JURNAL a. Topik penelitiannya adalah penggantian balutan pada luka bedah b. Judul jurnal: A randomised clinical trial of two different wound dressing materials for hip replacement patients c. Mengenali masalah: Pilihan yang tepat bahan untuk balutan bedah luka mempercepat penyembuhan luka secara alami. Balutan luka yang baik membuat kulit nyaman, memiliki kapasitas penyerapan yang baik dan melindungi luka. Tidak harus mengandung agen yang alergi atau beracun atau yang menyebabkan iritasi. Dalam ortopedi, bahan yang digunakan untuk pembalut luka juga harus memiliki elastisitas untuk memungkinkan adanya edema pasca operasi di daerah luka, terutama setelah operasi besar. Balutan luka tidak harus membatasi gerakan anggota badan, menempel luka, atau menyebabkan cedera mekanik atau nyeri saat bergerak. Balutan harus menciptakan dan memelihara tingkat yang tepat dari kelembaban dan temperatur luka. Jika balutan tidak cukup menyerap, area luka beresiko maserasi (pelunakan) karena akan terlalu lembab. Balutan yang terlalu hangat, lingkungan yang lembab akan menyediakan kondisi yang menguntungkan untuk proliferasi mikroba. d. Identifikasi masalah: 1.Bagaimana bahan balutan luka yang baik untuk menutup luka? 2. Bagaimana perawatan luka pada pasien pasca operasi?
2. ANALISIS HASIL PENELITIAN DALAM JURNAL
Penggunaan balutan luka secara modern dengan menggunakan hidrofibre
dengan balutan konvensional tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Penggunaan balutan luka dengan hidrofibre memiliki dampak yang lebih baik dari pengguanaan balutan secara konvensional. Dengan hasil sebagai berikut, pada penggunaan hidrofibre (group A) pada kulit yang mengalami luka menimbulkan blisters (bengkak) sebanyak 2 sample dari 45 sample, sedangkan pada kelompok yang menggunakan balutan konvensiional (group B) didapatkan 7 sample dari 45 sample. Yang mengalami eritema pada kelompok yang menggunakan hydrofre (group A) sebanyak 4 sample dari jumlah sample sebanyak 45 sample, dan yang mengalami eritema pada kelompok dengan balutan luka secara konvensional (group B) sebanyak 16 sample dari jumlah sample sebanyak 49 sample. Yang mengalami cedar kulit pada kelompok yang menggunakan hidrofibre (group A) sebanyak 4 sample dengan total sample sebanyak 45 sample, sedangkan yang mengalami cedera kulit pada balukan luka secara konvensional (group B) sebanyak 11 sample dari jumlah sample sebanyak 49 sample. Untuk yang mengalami hematoma pada pembalutan luka dengan menggunakan hydrofibre (group A) sebanyak 11 sample dari jumlah sample sebanyak 49 sample, sedangkan pada pembalutan luka secara konvensional (group B) mengalami hematoma sebanyak 25 sample dari jumlah sample sebanyak 49 sample.
Sedangkan yang mengalami oedema pada pembalutan luka dengan
hydrofibre (group A) sebanyak 21 orang dari jumlah sample sebanyak 45 sample dan yang mengalami oedema pada pembalutan luka denga cara konvensional (group B) sebanyak 32 sample dari jumlah sample sebanyak 49 sample. Untuk yang menngalami masalah kulit lebih dari satu (blister, eritema, cedera kulit, hematoma, oedema) pada pembalutan luka dengan hydrofibre (group A) sebanyak 26 sample dari toatal sample sebanyak 45 sample dan pada penggunaan balutan secara konvensioanl (group B) sebanyak 39 sample dari total sample sebanyak 49 sample.
Saat pengunaan balutan dengan hydrofibre (group A) sebanyak 6 sample
dari 45 sample yang mengalami blisters/ bengakak dan cedera kulit, namun setelah balutan diganti dengan balutan yang konvensional sebanyak 9 sample dari 45 sample yang mengalami blisters/bengkak dan cedera kulit. Untuk kelompok yang menggunakan balutan konvensional (group B) sebnyak 18 sample yang mengalami blisters/ bengakak dan cedera kulit, namun setelah dilakukan penggantian dengan menggunakan balutan konvesional yang baru sebanyak 6 sample dari 49 sample yang mengalami blisters/ bengakak dan cedera kulit.
Biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan balutan secara modern dengan
menggunakan hydrofibre (group A) lebih mahal dari pada penggunaan balutan secara konvesional (group B). Sehingga pihak rumah sakit memutuskan memulangkandan merawat jalan pasien dengan balutan yang menggunakan balutan modern hydrofibre sebanyak 32 sample dari total sample sebanyak 45 sample dan dari kelompok yang menggunakan balutan konvensional sebanyak 36 sample dari total sample sebanyak 49 sample. Namun, ditemukan hasil yang tidak sesuai pada group B yang menggunakan balutan secara konvensional yaitu sebanyak 36 sample dari 49 sample group B yang dipulangkan dan malah ditemukan hasil bahwa seorang dari group B tersebut harus kembali kerumah sakit untuk melalukan perawatan kembali karena mengalami eksim akibat balutan yang digunakan.
