola garis-garis berwarna putih (Wickhams striae). Lesi
simetrik, biasanya pada permukaan fleksor pergelanagna tangan, menyebar ke punggung dan
tungkai. Mukosamulut terkena pada 50% penderita. Mungkin pula mengenai glans penis dan
mukosa vagina.Kuku kadang-kadang terkena, kuku menipis dan berlubang-lubang. Anak-
anak jarang terkenatetapi bila terdapat bercak kemerahan mungkin tidak khas dan dapat
keliru dengan psoriasis.Sering sangat gatal. Cenderung menyembuh dengan sendirinya.(3)

Gambar 6. Liken planus

Eritroderma akibat penyakit sistemik termasuk keganasan, yang tidak termasuk


golonganakibat alergi dan akibat perluasan penyakit kulit, harus dicari penyebabnya dan
diperiksa secaramenyeluruh, termasuk dengan pemeriksaan laboratorium dan foto toraks.
Termasuk dalamgolongan ini adalah sindrom Sezary.Sindrom SezaryPenyakit ini termasuk
limfoma. Penyebabnya belum diketahui, diduga berhubungandengan infeksi virus HTLV-V
dan dimasukkan ke dalam CTCL (C utaneus T -Cell Lymphoma).

Yang diserang adalah orang dewasa, mulanya penyakit pada pria rata-rata berusia 64
tahun,sedangkan pada wanita berusia 53 tahun.Sindrom ini ditandai dengan eritema berwarna
merah membara yang universal disertaiskuama dan rasa sangat gatal. Selain itu terdapat
infiltrat pada kulit dan edema. Pada sepertigahingga setengah pada pasien didapati
splenomegali, limfadenopati superfisial, alopesia,hiperpigmentasi, hiperkeratosis palmaris et
plantaris, serta kuku yang distrofik.(1)

Gambar 7. Sindrom Sezary

2.6. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan LaboratoriumPada pemeriksaan darah didapatkan


albumin serum yang rendah dan peningkatangammaglobulin, ketidakseimbangan elektrolit,
protein fase akut meningkat, leukositosis, maupunanemia ringan.(4

Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantumengidentifikasi
penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi kulit dapatmenunjukkan
gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi proses inflamasi. Padatahap akut,
spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi edema. Pada stadium kronis, akantosisdan
perpanjangan rete ridge lebih dominan.Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa
menjadi semakin pleomorfik, danmungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik,
seperti bandlike limfoid infiltrate didermis-epidermis, dengan selcerebriformmononuclear
atipikal dan Pautriers micro abscesses

.Pada pasien dengan Sindrom Sezary ditemukan limfosit atipik yang disebut sel Sezary.
Biopsi pada kulit juga memberi kelainan yang agak khas, yakni terdapat infiltrat pada dermis
bagianatas dan terdapatnya sel Sezary. Disebut sindrom Sezary, jika jumlah sel Sezary yang
beredar 1000/mm3 atau lebih atau melebihi 10% sel-sel yang beredar. Bila jumlah sel
tersebut di bawah1000/mm3 dinamai sindrom pre-Sezary.(1)

Pemeriksaan immunofenotipe infiltrate limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan


permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T matang
padaeritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan gambaran clubbing
lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus, akantosis superfisial juga
ditemukan. Padaeritroderma ikhtisioform dan ptiriasis rubra pilaris, biopsi diulang dari
tempat-tempat yangdipilih dengan cermat dapat memperlihatkan gambaran khasnya.

2.7. Diagnosis

Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah ada
sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-kemerahan di pilaris
rubra pitiriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi, erosi dan ekskoriasi di dermatitis
atopik dan eksema; menyebar, relatif hiperkeratosis tanpa skuama, dan pitiriasis rubra;
ditandai bercak kulit dalam eritroderma di pilaris rubra pitiriasis; hiperkeratotik skala besar
kulit kepala, biasanya tanpa rambut rontok di psoriasis dan dengan rambut rontok di CTCL
dan pitiriasis rubra, ektropion mungkin terjadi. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat
menegakkan diagnosis.

2.8. Diagnosis Banding

Ada beberapa diagnosis banding pada eritroderma:


1.Dermatitis atopik

Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis
dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga, asma bronkial,rhinitis
alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi di antara 15-25% populasi, berkembang dari satu
menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak
karena alergi inhalasi.(8)

Dermatitis atopik adalah penyakit kulit yang mungkinterjadi pada usia berapapun, tetapi
biasanya timbul sebelum usia 5 tahun. Biasanya ada tiga tahap: balita, anak-anak, dan
dewasa.Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa, di
mana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang
parah,likenifikasi dan prurigo nodularis, sendangkan pada gambaran histologi terdapat
akantosis ringan, spongiosis variabel, derma eosinofil dan parakeratosis.(3)

Gambar 8. Dermatitis atopik

2. Psoriasis

Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yangterlalu


kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi eritroderma
biasanya lesi yang khas untuk psoriasi tidak tampak lagi karena dapat menghilang, plak-plak
psoriasis menyatu, eritema dan skuama tebal universal.(2)

Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang berlangsung lambat dan tidak
dapatdihambat atau sangat cepat. Faktor genetic berperan. Bila orangtuanya tidak menderita
psoriasi, resiko mendapat psoriasi 12%, sedangkan jika salah seorang orang tuanya menderita
psoriasis, resikonya mencapai 34-39%.(1)

Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan skuama yang
kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, tanda-tanda Auspitz,dan
Koebner. (1)

Gambar 9. Psoriasis

3.Dermatitis seboroik

Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang kronis ditandai dengan plak eritema
yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak mengandung kelenjar sebasea seperti
kulit kepala, alis, lipatan nasolabial, belakang telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara
skapula. Dermatitis seboroik dapat terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40
tahun.(8)

Biasanya lebih berat apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada
orang-orang yang banyak memakan lemak dan minum alkohol.(1)

Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman pityrosporum ovale yang hidup
komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak eritema dan skuama halus
sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan menghasilkan skuama putih yang
berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa gatal yang hebat.(1)

Dermatitis seboroik dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasi. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostisk dapat memperbaikinya.
Pada orang yang telah mempunyai faktor predisposisi, timbulnya dermatitis seboroik dapat
disebabkan oleh faktor kelelahan, stress emosional, infeksi,atau defisiensi imun.

