BAB II
TINJAUAN UMUM
merupakan salah satu tambang bawah tanah yang ada di Indonesia yang berada di
Kabupaten Bogor. PT. Aneka Tambang Tbk adalah badan usaha umum milik negara
di bawah Departemen Pertambangan dan Energi, mempunyai delapan unit kerja atau
produksi dimana salah satunya adalah unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE)
Pongkor.
daerah/wilayah kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat yang dikenal
dengan pengajuan surat permohonan KP Eksplorasi oleh Direksi PT. Aneka Tambang
permohonan tersebut, maka pada tanggal 9 maret 1983 terbit SK Direktur Jendral
dengan status KP Eksplorasi seluas 4.339 Ha. Mulai tahun 1983 sampai tahun 1987
KP DU 562/Jabar ini telah diperpanjang selama 2 kali. Selanjutnya pada tahun 1988
II-2
masa berlaku dari tanggal 9 maret 1988 sampai dengan 9 maret 1991 terbit kuasa
(Gambar 2.1).
GAMBAR 2.1
Sampai dengan sekarang ini, PT. Aneka Tambang Tbk di samping melakukan
kegiatan pencarian cebakan baru yang mungkin masih ada disekitar cebakan yang ada
Tbk Unit Bisnis Petambangn Emas Pongkor berlokasi di dalam Wilayah Kecamatan
Untuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh dengan perjalanan darat yaitu
dengan menggunakan kendaraan ringan roda dua ataupun roda empat maupun
kendaraan angkut barang dengan bobot maksimum 24 ton. Lokasi ini berjarak sekitar
Lintang Selatan dan Bujur Timur dengan batas titik sudut sebagai berikut :
GAMBAR 2.2
daerah topografi berupa daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300
meter sampai dengan 900 meter diatas permukaan auir laut, dengan puncak bukit
masih tajam dan agak membulat, dimana sudut lereng berkisar antara 20o-60o. pada
sisi sebelah barat laut menunjukan relief relative bergelombang lemah. Punggungan
pegunungan menunjukan adanya pola arah yang memanjang relatif sama dengan pola
Wilayah ini dialiri oleh sungai utama yaitu Sungai cikaniki dengan arah
memanjang relative Tenggara-Timur Laut yang bermuara pada Sungai Cisadane yang
II-5
berada pada sisi Timur Laut daerah ini. Anak-anak Sungai Cikaniki antara lain adalah
Ciparay, Sungai Cisaninten, dan Sungai Ciparigi yang membentuk pola penyaluran
huruf V. Di beberapa tempat juga ditemukan lembah sungai yang agak lebar dan
sebagai daerah persawahan. Namun umumnya tebing Sungai Cikaniki dan anak
Tanah di daerah ini merupakan lahan yang subur dengan ketebalan lapisan humusnya
2,5 meter dan ketinggian Gunung Pongkor rata-rata 750 meter di atas permukaan
2.4.1. Geologi
Ditinjau dari model tektonik lempeng dimana pada zaman tersier Jawa Barat
utara merupakan suatu cekungan belakang busur (fore and basin) dan busur
Adapun Gunung Pongkor terletak pada posisi sayap selatan kubah bayah dan
busur magmatik. Karena berada pada posisi sayap selatan kubah bayah dan busur
batuan yang terdapat pada kubah bayah tersebut. Secara megaskopis batuan yang
mengandung urat-urat kuarsa dan batuan yang terubah pada umumnya adalah batuan
breksi tufa dan tufa lapili yang disertai sisipan batu lempung dan batu pasir halus,
dengan demikian batuan yang mengandung urat-urat kuarsa dan mineral emas
maupun perak tersebut diperkirakan berasal dari formasi Cimapang. Formasi ini
adalah batuan tertua yang dijumpai di daerah Pongkor dengan umur sekitar miosen
atas.
