Anda di halaman 1dari 8

ACARA I

DISTILASI

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui Konstruksi dasar alat/mesin untuk destilasi, bagian-bagian
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/persyaratan.
4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain:
a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga)
b. Lama proses destilasi
c. Randemen destilasi
B. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai
keanekaragaman hayati yang melimpah dan mungkin lebih baik dari negara-
negara lain. Hal ini dibuktikan dengan melimpahnya hasil pertanian di negara
kita ini. Namun masyarakat di Indonesia belum banyak yang menggunakan
alat-alat modern dalam mengolah produk pasca panen, sebagian masih
menggunakan alat-alat tradisional. Perkembangan zaman yang sangat pesat ini
menuntut kita menggunakan teknologi yang berkembang dalam berbagai
bidang kehidupan, salah satunya dalam bidang pengolahan hasil pertanian, kita
dituntut untuk mempercepat produksi dengan mesin pengolahan.
Dewasa ini bahan pengolahan bahan pangan berkembang cukup pesat
sehingga pengolahan bahan pangan itu tidak luput dari yang namanya mesin.
Penggunaan mesin dalam pengolahan hasil pertanian sudah beragam dari
proses pemanenan produk hingga pengolahan menjadi hasil pertanian menjadi
produk siap jual dipasaran. Penggunaan alat dan mesin pertanian ini juga
membantu kekoefisienan tenaga manusia dan menguntungkan dalam mengolah
hasil pertanian.
Melihat betapa pentingnya alat dan mesin pengolahan dalam berbagai
proses di bidang industri pertanian, maka praktikum pengenalan alat dan mesin
pengolahan sangat penting bagi kita sebagai mahasiswa dan mahasiswi
pertanian khususnya mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian. Untuk mengetahui
alat dan mesin pengolahan dalam industri pertanian serta proses-proses
pengolahan hasil pertanian, maka dilakukan praktikum pengenalan alat dan
mesin pengolahan hasil pertanian. Setelah melakukan praktikum alat dan mesin
ini diharapkan mahasiswa dapat mempraktekkan serta menerapkan ilmu yang
diperoleh ketika terjun dalam kehidupan bermasyarakat dan kita dapat
menciptakan ide-ide baru dalam teknologi pangan.
C. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Teknik multistage distilasi (mirip dengan beberapa efek penguapan)
juga dipraktekkan. Tekanan-ke-atmosfer, atmosfer-ke-vakum, atau tekanan-
ke-vakum tahap menara dimanfaatkan, dengan energi panas melintas di atas
kepala dari satu tower untuk menyediakan panas reboiler untuk yang
berikutnya. dua seperti tahap yang sangat umum dan tiga tahap Sistem juga
telah dimanfaatkan (Katzen et al., 2008).
Distilasi ekstraktif adalah penguapan parsial proses, dengan adanya
non-volatile dan tinggi titik didih memisahkan agen massal yang biasanya
disebut entrainer atau memisahkan zat yang ditambahkan untuk campuran
azeotropik untuk mengubah relatif volatilitas komponen kunci tanpa
tambahan pembentukan azeotrop (Gil et al., 2008).
Distilasi reaktif, teknik baru dengan mana kita dapat mengurangi
jumlah peralatan operasi, hanya cocok untuk reaksi kimia di mana
penyulingan komponen reaksi terjadi dalam kisaran suhu yang sama seperti
reaksi. Sejauh kolom distilasi biasanya dioperasikan pada cairan yang lebih
tinggi dan laju aliran uap dari reaktor konvensional, waktu tinggal yang
berkurang di bagian reaktif kolom akan meminimalkan pembentukan
produk sampingan, ini sangat menguntungkan dalam hal CHP dekomposisi
sebagai dehidrasi 2-fenil-2-propanol mengarah pada pembentukan -metil
stirena (AMS), reaktif antara yang bisa mengalami reaksi lebih lanjut seperti
dimerisasi, oligomerisasi, dan pembentukan kokas (Mohammed, 2014).
