TINEA KORPORIS
Diajukan untuk
Memenuhi sebagian tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RS Islam Sultan Agung Semarang
Oleh :
Annisa Sartika Sari
30101206566
Pembimbing :
dr. Hj. Pasid Harlisa, Sp. KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Mikosis superfisial merupakan salah satu jenis infeksi kulit yang paling banyak
menyerang manusia, diperkirakan mempengaruhi lebih dari 20-25% populasi dunia, dan
insidennya terus mengalami peningkatan. Mikosis superfisial terutama disebabkan oleh
dermatofita, sekelompok jamur keratinofilik yang dapat menginfeksi kulit, rambut, dan kuku.
Dermatofitosis (Tinea) adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita. Dermatofitosis mempunyai nama lain sebagai tinea, ringworm,
kurap, teigene atau herpes sirsinata (Djuanda, 2007).
Tinea Korporis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial
golongan dermatofita yang biasanya terdapat pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
skin). Penyakit ini disebabkan oleh jamur dermatofita, golongan jamur ini mempunyai sifat
mencernakan keratin. Jamur dermatofita umumnya berupa Microsporum, Trycophyton,
Epidermophyton. Penyebab infeksi paling dominan adalah Tricophyton diikuti
Epidermophyton dan Microsporum, dimana yang paling banyak adalah spesies Tricophyton
rubrum diikuti T.mentagrophytes, M.canis, dan T.tonsurans.
Kelainan pada tinea korporis dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas
tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang diikuti vesikel dan papul pada bagian tepi.
Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Lesi umumnya merupakan bercak terpisah satu
dengan yang lain. Pada tinea korporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan
kelainan pada sela paha. Biasanya disebut tinea corporis et cruris atau tinea cruris et
corporis.
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AD
Umur : 15 tahun
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Nomor RM : 013xxxx
Tanggal pemeriksaan : 23 Mei 2017
II. ANAMNESA
Autoanamnesa penderita di poli Kulit dan Kelamin RSISA tanggal 23 Mei 2017 jam
11.00
Keluhan Utama
Keluhan Subyektif : gatal pada lengan atas dan bawah kanan kiri, perut, punggung
bawah
Keluhan Obyektif : bercak putih pada lengan atas dan bawah kanan kiri, perut,
punggung bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : 5 bulan yang lalu
punggung
berubah
malu
Kuantitas : Bercak menyebar awalnya di tangan kanan kiri
Faktor memperberat :-
Faktor memperingan : Sudah diberi salep apotik dan dokter tetapi keluhan
tidak mereda
Kronologi
Pasien anak laki-laki berusia 15 tahun datang bersama ibunya ke Poli Kulit
RS Islam Sultan Agung Semarang dengan bercak putih pada lengan atas dan
bawah kanan kiri, perut, punggung. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 5 bulan
yang lalu. Pada awalnya Bercak menyebar awalnya di tangan kanan kiri
bertambah gatal, tidak nyeri, tidak mengganggu aktivitas hanya saja pasien
Riwayat Kebiasaan
Mandi 2x sehari
Memakai handuk sendiri
Tidak mandi di sungai
Riwayat Alergi Obat/ Makanan
Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung JKN Non PBI. Kesan ekonomi cukup
Status Dermatologi
Inspeksi
Lokasi I : Lengan atas dan bawah kanan
UKK : Terdapat bercak hipopigmentasi dengan skuama
halus berbentuk bulat diameter 1cm. Jumlah 5
lesi
Lokasi II : Lengan atas dan bawah kiri
UKK : Terdapat bercak hipopigmentasi dengan skuama
halus berbentuk bulat diameter 1cm. Jumlah 5
lesi
Lokasi III : Perut
UKK : Terdapat bercak hipopigmentasi dengan skuama
halus berbentuk bulat diameter 1cm. Jumlah 5
lesi
Lokasi IV : Punggung
UKK : Terdapat bercak hipopigmentasi dengan
skuama halus tepi eritem berbentuk bulat
diameter 1cm. Jumlah 5 lesi
Konfigurasi : multipel
Palpasi : Tidak dilakukan
Pasien anak laki-laki berusia 15 tahun datang bersama ibunya ke Poli Kulit RS
Islam Sultan Agung Semarang dengan bercak putih pada lengan atas dan bawah
kanan kiri, perut, punggung. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 5 bulan yang lalu.
Pada awalnya Bercak menyebar awalnya di tangan kanan kiri perut punggung
dengan jumlah lesi 5 lesi Saat berkeringat tidak bertambah gatal, tidak nyeri, tidak
mengganggu aktivitas hanya saja pasien merasa malu. Keluhan pasien sebelumnya
sudah diperiksakan ke dokter diberi salep dan membeli salep di apotik tetapi keluhan
tidak mereda.
V. DIAGNOSIS BANDING
- Tinea Korporis
- Ptiriasis Versikolor
- Vitiligo
VIII. TERAPI
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanam : ad bonam
Ad Kosmetikum : ad bonam
X. EDUKASI
Aspek klinis
Minum obat secara teratur
Gunakan obat luar sesuai aturan
Jaga kebersihan badan
Jika gatal usahakan jangan digaruk
Istirahat dirumah
Aspek Islami
Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea
imbrikata. Penyakit ini terdapat di berbagai daerah tertentu di Indonesia, misalnya Kalimantan,
Sulawesi, Irianbarat, kepulauan Aru dan Kei dan Sulawesi Tengah, juga di PulauJawa. BUDIMULJA
dkk., (1970) telah melaporkan tentang 97 kasus yang ditemukannya pada peninjauan kedaerah
Tangerang, Jawa Barat. Tinea Imbrikata mulai dengan bentuk papul berwarna cokelat, yang perlahan-
lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses
ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran
skuama yang konsentris. Bila dengan jari tangan kita meraba dari bagian tengah kearah luar, akan
terasa jelas skuama yang menghadap kedalam. Lingkaran-lingkaran skuama konsentris bila menjadi
besar dapat bertemu dengan lingkaran-lingkaran di sebelahnya sehingga membentuk pinggir yang
polisiklik. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang
menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang
dan menyerupai iktiosis. Kulit kepala penderita dapat terserang, akan tetapi rambut biasanya tidak.
Tinea unguium juga sering menyertai penyakit ini.
Bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau favus.
Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning
dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai ukuran. Krusta tersebut
biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat terlihat dasar yang cekung
merah dan membasah. Rambut kemudian tidak berkilat lagi dan akhirnya terlepas. Bila tidak diobati,
penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak. Berlainan dengan tinea
korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh pada usia akhil baligh biasanya
dapat tercium bau tikus (mousy odor). Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis
seboroik. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan
papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas yang kemudian menjadi jaringan
parut. Favus pada kuku tidak dapat dibedakan dengan tinea unguium pada umumnya, yang
disebabkan oleh spesies dermatofita yang lain. Tiga spesies dermatofita yang menyebabkan favus
yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum dan Microsporum gypseum. Berat ringan
bentuk klinis yang tampak tidak tergantung spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak
dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, umur, dan ketahanan penderita sendiri.Penyakit ini di Indonesia
jarang sekali terlihat. Beberapa kali pernah dilaporkan kasus yang berasal dari luar negeri.