gunung api yang bersifat erupsi maupun yang bersifat lelehan seperti tufa breksi, tufa
lapili, tufa halus, lava andesit, lava diorit maupun dari batuan sedimen yang terdapat
pada posisi bagian utara yang berupa lempung, batu pasir dan batu lanau. Penyebaran
batuan gunung api merupakan suatu rangkaian pegunungan yang berelief kasar dan
berada pada sisi selatan, sedangkan penyebaran batuan sedimen menampakan suatu
relief yang agak bergelombang dengan menempati wilayah bagian utara. Batuan
gunung api sekitar daerah Gunung Pongkor memiliki kesamaan dengan pola-pola
batuan yang menyusun bentang lahan pegunungan bayah seperti kaldera Citorek dan
kaldera Cikotok yang merupakan jalur bentang lahan gunung api. Oleh sebab itu
epithermal sulfida rendah. Umur mineralisasi batuan yang menyusun daerah Pongkor
meliputi daerah Nirmala di sebelah barat daya sampai Nunggul di sebelah timur laut.
Batuan induk Host Rock adalah batuan tufa breksi yang mengandung komponen
batu lempung batu lanau serta batuan silifikasi. Batuan ubahan ditemukan berupa
argilic (mineral lempung), ubahan propolitik (klorit, epidot, karbonat dn pirit) dan
ubahan silisik (90% silica). Zona ubahan membentuk suatu pola memanjang dengan
arah barat laut tenggara searah dengan jurus urat-urat kwarsa pembawa emas. Zona
urat yang sudah ditemukan adalah Zona Kubang Cicau, Ciurug, Ciguha, Pasir Jawa
(Gambar 2.3). Zona tersebut membentuk pola sejajar menyebar sepanjang jurus yang
Penyebaran emas dan perak tedapat di dalam urat kwarsa, vein dan batuan samping
Wilayah Gunung Pongkor dan sekitarnya tersusun dari formasi batuan yang
bersifat andesitik hingga dasitik. Terdiri dari satuan batuan tufa, aglomerat, breksi,
andesit dan dasit serta batuan gunung api muda emas dan perak terdapat dalam urat
kuarsa maupun zona urat yang berasosiasi dengan ubahan propilisasi (klorit, kalsit
GAMBAR 2.3
2.4.2. Cadangan
adalah batuan tufa breksi polimik yang tampak tertutup oleh batuan gunung api
kuarter. Umur mineralisasi di daerah gunung pongkor dan cibugis adalah miosen
seperti di daerah bayah dan jampang. Urat kwarsa yang dominan ditemukan di daerah
ini terdiri atas urat Ciguha Utama, Kubang Cicau, Ciurug, Gudang handak dan
Strike : N 150o E
Strike : N 0o E
Dip : 60 70 ke barat
Strike : N 330o E
Dip : 70 ke barat
Dip : 80 85
II-10
e. Pamoyanan
Strike : N 150o E
Dip : 70 80
Cut and Fill Method. Material filling yang digunakan untuk mengisi rongga setelah
produksi penambangan adalah berasal dari sisa pengolahan bijih (dislained tailling)
ditambah dengan trass (berukuran pasir sampai dengan pasir kasar) jika tailingnya
berupa tunnel yang berfungsi sebagai MHL (Main Haulage Level) untuk keperluan
pengangkutan bijih, karyawan, peralatan, ventilasi, penirisan dan keperluan lain untuk
produksi berupa level yang merupakan cross cut-cross cut kearah badan bijih setelah
ditemukan bijih, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan drift menyusuri badan bijih
yang ada. Pada bijih Kubang Cicau dibuat 5 level yaitu : 500, 550, 600, 650 dan 690.
