A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara I Pembuatan Produk dan Uji Kualitas
Produk Daging adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat menerapkan teknologi pengolahan dan uji kualitas produk
daging secara sederhana.
2. Mahasiswa terampil melakukan tahapan cara pengawetan daging sebagai
upaya untuk memperpanjang umur simpan.
3. Mahasiswa dapat mendeteksi kerusakan awal pada daging segar dan
produk daging.
4. Mahasiswa dapat melakukan penilaian organoleptik produk daging dengan
baik dan benar
B. Tinjauan Pustaka
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan tubuh hewan dan produk
hasil olahannya yang sesuai untuk dikonsumsi. Daging harus tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengonsumsinya. Termasuk ke
dalam definisi daging di atas adalah organ-organ seperti hati, ginjal, otak, paru-
paru, jantung, limfa, pankreas dan jaringan otot. Secara umum, daging
mengandung sekitar 75%, dengan kisaran 68-80%, protein sekitar 19%
(16-22%), mineral 1% serta lemak sekitar 2,5% (1,5-13,0%). Protein asal
daging mengandung asam-asam amino esensial karena merupakan bahan
pangan yang sangat baik dipakai sebagai sumber protein hewani dalam
perbaikan gizi (Amertaningtyas, 2012).
Uji eber digunakan untuk mengetahui pembusukan pada daging yang
dilakukan dengan meletakkan daging di atas 5 ml reagen eber (HCL pekat +
alkohol 96% dengan rasio 1:3) dalam tabung reaksi. Tabung reaksi ditutup
rapat. Jika terdapat kabut berwarna putih, menandakan daging telah
membusuk. Kabut berwarna putih timbul sebagai akibat terbentuknya
ammonia yang bereaksi dengan asam klorida yang terdapat pada reagen eber
(Hadiwiyoto dkk., 2005).
Ciri-ciri daging yang segar yaitu daging sapi yang masih segar berwarna
merah, tidak pucat, tidak kotor. Daging sapi segar bertekstur kenyal yang
apabila ditekan sedikit daging tersebut, maka kembali keposisi semula. Aroma
daging yang segar biasanya memiliki aroma yang khassapi. Cairan merah mirip
darah yang terdapat pada daging bukanlah darah, melainkan sari dari daging
tersebut (Sarwan, 2015).
Suhu yang rendah, dapat menghambat penurunan nilai pH pada
daging. Hal ini dapat dilihat pada laju glikolisis daging yang dihambat oleh
rendahnya suhu sehingga penurunan pH terhambat antara pH 5,5 sampai
dengan 5,6. Daging dengan pH akhir yang rendah sekitar 5,1 sampai dengan
6,1 mempunyai struktur yang terbuka yang memudahkan penetrasi zat-zat
tertentu ke dalam daging seperti pada proses pengasinan daging. Struktur
terbuka ini diduga akan memudahkan masuknya enzim proteolitik dan zat
antimikroba. Kisaran pH optimal untuk aktivitas proteolitik adalah 5,0 sampai
dengan 6,0 (Komariah dkk, 2004).
Pembusukan daging antara lain disebabkan oleh penguraian bahan-
bahan organik oleh bakteri-bakteri yang menghasilkan gas dan bau busuk. Pada
umumnya, faktor yang mem-pengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada
daging ada dua macam, yaitu (a). Faktor intrinsik termasuk nilai nutrisi daging,
keadaan air, pH, potensi oksidasi-reduksi dan ada tidaknya substansi
penghalang atau penghambat dan (b). Faktor ekstrinsik, misalnya temperatur,
kelembaban relatif, ada tidaknya oksigen dan bentuk atau kondisi daging.
Bakteri akan tumbuh optimal pada suhu 37C. Hasil uji Eber yang disimpan
pada suhu ruang lebih cepat mengalami awal pembusukan daripada daging
yang disimpan pada suhu chilling. Daging yang disimpan pada suhu ruang
270C lebih cepat mengalami awal pembusukan daripada yang disimpan pada
suhu chilling 20C. Warna daging pada suhu ruang berwarna merah kecoklatan
dan tampak lebih gelap dibandingkan dengan daging pada suhu chilling. Hal
ini disebabkan mioglobin mengalami perubahan bentuk akibat berbagai reaksi
kimia. Bila terkena udara, pigmen mioglobin akan teroksidasi menjadi
oksimioglobin yang menghasilkan warna merah terang, dan pada oksidasi lebih
lanjut akan menghasilkan pigmen metmioglobin yang berwarna cokelat.
