BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
norma yang mengaturnya. Kaidah atau norma yang ada dalam masyarakat ada
empat macam, yaitu, kaidah agama, kaidah kesusilaan, kaidah sosial dan kaidah
hukum. Kaidah hukum itu berlaku untuk seluruh masyarakat. Apabila dalam
kejahatan maupun pelanggaran, maka akan dikenakan sanksi yang disebut pidana.
Masyarakat harus diberi sanksi pada saat mereka melanggar hukum, karena
negara kita adalah negara hukum. Masyarakat terdiri dari kumpulan individu
bertentangan tersebut.
menguntungkan salah satu pihak saja, sedangkan pihak yang lain dirugikan.
perbuatan yang merugikan orang lain dan hanya menguntungkan pribadi atau
kelompoknya saja dengan cara melakukan tindak pidana merupakan tindakan
yang jahat. Maka wajar apabila setiap perbuatan jahat harus berhadapan dengan
Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah
tanggung jawab negara yang dalam hal ini diemban oleh lembaga-lembaga
pidana penjara adalah selain untuk menimbulkan rasa derita karena kehilangan
pembinaan narapidana.
pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan
kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani,
Pembinaan adalah satu bagian dari proses rehabilitasi watak dan perilaku
mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan mereka telah siap berbaur kembali
Pemasyarakatan itu sudah mempunyai tujuan, maka tidak lagi tanpa arah atau
sebagai jalan keluar untuk membina dan juga untuk mengembalikan narapidana
lakukan diharapkan tidak akan terjadi lagi dan mereka dapat berubah menjadi
fenomena yang komplek yang dapat terjadi dan kita lihat dalam masyarakat.
Supaya kejahatan itu tidak lagi terjadi, harus ada cara yang dilakukan yaitu
Tetapi kalau ada orang yang melakukan tindak pidana, maka dia harus diberi
sanksi atau hukuman. Hukuman yang mereka terima harus memperhatikan bahwa
mereka adalah subjek dan bukan objek hukum, walupun mereka akan kehilangan
kemerdekaannya di penjara.
Dengan demikian tujuan dari pidana penjara adalah selain untuk
yang baik.
yang bersangkutan dengan pelaku tindak pidana. Dalam praktek tentu saja hal ini
akan bervariasi baik orang perorang maupun tindak pidana pertindak pidana dan
dapat dimengerti bahwa tidak selalu tercapai apa yang dikatakan pemidanaan
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pemidanaan pada dasarnya adalah
suatu langkah yang disebut discretion, namun hal ini tidak dapat diartikan sebagai
tetapi merupakan langkah dan pendekatan untuk memutuskan secara khusus atas
dasar kenyataan dan dibatasi oleh etika penalaran hukum dan keadilan.
1945, Pancasila sebagai dasar negara di dalam sila ke-2 yang berbunyi
diperlakukan secara beradab meskipun berstatus narapidana. Selain itu, pada sila
ke-5 mengatakan bahwa Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti
kejahatan yang terjadi sehingga masyarakat puas bahwa keadilan telah ditegakkan
dan yang bersalah dipidana serta mengusahakan agar mereka yang pernah
14, sangat jelas mengatur hak-hak seorang narapidana selama menghuni lembaga
pemasyarakatan yaitu :
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang.
lainnya.
merupakan efek kesekian dari begitu kompleksnya masalah yang ada dalam
atau yang disingkat SMR merupakan ketentuan minimal wajib ditaati dalam
maksimal.
Pemidanaan dewasa ini berkembang lebih manusiawi dan lebih rasional dan
mulai meninggalkan pola lama dari pembalasan dan pengasingan menuju pada
usaha perbaikan narapidana agar menjadi orang yang lebih baik atau dapat
dalam hukum pidana dengan doktrinnya yang terkenal yakni Punishment should
fit the crime, sedangkan sistem pemasyarakatan sejauh mungkin ingin apa yang
dipertimbangkan.
