Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit
dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa.
Melanoma sebagian besar ditemukan di kulit, namun kemungkinan juga dapat
terjadi pada tempat lain, dimana melanosit ditemukan.1 Melanosit terdapat pada
lapisan ektodermal ( ectodermal junctional cell), yang berlokasi antara stratum
basalis epidermis dan stratum papilare dari dermis.1
Melanoma Maligna biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam
waktu yang singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi
juga menyebar melalui aliran darah.1
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa Melanoma Maligna memiliki
kekhasan dalam umur, ras dan lokasi penyakit. Berdasarkan umur, rata rata usia
penderita adalah 55 tahun. Berdasarkan penelitian oleh WHO, ras Kaukasian
memiliki resiko terkena Melanoma Maligna lebih tinggi dibandingkan ras lain (ras
Mongoloid, ras Negrito, ras Latin). Lokasi yang sering terkena penyakit ini adalah
daerah tubuh yang terpapar langsung sinar UV yang berasal dari matahari.2
Dalam praktek kedokteran, kecurigaan timbulnya melanoma maligna berasal
dari keluhan sederhana saat pasien datang untuk berobat, yaitu keluhan gatal,
panas, ataupun nyeri pada kulit atau tahi lalat. Tanda lainnya yakni terdapat
perubahan dari tahi lalat atau tanda lahir baik dalam segi bentuk, ukuran, maupun
warna.1,2 Namun Melanoma maligna sering pula ditemukan secara tidak sengaja
saat dilakukan pemeriksaan fisik. Karena sering terabaikannya perubahan bentuk
dari tahi lalat atau tanda lahir yang merupakan gejala awal dari melanoma
maligna, diagnosis melanoma maligna lebih banyak didapatkan pada keadaan
lanjut atau sudah bermetastasis ke organ lain.3 Stadium awal melanoma maligna
akan memberikan prognosis yang baik dan dapat disembuhkan dengan terapi
pembedahan, sedangkan pada stadium lanjut melanoma maligna akan
memberikan prognosis yang buruk bahkan dapat berujung pada kematian.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Melanoma maligna atau biasa juga disebut sebagai melanoma adalah
keganasan yang terjadi pada melanosit, sel penghasil melanin, yang biasanya
berlokasi di kulit tetapi juga ditemukan di mata, telinga, traktus GI,
leptomeninges, dan oral dan membran mukus genitalia. Karena sebagian besar sel
melanoma masih menghasilkan melanin, maka melanoma seringkali berwarna
coklat atau hitam.

2.2 Epidemiologi
Insiden melanoma maligna itu sendiri berbeda-beda di tiap negara, dengan
insiden tertinggi terjadi di Australia dan Selandia Baru. Sebagai kanker kulit yang
paling ganas, pada penemuan kasus kanker yang baru terdiagnosis, melanoma
menduduki urutan ke 6 pada laki-laki dan urutan ke 7 pada perempuan di
Amerika. Diperkirakan jumlah kasus baru Melanoma maligna di Amerika pada
tahun 2008 sebesar 62.480 kasus, dengan 34.4950 kasus terjadi pada laki-laki dan
27.350 pada wanita.4

2.3 Etiologi
Etiologinya belum diketahui pasti. Salah satu factor yang perlu diperhatikan,
selain factor keganasan pada umumnya ialah paparan sinar uv yang berlebihan,
iritasi yang berulang pada nevus. Faktor herediter mungkin memegang peranan
dan perlu diperhatikan lebih teliti. Perjalanan penyakit tidak dapat ditentukan
dengan pasti, kadang tumornya kecil akan tetapi telah bermetastasis jauh; tumor
yang besar pun dapat juga setempat saja dalam jangka waktu lama.5

