Anda di halaman 1dari 15

II-1

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1. Latar Belakang Perusahaan

PT. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor

merupakan salah satu tambang bawah tanah yang ada di Indonesia yang berada di

Kabupaten Bogor. PT. Aneka Tambang Tbk adalah badan usaha umum milik negara

di bawah Departemen Pertambangan dan Energi, mempunyai delapan unit kerja atau

produksi dimana salah satunya adalah unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE)

Pongkor.

Dalam setiap melakukan kegiatan industri pertambangan di Indonesia setiap

badan usaha yang bergerak di bidang pertambangan diwajibkan untuk memiliki

daerah/wilayah kerja yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah setempat yang dikenal

dengan surat Kuasa Pertambangan (KP).

Sejarah kepemilikan kuasa pertambangan daerah Gunung Pongkor, diawali

dengan pengajuan surat permohonan KP Eksplorasi oleh Direksi PT. Aneka Tambang

Tbk dengan No.3112-DM/L/2.72, tangggal 25 juni 1981. Berdasarkan surat

permohonan tersebut, maka pada tanggal 9 maret 1983 terbit SK Direktur Jendral

Pertambangan Umum No.777/SKDJ/199/DUP tahun 1983 tentang KP DU 562/Jabar,

dengan status KP Eksplorasi seluas 4.339 Ha. Mulai tahun 1983 sampai tahun 1987

KP DU 562/Jabar ini telah diperpanjang selama 2 kali. Selanjutnya pada tahun 1988
II-2

berubah dari KP Eksplorasi menjadi KP Persiapan Fasilitas Eksplorasi (PFE) dengan

masa berlaku dari tanggal 9 maret 1988 sampai dengan 9 maret 1991 terbit kuasa

Eksplorasi KP DU 893/Jabar seluas 4.058 Ha, selanjutnya pada tanggal 1 Agustus

2000 mendapatkan kuasa pertambangan eksploitasi KW 98 PP 0138 seluas 6.074 Ha

(Gambar 2.1).

GAMBAR 2.1

PETA BATAS KP PT. ANEKA TAMBANG UBPE PONGKOR


II-3

Sampai dengan sekarang ini, PT. Aneka Tambang Tbk di samping melakukan

eksploitasi cebakan bijih yang sudah terukur jumlah cadangannya untuk

mempertahankan kelangsungan kegiatan pertambangan akan terus melakukan

kegiatan pencarian cebakan baru yang mungkin masih ada disekitar cebakan yang ada

di wilayah Kuasa Pertambangan.

2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administratif Wilayah Kuasa Pertambangn (KP) PT. Aneka Tambang

Tbk Unit Bisnis Petambangn Emas Pongkor berlokasi di dalam Wilayah Kecamatan

Nanggung, Leuwiliang dan Cigudek Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

Untuk mencapai lokasi penambangan dapat ditempuh dengan perjalanan darat yaitu

dengan menggunakan kendaraan ringan roda dua ataupun roda empat maupun

kendaraan angkut barang dengan bobot maksimum 24 ton. Lokasi ini berjarak sekitar

54 km ke arah barat dari Kodya Bogor (Gambar 2.2).

Untuk mencapai seluruh wilayah KP dapat ditempuh dengan jalan kaki

melewati jalan setapak ataupun lembah-lembah aliran sungai dangkal yang

membentang. Sedangkan posisi geografi KP Eksploitasi ini terletak pada koordinat

Lintang Selatan dan Bujur Timur dengan batas titik sudut sebagai berikut :

Bujur timur : 106o3001,0- 106o3538,0

Lintang selatan : 6o3637,2- 6o4311,0


II-4

GAMBAR 2.2

PETA LOKASI PT. ANEKA TAMBANG TBK PONGKOR

2.3. Keadaan Topografi

UBPE Pongkor merupakan bagian dari satuan wilayah yang mempunyai

daerah topografi berupa daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300

meter sampai dengan 900 meter diatas permukaan auir laut, dengan puncak bukit

masih tajam dan agak membulat, dimana sudut lereng berkisar antara 20o-60o. pada

sisi sebelah barat laut menunjukan relief relative bergelombang lemah. Punggungan

pegunungan menunjukan adanya pola arah yang memanjang relatif sama dengan pola

penyebaran dari urat-urat kuarsa yang ditemukan di daerah ini.