Dalam perspektif kebijakan pidana yang menganut paham Reintegrasi
sebagai berikut :
derita (seperti pepatah jika sayang anak jangan sayang rotan) adalah
hukum.
Pasir Pengaraian pada awalnya merupakan sebuah penjara yang didirikan oleh
penjara ini diambil alih oleh pemerintah RI dan masih menggunakan bangun lama
yang terletak di jalan Riau, Pasir Pengaraian, Kab. Kampar. Pada tahun anggaran
B. Rumusan Masalah
diuraikan diatas, oleh karena itu penulis merumuskan suatu masalah yakni :
1. Tujuan Penelitian
Rokan Hulu.
2. Kegunaan Penelitian
Hukum.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemidanaan
sanksi dalam suatu tindak pidana untuk menegakkan berlakunya. Hal ini agar
dalam memberikan suatu sanksi terhadap suatu perbuatan pidana dapat diterapkan
secara adil, agar tidak menyalahi atau tidak melebihi dengan yang seharusnya
kelompok, yaitu :
1. Teori Absolut
karena orang telah melakukan suatu tindakan kejahatan atau tindak pidana
pembenaran dari pidana terletak pada adanya atau terjadinya pidana itu sendiri.
dari keadilan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai, tetapi hanya sebagai
sarana untuk melakukan pembalasan atau pengimbalan kepada orang yang telah
melakukan suatu tindak pidana, tetapi mempunyai tujuan-tujuan yang bermanfaat.
Oleh karena itu teori ini disebut teori tujuan. Jadi dasar pembenaran adanya
pidana menurut teori ini adalah terletak pada tujuannya pidana dijatuhkan bukan
(supaya orang jangan untuk melakukan kejahatan). Mengenai tujuan pidana untuk
pencegahan kejahatan dibedakan dua yaitu prevensi special dan prevensi general.
pencegahan kejahatan itu ingin dicapai oleh pidana dengan mempengaruhi tingkah
laku si terpidana untuk tidak melakukan tindak kejahatan lagi. Prevensi general
3. Teori Gabungan
Teori gabungan merupakan perpaduan teori absolut dan teori relatif atau
akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak didik yang berada di dalam
hanya sebagai pembalasan terhadap kesalahan yang dilakukan atas dasar tanggung
jawab moralnya masing-masing. Pandangan ini dikatakan bersifat melihat ke
manfaat atau kegunaannya dimana yang dilihat situasi atau keadaan yang ingin
tingkah laku terpidana dan pihak lain. Pemidanaan itu juga dimaksudkan untuk
sifat pencegahan.
B. Pembinaan Narapidana
1. Hakikat Pembinaan
pemidanaan tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakekat yang
memiliki potensi yang dapat dikembangkan ke arah yang positif, yang mampu
merubah seseorang untuk menjadi lebih produktif, lebih baik dari sebelum
mereka yang narapidana tidak lagi dibuat jera, tetapi dibina untuk
dimasyarakatkan.
bahwa :
Sistem pemasyarakatan diselenggarakan agar narapidana menjadi manusia
pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif
berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup sewajar sebagai warga yang baik
balas dendam dari negara. Hukuman kemerdekaan sudah cukup sebagai sebuah
penderitaan tersendiri sehingga tidak perlu ditambah lagi dengan penyiksaan serta
sudah dimiliki dan mempelajari hal-hal baru yang belum dimiliki, dengan tujuan
pengetahuan dan kecakapan yang sudah ada serta mendapatkan pengetahuan dan
kecakapan baru untuk mencapai tujuan hidup dan kerja, yang sedang dijalani,
efesien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan memang
mampu membawa pada orang yang menjalaninya, lewat pembinaan orang dapat
diubah menjadi manusia yang lebih baik, efesien dan efektif dalam bekerja.
