Anda di halaman 1dari 5

Stres

Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan berkarya adalah stresyang harus dihatasi, baik oleh karyawan sendiri
tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para
sepesialis yang disediakan oleh organisasi dimana karyawan bekerja.

Stres merupakan kondisi ketegangan yang berpengaruh terhadap emosi,


jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang. Stres uang tidak diatasi dengan baik
biasanya berakibat pada ketidakmampuan seseorang berinteraksi secara positif
dengan lingkungannya, baik dalam arti lingkungan pekerjaan maupun diluarnya.
Artinya karyawan yang bersangkutan akan menghadapi berbagai gejala negatif
yang pada gilirannya berpengaruh pada peresentasi kerjannya. Berbagai gejala
tersebut pada umumnya menampakkan diri pada berbagai perilaku yang tidak
normal seperti gugup, tegang, selalu cemas, gangguan pencernaan, tekanna
darah tinggi. Pengaruh gejala-gejala tersebut dapat terlihat pada kondisi mental
tertentu seperti sukar tidur, sikap, tidak bersahabat, putus asa, mudah marah, sukar
mengendalikan emosi dan bersifat agresif

Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau
ketegangan yang bersumber dari ketidak selarasan antara seseorang dengan
lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak
selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres.
Biasanya stres semat apabila seseoranrang menghadapi masalah yang datang
bertubi-tubi

Sumber-sumber stres pada dasarnya sumber stres dapat digolongkan pada


yang berasal dari pekerjaan seseorang. Berbagai hal yang dapat menjadi sumber
stres yang berasar dari pekerjaan dan diluar pekerjaan seseorang. Berbagai hal
yang dapatmenjadi sumber stres yang berasal dari pekerjaan pun dapat
beranekaragam seperti beban tugas yang terlalu berat, desakan waktu,
pengelihatan yang kurang baik, iklim kerja yang menimbulkan rasa tidak aman,
kurangnya informasi dari umpan balik tentang presentasi kerja seseorang,
ketidakseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab, ketidak jelasan peran
karyawan dalam keseluruhan kegiatan organisasi frustasi yang ditimbulkan oleh
intervensi pihak lain di dalam dan diluar kelompok kerjanya, perbedaan sistem
nilai yang dianut oleh karyawan dan yang dianut oleh organisasi dan perubahan
yang terjadi yang pada umumnya memang menimbulkan rasa ketidakpastian.

Situasi lingkungan di luar pekerjaan dapat menjadi sumber stres. Berbagai


masalah yang dihadapi oleh seseorang, seperti masal negah keuangan, perilaku
negatif anak-anak, kehidupan keluarga yang tidak atau kurang harmonis, pindah
tempat tinggal, ada anggota keluarga yang meninggal, kecelakaan, penyakit gawat
adalah beberapa contoh sumber stres tersebut

Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh
terhadap prestasi kerja. Hanya saja dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian. Pertama, kemampuam mengatasi sendiri stres yang dihadapi
tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi
menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi
stres rendah. Yang jelas ialah bahwa stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada
apa yang dikenal dengn burnout, suatu kondisi mental dan emosional serta
kelelahan fisik karena stres yang berkelanjutan dan tidak teratasi. Jika hal ini
terjadi, dampaknya terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif. Kedua, pada
tingkat tertentu stres itu perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada
stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat
bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres,
karyawan merasa perlu mengerakkan segala kemampuannya untuk berprestasi
tinggi dan dengadan dengan n demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Pada gilirannya situasi demikian dapat menghilangkan salah satu sumber stres.
Yang penting diamati ialah agar stres tersebut jangan menjadi demikian kuatnya
sehingga karyawan tidak lagi memandangnya sebagai tantangan yang masih
dalam batas-batas kemampuannya untuk mengatasinya. Sebab apa bila hal itu
terjadi, stres berubah sifatnya dari stimulus positif menjadi negatif.

Disiplin

Disiplin merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Peraturan
yang dimaksud termasuk absensi, lambat masuk, serta cepat pulang karyawan.
Jadi hal ini merupakan suatu sikap indisipliner karyawan yang perlu disikapi
dengan baik oleh pihak manajemen.
Dalam manajemen sumberdaya manusia, bahwa tidak ada manusia yang
sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi
perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan
tindakan manajemen untuk mendorong para anggotanya organisasi memenuhi
tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan
pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan
tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan
yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu yang bersifat preventif
dan yang bersifat korektif.
Pendisiplinan preventif yang bersifat preventif adalah tindakan yang
mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yeng berlaku dan
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan
penjelasan tentang pola fikir, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap
anggota organisasi siusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan
berperilaku negatif.
Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada disiplin
pribadi para anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi tersebut semakin
kokoh, paling sedikit tiga hal perlu mendapat perhatian manajemen. Pertama: para
anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi,
karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu merupakan miliknya.
Berarti perlu ditanamkan perasaan kuat bahwa keberadaan mereka dalam
organisasi bukan sekedar mencari nafkah dan bahwa mereka adalah :anggota
keluarga besarorganisasi yang bersangkutan. Kedua para karyawan perlu diberi
kejelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang perlu
dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogiyanya disertai oleh informasi lengkap
mengenai latar belakang berbagai berbagai ketentuan yang bersifat normatif
tersebut. Ketiga: para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara
pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi
seluruh anggota organisasi.
Pendisiplinan korelatif jika ada karyawan yang nyata-nyata telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner.
Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran
yang telahterjadi. Pelanggaran atau sanksi biasanya mengikuti prosedur yang
biasanya hierarki, artinya pengenaan sanksi diperarkai oleh atasan langsung
karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan
keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang
memang berwenang untuk itu. Prosedur terseut ditempuh dengan dua maksud,
bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektivitas dan kesesuaian bobot
hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai
pelajarandalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak
kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu
menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya
sekedar merupakan pernyataan diatas kertas.