2
2.4 Faktor Resiko
Identifikasi faktor resiko terhadap melanoma maligna adalah penting untuk
usaha pencegahan dan deteksi dini yang dilakukan. Faktor resiko melanoma
maligna diantaranya yaitu:4

a) Pajanan Terhadap Radiasi Sinar UV yang Berlebihan


Orang dengan pajanan sinar ultraviolet yang berlebihan memiliki
resiko yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak. Hal ini dikaitkan
juga dengan faktor lingkungan, yaitu tinggal dilokasi dekat dengan garis
ekuator, orang yang memiliki kebiasaan rekreasi outdoor atau orang yang
memiliki pekerjaan yang mengharuskannya terpajan sinar matahari lebih
banyak, seperti pelaut, petani, dll., Namun, pajanan terhadap sinar ultraviolet
yang intermitten namun sangat kuat lebih sering memiliki korelasi yang kuat
dengan terjadinya melanoma jika dibandingkan dengan pajanan kronik namun
dalam level rendah, meskipun jumlah total dosis sinar ultraviolet sama.

b) Tahi lalat (Nevus)


Tahi lalat atau nevus merupakan salah satu tumor jinak pada melanosit.
Nevus tersebut dapat timbul sejak lahir atau saat masa kanak-kanak, bisa juga
saat remaja. Salah satu tipe nevus yang dapat berubah menjadi melanoma
yaitu dysplastic nevus atau tahi lalat atipik. Nevus displastik sedikit seperti
nevus normal biasa, namun juga terlihat seperti melanoma. Nevus displastik
ini seringkali merupakan faktor keluarga. Jika seseorang memiliki seorang
anggota keluarga yang mempunyai displastik nevus maka sekitar 50%
kemungkinan nevus tersebut akan berkembang.

Resiko melanoma sekitar 6% sampai dengan 10% pada mereka yang


memiliki nevus displastik, tergantung pada usia, faktor keluarga, jumlah nevus
displastik dan faktor-faktor lainnya. Sedangkan pada mereka yang memiliki
nevus melanotik sejak lahir, resiko berkembangnya melanoma yaitu sekitar
6%.

3
Pada studi case-control , individu yang memiliki nevus yang dianggap
dysplasia nevi apabila memenuhi 2 kriteria yaitu :
a. Diameter sekurang-kurangnya 5mm dengan tekstur yang datar (baik
seluruhnya maupun sebagian).
b. Dua dari kriteria berikut : warna yang bervariasi, asimetris atau batas
yang tidak jelas.
Adanya tahi lalat yang berubah, jumlahnya yang banyak (lebih dari
100 buah) dan adanya tahi lalat yang sangat besar dengan diameter >20 cm
pada orang dewasa menambah faktor resiko.

c) Faktor Keluarga
Resiko akan menjadi lebih besar pada mereka yang memiliki keluarga
yang didiagnosa melanoma pada hubungan keluarga primer, seperti ayah, ibu,
kakak, adek atau anak. Sekitar 10% seseorang dengan melanoma memiliki
sejarah keluarga yang menderita penyakit yang sama.
d) Fenotip
Fenotip yaitu ekspresi gen pada diri seseorang. Dan yang dimaksud
dalam hal ini yaitu ekspresi gen seseorang terhadap kulit yang terang,
berbintik-bintik, warna mata hijau atau biru, rambut merah atau pirang, dan
lain sebagainya. Resiko terhadap orang kulit putih 20 kali lebih tinggi bila
dibanding dengan seorang Afrika Amerika. Hal ini disebabkan karena efek
protektif oleh pigmen kulit. Namun bukan berarti orang kulit hitam terbebas
sama sekali dari resiko melanoma, hanya saja tempat predileksi yang berbeda.
Emedicine menyatakan bahwa seorang Hispanik dan Afrika Amerika,
melanoma lebih sering ditemukan di daerah akral.

e) Usia
Sekitar setengah dari kejadian melanoma, terdapat pada orang-orang
pada usia lebih dari 50 tahun.

4
f) Jenis dan Tipe Kulit
Jenis kulit dan respon terhadap paparan sinar matahari mempunyai peran
penting dalam terjadinya melanoma. Terdapat lima jenis tipe kulit menurut
Fitzpatrick seperti terlihat pada tabel 1 dibawah ini.13

Gambar 1.Tipe jenis kulit13

Resiko terbesar melanoma terjadi pada tipe kulit 1 dan 2, yaitu pada jenis kulit
putih, sedangkan, pada tipe kulit gelap yaitu tipe 5 dan 6 jarang ditemui
melanoma maligna.13