Teknologi produksi minyak atsiri yang banyak digunakan adalah
destilasi uap yang dapat dilakukan dengan tiga macam teknik yaitu
hidrodestilasi, destilasi dengan uap basah (destilasi uap-air) dan dengan uap
kering (dry steam). Destilasi uap-air adalah pernyempurnaan teknik
hidrodestilasi. Destilasi dengan uap kering adalah teknik yang paling lanjut,
dan paling hemat energi. Uap yang diperlukan untuk destilasi diperoleh dari
suatu generator yang tempatnya terpisah dari ketel tempat berlangsungnya
proses destilasi. Teknik destilasi dengan uap kering belum banyak
digunakan untuk proses produksi minyak atsiri di Indonesia. Hal ini
disebabkan sistem destilasi dengan uap kering lebih rumit daripada dua
sistem destilasi uap yang lain. Pemanfaatan teknik yang lebih hemat energi
tetapi lebih rumit tersebut sulit dilaksanakan oleh pelaku produksi minyak
atsiri yang sebagian besar terdiri atas petani atau pengrajin di pedesaan
dalam bentuk industri kecil. Umumnya mereka awam mengenai teknologi
produksi minyak atsiri. Itulah sebabnya upaya peningkatan mutu dan ekspor
minyak atsiri memerlukan waktu yang cukup panjang (Inggrid, 2006).
Destilasi adalah suatu proses penguapan dan pengembunan kembali,
yang dimaksudkan untuk memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke
dalam fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih mereka. Umumnya
destilasi berlangsung pada tekanan atmosfer dan campurannya dapat
dinyatakan dalam kurva-kurva komposisi/suhu atau kurva-kurva komposisi
cairan/uap (Tjokroadikoesoemo, 1986).
Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang mudah
menguap dari suatu campuran cair dengan cara menguapkannya, yang
diikuti dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat
yang dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari cairan disebut sebagai uap
bebas, kondensat yang jatuh sebagai destilat dan bagian cairan yang tidak
menguap sebagai residu. Penguapan dan destilasi umumnya merupakan
proses pemisahan satu tahap. Proses ini dapat dilakukan secara tidak kontinu
atau kontinu, pada tekanan normal atau vakum. Pada destilasi sederhana,
yang paling sering dilakukan adalah operasi tak kontinu. Dalam hal ini
campuran yang akan dipisahkan dimasukkan ke dalam alat penguap (pada
umumnya alat penguap labu) dan didihkan. Pendidihan terus dilangsungkan
hingga sejumlah tertentu komponen yang mudah menguap terpisahkan.
Selama pendidihan, fraksi komponen yang sukar menguap dalam cairan
bertambah besar, sehingga komposisi destilat yang dihasilkan juga berubah
terus (Bernasconi et al., 1995).
Penyulingan minyak atsiri pada tekanan rendah, tipe penyulingan ini
digunakan untuk mencegah dekomposisi minyak atsiri, karena akan
mengurangi proses hidrolisa ester dalam minyak. Dengan metode ini, jenis
minyak atsiri tertentu mempunyai rendement dan mutu baik. Sebaliknya,
pengurangan kecepatan penguapan persenyawaan larut air dan komponen
bertitik didih tinggi harus diawasi terus, sesuai dengan kenaikan titik didih
tinggi harus diawasi terus, sesuai dengan kenaikan titik didih dan
kelarutannya dalam air (Guenther et al., 1987).
2. Tinjauan Bahan
Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri maka usaha penggalian
sumber-sumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan
manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai obat-
obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak atsiri
diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri
(Kusuma dkk, 2007).
Dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar dunia, 40
jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia. Tetapi dampai 1993 yang
dikenal hanya 14 jenis. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam
meningkatkan nilai ekspor minyak atsiri. Beberapa faktor yang
menyebabkan penurunan mutu adalah pengadaan bahan baku, penanganan
pasca panen, proses produksi dan tata niagga bentuk perusahaan
(Ginting, 2011).