Kesimpulan dan Pembahasan
Penggunaan balutan secara modern dengan hydrofibre lebih baik daripada
penggunaan balutan secara konvensional. Karena menggunakan balutan dengan hydrofibre dapat menggurangi beberapa masalah kulit yang ditandai dengan kurangnya hematoma dan eritema jika dibandingkan dengan penggunaan balutan secara konvensional. Balutan dengan menggunakan hydrofibre dapat menyerap pendarahan pasca operasi lebih banyak dan dapat mengurangi rasa nyeri pasca operasi dan kekakuan sendi akibat edema. Hydrofibre memiliki kapasitas absropsi yang lebih baik sehingga dapat menyerap eksudat lebih banyak dari pembalut konvensional.
Penggeluaran biaya pengguanaan balutan secara modern dengan
hydrofibre dengan balutan secara konvensional membutuhkan biaya yang hampir sama. Memang terlihat penggunaan hydrofibre lebih mahal dari penggunaan balutan secara konvensional, namun dapak penggunaan balutan konvensional juga tidak jauh membutuhkan/mengeluarkan biaya yang lebih mahal karena pengguanaan balutan secara konvensional membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dari pada menggunakan balutan modern (hydrofibre) sehingga memperlama proses perawatan di rumah sakit yang juga membutuhkan beberapa tambahan biaya Ditambah lagi dengan timbulnya beberapa efek samping yang tidak diinginkan yang dapat menambah jenis perawatan dan lamanya perawatan yang lebih membutuhkan banyak biaya. 3. MASUKAN TERHADAP JURNAL YANG DIKRITISI
a. Kelebihan jurnal penelitian
Jurnal penelitian ini membahas perbedaan antara dua bahan yang digunakan sebagai balutan dalam luka, merupakan jurnal yang dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam penelitian. Karena dalam penelitian yang dilakukan memuat berbagai hal tentang perbandingan dua jenis balutan yang berbeda. Tidak hanya perbandingan efek klinik tapi efek ekonomispun dapat diketahui dalam jurnal penelitian ini sehingga membantu perawat dalam membuat keputusan dalam pemilihan balutan luka. Acuan teori yang dijelaskan dalam jurnal ini disertakan catatan kaki maupun kutipan pada sumber yang jelas sehingga lebih menunjukkan keakuratan jurnal.
b. Kekurangan dalam jurnal penelitian
Penelitian ini seharusnya menggunakan perbandingan dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Perbandingan yang dilakukan memuat perbandingan hasil penelitian yang diperoleh dengan membandingkan teori- teori yang telah ada sebagai acuan pembuktian kebenaran teori. Penelitian ini perlu menampilkan data wawancara yang dilakukan dengan pihak pasien di Rumah Sakit terkait secara langsung. Wawancara yang ditampilkan memberikan gambaran pembaca, sehingga para pembaca dapat mengetahui keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian. Metode penelitian yang dilakukan dijelaskan secara implisit sehingga pembaca masih menerka sebenarnya penulis menggunakan metode apa,
3. APLIKASI HASIL PENELITIAN PADA SETTING PELAYANAN
KESEHATAN DI INDONESIA Perawat-perawat di Indonesia dapat membuat standar perawatan untuk merawat luka, baik itu luka akut maupun kronik. Misalnya mebedakan perawatan luka pada pasien postoperative dengan pasien yang memiliki luka akibat penyakit diabetes dan memiliki kriteria perawat yang berwenang dalam melakukan perawatan luka. Perawat juga harus selalu memberi pilihan kepada pasiennya untuk melakukan perawatan luka terutama dalam pemilihan jenis balutan luka yang memiliki dampak positif yang tepat untuk pasien dan memiliki efek samping yang seminimal mungkin. Tentunya, dalam memberikan perawatan, perawat juga harus mempertimbangkan nilai ekonomis perawatan tersebut. Setelah menentukan beberapa pilihan perawatan untuk pasien, perawata harus mampu menjelaskan dampak positif, negative dan nilai ekonomis dari perawatan yang ditawarkan. Setelah pasien memilih perawatan yang sesuai, perawat harus merawat pasien tersebut dan memonitorong perkembangan atau pun penurunan kondisi luka pasien. Selain itu, perawat juga harus mampu berkolaborasi kepada dokter maupun ahli gizi. Karena pada pasien yang luka cendrung mengalami gangguan selain kerusakan integritas kulit, misalnya ada juga pasien yang mengalami penurunan berat badan atau kekurangan gizi saat terjadinya luka, ada juga beberapa jenis makanan yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka, sehingga membutuhkan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli gizi. Perawat juga harus memberikan edukasi kepada pasiennya dalam merawat luka agar tidak terjadi infeksi dan mengarah ke kondisi yang lebih buruk untuk menghindari kembali dirawat di rumah sakit. Mengingat, salah satu tujuan dari perawatan tersebut adalah meningkatkan kondisi menuju keadaan yang lebih baik dan mencegah untuk dirawat kembali di rumah sakit