Wilayah ini dialiri oleh sungai utama yaitu Sungai cikaniki dengan arah

memanjang relative Tenggara-Timur Laut yang bermuara pada Sungai Cisadane yang
II-5

berada pada sisi Timur Laut daerah ini. Anak-anak Sungai Cikaniki antara lain adalah

Sungai Cisarua, Sungai Cikaret, Sungai Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai

Ciparay, Sungai Cisaninten, dan Sungai Ciparigi yang membentuk pola penyaluran

dendritik. Lembah-lembah Sungai Cikaniki umumnya sempit, curam dan berbentuk

huruf V. Di beberapa tempat juga ditemukan lembah sungai yang agak lebar dan

landai serta berkelok-kelok sehingga dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat

sebagai daerah persawahan. Namun umumnya tebing Sungai Cikaniki dan anak

Sungai Ciguha sangat terjal dan sangat sulit untuk dilewati.

Adapun topografi daerah setempat berupa :

15 % daerah daratan sampai berombak

60 % daerah berombak sampai berbukit

25 % daerah berbukit sampai pegunungan

Tanah di daerah ini merupakan lahan yang subur dengan ketebalan lapisan humusnya

2,5 meter dan ketinggian Gunung Pongkor rata-rata 750 meter di atas permukaan

laut dengan kemiringan 40% - 60%.

2.4. Keadaan Geologi dan Cadangan

2.4.1. Geologi

Ditinjau dari model tektonik lempeng dimana pada zaman tersier Jawa Barat

utara merupakan suatu cekungan belakang busur (fore and basin) dan busur

magmatik berada di selatannya.


II-6

Adapun Gunung Pongkor terletak pada posisi sayap selatan kubah bayah dan

busur magmatik. Karena berada pada posisi sayap selatan kubah bayah dan busur

magmatik , maka diperkirakan yang menjadi batuan dasar adalah formasi-formasi

batuan yang terdapat pada kubah bayah tersebut. Secara megaskopis batuan yang

mengandung urat-urat kuarsa dan batuan yang terubah pada umumnya adalah batuan

breksi tufa dan tufa lapili yang disertai sisipan batu lempung dan batu pasir halus,

dengan demikian batuan yang mengandung urat-urat kuarsa dan mineral emas

maupun perak tersebut diperkirakan berasal dari formasi Cimapang. Formasi ini

adalah batuan tertua yang dijumpai di daerah Pongkor dengan umur sekitar miosen

atas.

Secara keseluruhan batuan penyusun Gunung Pongkor terdiri dari batuan

gunung api yang bersifat erupsi maupun yang bersifat lelehan seperti tufa breksi, tufa

lapili, tufa halus, lava andesit, lava diorit maupun dari batuan sedimen yang terdapat

pada posisi bagian utara yang berupa lempung, batu pasir dan batu lanau. Penyebaran

batuan gunung api merupakan suatu rangkaian pegunungan yang berelief kasar dan

berada pada sisi selatan, sedangkan penyebaran batuan sedimen menampakan suatu

relief yang agak bergelombang dengan menempati wilayah bagian utara. Batuan

gunung api sekitar daerah Gunung Pongkor memiliki kesamaan dengan pola-pola

batuan yang menyusun bentang lahan pegunungan bayah seperti kaldera Citorek dan

kaldera Cikotok yang merupakan jalur bentang lahan gunung api. Oleh sebab itu

proses pembentukan emas di daerah Pongkor merupakan hasil pembentukan emas


II-7

epithermal sulfida rendah. Umur mineralisasi batuan yang menyusun daerah Pongkor

diperkirakan pliosen dan masih aktif sampai dengan plistosen.