2.5 Patofisiologi
Informasi untuk memahami patofisiologi melanoma adalah konsep
pertumbuhan radial dan vertikal. Secara sederhana, pertumbuhan radial
menunjukkan kecenderungan awal dari suatu melanoma untuk tumbuh horizontal
di dalam epidermis (in situ) dan lapisan dermal yang dangkal, seringkali ini terjadi
untuk waktu yang lama. Selama tahap pertumbuhan ini, sel-sel melanoma tidak
memiliki kemampuan untuk bermetastasis, dan tidak ada bukti angiogenesis.
Dengan berjalannya waktu, pola pertumbuhan menjadi vertikal, tumbuh ke
bawah ke lapisan dermal yang lebih dalam sebagai massa yang meluas dan kurang
pematangan selular.6,8,9
Peristiwa ini kerap dijelaskan secara klinis oleh perkembangan nodul yang
relatif datar dalam fase pertumbuhan radial dan dikaitkan dengan munculnya
clone dari sel-sel dengan potensi metastasis. Kemungkinan perkiraan metastasis
dengan mengukur kedalaman invasi pertumbuhan secara vertikal dari fase nodul
di bagian bawah dari lapisan atas sel granular epidermis di atasnya (ketebalan

5
Breslow). Indikator lainnya adalah potensi metastasis limfatik, tingkat mitosis,
dan ulserasi. Tidak hanya melibatkan metastasis kelenjar getah bening regional,
tetapi juga hati, paru-paru, otak, dan hampir semua bagian lain yang dapat
dijangkau oleh peredaran darah. Biopsi kelenjar getah bening sentinel pada saat
operasi memberikan informasi tambahan tentang agresifitas biologis. Dalam
beberapa kasus, metastasis mungkin muncul untuk pertama kalinya bertahun-
tahun kemudian setelah dilakukan bedah eksisi tumor primer, hal ini
menunjukkan fase dormansi yang panjang.6,8,9

Gambar 2. Tahap perkembangan melanoma.

A. kulit normal dan sebaran melanosit.


b. Junctional nevus.
c. Compound nevus.
d. Intradermal nevus.
e. Intradermal nevus dengan neurotisasi (pematangan).
B. Hyperplasia lentiginous melanocytic.
C. Lentiginous compound nevus dengan arsitektur dan sitologi abnormal (dysplastic
nevus).
D. Tahap awal atau fase pertumbuhan radial melanoma (sel gelap besar di epidermis)
yang timbul pada nevus.
E. Melanoma dalam fase pertumbuhan vertikal dengan potensi metastasis

6
Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase
pertumbuhan radial, sel-sel ganas tumbuh dalam mode radial pada
epidermis. Dengan waktu berlangsung, sebagian besar melanoma ke fase
pertumbuhan vertikal, di mana sel-sel ganas menginvasi dermis dan
mengembangkan kemampuan untuk bermetastasis.

2.6 Gambaran Klinis


Terdapat 4 jenis melanoma maligna, yaitu:6,7

1. Superficial spreading melanoma (SSM)


Merupakan jenis melanoma terbanyak yang ditemukan di Indonesia
(70%). Subtipe ini paling sering terlihat pada individu usia 30-50 tahun. Pada
umumnya SSM timbul pada kulit normal (de novo), berupa plak archiformis
berukuran 0,5 - 3 cm dengan tepi meninggi dan irreguler. Pada permukaannya
terdapat campuran dari bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru,
hitam dan sering kemerahan Lesi ini meluas secara radial. Pada umumnya
mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1 tahun, untuk melanjutkan tumbuh
secara vertikal dan berkembang menjadi nodula biru kehitaman. Dapat
mengalami regresi spontan dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi.
Predileksinya pada wanita sering dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada
pria di badan dan leher. Secara histologis, ditandai buckshot (pagetoid)
melanosit pada epidermis. 6,7

A B

Gambar 3. A. Superficial spreading melanoma psda kulit.


B. Superficial spreading melanoma di palatum, lesi coklat
kehitaman dengan batas tak beraturan, tampak lesi satelit.

7
2. Nodular melanoma (NM)
Merupakan jenis melanoma kedua terbanyak (15-30%), sifat lesi ini
lebih agresif. Terjadi paling sering di kaki dan badan. Nodular melanoma
adalah lesi berupa nodul berbentuk setengah bola (dome shaped) atau polipoid
dan eksofitik, berwarna coklat kemerahan atau biru sampai kehitaman.
Pertumbuhannya secara vertikal, pertumbuhan pesat terjadi beberapa minggu
sampai bulan, subtipe ini bertanggung jawab untuk kebanyakan melanoma
yang dalam. Dapat mengalami ulserasi dan mudah terjadi perdarahan hanya
dengan trauma ringan. Metastase dapat secara limfogen dan hematogen.
Secara histologis, lesi ini tidak memiliki fase pertumbuhan radial.6,7

A B

Gambar 4. Nodular melanoma.


A. Nodular melanoma pada kulit.
B. Nodular melanoma pada gingiva disertai ulserasi.

3. Lentigo Maligna Melanoma (LML)


Merupakan kelainan yang jarang ditemukan (4-10%). Pertumbuhan lesi
ini secara vertikal, terjadi sangat lambat bisa sampai 5-20 tahun. Biasanya
sering ditemukan di kepala, leher, dan lengan pada individu yang lebih tua
dengan rata-rata umur 65 tahun. Lesi precursor in situ biasanya besar,
berdiameter lebih dari 1-3 cm dengan tepi tidak teratur, telah terjadi minimal
10-15 tahun, dan menunjukkan pigmentasi makula dari coklat tua sampai
kehitaman, namun pada beberapa area dapat tampak hipopigmentasi. Invasi

8
pada dermal berkembang menjadi lentigo maligna melanoma yang ditandai
nodul biru-kehitaman dalam lesi in situ.6,7
Secara histologis ditandai dengan proliferasi melanosit yang predominan
dan meluas sepanjang struktur adneksa kulit. Lesi ini terjadi terutama pada
wanita usia lanjut. Perbandingan antara pria dan wanita 1: 2-3.

Gambar 5. Lentigo melanoma maligna.

4. Acral Lentiginous Melanoma (ALM)


Sering dijumpai di telapak tangan, ibu jari kaki, daerah subungul, dan
membran mukosa. Biasanya berawal dari pigmentasi hitam, makula batas
tidak teratur, yang kemudian berkembang menjadi papula yang invasif. Sering
terjadi didekade ke-5 sampai ke-7 dari hidup seseorang. Pertumbuhan lesi
makula meluas kearah lateral dan ke arah vertikal berupa penebalan lesi.6,7

Gambar 6. Acral lentiginous melanoma.

9
Melanoma secara klinis biasanya sering didiagnosa dalam kondisi nodul, dan
biasanya datar pada awal lesi. Terjadi pada dekade ke-6 atau ke-7 dari usia
seseorang. Dua dari tiga pasien terjadi pada laki-laki. 18

Lesi awal biasanya berupa makula berwarna kecoklatan hingga kehitaman


dengan tepi tidak teratur. Dapat terjadi ulserasi pada lesi, tetapi pada banyak lesi
ditemukan warna hitam, berlobul, masa yang eksofitik dan tanpa ulserasi pada
saat didiagnosa. Pasien dapat mengeluhkan rasa gatal, dan rasa sakit jika terjadi
ulser. Sebagian besar lesi terasa lunak waktu dipalpasi. Pada pemeriksaan
radiografis terdapat gambaran kerusakan yang irregular atau moth-eaten.18

2.7 Klasifikasi
Pada melanoma maligna mengklasifikasianya dibagi menjadi :10
1. Klasifikasi Klinik
2. Klasifikasi Clark
3. Klasifikasi Breslow

1. Klasifikasi Klinik standar melanoma maligna, terdiri dari tiga stadium klinik
yaitu:
a. Stadium klinik I
Melanoma maligna local tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe
regional. Termasuk kedalam stadium I adalah melanoma primer yang
belum diobati atau telah dilakukan biopsy eksisi, melanoma rekuren local
yang berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer, melanoma primer multiple.
Sampai saat ini pembedahan dengan eksisi luas masih merupakan
pengobatan melanoma maligna yang terbaik. Penentuan batas tepi eksisi
optimal dan pertimbangan pengangkatan kelenjar limfe regional sebagai
tindakan profilaksis terutama tergantung pada jenis dan lokasi melanoma
maligna, tingkat invasi Clark dan kedalaman Brelow. Rekomendasi terakhir
yang dilaporkan oleh day dkk ( 1982 ) dan sober ( 1983 )menganjurkan
batas tepi eksisi adalah sebagai berikut :

10
1) Untuk lesi dengan kedalaman lebih dari 0.85 mm adalah 3 cm
2) Lesi dengan kedalaman kurang dari 0.85 mm adalah 1.5 cm
3) Untuk lesi dengan kedalaman antara 0.85 1.69 mm dan lesi
tersebut tidak terletak di region Bans yaitu bagian atas punggung,
bagian posterolateral lengan, leher, atau kulit kepala. Batas tepi
eksisi adalah 1.5 cm
Pengangkatan kelenjar limfe regional terutama dilakukan pada
semua lesi melanoma maligna dengan kedalaman0.9 mm atau lebih pada
semua tingkat invasi. Pengangkatan kelenjar limfe regional biasanya tidak
dilakukan pada keadaan sebagai berkut :
a. Penderita dengan usia lanjut
b. Penderita dengan sangat lemah dengan penyakit yang sering kambuh
kambuhan
c. Sudah ada metastasis jauh
Alternatif lain adalah radioterapi namun tidak efektif untuk pengobatan lesi
melanoma maligna kulit karena radioresisten. Namun penggunaannya
dapat dipertimbangkan bagi penderita lanjut usia dan pada lesi metastasis (
otak dan hati ). Dosis yang dianjurkan adalah 4500 5000 rads10

b. Stadium klinik II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional. Yang
termasuk kedalam stadium II adalah melanoma primer yang mengadakan
metastasis secara simultan, melanoma primer yang terkontrol, dan
kemudian terjadi metastasis, melanoma rekuren lokal dengan metastasis.10
c. Stadium klinik III
Melanoma diseminata dimana sudah terjadi metastasis yang jauh.
Termasuk kedalam stadium III apabila sudah terjadi metastasis ke alat
alat dalam dan atau subkutan. Pada 25 30 % penderita melanoma
maligna sudah menunjukkan adanya metastasis ke kelenjar limfe.10

11
2. Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark
Clark membagi melanoma maligna menurut kedalaman invasinya didalam
lapisan kulit atas 5 tingkat :

Gambar 7. Sel melanoma berada di dalam epidermis10

a. Tingkat I : Sel melanoma terletak diatas membran basalis epidermis


(melanoma in situ: intraepidermal). Sangat jarang dan tidak
membahayakan.
b. Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis
(dermis bagian superfisial)
c. Tingkat III : Invasi sel melanoma smpai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan lapisan retikularis dermis. Sel melanoma mengisi papila
dermis.
d. Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis
e. Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan

3 . Klasifikasi kedalaman menurut Breslow


Breslow membagi melanoma maligna dalam 3 golongan :
a. Golongan I : Dengan kedalaman ( ketebalan ) tumor < 0.76 mm
b. Golongan II : Dengan kedalaman ( ketebalan ) tumor antara 0.76 1.5
mm
c. Golongan III : Kedalam tumor antara 1.70 3.64 mm
Kedalaman tumor menurut Breslow, diukur secara langsung menggunakan
micrometer okuler, dari atas lapisan granuler sampai sel sel melanoma paling

12
dalam serta merupakan metode objektif untuk menentukkan prognosis. Sedangkan
tingkat invasi menurut clark merupakan cara pengukuran tumor secara tidak
langsung. Hubungan antara tingkat invasi menurut clark dan kedalaman tumor
menurut Breslow. Melanoma maligna dengan kedalaman sampai 0.65 mm
menurut klasifikasi Breslow sesuai dengan tingkat II menurut klasifikasi menurut
klasifikasi Clark 10

2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan histopatologi (biopsi) kulit, dan radiologi. Dari anamnesis diperoleh
informasi kapan lesi kulit tersebut pertama kali muncul, perubahan ukuran atau
bentuknya, gejala gatal, perih, berdarah dan lainnya, paparan terhadap faktor
risiko kanker kulit termasuk pajanan sinar matahari, riwayat keluarga yang pernah
menderita penyakit sama.Pemeriksaan fisik dilakukan dengan bantuan alat
dermoskopi. Dengan dermoskopi dapat dinilai ukuran, warna, dan tekstur
lesi.Tujuh acuan diagnostik MM dibagi menjadi kriteria mayor dan kriteria
minor.4
a. Kriteria mayor antara lain:
1. Perubahan ukuran lesi
2. Bentuk lesi tidak beraturan
3. Perubahan warna lesi.
b. Kriteria minor antara lain:
1. Lesi berdiameter >7 mm
2. Terdapat proses infl amasi
3. Berkrusta atau berdarah
4. Ada perubahan sensasi seperti gatal.
Jika salah satu kriteria mayor atau tiga kriteria minor terpenuhi, lesi tersebut
mengarah ke MM dan perlu segera di-tindaklanjuti.

13
ABCDE sistem ( Asymmetry, Border, Colour, Diameter, Envolving)14

Berguna dalam mendiagnosa melanoma maligna serta untuk meningkatkan


kewaspadaan individu terhadap penyakit keganasan ini.

Asymmetry
Jika kita melipat lesi menjadi dua, tiap-tiap bagian
tidak sesuai

Border
Batasnya tidak tegas atau kabur.

Color
Ciri melanoma tidak memiliki satu warna yang
solid melainkan campuran yang terdiri dari coklat
kekuningan, coklat dan hitam, juga bisa tampak
merah, biru atau putih.
Diameter
Meskipun melanoma biasanya lebih besar dari 6
mm, ketika dilakukan pemeriksaan mereka bisa
lebih kecil dari seharusnya . Sehingga harus
diperhatikan perubahan tahi lalat dibanding yang
lainnya atau berubah menjadi gatal atau berdarah
ketika diameternya lebih kecil dari 6 mm.

Evolving
Setiap perubahan dalam ukuran, bentuk, warna,
tingginya atau cirri-ciri lain atau ada gejala baru
seperti mudah berdarah, gatal dan berkrusta harus
dicurigai keganasan.
Gambar 8. The ABCDEs of Melanoma13

14
2.9 Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari melanoma maligna adalah keratosis seboroik,
karsinoma sel basal tipe berpigmen, dan nevus pigmentosus.13

2.10 Tatalasana
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien melanoma adalah tindakan
bedah segera setelah dilalakukan pemeriksaan klinik dan juga pemeriksaan
laboratorium berupa biopsi. Ketika diagnosis MM telah ditegakkan, beberapa hal
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan fisik lengkap untuk mencari tanda-
tanda sindrom nevus displastik, metastasis in-transit, keterlibatan limfonodi
regional, melanoma primer di tempat lain, dan tanda-tanda metastase jauh.
Melanoma primer multiple biasanya terjadi 4-5% dari seluruh pasien yang
mengalami melanoma, dan kebanyakan terdiagnosa setelah satu tahun setelah
diagnose awal melanoma maligna. Pemeriksaan pre-operasi seperti pemeriksaan
rontgen thorax, pemeriksaan darah lengkap, fungsi hepar (termasuk laktat
dehidrogenase) biasanya dilakukan.14,15

Beberapa pilihan tatalaksana melanoma maligna: 14,15

1. Eksisi Bedah

Tindakan eksisi bedah diindikasikan pada melanoma stadium I dan


II. Terapi utama yang paling efektif untuk melanoma primer adalah reseksi
bedah. Menurut penelitian Sampson-Handley, luas eksisi yang dianggap
rasional adalah 5 cm dari batas melanoma. Namun dari beberapa
penelitian yang dilakukan WHO membuktikan bahwa eksisi 1 cm dari
batas melanoma sama efektifnya dengan eksisi 3 cm dari batas melanoma
dengan kedalaman/ketebalan 1mm.15

Rekomendasi yang bisa digunakan dalam eksisi bedah adalah: (1)


0,5-1 cm untuk melanoma in-situ; (2) 1 cm untuk melanoma dengan
ketebalan < 1mm; dan (3) 2-3 cm untuk melanoma dengan ketebalan > 1
mm. Batas eksisi juga diputuskan dengan mempertimbangkan letak dari

15
melanoma (misalnya pada wajah) dan factor prognosis lain. Meskipun
kedalaman eksisi dilakukan hingga fasia, namun rekurensinya tidak
berbeda dengan yang tanpa dilakukan pengangkatan fasia. 15
2. Elective Lymph Node Dessectio (ELND)
Melanoma pada membran mukosa termasuk pada rongga mulut
hampir seluruhnya fatal, karena keterlambatan dalam mendeteksi dan
menegakkan diagnosa. Biasanya ELND dilakukan pada melanoma
stadium III, dimana telah terdapat metastase ke kelenjar lymph. Hal ini
dibuktikan dengan terabanya pembesaran kelenjar lymph. ELND masih
merupakan terapi yang kontroversial. Cara yang lebih dianjurkan adalah
dengan intraoperatif lymphatic mapping. 14
Dari penelitian yang didapat maka diseksi dianjurkan dilakukan
berdasarkan kedalaman dari melanoma maligna tersebut. Berdasarkan
penelitian diseksi dilakukan 5 cm dari jaringan normal disekitar melanoma
maligna, hal ini disesuaikan juga dengan letak melanoma, ukuran lesi dan
perluasan metastasis.14
3. Interferon a 2b
Dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada melanoma yang berukuran
lebih dari 4 mm (stadium V), tetapi harus dipertimbangkan tingkat
toksisitasnya yang masih tinggi. Tujuan terapi ini diharapkan dapat
menghambat metastasis yang lebih jauh lagi. 14
4. Kemoterapi
Kemoterapi pada penatalaksanaan Melanoma maligna dikatakan tidak
terlalu bermanfaat. Secara umum, penyakit ini tetap ada baik pada
kemoterapi menggunakan agen tunggal maupun dengan kemoterapi
multiagen. Respon yang baik dilaporkan pada tumor yang terletak diluar
daerah visceral. Metastase hepar jarang berespon terhadap semua jenis
pengobatan. Jenis kemoterapi yang paling efektif dacarbazine (DTIC=
Dimethyl Triazone Imidazole Carboxamide Decarbazine). Dosis yang
dapat diberikan 2.4 4.5 mg/KgBB/hari selama 5-10 hari. 14

16
5. Kemoterapi perfusi
Cara ini bertujuan untuk menciptakan suasana hipertemis dan
oksigenasi pada pembuluh-pembuluh darah pada sel tumor dan membatasi
distribusi kemoterapi dengan menggunakan torniquet. Kanul dimasukkan
ke arteri dan vena utama, kemudian dilakukan perfusi pada tungkai dengan
agen kemoterapi dengan konsentrasi tinggi menggunakan pompa
oksigenator dan thermal blanket untuk meningkatkan temperature dari
tungkai. Agen kemoterapi yang dapat digunakan adalah Melphalan. Selain
melphalan, agen kemoterapi yang juga dapat digunakan adalah cis-
platinum, dan DTIC. Cara ini merupakan metode yang memberikan efikasi
yang baik pada melanoma pada ekstremitas.14
6. Terapi Radiasi
Digunakan hanya sebagai terapi simptomatis pada melanoma
dengan metastase ke tulang dan susunan saraf pusat (SSP). Meskipun
demikian hasilnya tidak begitu memuaskan. 14
Perawatan radioterapi dan kemoterapi hanya bisa menghambat
perkembangan sel-sel tumor tanpa perawatan tuntas pada melanoma
maligna. Dengan melihat kenyataan tersebut, tindakan yang lebih efektif
adalah dengan bedah reseksi radikal. 14

17
2.11 Prognosis
Walaupun prognosis Melanoma Maligna buruk, namun perlu diketahui
bahwa factor yang mempengaruhinya ialah :5
1. Tumor primer : daerah tertentu (badan lebih buruk daripada anggota
badan)
2. Stadium
3. Organ yang telah diinfiltrasi (metastasis tulang dan hati lebih buru
daripada kelenjar getah bening dan kulit)
4. Kondisi hospes : Jika fisik lemah dan imunitas menurun, maka
prognosisnya lebih buru.

Melanoma maligna mengalami penyebaran yang cepat pada tubuh pasien.


