Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh setiap orang dalam
kehidupan berkarya adalah stresyang harus dihatasi, baik oleh karyawan sendiri
tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak lain seperti para
sepesialis yang disediakan oleh organisasi dimana karyawan bekerja.
Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau
ketegangan yang bersumber dari ketidak selarasan antara seseorang dengan
lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak
selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres.
Biasanya stres semat apabila seseoranrang menghadapi masalah yang datang
bertubi-tubi
Tidak dapat disangkal bahwa stres yang tidak teratasi pasti berpengaruh
terhadap prestasi kerja. Hanya saja dalam kaitan ini ada beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian. Pertama, kemampuam mengatasi sendiri stres yang dihadapi
tidak sama pada semua orang. Ada orang yang memiliki daya tahan yang tinggi
menghadapi stres dan oleh karenanya mampu mengatasi sendiri stres tersebut.
Sebaliknya tidak sedikit orang yang daya tahan dan kemampuannya menghadapi
stres rendah. Yang jelas ialah bahwa stres yang tidak teratasi dapat berakibat pada
apa yang dikenal dengn burnout, suatu kondisi mental dan emosional serta
kelelahan fisik karena stres yang berkelanjutan dan tidak teratasi. Jika hal ini
terjadi, dampaknya terhadap prestasi kerja akan bersifat negatif. Kedua, pada
tingkat tertentu stres itu perlu. Kalangan ahli berpendapat bahwa apabila tidak ada
stres dalam pekerjaan, para karyawan tidak akan merasa ditantang dengan akibat
bahwa prestasi kerja akan menjadi rendah. Sebaliknya dengan adanya stres,
karyawan merasa perlu mengerakkan segala kemampuannya untuk berprestasi
tinggi dan dengadan dengan n demikian dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Pada gilirannya situasi demikian dapat menghilangkan salah satu sumber stres.
Yang penting diamati ialah agar stres tersebut jangan menjadi demikian kuatnya
sehingga karyawan tidak lagi memandangnya sebagai tantangan yang masih
dalam batas-batas kemampuannya untuk mengatasinya. Sebab apa bila hal itu
terjadi, stres berubah sifatnya dari stimulus positif menjadi negatif.
Disiplin
Disiplin merupakan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan
peraturan perusahaan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Peraturan
yang dimaksud termasuk absensi, lambat masuk, serta cepat pulang karyawan.
Jadi hal ini merupakan suatu sikap indisipliner karyawan yang perlu disikapi
dengan baik oleh pihak manajemen.
Dalam manajemen sumberdaya manusia, bahwa tidak ada manusia yang
sempurna, luput dari kekhilafan dan kesalahan. Oleh karena itu setiap organisasi
perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus dipenuhi. Disiplin merupakan
tindakan manajemen untuk mendorong para anggotanya organisasi memenuhi
tuntutan berbagai ketentuan tersebut. Dengan perkataan lain, pendisiplinan
pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki dan
membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para karyawan
tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara kooperatif dengan para karyawan
yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu yang bersifat preventif
dan yang bersifat korektif.
Pendisiplinan preventif yang bersifat preventif adalah tindakan yang
mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yeng berlaku dan
memenuhi standar yang telah ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan
penjelasan tentang pola fikir, tindakan dan perilaku yang diinginkan dari setiap
anggota organisasi siusahakan pencegahan jangan sampai para karyawan
berperilaku negatif.
Keberhasilan penerapan pendisiplinan preventif terletak pada disiplin
pribadi para anggota organisasi. Akan tetapi agar disiplin pribadi tersebut semakin
kokoh, paling sedikit tiga hal perlu mendapat perhatian manajemen. Pertama: para
anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi,
karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu merupakan miliknya.
Berarti perlu ditanamkan perasaan kuat bahwa keberadaan mereka dalam
organisasi bukan sekedar mencari nafkah dan bahwa mereka adalah :anggota
keluarga besarorganisasi yang bersangkutan. Kedua para karyawan perlu diberi
kejelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang perlu
dipenuhi. Penjelasan dimaksud seyogiyanya disertai oleh informasi lengkap
mengenai latar belakang berbagai berbagai ketentuan yang bersifat normatif
tersebut. Ketiga: para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara
pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi
seluruh anggota organisasi.
Pendisiplinan korelatif jika ada karyawan yang nyata-nyata telah
melakukan pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal
memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner.
Berat atau ringannya suatu sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran
yang telahterjadi. Pelanggaran atau sanksi biasanya mengikuti prosedur yang
biasanya hierarki, artinya pengenaan sanksi diperarkai oleh atasan langsung
karyawan yang bersangkutan, diteruskan kepada pimpinan yang lebih tinggi dan
keputusan akhir pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan yang
memang berwenang untuk itu. Prosedur terseut ditempuh dengan dua maksud,
bahwa pengenaan sanksi dilakukan secara obyektivitas dan kesesuaian bobot
hukuman dengan pelanggaran, pengenaan sanksi pun harus mempunyai nilai
pelajarandalam arti mencegah orang lain melakukan pelanggaran serupa. Tidak
kurang pentingnya untuk memperhatikan bahwa manajemen harus mampu
menerapkan berbagai ketentuan yang berlaku secara efektif dan tidak hanya
sekedar merupakan pernyataan diatas kertas.