Mineralisasi emas di Gunung Pongkor terdapat di zona batuan terubah yang

meliputi daerah Nirmala di sebelah barat daya sampai Nunggul di sebelah timur laut.

Batuan induk Host Rock adalah batuan tufa breksi yang mengandung komponen

batu lempung batu lanau serta batuan silifikasi. Batuan ubahan ditemukan berupa

argilic (mineral lempung), ubahan propolitik (klorit, epidot, karbonat dn pirit) dan

ubahan silisik (90% silica). Zona ubahan membentuk suatu pola memanjang dengan

arah barat laut tenggara searah dengan jurus urat-urat kwarsa pembawa emas. Zona

urat yang sudah ditemukan adalah Zona Kubang Cicau, Ciurug, Ciguha, Pasir Jawa

(Gambar 2.3). Zona tersebut membentuk pola sejajar menyebar sepanjang jurus yang

searah dengan punggungan sedangkan urat Ciurug memotong punggungan.

Penyebaran emas dan perak tedapat di dalam urat kwarsa, vein dan batuan samping

yang telah mengalami ubahan.

Wilayah Gunung Pongkor dan sekitarnya tersusun dari formasi batuan yang

bersifat andesitik hingga dasitik. Terdiri dari satuan batuan tufa, aglomerat, breksi,

andesit dan dasit serta batuan gunung api muda emas dan perak terdapat dalam urat

kuarsa maupun zona urat yang berasosiasi dengan ubahan propilisasi (klorit, kalsit

dan pirit), argilit dan silisifikasi.


II-8

GAMBAR 2.3

PETA GEOLOGI DAERAH UBPE PONGKOR

2.4.2. Cadangan

Dari pengamatan geologi memberikan gambaran bahwa batuan samping

adalah batuan tufa breksi polimik yang tampak tertutup oleh batuan gunung api

kuarter. Umur mineralisasi di daerah gunung pongkor dan cibugis adalah miosen

seperti di daerah bayah dan jampang. Urat kwarsa yang dominan ditemukan di daerah

ini terdiri atas urat Ciguha Utama, Kubang Cicau, Ciurug, Gudang handak dan

Pamoyanan dengan memperhatikan penyebaran urat sebagai berikut :


II-9

a. Urat Bijih Ciguha Utama

Panjang : 845 meter

Lebar : 3,75 meter

Strike : N 150o E

Dip: 70-80 ke barat

b. Urat Bijih Kubang Cicau

Panjang : 1.330 meter

Lebar : 3,50 meter

Strike : N 0o E

Dip : 60 70 ke barat

c. Urat Bijih Ciurug

Panjang : 985 meter

Lebar : 8,12 meter

Strike : N 330o E

Dip : 70 ke barat

d. Urat bijih Gudang Handak

Panjang : 12,11 meter

Lebar : 6,71 meter

Strike : N 355o E N 361o E

Dip : 80 85
II-10

e. Pamoyanan

Panjang : 1.150 meter

Lebar : 0,1 2,7 meter

Strike : N 150o E

Dip : 70 80

2.5. Sistem Penambangan

2.5.1. Metode Penambangan

Pada keseluruhan cebakan bijih UBPE menerapkan metode penambangan

Cut and Fill Method. Material filling yang digunakan untuk mengisi rongga setelah

produksi penambangan adalah berasal dari sisa pengolahan bijih (dislained tailling)

ditambah dengan trass (berukuran pasir sampai dengan pasir kasar) jika tailingnya

tidak mencukupi. Pengangkutan material filling ke dalam tambang menggunakan

perpipaan dan pompa. Untuk mencapai lokasi penambangan digunakan bukaan

berupa tunnel yang berfungsi sebagai MHL (Main Haulage Level) untuk keperluan

pengangkutan bijih, karyawan, peralatan, ventilasi, penirisan dan keperluan lain untuk

melayani kegiatan produksi dan development.