Metastase ini berkembang mengikuti peredaran darah dan limfa didalam tubuh
pasien.14
Dengan melihat kenyataan yang didapat maka prognosa dari melanoma
maligna ini kebanyakan kurang menguntungkan. Melanoma maligna pada rongga
mulut umumnya lebih buruk dari melanoma maligna pada kulit. Hal ini
disebabkan karena kedalaman melanoma maligna yang sudah lebar kemudian
kenyataan dengan keterbatasan letak anatomi dari rongga mulut sehingga
pengambilan melanoma maligna susah untuk dilakukan.14
Prognosa tidak menguntungkan juga disebabkan karena keterlambatan
perawatan yang dilakukan sehingga diagnosa tidak cepat ditegakkan. Apabila
diagnosa cepat dilakukan saat lesi masih kurang 0,76 mm (level I dan II) dan
perawatan agresif segera dilakukan maka prognosanya adalah baik.18
Prognosa juga tergantung pada tingkat penyebaran tumor. Jika tidak ada
penyebaran, ketahanan hidup rata-rata selama 10 tahun berkisar 40-90%.
Prognosa buruk apabila metastase telah jauh ke organ lain seperti di hati, paru,
otak dan usus. Prognosa baik apabila lesi masih kecil dan belum terjadi metastase.
Perhatikan tanda-tanda peringatan dari melanoma dengan mengikuti aturan
ABCD. 18

18
Melanoma maligna mengalami penyebaran yang cepat pada tubuh pasien.
Metastase ini berkembang mengikuti peredaran darah dan limfa didalam tubuh
pasien.18
Dengan melihat kenyataan yang didapat maka prognosa dari melanoma
maligna ini kebanyakan kurang menguntungkan. Melanoma maligna pada rongga
mulut umumnya lebih buruk dari melanoma maligna pada kulit. Hal ini
disebabkan karena kedalaman melanoma maligna yang sudah lebar kemudian
kenyataan dengan keterbatasan letak anatomi dari rongga mulut sehingga
pengambilan melanoma maligna susah untuk dilakukan. 18
Prognosa buruk juga disebabkan karena keterlambatan perawatan yang
dilakukan sehingga diagnosa tidak cepat ditegakkan. Apabila diagnosa cepat
dilakukan saat lesi masih kurang 0,76 mm (level I dan II) dan perawatan agresif
segera dilakukan maka prognosanya adalah baik.18
Prognosa juga tergantung pada tingkat penyebaran tumor. Jika tidak ada
penyebaran, ketahanan hidup rata-rata selama 10 tahun berkisar 40-90%.
Prognosa buruk apabila metastase telah jauh ke organ lain seperti di hati, paru,
otak dan usus. Prognosa baik apabila lesi masih kecil dan belum terjadi metastase.
Perhatikan tanda-tanda peringatan dari melanoma dengan mengikuti aturan
ABCD.18

19
BAB III
KESIMPULAN

Melanoma maligna merupakan tumor ganas kulit yang berasal dari sel
melanosit dengan gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa.1
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan timbulnya melanoma maligna
seperti paparan sinar matahari, jenis dan tipe kulit, keberadaan nevus sebelumnya,
riwayat keluarga, factor biologis, dan factor genotif. Melanoma maligna dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu (1) Superficial spreading melanoma (SSM); (2)
Nodular Melanoma; (3) Lentigo Maligna Melanoma; (4) Acral Lentiginous
Melanoma (ALM).6,7
Gambaran klinis melanoma awalnya berupa macula berwarna kecoklatan
hingga kehitaman dengan tepi tidak teratur, kadang disertai gatal dan sakit apabila
telah terbentuk ulserasi. Dalam mendiagnosis dapat digunakan alat bantu
diagnosis yaitu The ABCDE checklist from the American Cancer Society's.18
Tatalaksana dari melanoma maligna dapat berupa eksisi bedah, elective
Lymph Node Dissection (ELND), interferon a 2b, kemoterapi, kemoterapi perfusi,
dan terapi radiasi. Melanoma maligna memiliki prognosis yang baik apabila
ditatalaksana dengan cepat dan baik. Apabila telah terjadi penyebaran tumor,
prognosis akan buruk.14,18

20

Anda mungkin juga menyukai