Minyak atsiri (essential oil) dikenal dengan nama minyak eteris atau
minyak terbang merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile),
mempunyai rasa getir, dan bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari
bagian-bagian tanaman seperti daun, buah, biji, bunga, akar, rimpang, kulit
kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Kemangi (Ocimum Citriodorum)
merupakan salah satu tanaman yang dapat diambil minyak atsirinya, dan
bermanfaat untuk aroma terapi, pengobatan dan anti serangga. Kandungan
senyawa utama pada minyak kemangi adalah sitral dan geraniol.
Pengambilan minyak atsiri pada penelitian ini dilakukan dengan destilasi air
(Daryono dkk, 2011).
Kulit jeruk merupakan salah satu sampah atau limbah yang dapat
diolah untuk menghasilkan produk bernilai tinggi, yaitu minyak atsiri.
Proses pengambilan minyak atsiri dari jeruk dilakukan dengan cara distilasi
air (Hidro Destillation) dengan pemanfaatan gelombang mikro (microwave).
Dengan microwave, reaksi yang dimungkinkan menggunakan energi tinggi
untuk menghasilkan suhu tinggi suatu reaksi, memungkinkan untuk
dilakukan pada suhu kamar. Dalam kaitan ini, gelombang mikro adalah
pembangkit panas (Anugrahadi, 2009).
Aroma jeruk banyak digunakan dalam berbagai produk makanan,
minuman, kosmetika dan farmasi. Aroma jeruk alami berasal dari minyak
atsiri, mudah diperoleh dari kulit buah jeruk. Salah satu jeruk yang banyak
dimanfaatkan sebagai minuman adalah jeruk siam. Sisa pembuatan
minuman jeruk dapat dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri. Isolasi
minyak atsiri dari kulit jeruk siam (Citrus nobilis L) telah dilakukan dengan
metode distilasi uap. Waktu distilasi divariasi untuk menentukan waktu
optimum. Selanjutnya ditentukan rendemen minyak yang diperoleh, indeks
bias dan berat jenis. Komponen minyak kulit jeruk siam diidentifikasi
dengan GC-MS (Fachriyah dkk, 2002).
Salah satu tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia
yaitu tanaman kemangi (Ocimum sanctum L). Secara empiris masyarakat
Indonesia memanfaatkan kemangi untuk menghilangkan rasa tidak sedap di
dalam mulut, melancarkan air susu ibu, penurun panas, memperbaiki
pencernaan, melebarkan pembuluh darah dan sariawan. Kandungan yang
terdapat pada daun kemangi adalah saponin, flavonoid dan tannin.
Flavonoid yang terisolasi dalam daun kemangi tersebut antara lain vicenin,
galutenolin, cirsilineol. Berbagai penelitian telah membuktikan tanaman
kemangi (Ocimum sanctum L) potensial untuk dikembangkan sebagai herbal
medicines. Daun kemangi memiliki aktivitas neuroprotektif, hipoglikemik,
antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi (Nurwaini, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Anugrahadi, Ocky Putra dan Anugerah Sabarina. 2009. Pengambilan Minyak


Atsiri dari Kulit Jeruk dengan Pemanfaatan Gelombang Mikro
(Microwave). Laboratorium Teknologi Proses Kimia Jurusan Teknik
Kimia FTI ITS.
Bernasconi, H. Gerster, H. Hauster, H. Stauble dan E. Schneiter. 1995. Teknologi
Kimia Bagian 2 Bab 5 8. Jakarta: Pradnya Paramita.
Daryono, Elvianto Dwi, Mayassaroh dan Istnaeny Hudha. 2011. Ekstraksi Minyak
Atsiri pada Tanaman Kemangi (Ocinum x Citriodorum) dengan Proses
Destilasi. Prosiding SENTIA 2011-Politeknik Negeri Malang Volume 3
ISSN: 2085-2347.