Gambar 10. Dermatitis seboroik

2.9. Penatalaksanaan

Pada eritroderma golongan I, obat tersangka sebagai kausanya segera dihentikan.Umumnya


pengobatan eritroderma dengan kortikosteroid. Pada golongan I, yang disebabkanoleh alergi
obat secara sistemik, dodsis prednisone 4 x 10 mg. penyembuhan terjadi cepat,umumnya
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.Pada golongan II akibat perluasan penyakit
kulit juga diberikan kortikosteroid. Dosismula prednisone 4 x 10 mg sampai 15 mg sehari.
Jika setelah beberapa hari tidak tampak perbaikan, dosis dapat dinaikkan. Setelah tampak
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.Jika eritroderma terjadi akibat pengobatan dengan
ter pada psoriasis, makan obat tersebut harusdihentikan. Eritroderma karena psoriasis dapat
pula diobati dengan asetretin. Lama penyembuhan golongan II ini bervariasi beberapa
minggu hingga beberapa bulan, jadi tidak secepat seperti golongan I.

Pada pengobatan dengan kortikosteroid jangka lama (long term), yakni jika melebihi 1 bulan
lebih baik digunakan metilprednisolon darpiada prednison dengan dosis ekuivalen
karenaefeknya lebih sedikit.Pengobatan penyakit Leiner dengan kortikosteroid memberi hasil
yang baik. Dosis prednisone 3 x 1-2mg sehari. Pada sindrom Sezary pengobatan terdiri atas
kortikosteroid(prednisone 30 mg sehari) atau metilprednisolon ekuivalen dengan sitostatik,
biasanya digunakan klorambusil dengan dosis2-6 mg sehari.Pada eritroderma kronis
diberikan pula diet tinggi protein, karena terlepasnya skuama mengakibatkan kehilangan
protein. Kelainan kulit perlu pula diolesi emolien untuk mengurangi radiasi akibat
vasodilatasi oleh eritema misalnya dengan salep lanolin 10% atau krim urea10%.(1)

2.10. Komplikasi

1. Abses

2. Furunkulosis

3. Konjungtivitis

4. Stomatitis

5. Bronkitis

6. Limfadenopati

7. Hepatomegali

8. Rhinitis

9. Kolitis

2.11. Prognosis

Prognosis eritroderma tergantung pada proses penyakit yang mendasarinya. Kasus


karena penyebab obat dapat membaik setelah penggunaan obat dihentikan dan diberi terapi
yang sesuai.Penyembuhan golongan ini ialah yang tercepat dibandingkan dengan golongan
yang lain.(1)

Pada eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan dengan kortikosteroidhanya


mengurangi gejalanya, pasien akan mengalami ketergantungan kortikosteroid(corticosteroid
dependence).Eritroderma disebabkan oleh dermatosa dapat diatasi dengan pengobatan, tetapi
mungkinakan timbul kekambuhan. Kasus idiopatik adalah kasus yang tidak terduga, dapat
bertahan dalamwaktu yang lama, seringkali disertai dengan kondisi yang lemah.(8)
Sindrom Sezary prognosisnya buruk, pasien pria umumnya akan meninggal setelah 5 tahun,
sedangkan pasien wanita setelah 10 tahun. Kematian disebabkan oleh infeksi atau penyakit
berkembang menjadi mikosis fungoides.

BAB III

KESIMPULAN

Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan eritema di seluruh atau hampir
seluruh tubuh dan biasanya disertai skuama. Kelainan ini lebih banyak didapatkan pada pria,
terutama pada usia rata-rata 40-60 tahun. Penyebab tersering eritroderma adalah akibat
perluasan penyakit kulit sebelumnya, reaksi obat, alergi obat dan akibat penyakit sistemik
termasuk keganasan.Gambaran klinik eritroderma berupa eritema dan skuama yang bersifat
generalisata. Penatalaksanaan eritroderma yaitu pemberian kortikosteroid dan pengobatan
topikal dengan pemberian emolien serta pemberian cairan dan perawatan di ruangan yang
hangat. Prognosis eritroderma yang disebabkan obat-obatan relative lebih lama, sedangkan
eritroderma yang disebabkan oleh penyakit idiopatik, dermatitis dapat berlangsung berbulan-
bulan bahkan bertahun-tahun dan cenderung untuk kambuh.

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi kelima. Jakarta: Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia,2007.

2. Umar, H Sanusi. Erythroderma (generalized exfoliative dermatitis), diunduh


dari:www.emedicine.com, pada28 Januari2012

3. Siregar, RS. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC,2004.

4. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 7theds. New York: McGraw-Hill,2001.

5. Harahap, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates,2008.

6. Ekm. Itraconazole Oral untuk Terapi Dermatitis Seboroik, diunduh dari: www.kalbe.co.id,
pada 28 Januari2012.

7. Hierarchical. Pytiriasis Rubra Pilaris, diunduh dari: www.lookfordiagnosis.com, pada


tanggal 28 Januari 2012.
8. Bandyopadhyay debabrata, Associate Professor and Head Department of
Dermatology,diunduh dari: www.tripodindonesia.com, pada tanggal 28 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai