Pengertian Korupsi
Pengertian Korupsi Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan
share mengenai korupsi definisi atau pengertiannya. Korupsi Berasal dari bahasa Latin
Corruptio yang berarti busuk, rusak, sogok. Dari pengertian secara harfiah diatas, maka
Korupsi bisa diartikan sebagai berikut: Korupsi adalah sebuah perbuatan seseorang atau
sekelompok orang karena jabatan atau kewenangannya mengeruk keuntungan materi untuk
keperluan pribadi atau kelompoknya dari materi yang seharusnya untuk kebutuhan rakyat
atau Negara.
Modus Korupsi
Modus korupsi adalah cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan. Banyak modus-modus
dalam korupsi. Di bawah ini hanyalah sekedar contoh bagaimana modus korupsi itu
dilakukan :
SIM Jalur Cepat; Dalam proses pembuatan SIM secara resmi, diberlakukan ujian/tes
tertulis dan praktek yang dianggap oleh sebagian warga, terutama sopir akan
mempersulit pembuatan SIM Untuk mempercepat proses itu mereka membayar lebih
besar, asalkan tidak harus mengikuti ujian. Biaya tidak resmi pengurusan SIM
biasanya langsung ditetapkan oleh petugas. Biasanya yang terlibat dalam praktek ini
adalah warga yang mengurus SIM dan oknum petugas yang menangani kepengurusan
SIM.
Markup Budget/Anggaran; Biasanya terjadi dalam proyek dengan cara
menggelembungkan besarnya dana proyek dengan cara memasukkan pos-pos
pembelian yang sifatnya fiktif. Misalnya dalam anggaran dimasukkan pembelian
komputer tetapi pada prakteknya tidak ada komputer yang di dibeli atau kalau
komputer dibeli harganya lebih murah.
Proses Tender; Dalam proses tender pengerjaan tender seperti perbaikan jalan atau
pembangunan jembatan seringkali terjadi penyelewengan. Pihak yanag sebenarnya
memenuhi persyaratan tender, terkadang tidak memenangkan tender karena telah
dimenangkan oleh pihak yang mampu main belakang dengan membayar lebih
mahal, walaupun tidak memenuhi syarat. Dalam hal ini telah terjadi penyogokan
kepada pemberi tender oleh peserta tender yang sebenarnya tidak qualified
Penyelewengan dalam Penyelesaian Perkara; Korupsi terjadi tidak selalu dalam
bentuk uang, tetapi mengubah (menafsirkan secara sepihak) pasal-pasal yang ada
untuk meringankan hukuman kepada pihak yang memberi uang kepada penegak
hukum. Praktek ini melibatkan terdakwa/tersangka, penegak hukum (hakim/jaksa)
dan pengacara.
Pemerasan Pajak; Pemeriksa pajak yang memeriksa wajib pajak menemukan
kesalahan perhitungan pajak yang mengakibatkan kekurangan pembayaran pajak.
Kesalahan-kesalahan tersebut bisa karena kesengajaan wajib pajak dan bisa juga
bukan karena kesengajaan. Kekurangan tersebut dianggap tidak ada dan imbalannya
wajib pajak harus membayarkan sebagian kekurangan tersebut masuk ke kantong
pemeriksa pajak.
Manipulasi Tanah; Berbagai cara dilakukan untuk memanipulasi status kepemilikan
tanah termasuk, memanipulasi tanah negara menjadi milik perorangan/badan,
merendahkan pembebasan tanah dan meninggikan pertanggungjawaban,
membebaskan terlebih dahulu tanah yang akan kena proyek dengan harga murah.
Jalur Cepat Pembuatan KTP; Dalam Pembuatan KTP dikenal jalur biasa dan jalur
cepat. Jalur biasa adalah jalur prosedural biasa, yang mungkin waktunya lebih lama
tapi biayanya lebih murah. Sedangkan jalur cepat adalah proses pembuatanya lebih
capat dan harganya lebih mahal.
Menurut Dr. Sarlito W. Sarwono, tidak ada jawaban yang persis, tetapi ada dua hal yang
jelas, yakni :
1. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, hasrat, kehendak dan sebagainya),
2. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan, kurang kontrol
dan sebagainya.
Indonesia sebagai Negara yang menyadari akan dampak buruk dari perilaku korup para
pejabat atau yang memiliki peluang unuk melakukan korupsi. Indonesia melalui kemudian
membentuk sebuah lembaga yang bisa meminimalisir Korupsi, yakni KPK atau Komisi
pemberiantasan Korupsi, KPK saat ini (2012) dipimpin oleh Abraham Samad. KPK sebagai
lembaga pemberantas korupsi saat ini giat menyidik dan membidik para pejabat yang
teridentifikasi melakukan tindak pidana korupsi.