II-11
pada bijih Ciurug dibuat 3 level yaitu : 500, 600 dan 700 (dua diantaranya dibuat di
peledakan. Pemboran konventional dilakukan dengan menggunakan alat jack leg dan
pemboran secara mekanis memakai alat Jumbo Drill. Peledakan dilakukan dengan
menggunakan bahan peledak power gel dan ANFO. Jumlah lubang bor dan
banyaknya bahan peledak yang dipergunakan tergantung pada kekerasan batuan dan
angkut lory (granby car) berkapasitas 3 m3 pada MHL, dan berkapasitas 2 m 3 pada
level-level lainnya. Alat penarik yang dipergunakan adalah lokomotif listrik (trolley)
10 ton untuk pengangkutan bijih dari tambang ke stok pile. Sementara untuk level-
level lainnya menggunakan lokomotif battery 3,5 ton. Sedangkan pemuatan batuan
hasil peledakan dilakukan dengan menggunakan scrapper pada setiap front kerja dan
menggunakan rocker shovel pada cross cut dan MHL (pada tambang semi-mekanis
seperti Kubang Cicau) serta LHD atau Wheel Loader (pada tambang full mekanis
seperti Ciurug).
perencanaan awal maka Tambang Emas Pongkor menggunakan lubang bukaan untuk
MHL dengan dimensi lebar 3,3 meter dan tinggi 2,5 meter. Sedangkan untuk Drift
Foot Wall (DFW) berdimensi lebar 2,8 meter dan tinggi 2,5 meter tergantung pada
II-12
lebar bijih.Untuk menjaga kestabilan bukaan dan peninggian lantai kerja dan stope,
maka kemajuan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan selalu diikuti dengan
2.5.2. Filling
Stope yang telah ditambang akan diikuti dengan pengisian kembali oleh
material filling yang berasal dari limbah pengolahan (sand tailling) yang telah di
pisahkan dari material halusnya (-10 mikron kurang dari 12%). Pengisian material ke
tambang sebanyak 60% dari total tailling yang berukuran lebih besar 10 mikron dan
dimaksudkan untuk menyangga batuan samping dan menaikkan lantai kerja stope
sehingga bijih pada slice selanjutnya dapat terjangkau. Pengisian material filling dari
backfill silo dengan menggunakan backfill pump tipe EAH dengan kapasitas 2
m3/menit dan di salurkan melalui pipa baja dimana pipa tersebut terdiri atas dua yaitu
plan I sebanyak empat buah dengan dimensi = 4/3 (input 4 inch, output 3 inch) dan
plan II sebanyak 4 buah dengan dimensi = 6/4 (input 6 inch, output 4 inch).
2.6.1. Development
berikut :
II-13
2. Rencana Kemajuan
3. Sistem Perkuatan/Penyangga
4. Ventilasi
2.6.2. Produksi
Rencana produksi didasarkan pada target produksi batu basah per-hari, untuk
2.7. Pengolahan
yaitu carbon in leach yang diikuti dengan proses elution AARL (Anglo American
a. crushing ; batuan emas dari tambang akan di pecah dengan Crushing unit dalam
dua tahap pemecahan sampai diperoleh ukuran butiran kurang dari 12,5 mm.
umpankan ke ball mill dengan kapasitas 22,7 ton batu kering/jam (500 ton/hari).
Produk milling ini berupa lumpur halus berukuran 90% minus 200 mesh (-74
mikron).
c. Leaching ; emas dan perak dalam lumpur (produk ball mill ) dilarutkan dalam
0,10%. Emas dan perak yang terlarut akan di tangkap oleh karbon aktif yang di
d. Gold Recovery ; karbon yang sudah jenuh menyerap larutan emas dan perak
di sirkuit CIL, dipompakan ke Gold Recovery unit berupa ellution colomn untuk
melepaskan emas dan perak ke phase larutan. Emas dan perak dalam larutan ini
menempel pada katoda disebut cake kemudian dilebur dan menghasilkan logam
dore bullian dengan kandungan emas 6-10%, perak 90-92% serta pengotor
(impurities) 1%. Dore bullian ini merupakan produk akhir proses pengolahan
pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia sodium sianida berkadar 0,1%,
karena itu untuk menurunkan kadar sianida dalam tailling sebelum dilakukan
sianida (Cyanide Destruction Plant) supaya kadar sianida yang lebih dari 40 ppm
dapat diturunkan menjadi maksimum 6 ppm. Kadar sianida dalam tailling dam
diawasi sehingga selalu di bawah ambang batas yang diizinkan yaitu kurang dari