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Bogor: P.T Sastra
Hudaya.
Fachriyah, Enny, Damin Sumardjo dan Any Kurnia. 2002. Optimasi Waktu
Destilasi Uap Dan Identifikasi Komponen Minyak Kulit Jeruk Siam
(Citrus Nobillis, L). JKSA Volume V No. 1/2002.
Gil, L. D, A. M Uyazan, J. L Aguilar, G. Rodriguez dan L. A Caicedo. 2007.
Separation of Ethanol and Water by Extractive Distillation with Salt and
Solvent as Entertainer: Process Simulation. Brazilian Journal of Chemical
Engineering Vol. 25, No. 01, pp. 207 - 215, January - March, 2008.
Guenther, Ernest, Haagen Smit, Edward Langensu dan George Urdang. 1987.
Minyak Atsiri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Inggrid, Maria dan Harjoto Djojosubroto. 2006. Destilasi Uap Minyak Atsiri dari
Kulit dan Daun Kayu Manis (Cinnamomum burmanii). Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan.
Katzen, R, P. W. Madson dan G. D. Moon. 2008. Ethanol distillation: the
fundamentals. Katzen International, Inc., Cincinnati, Ohio, USA.
Kusuma, Ferawati, Dewi Kusrini dan Enny Fachriyah. 2002. Isolasi, Identifikasi,
dan Uji Toksisitas Minyak Atsiri Daun Sidaguri (Sida rhombifolia Linn).
Jurusan Kimia F MIPA UNDIP.
Mohammed, Wadood T dan Mohammed N. Abbas. 2014. Reactive Distillation for
Phenol Production Using Different Types of Zeolite Prepared from Rice
Husk. International Journal of Science and Technology Volume 3 No. 8,
August, 2014.
Nurwaini, Setyo dan Erindyah Retno Wikantyasning. 2011. Formulasi Tablet
Hisap Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.): Pengaruh Kadar
Natrium Karboksimetil Selulosa Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat
Fisik Tablet. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi, Vol. 12, No. 1, April
2011: 45 57.
Tjokroadikoesoemo, Subiyanto. 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya.
Jakarta: Gramedia.
Walangare, K. B. A., A. S. M. Lumenta, J. O. Wuwung dan B. A. Sugiarso. 2013.
Rancang Bangun Alat Konversi Air Laut menjadi Air Minum dengan
Proses Destilasi Sederhana Menggunakan Pemanas Elektrik. e-Jurnal
Teknik Elektro dan Komputer (2013).

Anda mungkin juga menyukai

  • 10 Press
    10 Press
    Dokumen8 halaman
    10 Press
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • Penggilingan
    Penggilingan
    Dokumen5 halaman
    Penggilingan
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • 11 Vacuum Frying Buku Belum
    11 Vacuum Frying Buku Belum
    Dokumen5 halaman
    11 Vacuum Frying Buku Belum
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • Sortasi
    Sortasi
    Dokumen7 halaman
    Sortasi
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • 5 Goreng Sangan
    5 Goreng Sangan
    Dokumen6 halaman
    5 Goreng Sangan
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • 4 Penepungan
    4 Penepungan
    Dokumen8 halaman
    4 Penepungan
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • 3 Pengeringan
    3 Pengeringan
    Dokumen8 halaman
    3 Pengeringan
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • Acara I
    Acara I
    Dokumen4 halaman
    Acara I
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • 2 Perajangan
    2 Perajangan
    Dokumen9 halaman
    2 Perajangan
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat
  • Ekotek Serabi Pinang, Tabel NPV
    Ekotek Serabi Pinang, Tabel NPV
    Dokumen16 halaman
    Ekotek Serabi Pinang, Tabel NPV
    Lisa Putri Maharani
    Belum ada peringkat