Dalam pelaksanaan produksi ditiap-tiap urat bijih dibuat pembagian lokasi

produksi berupa level yang merupakan cross cut-cross cut kearah badan bijih setelah

ditemukan bijih, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan drift menyusuri badan bijih

yang ada. Pada bijih Kubang Cicau dibuat 5 level yaitu : 500, 550, 600, 650 dan 690.
II-11

pada bijih Ciurug dibuat 3 level yaitu : 500, 600 dan 700 (dua diantaranya dibuat di

permukaan yaitu level 600 dan 700).

Kegiatan penggalian lubang bukaan dilakukan dengan cara pemboran dan

peledakan. Pemboran konventional dilakukan dengan menggunakan alat jack leg dan

pemboran secara mekanis memakai alat Jumbo Drill. Peledakan dilakukan dengan

menggunakan bahan peledak power gel dan ANFO. Jumlah lubang bor dan

banyaknya bahan peledak yang dipergunakan tergantung pada kekerasan batuan dan

kedalaman kemajuan yang diinginkan. Penampang lubang bukaan yang dibuat

umumnya berbentuk tapal kuda.

Pengangkutan bijih ataupun batuan samping/ pengotor menggunakan alat

angkut lory (granby car) berkapasitas 3 m3 pada MHL, dan berkapasitas 2 m 3 pada

level-level lainnya. Alat penarik yang dipergunakan adalah lokomotif listrik (trolley)

10 ton untuk pengangkutan bijih dari tambang ke stok pile. Sementara untuk level-

level lainnya menggunakan lokomotif battery 3,5 ton. Sedangkan pemuatan batuan

hasil peledakan dilakukan dengan menggunakan scrapper pada setiap front kerja dan

menggunakan rocker shovel pada cross cut dan MHL (pada tambang semi-mekanis

seperti Kubang Cicau) serta LHD atau Wheel Loader (pada tambang full mekanis

seperti Ciurug).

Berdasarkan data geoteknik yang dihasilkan pada tahap eksplorasi dan

perencanaan awal maka Tambang Emas Pongkor menggunakan lubang bukaan untuk

MHL dengan dimensi lebar 3,3 meter dan tinggi 2,5 meter. Sedangkan untuk Drift

Foot Wall (DFW) berdimensi lebar 2,8 meter dan tinggi 2,5 meter tergantung pada
II-12

lebar bijih.Untuk menjaga kestabilan bukaan dan peninggian lantai kerja dan stope,

maka kemajuan yang diakibatkan oleh kegiatan penambangan selalu diikuti dengan

kegiatan pengisian kembali rongga yang terbentuk (Back Fill).

2.5.2. Filling

Stope yang telah ditambang akan diikuti dengan pengisian kembali oleh

material filling yang berasal dari limbah pengolahan (sand tailling) yang telah di

pisahkan dari material halusnya (-10 mikron kurang dari 12%). Pengisian material ke

tambang sebanyak 60% dari total tailling yang berukuran lebih besar 10 mikron dan

40 % kurang dari 10 mikron dimasukkan ke tailling dam. Pengisian tersebut

dimaksudkan untuk menyangga batuan samping dan menaikkan lantai kerja stope

sehingga bijih pada slice selanjutnya dapat terjangkau. Pengisian material filling dari

backfill silo dengan menggunakan backfill pump tipe EAH dengan kapasitas 2

m3/menit dan di salurkan melalui pipa baja dimana pipa tersebut terdiri atas dua yaitu

plan I sebanyak empat buah dengan dimensi = 4/3 (input 4 inch, output 3 inch) dan

plan II sebanyak 4 buah dengan dimensi = 6/4 (input 6 inch, output 4 inch).

2.6. Produksi tambang

2.6.1. Development

Pengembangan kapasitas produksi tambang UBPE Pongkor yang diharapkan

oleh manajemen tentunya menuntut pembangunan persiapan stope produksi disemua

lokasi. Pekerjaan development didasarkan pada kriteria desain tambang sebagai

berikut :
II-13

1. Ukuran Lubang Bukaan

2. Rencana Kemajuan

3. Sistem Perkuatan/Penyangga

4. Ventilasi

2.6.2. Produksi

Rencana produksi didasarkan pada target produksi batu basah per-hari, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran N.