Timbulnya warna coklat menandakan bahwa daging telah terlalu lama terkena
udara bebas, sehingga menjadi rusak (Estoepangestie dkk, 2011).
Pembekuan adalah metode yang paling alami dalam mempersiapkan
daginguntuk penyimpanan lama, memungkinkan nilai gizi yang penuh pada
daging terjaga sebelum disajikan. Selama pembekuan dan penyimpanan beku,
daging mengalami perubahan kualitatif fisikokimia tertentu, jenis dan luas
yang sangat tergantung pada metode dan laju pembekuan. Sebagian besar
perubahan ini, termasuk perubahan konsistensi, perubahan warna atau berat
daging menurun terkait dengan pembentukan kristal es. Selama penyimpanan
beku, lipid mengalami beberapa perubahan, terutama autooksidasi dan
perubahan hidrolitik (Zymon et al, 2007).
Bakso merupakan daging yang dihaluskan, dicampur tepung pati,
dibentuk bulat-bulat dengan tangan sebesar kelereng atau lebih besar lagi dan
dimasak dengan air panas untuk dikonsumsi. Bakso umumnya dibuat
menggunakan daging pre-rigor agar dihasilkan bakso yang kenyal dan kompak.
Prinsip pembuatan bakso daging sapi terdiri atas empat tahap yaitu:
penghancuran daging, pencetakan bakso dan pemasakan
(Aulawi dan Ninsix, 2009).
Bahan baku dalam pembuatan bakso daging adalah daging sapi bagian
paha atas (top side, silver side) dan daging disekeliling tulang panggul, yang
benar-bear masih baru. Pada pembuatan bakso natrium polifosfat berfungsi
sebagai bahan perekat, karena dapat merekatkan butir-butir daging sapi
sehingga menyatu dengan baik dan dapat menghasilkan bakso dengan tekstur
lebih kenyal dan keras. Tepung digunakan sebagai bahan perekat dan bahan
pengisi adonan bakso, sehingga jumlah yang dihasilkan akan banyak
(Suprapti, 2003).
Cara paling mudah menilai mutu bakso adalah dengan menilai mutu
sensoris atau mutu organoleptiknya. Penampakan bakso daging yaitu bentuk
bulat halus, berukuran seragam, bersih dan cemerlang, serta tidak kusam.
Warna bakso daging yaitu cokelat muda cerah sedikit kemerahan atau coklat
muda agak keputihan. Bau khas daging segar rebus, bau cukup tajam. Rasa
lezat, enak, rasa daging dominan dan rasa bumbu cukup menonjol. Tekstur
kompak elastiskenyal, tetapi tidak liat tidak membal (Wibowo, 2014).
Berdasarkan mutunya, daging ayam dibedakan menjadi dua, yaitu dark
meat dan white meat. White meat adalah daging ayam yang memiliki mutu
bagus dan menyehatkan, misal daging bagian dada. Dark meat adalah daging
ayam dengan mutu kurang bagus dan kurang baik bagi kesehatan, misalnya
daging bagian paha dan sayap (Yuyun, 2007).
Chicken nugget saat ini merupakan produk yang sangat disukai
konsumen sebagai makanan cepat saji di seluruh dunia. Chicken nugget dibuat
dengan menggunakan daging ayam, protein nabati, karet dan proporsi yang adil
kulit ayam. Setelah dilakukan formulasi adonan, nugget direndam dalam media
penggorengan untuk pra-goreng sebelum dikemas. Pilihan media menggoreng
untuk menggoreng chicken nugget dapat bervariasi tergantung pada biaya serta
preferensi produsen makanan. Selama menggoreng nugget, sebagian besar
produkdekomposisi yang terbentuk mempengaruhi kualitas fungsional,
sensorik dan gizi minyak dan produk yang digoreng (Ali et al., 2014).
Nugget adalah suatu bentuk olahan daging yag terbuat dari daging
gling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan
tepung berbumbu. Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam.
Produk nugget dapat dibuat dari dagig sapi, ayam ikan dan lain lain. Bahan
baku daging untuk nugget dapat menggunakan bagian daging dari karkas yang
bernilai ekonomis rendah apabila dijual dalam bentuk yang utuh
(Evanuarini and Hari, 2011).
MSG (monosodium glutamat) murni sendiri tidak mempunyai rasa
yang enak jika tidak dikombinasikan dengan bau gurih yang sesuai. Sebagai
pemberi cita rasa dan dalam jumlah yang tepat, MSG memiliki kemampuan
untuk memperkuat senyawa aktif pada rasa lainnya, menyeimbangkan dan
menyempurnakan keseluruhan rasa pada masakan tertentu. MSG tercampur
dengan baik dengan daging sapi, ikan dan unggas Namun seperti perasa dasar
lain kecuali sukrosa, MSG menambah kesedapan hanya dalam kadar yang
tepat. MSG yang berlebihan akan dengan cepat merusak rasa masakan
(Eduardo et al., 2013).
Ikan tongkol yang sering dijumpai dibedakan menjadi tiga yaitu tongkol
krai dengan ciri khas memilikisirip dada yang pendek, letak sirip punggung
pertama dan kedua berjauhan. Tongkol jenis como atau biasa disebut dengan
tongkol lurik dengan ciri-ciri pada bagian punggung pertama dan kedua
berdekatan, terdapat beberapa titik hitam dibawah sirip dada. Tongkol abu-abu
dengan ciri khas warna badan sisi bawah dan perutnya putih keperakan dengan
titik-titik oval memanjang tidak berwarna. Sirip ekornya berwarna kehitam-
hitaman dengan streaks berwarna hijau kekuning-kuningan
(Purnomowati dkk, 2008).
Abon atau furikake merupakan produk kering, dimana penggorengan
merupakan salah satu tahap yang umumnya dilakukan dalam pengolahannya.
Pengolahan abon, baik abon daging maupun abon ikan, dilakukan dengan
menggoreng (deep frying). Deep frying adalah proses penggorengan dimana
bahan yang digoreng terenam semua dalam minyak. Pada proses penggorengan
sistem deep frying suhu yang digunakan adalah 170-200C dengan lama
penggorengan 5 menit, perbandingan bahan yang digoreng engan minyak
adalah 1:2. Pa frying merupakan proses penggorengan bahan dengan
menggunakan sedikit minyak dengan suhu permukaan dapat mencapai lebih
dari 100C. Lama penggorengan antara 30-60 menit atau tergantung bahan
yang digoreng (Dewi dkk, 2011).
Penambahan bahan berserat pada abon selain memberikan tekstur
berserat dari abon, juga menigkatkan warna dan volume abon. Kelemahan abon
ikan yang kurang serat adalah teksturnya yang lembut yang kadang
memberikan kesan seperti tepung dan tidak seperti abon dari daging hewan
darat pada umumnya yang cukup berserat. Selain itu karena serat pangan
berguna dan berdampak positif bagi kesehatan, maka abon yang kurang serat
kurang memberikan nilai positif bagi kesehatan (Hardoko dkk, 2015).