Dalam pembinaan ketiga hal itu dapat diberi tekanan yang sama atau diberi
tekanan yang berbeda dengan mengutamakan salah satu hal. Ini tergantung dari
macam dan tujuan pembinaan. Pembinaan mampu memberi bekal dalam situasi
hidup dan kerja nyata orang yang menjalani pembinaan harus bersedia
secara budaya guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Sudah menjadi
pengetahuan umum bahwa orang yang telah melakukan tindak pidana dijatuhi
vonis oleh pengadilan akan menjalani hari-harinya di dalam rumah tahanan atau
seperti ini sebenarnya sudah dijalankan jauh sebelum Indonesia merdeka. Dasar
hukum yang digunakan dalam sistem kepenjaraan adalah reglemen penjara, aturan
ini telah digunakan sejak tahun 1917. Bisa dikatakan bahwa perlakuan terhadap
narapidana pada waktu itu adalah seperti perlakuan penjajah Belanda terhadap
kegiatan-kegiatan fisik. Ini menjadi sistem kepenjaraan jauh dari nilai kemanusian
dan hak asasi manusia. Dengan demikian tujuan diadakannya penjara sebagai
tempat menampung para pelaku tindak pidana yang dimaksudkan untuk membuat
jera (regred) dan tidak lagi melakukan tindak pidana. Untuk itu peraturan-perturan
tugas penjara pada waktu itu tidak lebih dari mengawasi narapidana agar tidak
membuat keributan dan tidak melarikan diri dari penjara. Pendidikan dan
produktif.
14, sangat jelas mengatur hak-hak seorang narapidana selama menghuni lembaga
pemasyarakatan yaitu :
e. Menyampaikan keluhan.
f. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang.
lainnya.
yang terkesan angker dan keras. Tembok tinggi yang mengelilingi dengan
sendiri, mengingat sebagian besar dari mereka relatif belum ditunjang oleh
dapat menyentuh perasaan para narapidana, dan mampu berdaya cipta dalam
melakukan pembinaan.
1. Diri sendiri
Narapidana sendiri yang harus melakukan proses pembinaan bagi diri sendiri,
pembinaan bukan muncul dari orang lain. Pengertian ini harus ditanamkan kepada
setiap narapidana, kalau seorang narapidana ingin merubah diri sendiri kearah
perubahan yang lebih baik, yang lebih positif. Kemauan untuk membina diri
sendiri, harus muncul dari hati sanubari yang paling dalam. Seseorang yang ingin
b. Kepercayaan diri,
2. Keluarga
harus ikut aktif dalam membina narapidana, karena keluarga adalah orang paling
dekat dengan keluarga. Hanya keluarga yang harmonis saja yang berperan positif
keluarga yang harmonnis, maka peran membina narapidana kurang berhasil dan
menggunakan haknya untuk ikut berperan aktif. Peran aktif tersebut didasarkan
c. Perlu sumbang saran, komunikasi timbal balik dari keluarga dan pihak
d. Perlu pembinaan yang terus menerus oleh pihak keluarga terhadap anggota
3. Masyarakat
Peran serta masyarakat, dalam hal ini para pejabat masyarakat tingkat
dapat berupa memberikan perhatian atau bantuan kepada keluarga yang anggota
Pemasyarakatan.
Secara formal, peran masyarakat dalam ikut serta membina narapidana atau
peran serta dalam membina narapidana atau bekas narapidana sangat diharapkan
narapidana atau mantan narapidana. Secara formal, peran masyarakat dalam ikut
serta membina narapidana atau mantan narapidana tidak terdapat dalam undang-
undang. Namun secara moral, peran serta dalam membina narapidana atau bekas
4. Petugas Pemerintah
pengamanan, dan pembimbingan warga binaan atau narapidana. Dalam hal ini
hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat.
b. Penjatuhan pidana bukan merupakan tindakan pembalasan dendam dari
negara.
bimbingan.
waktu atau hanya diperuntukan bagi kepentingan lembaga atau negara saja.