Peranan hunungan antar pribadi (Interpersonal Role)


Ada dua gambaran umum yang dihubungkan dengan peranan ini, yakni hal
yang bertalian dengan pembanggunan hubungan antar pribadi. Aktivitas-aktivitas
yang sering digunakan dalam peranan yang digunakan ini antara lain kegiatan-
kegiatan seremonial sehubungan dengan jabatan yang melekat pada manajer.
Status menghendaki manajer harus mau menerima undang-undangan, mendatangi
upacara-upacara, dan lain-lain yang bersifat seremonial. Karena manajer
mempunyai jabatan yang tinggi, maka eksesnya manajer tersebut harus selalu
mengadakan kontak tertentu pada pihak-pihak luar. Hubungan antar pribadi ini
mau tidak mau harus dijalankan oleh manajer sebagai suatu peranan.
Peranan ini oleh Mintzberg dibagi atas tiga peranan yang merupakan
perincian yang lebih lanjut dari peranan antarpribadi ini. Sebagai berikut:
a) Peranan sebagai nfigurehead, yakni suatu peranan yang dilakukan untuk
mewakili organisasi yang dipimpinnya didalam setiap kesempatan dan
persoalan yang timbul secara formal. Peranan ini sangat dasar dan sederhana.
Karena otoritas formalnya, maka manajer dianggap sebagai simbol, dan
berkewajiban untuk melaksanakan serangkaian tugas-tugas. Ada sebagian
tugas-tugas tersebut yang bersifat konstan setiap saat, tetapi ada kalanya
bersifat inspirasional. Semuannya itu melibatkan aktivitas-aktivitas
interpersonal.
b) Peranan sebagai pimpinan (leader)
Dalam peranan ini manajer bertindak sebagai pemimpin. Ia melakukan
fungsi-fungsi pokoknya diantaranya memimpin, memotifasi,
mengembangkan, dan mengendalikan. Dalam organisasi informal biasanya,
pemimpin diikuti karena mempunyai kekuasaan karismatik atau kekuasaan
fisik. Adapun dalam organisasi formal, pemimpin yang diagkat dari atas,
seringkali tergantung akan kekuasaan yang melekat pada jabatannya tersebut.
c) Peransn sebagai pejabat sementara (liaison manajer)
Manajer melakukan peranan yang berinteraksi dengan teman sejawat, staf,
dan orang lain yang berbeda diluar organisasinya, untuk mendapatkan
informasi. Oleh karena organisasi yang dipimpin manajer itu tidak berdiri
sendiri, maka manajer meletakkan peranan liaison dengan cara banyak
berhubungan dengan sejumlah individu atau kelompok-kelompok tertentu
yang berada diluar organisasinya.

Komunikasi Antar Pribadi


Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara
seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis
dan non bisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa
yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertan diatas ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan,
antara lain:
a. Komunikasi dilakukan antara dua orang atau lebih
b. Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau
bertatap muka (face-to-face)
c. Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat
menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran
d. Tujuan yang dapat dicapai bersifat personal (pribadi) bila komunikasi
terjadi dalam suatu masyarakat dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila
komunikasi terjadi dalam suatu organisasi

Didalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk


komuniksi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk
mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam suatu organisasi
(bisnis dan non bisnis), komunikasi antar pribadi atau antar individu merupakan
komunikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan
yang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan
tertentu yang bersifat pribadi
Dalam bab ini, pembahasan yang berkaitan dengan komunikasi
antarpribadi lebih menekankan bagaimana komunikasi antar pribadi atau antar
individu tersebut terjadi dalam suatu organisasi baik organisasi bisnis maupun
organisasi nonbisnis, bukan yang terjadi dalam masyarakat pada umumnya.
Dalam suatu organisasi, pola komunikasi yang terbangun dalam
komunikasi antarpribadi lebih bersifat informal atau tidak formal. Oleh karena
komunikasi antar pribadi ini bersifat informal, maka bahasa yang digunakan
dalam menyampaikan pesan juga tidak bersifat formal. Yang terpenting dalam hal
ini adalah bagaimana penerimaan pesan tersebut dapat memahami pesan yang
disampaikan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai