Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RESPIRASI

Disusun oleh:
Devri Windi Sari
Dewi Hajar Agustina
Dwi Ambika P.
Dyah Arum Anggraini

S1 Farmasi

STIKES KARYA PUTRA BANGSA

TULUNGAGUNG

2015
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah swt karena dengan izin-Nya kita masih di beri
kesempatan dalam menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
RESPIRASI. Dan tak lupa pula penulis haturkan salawat dan salam atas
junjungan Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir zaman amin.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata


kuliah UU dan Etika Kesehatan. Penyusun telah berusaha semaksimal mungkin
dalam penyusunan makalah ini dengan memberikan gambaran secara deskriptif
agar mudah di pahami.
Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari pada itu penyusun memohon saran dan arahan yang
sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini, dimasa akan datang dan
penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Tulungagung, 20 Maret 2015

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua sel aktif melakukan respirasi sepanjang hidupnya, menyerap oksigen


dan melepaskan karbondioksida. Namun respirasi adalah lebih dari sekedar
pertukaran gas-gas. Respirasi adalah proses oksidasi reduksi yang mengoksidasi
senyawa-senyawa menjadi karbondioksida, sedangkan oksigen yang diserap
direduksi menjadi air (H2O). Proses utama respirasi adalah mobilitas senyawa
organik dan oksidasi senyawa-senyawa tersebut secara terkendali untuk
menghasilkan energi bagi pemeliharaan dan perkembangan tumbuhan.
Fisiologi tumbuhan merupakan cabang biologi yang mempelajari tentang
proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tumbuhan yang menyebabkan
tumbuhan tersebut dapat hidup. Laju proses-proses metabolisme ini dipengaruhi
oleh (dan dapat pula tergantung pada) faktor-faktor lingkungan mikro di sekitar
tumbuhan tersebut. Fotosintesis dan respirasi merupakan proses metabolisme
dasar yang terjadi di dalam sel hidup.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang proses-
proses yang terjadi dalam respirasi sel tumbuhan beserta substrat respirasi dan
pengurainya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui reaksi umum respirasi

2. Mengetahui substrat respirasi dan pengurainya

3. Mengetagui istilah glikolisis

4. Mengetahui tahapan siklus krab


BAB II

ISI

2.1 Reaksi Umum Respirasi

2.1.1 Pengertian respirasi

Respirasi adalah suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber
energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Respirasi bisa juga diartikan
sebagai reaksi oksidasi senyawa organik untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan
untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis (anabolisme), gerak,
pertumbuhan, perkembangan. Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi adealah
energi kimia dalam bentuk ATP atu senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH).
Respirasi juga menghasilkan karbondioksida yang berperan pada keseimbangan karbon di
alam.

2.1.2 Macam respirasi


Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
1. Respirasi Aerob, yaitu respirasi yang memerlukan oksigen, penguraiannya lengkap
sampai menghasilkan energi, karbondioksida, dan uap air.
2. Respirasi Anaerob, yaitu respirasi yang tidak memerlukan oksigen tetapi penguraian
bahan organiknya tidak lengkap. Respirasi ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan
khusus.
2.1.3 Mekanisme Respirasi Anaerob
Pada kebanyakan tumbuhan dan hewan respirasi yang berlangsung adalah respirasi
aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada suatu hal, maka
hewan dan tumbuhan tersebut akan melangsungkan respirasi anaerob untuk dapat bertahan
hidup. Pada umumnya respirasi anaerob pada makhluk hidup hanya terjadi jika persediaan
oksigen bebas ada di bawah batas minimum. Respirasi anaerob lazim disebut sebagai
fermentasi.
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel tanpa membutuhkan oksigen.
Gula adalah bahan yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah
etanol, asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lainnya dapat juga
dihasilkan dari proses fermentasi ini seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai
bahan yang umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur,
dan minuman beralkohol lainnya.
Pada banyak tumbuhan yang biasa tumbuh di darat, penggenangan dalam air dalam
waktu yang lama merupakan ancaman bagi kehidupannya. Hal ini dikarenakan respirasi
aerob akan terhenti sama sekali, sehingga terjadilah respirasi anaerob yang terkadang tidak
mencukupi energi yang dibutuhkannya, dan akumulasi zat beracun akibat respirasi anaerob
dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kematian bagi tumbuhan tersebut.
Fermentasi yang umum terjadi pada tumbuhan adalah fermentasi alkohol atau
fermentasi etanol. Pada proses fermentasi, satu molekul glukosa diubah menjadi dua molekul
etanol dan dua molekul karbondioksida. Seperti pada glikolisis, glukosa diubah menjadi asam
piruvat selama proses fermentasi. Kemudian asam piruvat diubah menjadi etanol dan
karbondioksida dengan bantuan enzim karboksilase dan alkohol dehidrogenase. Berikut ini
adalah gambar proses fermentasi etanol.

Gambar 2.6. Proses Fermentasi Etanol

2.2 Substrat Respirasi


Substrat respirasi adalah setiap bahan organik tumbuhan yang teroksidasi sebagian
(menjadi senyawa teroksidasi) atau reteduksi sempurna (menjadi karbondioksida dan uap air)
dalam metabolisme respiratoris. Umumnya substrat untuk respirasi adalah zat yang tertimbun
dalam jumlah yang relatif banyak dalam sel tumbuhan dan bukan zat yang merupakan
senyawa antara hasil dari penguraian. Hasil penguraian biasanya disebut metabolik antara.
Karbohidrat merupakan substrat utama respirasi dalam sel-sel tumbuhan dengan
glukosa sebagai molekul pertama. Substrat respirasi yang paling penting di antara karbohidrat
adalah sukrosa (disakarida= glukosa dan fruktosa) dan pati (sering terdapat dalam sel
tumbuhan sebagai cadangan karbohidrat). Dalam beberapa jaringan tumbuhan, selain
karbohidrat, senyawa lain kadang-kadang dapat menjadi substrat respirasi. Pada biji-biji
tertentu, seperti jarak, mengandung lemak yang sangat tinggi sebagai bahan cadangan yang
terdapat di dalam jaringan endosperma yang mengelilingi embrio. Selama beberapa hari
pertama perkecambahan, lemak ini akan diubah menjadi sukrosa yang selanjutnya diserap
dan direspirasi oleh embrio yang sedang tumbuh.
Pada keadaan tertentu dalam beberapa jaringan tumbuhan juga, beberapa asam
organik dapat digunakan sebagai substrat respirasi, misalnya asam organik berkerbon empat
(asam malat) yang ditimbun dalam daun tumbuhan sukulen familia Crassulaceae, asam malat
ini direspirasi menjdi karbondioksida dan air melalui mekanisme khusus; asam organik
berkarbon dua (asam glikolat), yang ditimbun dalam daun yang disinari sebagian besar
tumbuhan tinggi juga dapat digunakan untuk respirasi. Protein jarang direspirasi kecuali
dalam keadaan tertentu. Protein berperan sebagai substrat respirasi selama tahap awal
perkecambahan biji yang mengandung protein tinggi sebagai cadangan makanan. Protein
akan diubah menjadi asam-asam amino yang kemudian asam amino diubah menjadi senyawa
antara respirasi karbohidrat. Dengan demikian, asam amino direspirasi oleh jalur yang
digunakan oleh respirasi glukosa.

2.3 Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah serangkaian reaksi
biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi molekul asam piruvat. Glikolisis adalah salah
satu proses metabolisme yang paling universal yang kita kenal, dan terjadi (dengan berbagai
variasi) di banyak jenis sel dalam hampir seluruh bentuk organisme. Proses glikolisis sendiri
menghasilkan lebih sedikit energi per molekul glukosa dibandingkan dengan oksidasi aerobik
yang sempurna. Energi yang dihasilkan disimpan dalam senyawa organik berupa adenosine
triphosphate atau yang lebih umum dikenal dengan istilah ATP dan NADH.
Glikolisis dapat dibagi dalam dua fase utama, yaitu:
Fase Persiapan (Glukosa diubah menjadi dua senyawa tiga karbon)
Pada fase ini pertama sekali glukosa difosforilasi oleh ATP dan enzim
heksokinase membentuk glukosa-6-fosfat dan ADP. Reaksi berikutnya melibatkan
perubahan gula aldosa menjadi gula ketosa. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
fosfoglukoisomerase dan menyebabkan perubahan glukosa-6-fosfat yang difosforilasi
oleh ATP dan enzim fosfofruktokinase menghasilkan fruktosa-1,6-difosfat dan ADP.
Selanjutnya fruktosa-1,6-difosfat dipecah menjadi dua molekul senyawa tiga karbon
yaitu gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroasetonfosfat, dengan bantuan enzim aldolase.
Dihidroasetonfosfat dikatalis oleh enzim fosfotriosa isomerase menjadi senyawa
gliseraldehida-3-fosfat. Jadi pada fase ini dihasilkan dua gliseldehida-3-fosfat. Pada
fase ini tidak dihasilkan energi tetapi membutuhkan energi 2 ATP.
Fase Oksidasi (Senyawa tiga karbon diubah menjadi asam piruvat)
Dua senyawa gliseraldehida-3-fosfat diubah menjadi 1,3-difosfogliserat.
Reaksi ini melibatkan penambahan fosfat anorganik pada karbon pertama dan reduksi
NAD menjadi NADH2 yang dibantu oleh enzim fosfogliseraldehida dehidrogenase.
Dengan adanya ADP dan enzim fosfogliserat kinase, asam 1,3-difosfogliserat diubah
menjadi asam 3-fosfogliserat dan ATP dibentuk. Asam 3-fosfogliserat selanjutnya
diubah menjadi asam 2-fosfogliserat oleh aktivitas enzim fosfogliseromutase.
Pelepasan air dari 2-fosfogliserat oleh enzim enolase membentuk asam
fosfoenolpiruvat. Dengan adanya ADP dan piruvat kinase, asam fosfoenolpiruvat
diubah menjadi asam piruvat dan ATP dibentuk. Pada fase ini dihasilkan dua molekul
asam piruvat. Pada fase ini juga dihasilkan energi sebesar 2 NADH2 dan 4 ATP.

2.4 Siklus krebs

2.4.1 Pengertian

Siklus krebs (daur asam sitrat atau daur trikarboksilat) merupakan pembongkaran asam
piruvat secara aerob menjadi karbondioksida dan air serta sejumlah energi kimia. Asetil-CoA
merupakan mata rantai penghubung antara glikolisis dan siklus krebs. Reaksi ini berlangsung
di dalam matriks mitokondria.
Siklus krebs disebut siklus asam sitrat karena menggambarkan langkah pertama dari
siklus tersebut, yaitu penyatuan asetil KoA dengan asam oksaloasetat untuk membentuk asam
sitrat. Siklus ini juga berperan sentral dalam glukoneogenesis, liogenesis, dan interkonversi
asam-asam amino. Banyak proses ini berlangsung di sebagian besar jaringan, tetapi hati
adalah satu-satunya jaringan tempat semuanya berlangsung dengan tingkat yang signifikan.
Jadi,akibat yang timbul dapat parah, contohnya jika sejumlah sel hati rusak, seperti pada
hepatitis akut atau diganti oleh jaringan ikat (seperti pada sirosis). Beberapa defek genetik
pada enzim-enzim siklus asam sitrat yang pernah dilaporkan menyebabkan kerusakan saraf
berat karena sangat terganggunya pembentukan ATP di sistem saraf pusat.

Selain disebut dengan siklus asam sitrat, siklus krebs juga disebut siklus asam
trikarboksilat (COOH) karena hampir di awal-awal siklus krebs, senyawanya tersusun dari
asam trikarboksilat. Trikarboksilat itu merupakan gugus asam (COOH).

Siklus Krebs adalah proses utama kedua dalam reaksi pernafasan sel. Siklus Krebs ini
ditemukan oleh Hans Krebs. Reaksi pernafasan sel tersebut disebut juga sebagai daur asam
sitrat atau daur asam trikarboksilat. Pada reaksi siklus krebs (dua asetil-CoA) dihasilkan
energi sebanyak 6 NADH2, 2 FADH2, 2 ATP dan 4 CO2. Untuk lebih jelas, dapat diamati
pada gambar berikut ini.

2.4.2 Tahapan Reaksi dalam Siklus Krebs

Siklus Krebs terjadi di mitokondria dengan menggunakan bahan utama berupa asetil-
CoA, yang dihasilkan dari proses dekarboksilasi oksidatif. Ada delapan tahapan utama yang
terjadi selama siklus Krebs.
1. Kondensasi

Kondensasi merupakan reaksi penggabungan molekul asetil-CoA dengan oksaloasetat


membentuk asam sitrat. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah enzim asam sitrat
sintetase.

2. Isomerase sitrat

Tahapan ini dibantu oleh enzim aconitase, yang menghasilkan isositrat.

3. Produksi CO2

Dengan bantuan NADH, enzim isositrat dehidrogenase akan mengubah isositra menjadi
alfa-ketoglutarat. Satu molekul CO2 dibebaskan setiap satu reaksi.

4. Dekarboksilasi oksidatif kedua

Tahapan reaksi ini mengubah alfa-ketoglutara menjadi suksinil-CoA. Reaksi dikatalisasi


oleh enzim alfa-ketoglutarat dehidrogenase.

5. Fosforilasi tingkat substrat

Respirasi seluler juga menghasilkan ATP dari tahapan ini. Reaksi pembentukan ATP
inilah yang dinamakan dengan fosforilasi, karena satu gugus posfat akan ditambahkan ke
ADP menjadi ATP. Pada awalnya, suksinil-CoA akan diubah menjadi suksinat, dengan
mengubah GDP + Pi menjadi GTP. GTP tersebut akan digunakan untuk membentuk
ATP.

6. Dehidrogenasi

Suksinat yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan didehidrogenasi menjadi fumarat
dengan bantuan enzim suksinat dehidrogenase.
7. Hidrasi dan regenerasi oksaloasetat

Dua tahapan ini merupakan akhir dari Siklus Krebs. Hidrasi merupakan penambahan
atom hidrogen pada ikatan ganda karbon (C=C) yang ada pada fumarat sehingga
menghasilkan malat. Malat dehidrogenase mengubah malat menjadi oksaloasetat.
Oksaloasetat yang dihasilkan berfungsi untuk menangkap asetil-CoA, sehingga siklus
Krebs akan terus berlangsung. Adapun hasil dari Siklus Krebs adalah ATP, FADH2,
NADH dan CO2. Siklus akan menghasilkan 2 molekul CO2, yang dilepaskan. Jumlah
molekul NADH yang dihasilkan adalah 6 molekul, sedangkan FADH adalah 2 molekul.
ATP yang diproduksi secara langsung ada sebanyak 2 molekul, yang merupakan hasil
dari reaksi fosforilasi tingkat substrat. FADH2 dan NADH adalah molekul yang
digunakan dalam tahapan transpor elektron. Setiap molekul NADH akan dioksidasi lewat
transpor elektron sehingga menghasilkan 3 ATP per molekul, sedangkan satu molekul
FADH2 menghasilkan 2 molekul ATP.

2.4.3 Fungsi Siklus Krebs

Fungsi utama siklus Krebs adalah merupakan jalur akhir oksidasi Karbohidrat, Lipid dan
Protein. Karbohidrat , lemak dan protein semua akan dimetabolisme menjadi Asetil-
KoA. Fungsi Siklus Siklus Krebs antara lain :
Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai pernapasan
untuk produksi ATP.
Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk digunakan
pada sintesis asam lemak.
Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam nukleat.
Melakukan pengendalian langsung (produk & bakal produk) atau tidak langsung
(alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen- komponen siklus.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan menjadi dua faktor, yaitu:
1. Faktor internal, merupakan faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu sendiri,

yaitu :
Jumlah plasma dalam sel. Jaringan-jaringan meristematis muda memiliki sel-sel
yang masih penuh dengan plasma dengan viabilitas tinggi biasanya mempunyai
kecepatan respirasi yang lebih besar daripada jaringan-jaringan yang lebih tua di
mana jumlah plasmanya sudah lebih sedikit.
Jumlah substrat respirasi dalam sel. Tersedianya substrat respirasi pada tumbuhan
merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan
kandungan substrat yang sedikit akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Sebaliknya, tumbuhan dengan kandungan substrat yang banyak akan
melakukan respirasi dengan laju yang tinggi. Substrat utama respirasi adalah
karbohidrat.
Umur dan tipe tumbuhan. Respirasi pada tumbuhan muda lebih tinggi dari
tumbuhan yang sudah dewasa atau lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tumbuhan
muda jaringannya juga masih muda dan sedang berkembang dengan baik. Umur
tumbuhan juga akan memepengaruhi laju respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat
perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif awal (di mana
laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian akan menurun dengan bertambahnya
umur tumbuhan.
2. Faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar sel atau lingkungan, terdiri atas:

Suhu. Pada umumnya dalam batas-batas tertentu kenaikan suhu menyebabkan


pula kenaikan laju respirasi. Kecepatan reaksi respirasi akan meningkat untuk
setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-
masing spesies tumbuhan. Perlu diingat, kenaikan suhu yang melebihi batas
minimum kerja wnzim, akan menurunkan laju respirasi karena enzim respirasi
tidak dapat bekerja dengan baik pada suhu tertalu tinggi.
Kadar O2 udara. Pengaruh kadar oksigen dalam atmosfer terhadap kecepatan
respirasi akan berbeda-beda tergantung pada jaringan dan jenis tumbuhan,
tetapi meskipun demikian makin tinggi kadar oksigen di atmosfer maka makin
tinggi kecepatan respirasi tumbuhan.
Kadar CO2 udara. Semakin tinggi konsentrasi karbondioksida diperkirakan
dapat menghambat proses respirasi. Konsentrasi karbondioksida yang tinggi
menyebabkan stomata menutup sehingga tidak terjadi pertukaran gas atau
oksigen tidak dapat diserap oleh tumbuhan. Pengaruh hambatan yang telah
diamati pada respirasi daun mungkin disebabkan oleh hal ini.
Kadar air dalam jaringan. Pada umumnya dengan naiknya kadar air dalam
jaringan kecepatan respirasi juga akan meningkat. Ini nampak jelas pada biji
yang sedang berkecambah.
Cahaya. Cahaya dapat meningkatkan laju respirasi pada jaringan tumbuhan
yang berklorofil karena cahaya berpengaruh pada tersedianya substrat respirasi
yang dihasilkan dari proses fotosintesis.
Luka dan stimulus mekanik. Luka atau kerusakan jaringan (stimulus mekanik)
pada jaringan daun menyebabkan laju respirasi naik untuk sementara waktu,
biasanya beberapa menit hingga satu jam. Luka memicu respirasi tinggi
karena tiga hal, yaitu: (1) oksidasi senyawa fenol terjadi dengan cepat karena
pemisahan antara substrat dan oksidasenya dirusak; (2) proses glikolisis yang
normal dan katabolisme oksidatif meningkat karena hancurnya sel atau sel-sel
sehingga menambah mudahnya substrat dicapai enzim respirasi; (3) akibat
luka biasanya sel-sel tertentu kembali ke keadaan meristematis diikuti
pembentukan kalus dan penyembuhan atau perbaikan luka.
Garam-garam mineral. Jika akar menyerap garam-garam mineral dari dalam
tanah, laju respirasi meningkat. Hal ini dikaitkan dengan energi yang
diperlukan pada saat garam/ion diserap dan diangkut. Keperluan energi itu
dipenuhi dengan menaikkan laju respirasi. Fenomena ini dikenal dengan
respirasi garam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan pada bab II adalah
sebagai berikut:

1. Respirasi adalah suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber
energi melalui proses kimia
2. Substrat untuk respirasi adalah zat yang tertimbun dalam jumlah yang relatif banyak
dalam sel tumbuhan dan bukan zat yang merupakan senyawa antara hasil dari
penguraian
3. Glikolisis merupakan Pemecahan glukosa menjadi molekul yang lebih sederhana,

4. Siklus Krebs terjadi di mitokondria dengan menggunakan bahan utama berupa asetil-
coa, yang dihasilkan dari proses dekarboksilasi oksidatif. Ada delapan tahapan utama
yang terjadi selama siklus Krebs yaitu: Kondensasi, Isomerase sitrat, Produksi CO2,
Dekarboksilasi oksidatif kedua, Fosforilasi tingkat substrat, Dehidrogenasi, Hidrasi
dan regenerasi oksaloasetat.

3.2 Saran
Adapun saran penulis adalah perlu adanya pengkajian lebih lanjut tentang proses-
proses respirasi pada tumbuhan dan diadakannya percobaan sederhana yang spesifik untuk
membuktikan bahwa tumbuhan melakukan respirasi.

Anda mungkin juga menyukai