C. Metodologi
1. Alat
a. Uji pH
1. Alumunium foil
2. Gelas beker
3. Kertas lakmus pipet ukur
4. Pisau
5. Propipet
b. Uji Eber
1. Tabung reaksi
2. Kapas
3. Pipet ukur
4. Propiprt
5. Rak
6. Alumunium foil
7. Pisau
c. Bakso
1. Baskom
2. Blender
3. Kompor
4. Panci
5. Penumbuk
6. Pisau
7. Sendok
8. Solet
9. Telenan
10. Timbangan
d. Nugget
1. Baskom
2. Blender
3. Kompor
4. Penumbuk
5. Pisau
6. Sendok
7. Solet
8. Spatula
9. Telenan
10. Timbangan
11. Wajan
e. Furikake
1. Baskom
2. Kompor
3. Panci
4. Penumbuk
5. Pisau
6. Sendok
7. Solet
8. Spatula
9. Wajan
2. Bahan
a. Uji pH
1. Daging segar 5 gram
2. Daging refrigerator 5 gram
3. Daging beku 5 gram
4. Larutan eber
b. Uji Eber
1. Daging segar 5 gram
2. Daging refrigerator 5 gram
3. Daging beku 5 gram
4. Larutan eber
c. Bakso
1. Daging sapi 250 gram
2. Bawang putih
3. Garam
4. Lada
5. Tepung terigu
6. Tepung kanji
d. Nugget
1. Air es
2. Bawang putih
3. Daging ayam 25 gram
4. Garam
5. Lada
6. MSG
7. Polifosfat 0,25%
8. STPP
9. Tepung terigu
e. Furikake
1. Bawang merah
2. Bawang putih
3. Daun salam
4. Ebi
5. Garam
6. Gula merah
7. Ikan tongkol
8. Kacag tanah
9. Ketumbar
10. Lengkuas
11. Santan
12. Serai
13. Teri
3. Cara Kerja
a. Uji pH
Daging segar, daging refrigerator, daging
beku 5gr
Penambahan
Aquadest 5 ml
b. Uji Eber
Daging segar, daging refrigerator, daging
beku 5gr
Penggilingan
Pembentukan adonan
Pendinginan
Bakso
Penggilingan
Pembentukan adonan
Penggorengan
Penirisan
Nugget
Perebusan 20 menit
Furikake
Gambar 1.5 Diagram Alir Pembuatan Furikake
D. Hasil dan Pembahasan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Uji pH pada Daging
Sampel Hasil uji pH hari ke-
0 2 7
Daging segar 6 9 9
Daging dingin 6 9 11
Daging beku 6 9 10
Akhtar, Sehar., Khan, muhammad Issa., Faiz, Farrukh. 2013. Effect of Thawing on
Frozen Meat Quality: A Comprehensive Review. 23(4): 198-211.
Ali, M. A., Daud, A. S. M., Latip, R. A., Othman, N. H., and Islam, M. A.
2014.Impact of Chicken Nugget Presence on the Degradation of Canola Oil
during Frying. International Food Reasearch Journal, Vol. 21 (2).
Amertaningtyas, Dedes. 2012. Kualitas Daging Sapi Segar di Pasar Tradisional
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak 7 (1): 42-47.
Aritonang, Salam N. dan Mihrani. 2008. Pengaruh Pencucian dengan Larutan
Asam Asetat terhadap Nilai pH, Kadar Protein, Jumlah Koloni Bakteri dan
Daya Simpan Daging Ayam Kampung pada Penyimpanan Suhu Ruang.
Jurnal Agrisistem 4 (1).
Aulawi, Tahrir., dan Ninsix, Retty. 2009. Sifat Fisik Bakso Daging Sapi dengan
bahan Pengenyal dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Peternakan
6(2): 44-52.
Dengen, Pratiwi M R. 2015. Perbandingan Uji Pembusukan Dengan
Menggunakan Metode Uji Postma, Uji Eber, Uji H2S dan Pengujian
Mikroorganisme Pada Daging Babi di Pasar Tradisional Sentral Makassar.
Skripsi. Fakultas Kedokteran. Universitas Hasanuddin Makassar.
Dewi, Eko Nurcahya., Ibrahim, Ratna., Yuaniva, Nuzulia. 2011. Daya Simpan
Abon Ikan Nila Merah (Oreochromis neloticus Trewavas) yang Diproses
Dengan Metoda Penggorengan Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan 6(1): 6-
12.
Eduardo, Maria, Ulf Svanberg, Jorge Oliveira and Lilia Ahrne. 2013. Effect of
Cassava Flour Characteristics on Properties of Cassava-Wheat-Maize
Composite Bread Types. International Journal of Food Science 1 (1): 1-10.
Estoepangestie, Soelih., Hariyono, Dimas., Budhy, Setya. 2011. Pengaruh suhu
Penyimpanan Terhadap Terjadinya Awal Pembusukan Daging yang Dijual
Disalah Satu Pasar Tradisional Surabaya. Veterinaria Medika 4(2).
Evanuarini, Herly and Hari Purnomo. 2011. Physical and Organoleptic Quality of
Chicken Nuggets Fried at Different Temperature and Time. Jurnal
Agriculture Food Technology 1 (8).
Hadi, Syamsul. 2013. Pemanfaatan Limbah Tuna Loin (Daging Tetelan) melalui
diversifikasi Produk Berupa Abon dan Bakso Ikan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Terate. Pusat Penyuluhan Badan Pengembangan sumberdaya
Manusia. Kementrian Kelautan dan Perikanan.