Korupsi : busuk; rusak; suka memakai barang atau uang yang dipercayaakan kepadanya;
dapat disogok (melalui kekusaan untuk kepentingan pribadi).
b. Ciri-ciri Korupsi
(f) adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain,
(g) terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan
mereka yang dapat mempengaruhinya,
(h) adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum,
dan
(i) menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.
c. Permasalahan korupsi yang ada di Indonesia
Masalah korupsi tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat, terutama media massa
lokal dan nasional. Maraknya korupsi di Indonesia seakan sulit untuk diberantas dan telah
menjadi budaya. Pada dasarnya, korupsi adalah suatu pelanggaran hukum yang kini telah
menjadi suatu kebiasaan. Berdasarkan data Transparency International Indonesia, kasus
korupsi di Indonesia belum teratasi dengan baik. Indonesia menempati peringkat ke-100 dari
183 negara pada tahun 2011 dalam Indeks Persepsi Korupsi.
Di era demokrasi, korupsi akan mempersulit pencapaian good governance dan pembangunan
ekonomi. Terlebih lagi akhir-akhir ini terjadi perebutan kewenangan antara KPK dan Polri.
Sebagai institusi yang sama-sama menangani korupsi, seharusnya KPK dan Polri bisa bekerja
sama dalam memberantas korupsi. Tumpang tindih kewenangan seharusnya tidak terjadi jika
dapat dikoordinasikan secara baik.
Dalam upaya pemberantasan korupsi, diperlukan kerja sama semua pihak maupun semua
elemen masyarakat, tidak hanya institusi terkait saja. Beberapa institusi yang diberi
kewenangan untuk memberantas korupsi, antara lain KPK, Kepolisian, Indonesia Corruption
Watch (ICW), Kejaksaan. Adanya KPK merupakan salah satu langkah berani pemerintah
dalam usaha pemberantasan korupsi di Indonesia.
Dalam menangani kasus korupsi, yang harus disoroti adalah oknum pelaku dan hukum.
Kasus korupsi dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga
membawa dampak buruk pada nama instansi hingga pada pemerintah dan negara. Hukum
bertujuan untuk mengatur, dan tiap badan di pemerintahan telah memiliki kewenangan
hukum sesuai dengan perundangan yang ada. Namun, banyak terjadi tumpang tindih
kewenangan yang diakibatkan oleh banyaknya campur tangan politik buruk yang dibawa oleh
oknum perorangan maupun instansi.
Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional maka mau tidak mau korupsi harus
diberantas, baik dengan cara preventif maupun represif. Penanganan kasus korupsi harus
mampu memberikan efek jera agar tidak terulang kembali. Tidak hanya demikian, sebagai
warga Indonesia kita wajib memiliki budaya malu yang tinggi agar segala tindakan yang
merugikan negara seperti korupsi dapat diminimalisir.
Negara kita adalah negara hukum. Semua warga negara Indonesia memiliki derajat dan
perlakuan yang sama di mata hukum. Maka dalam penindakan hukum bagi pelaku korupsi
haruslah tidak boleh pilih kasih, baik bagi pejabat ataupun masyarakat kecil. Diperlukan
sikap jeli pemerintah dan masyarakat sebagai aktor inti penggerak demokrasi di Indonesia,
terutama dalam memilih para pejabat yang akan menjadi wakil rakyat. Tidak hanya itu,
semua elemen masyarakat juga berhak mengawasi dan melaporkan kepada institusi terkait
jika terindikasi adanya tindak pidana korupsi.
d. Dampak korupsi
Berkaitan dengan dampak yang diakibatkan dari tindak pidana korupsi, setidaknya terdapat
dua konsekuensi. Konsekuensi negatif dari korupsi sistemik terhadap proses demokratisasi
dan pembangunan yang berkelanjutan adalah :
c. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukuman yang berdasarkan kinerja karena
hubungan patron-client dan nepotisme;
e. Korupsi mengakibatkan sistem ekonomi karena produk yang tidak kompetitif dan
penumpukan beban hutang luar negeri.
b. Biaya politik oleh penjarahan atau pengangsiran terhadap suatu lembaga publik, dan;
1. Mengerahkan seluruh stakeholder dalam merumuskan visi, misi, tujuan dan indicator
terhadap makna Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.