2.7. Pengolahan

Proses pengolahan bijih emas pongkor menggunakan proses sianidasi biasa

yaitu carbon in leach yang diikuti dengan proses elution AARL (Anglo American

Research Laboratory ) dan proses elektrowinning. Proses pengolahan dilakukan

dalam beberapa tahap, yaitu :

a. crushing ; batuan emas dari tambang akan di pecah dengan Crushing unit dalam

dua tahap pemecahan sampai diperoleh ukuran butiran kurang dari 12,5 mm.

b. Milling ; dengan menggunakan belt conveyor, bijih dari crushing unit di

umpankan ke ball mill dengan kapasitas 22,7 ton batu kering/jam (500 ton/hari).

Produk milling ini berupa lumpur halus berukuran 90% minus 200 mesh (-74

mikron).

c. Leaching ; emas dan perak dalam lumpur (produk ball mill ) dilarutkan dalam

tanki dengan penambahan bahan-bahan kimia berupa sodium sianida berkadar


II-14

0,10%. Emas dan perak yang terlarut akan di tangkap oleh karbon aktif yang di

tambahkan pada tanki CIL (carbon In Leach).

d. Gold Recovery ; karbon yang sudah jenuh menyerap larutan emas dan perak

di sirkuit CIL, dipompakan ke Gold Recovery unit berupa ellution colomn untuk

melepaskan emas dan perak ke phase larutan. Emas dan perak dalam larutan ini

dengan proses electriwinning akan terdesposisi ke kawat katoda. Serbuk yang

menempel pada katoda disebut cake kemudian dilebur dan menghasilkan logam

dore bullian dengan kandungan emas 6-10%, perak 90-92% serta pengotor

(impurities) 1%. Dore bullian ini merupakan produk akhir proses pengolahan

emas pongkor. Selanjutnya akan di murnikan di logam mulia. Karena proses

pengolahan bijih emas menggunakan bahan kimia sodium sianida berkadar 0,1%,

maka kemungkinan material backfill masih mengandung sianida tersebut. Oleh

karena itu untuk menurunkan kadar sianida dalam tailling sebelum dilakukan

pengisian ke tambang sebagai material backfill maka di bangun pabrik perusak

sianida (Cyanide Destruction Plant) supaya kadar sianida yang lebih dari 40 ppm

dapat diturunkan menjadi maksimum 6 ppm. Kadar sianida dalam tailling dam

diawasi sehingga selalu di bawah ambang batas yang diizinkan yaitu kurang dari

0,05 ppm untuk selanjutnya dibuang di sungai.


II-15

Anda mungkin juga menyukai

  • Besi Internet RBB
    Besi Internet RBB
    Dokumen8 halaman
    Besi Internet RBB
    Rebecca Francis
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Bab IV Bukaan Tambang
    Bab IV Bukaan Tambang
    Dokumen9 halaman
    Bab IV Bukaan Tambang
    Novi Andry
    0% (1)
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen3 halaman
    Bab Ii
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Makalah Eksplorasi
    Makalah Eksplorasi
    Dokumen14 halaman
    Makalah Eksplorasi
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen56 halaman
    Bab I
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen5 halaman
    Bab I
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Teknologi Dalam Eksplorasi
    Teknologi Dalam Eksplorasi
    Dokumen36 halaman
    Teknologi Dalam Eksplorasi
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • 2
    2
    Dokumen19 halaman
    2
    ryansyamsu234
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Geolistrik
    Aplikasi Geolistrik
    Dokumen5 halaman
    Aplikasi Geolistrik
    Andry Depari
    Belum ada peringkat
  • Aplikasi Geolistrik
    Aplikasi Geolistrik
    Dokumen5 halaman
    Aplikasi Geolistrik
    Andry Depari
    Belum ada peringkat