Hadiwiyoto, Suwedo dkk. 2005. Pengawetan Daging Segar Dengan Ekstrak
Metabolik Bakteri Asam Laktat Dari Buah Tomat. Jurnal Buletin Peternakan
vol. 29 (1).
Hardiyanto, Muhammad Ariojati. 2013. Budaya Kuliner Jepang: Bahan Pangan,
Pengolahan, dan Kandungan Nutrisi. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Universitas Indonesia.
Hardoko., Sari, Putri Yurida., Puspitasari, Yunita Eka. 2015. Substitusi Jantung
Pisang Dalam Pembuatan Abon dari Pindang Ikan Tongkol. Jurnal
Perikanan dan Kelautan 25(1).
Hasrati, Endah dan Rini Rusnawati. 2011. Kajian Penggunaan Daging Ikan Mas
(Cyprinus Carpio Linn) Terhadap Tekstur Dan Cita Rasa Bakso Daging
Sapi. Jurnal Agromedia 29 (1).
Komariah dkk. 2004. Kualitas Fisik dan Mikroba Daging Sapi yang Ditambah
Jahe (Zingiber offcinale Roscoe) pada Konsentrasi dan Lama Penyimpanan
yang Berbeda. Jurnal Media Peternakan vol. 27 (2).
Kusumayani, Heny., Astuti, Widi., Broto, Wisnu. 2011. Inovasi Pembuatan Abon
Ikan Sebagai Salah Satu Teknologi Pengawetan Ikan. Gema Teknologi
16(3).
Muchtadi, T.R. dan Ayustaningwarno, F. 2010. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan.
Alfabeta. Bandung.
Pambudi, Prastyono Eko., Utanta, Edhy., Mujiman. 2014. Identifikasi Daging
Segar dan Busuk Menggunakan Sensor Warna RGB dan pH Meter Digital.
Jurnal Teknologi Technoscientia 7(1).
Permadi, S.N., S. Mulyani dan A. Hintono. 2011. Kadar Serat, Sifat Organoleptik
dan Rendemen Nugget Ayam yang Disubstitusi dengan Jamur Tiram Putih
(Plerotus Ostreatus). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 1 (4).
Prasetyo, Amrih dan Kendriyanto. 2010. Kualitas Daging Sapi dan Domba Segar
yang Disimpan pada Suhu Dingin dengan Pengawet Asap Cair. Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Purnomowati, Ida., Hidayati, diana., Saparinto, Cahyo. 2008. Aneka Kudapan
Berbahan Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
Puspitasari, Indri. 2008. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium
sativum Linn) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus in Vitro. Skripsi.
Semarang.
Sarwan. 2015. 40 Resep Penyetan Enak Soro! + 23 Resep Sambal. Genta Smart.
Solo.
Sudrajat, Galih. 2007. Sifat Fisik dan Organoleptik Bakso Daging Sapi dan
Daging Kerbau Dengan Penambahan Karagenan dan Khitosan. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Suprapti, Lies. 2003. Membuat: Bakso Daging & Bakso Ikan. Kanisius.
Yogyakarta.
Triatmojo, S. 1992. Pengaruh Penggantian Daging Sapi dengan Daging
Kerbau,Ayam dan Kelinci pada Komposisi dan Kualitas Fisik Bakso.
Buletin Peternakan 16: 63-71.
Wibowo, Singgih. 2014. 50 Bakso Sehat dan Enak. Penebar Swadaya. Jakarta.
Widyaningsih, T.W, dan E.S. Murtini, 2006. Alternatif Pengganti Formalin Pada
Produk Pangan. Trubus Agirasana. Surabaya.
Yuliani, Ita. 2013. Studi Eksperimen Nugget Ampas Tahu Dengan Campuran
Jenis Pangan Sumber Protein dan Jenis Filter yang Berbeda. Skripsi.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Yuyun, A. 2007. Aneka Nugget Sehat Nan Lezat. AgroMedia. Jakarta.
Zymon, Monika et al. 2007. Effect Of Freezing and Frozen Storage On Fatty Acid
Profile of Calves Meat. Polish Journal Of Food and Nutritions Sciences Vol.
57 (4).