h. Tiap orang adalah manusia dan harus diberlakukan seperti manusia, meski
a. Mengenal diri sendiri, dalam tahap ini narapidana dibawa dalam suasana
Tuhan Yang Maha Esa, sadar sebagai mahkluk Tuhan yang mempunyai
sendiri.
c. Mengenal potensi diri, dalam tahap ini narapidana dilatih untuk mengenali
sekelilingnya.
f. Mampu memiliki kesadaran yang tinggi, baik untuk diri sendiri, keluarga,
percaya bahwa diri sendiri mampu merubah tingkah laku, tindakan, dan
i. Menjadi pribadi yang utuh, pada tahap yang terakhir ini diharapakan
meningkatkan akhlak (budi pekerti) para narapidana dan anak didik yang berada
bawaan, pendataan data diri narapidana, pemberian barang invertaris. Setelah ini
bagi narapidana tindak pidana ringan mereka bisa langsung mengikuti kegiatan
pembinaan, namun bagi narapidana tindak pidana berat harus melalui proses
untuk menjadikan narapidana sebagai manusia yang lebih baik dan mampu
bertanggungjawab.
dengan masyarakat luar, kegiatan yang biasanya dilakukan antara lain : cuti
menyadarkan mereka agar dapat menjadi warga negara yang baik, dapat
berbakti bagi bangsa dan negara. Mereka perlu disadarkan bahwa berbakti
ketentuan yang telah ada yang ditetapkan oleh pemerintah agar dapat
sebagainya.
bertujuan lebih lanjut untuk membentuk keluarga yang sadar hukum yang
2. Pembinaan Kemandirian
program-program :
pengelolaan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam menjadi bahan
hal ini bagi mereka yang memiliki bakat tertentu diusahan pengembangan
bakat itu. Misalnya memilki kemampuan di bidang seni, maka diusahakan
C. Pemasyarakatan Narapidana
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem
yang dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat
kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan
bertanggung jawab.
Sistem pemasyarakatan ini menggunakan falsafah Pancasila sebagai dasar
eksistensinya sebagai manusia diri sendiri secara penuh dan mampu melaksanakan
perubahan ini ke arah yang lebih baik dan lebih positif. Kesadaran yang semacan
ini merupakan hal yang patut diketahui agar dapat memahami arti dan makna
bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana adalah bagian
integral dari tata peradilan terpadu (integrated criminal justice system). Dengan
dibina dan masyarakat. Menurut Harsono (2005:5), sebagai sebuah sistem maka
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan. Didalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu
ini sangat tampak keterkaitan dari tiap sub sistem meskipun tiap-tiap sub sistem
namun dalam penyelesaian perkara pidana merupakan satu mata rantai yang tidak
dimaksudkan untuk tujuan komersial yang bersifat profit oriented namun lebih
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara
bertanggungjawab.
persentase di masyarakat;
umumnya;
Pemasyarakatan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada dan
berlaku.
B. Lokasi Penelitian
Rokan Hulu.
C. Populasi dan Sampel
Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu dan sampel yang dipilih oleh peniliti yakni di
sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan dan mengerti dengan proses
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu dan pihak yang terkait dalam
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
sekunder yang peneliti gunakan yaitu data diri dari narapidana, data pegawai
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
variable yang berupa catatan, buku, arsip, notulen rapat, dan sebagainya
Hulu.
G. Analisa Data
penulis tidak hanya memberikan penilaian terhadap data yang ada, tetapi akan
lebih memprioritaskan pada gambaran situasi atau secara umum disebut dengan
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, seperti pengamatan (observasi)
dan wawancara. Setelah data terkumpul secara lengkap dan menyeluruh, maka
data dikelompokkan berdasarkan sumber, jenis dan bentuk data, selanjutnya akan
dibahas dalam dua bentuk. Data yang bersifat kuantitatif akan diuraikan dalam
bentuk tabel, sementara itu data yang bersifat kualitatif diuraikan dengan lengkap
dan rinci dalam bentuk kalimat, kemudian akan diambil kesimpulan dari hasil
:Kanisius.
Rosdakarya.